Kelompok II
Kelas : Teknik Mesin Reguler Pagi Banjarbaru
Disusun Oleh :
Defpri S NPM 2006010082
Deden Suprianto NPM 2006010043
Ghina Fariza Alam NPM 2006010063
Gusti Hadi Wijaya NPM 2006010020
Hidlir Ali NPM 2006010004
I
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK
Dosen pengampu Praktikum Teknologi Mekanik dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok II
Kelas : Teknik Mesin Reguler Pagi BanjarBaru
Defpri S NPM (2006010082)
Deden suprianto NPM (2006010043)
Ghina fariza alam NPM (2006010063)
Gusti hadi wijaya NPM (2006010020)
Hidlir ali NPM (2006010004)
Mengetahui,
Kaprodi. Teknik Mesin
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga
laporan praktikum ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya yang diprogramkan oleh mata
kuliah Praktikum Teknologi Mekanik.
Laporan Praktikum Pengelasan, Bubut, dan Kerja Bangku disusun sebagai bukti bahwa
telah melaksanakan Praktikum mata kuliah Praktik Teknologi Mekani dan tidak lupa penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Abd Malik, SPt., Msi., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al-Banjari.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Marsudi, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- Banjari.
3. Bapak Muhammad Firman, S.T., M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Mesin Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- Banjari.
4. Bapak Mujiburrahman, S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Matakuliah Teknologi
Mekanik sekaligus Kepala Ruang Lab Teknik Mesin.
5. Seluruh Asisten Dosen/Lab yang mendampingi Praktikum Teknologi Mekanik.
6. Juga pihak-pihak lain yang telah ikut terlibat dan mendukung dalam penyelesain laporan
ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Dalam
penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman masih
sangat terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan sangat kami
harapkan.
Kelompok II
I
DAFTAR ISI
SAMPUL LAPORAN........................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................II
KATA PENGANTAR....................................................................................................III
DAFTAR ISI...................................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................V
PENGELASAN..................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang pengelasan....................................................................................1
1.2 Tujuan praktikum pengelasan...............................................................................2
1.3 Manfaat praktikum pengelasan.............................................................................2
BAB II Tinjau pustaka........................................................................................................3
2.1 Pengelasan.............................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Pengelasan...........................................................................................5
2.3 Standarisasi Pengelasan.............................................................................8
2.4 Jenis-jenis Sambungan Las.................................................................................10
BAB III Metode praktikum pengelasan............................................................................11
3.1Tempat dan waktu praktikum................................................................................11
3.2Alat dan bahan praktikum.....................................................................................11
BAB IV HASIL PRAKTIKUM PENGELASAN.............................................................19
4.1 Gambar hasil praktikum.......................................................................................19
4.2 Pembahasan..........................................................................................................20
4.3 Lembar penilaian..................................................................................................21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................22
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
5.1 Saran.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24
V
PENGELASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan
teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya.
Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan
DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau
logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum
pengelasan dapat didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang logam
dengan memanfaatkan energi panas.
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau
pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau
dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas
pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat
dan tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997).
Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut
hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik (Shielded Metal Arc Welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy Acetylene
Welding/OAW).
1
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
di dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan
dan kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik pemesinan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu
(Sonawan, 2004).
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000).
3
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus, kecepatan
pengelasan, dan polaritas listrik (Suharto, 1991). Penentuan besarnya arus dalam
penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan
bahan las (Donnelley, 2004). Dalam hasil penelitiannya, Raharjo dan Rubijanto (2012),
menyebutkan bahwa kekerasan sambungan las tertinggi di daerah HAZ karena ukuran
butir daerah ini sangat halus dan kecil. Dari variasi arus pengelasan yang memiliki
kekerasan tertinggi pada arus 130 Amper yaitu 67 HRA, disebabkan memiliki
temperatur sangat tinggi dan sambungan terdiffusi secara sempurna. Sedangkan untuk
kekuatan tarik juga dimiliki oleh arus 130 Amper yaitu 668,2 Mpa. Untuk sambungan
terlebur dengan baik dan api las lebih stabil dan sambungan yang banyak mengalami
kecacatan pada arus terkecil, karena arus rendah tidak mampu melebur kawat elektroda
yang besar dan logam induk yang tebal menjadikan banyak cacat pada permukaan
logam, sedangkan pada bagian dalam sambungan las tidak mampu mencairkan dua
logam induk maka difusi sedikit.
Pengaruh kuat arus pengelasan terhadap kekerasan dan kekuatan tarik, Mohruni
(2013) menyebutkan bahwa, besar kuat arus listrik mempengaruhi kekerasan, tegangan
tarik dan susunan struktur mikro dari setiap spesimen. Hal ini disebabkan bila arus
listrik yang diberikan semakin besar, maka masukan panas (Heat Input) yang diberikan
pada spesimen akan semakin besar. Heat input dinotasikan pada persamaan sebagai
berikut.
Dimana:
Pada arus listrik rendah, nilai kekerasan dari spesimen akan cenderung semakin
tinggi dan berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada pengelasan
semakin besar. Begitu juga dengan tegangan tarik dari setiap spesimen. Pada arus
listrik rendah, nilai kekerasan dari spesimen akan cenderung semakin tinggi dan
berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada pengelasan semakin besar.
Begitu juga dengan
4
tegangan tarik dari setiap spesimen
Arus pengelasan juga berpengaruh terhadap distorsi. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Broto dan Suparjo (2013) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi
arus pengelasan yang digunakan dapat menurunkan terjadinya distorsi arah transversal
pada pengelasan pelat datar menggunakan las GMAW. Sedangkan dari Huda (2013),
dalam pengelasan SMAW terhadap sambungan Butt-Join baja AISI 4140 mendapatkan
kesimpulan bahwa variasi arus yang besar cenderung menimbulkan distorsi sudut yang
besar. Pada variasi arus 120 Amper memiliki nilai distorsi yang lebih besar
dibandingkan nilai distorsi sudut pada variasi arus 110 Amper dan 100 Amper.
Pengelasan dengan menggunakan las FCAW dengan bahan baja A36 yang telah
dilakukan oleh Subeki (2016), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil
pengukuran distorsi pada pengelasan tanpa pemanasan awal terjadi dengan bentuk
kurva longitudinal dan transversal dengan distorsi maksimum 10,56 mm dan distorsi
transversal sebesar 5,8 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pendinginan pasca
pengelasan sangat mempengaruhi bentuk distorsi. Sedangkan dengan menambahkan
suhu preheat 200°C, jumlah distorsi longitudinal sebesar 2 mm dan transversal 3,2
mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pemanasan awal sekitar daerah las sangat
mempengaruhi bentuk distorsi.
2.2 Jenis-jenis Pengelasan
Secara proses, pengelasan dapat di bedakan atas beberapa macam antara lain sebagai
berikut :
1. Pengelasan Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan
dengan menggunakan arus listrik yang Membentuk busur arus dan elektroda
berselaput. Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda
terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan
(pressure) gas inert untuk menghilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat
menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan. Proses
pengelasan terjadi karena adanya hambatan arus listrik yang mengalir diantara
elektroda dan bahan las yang menimbulkan panas mencapai 3000o C, sehingga
membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair (Katalog Dalam Terbitan,
Teknik Las SMAW, Edisi Pertama 2013, Kementrian Pendidikan & Kebudayaan
Keuntungan pengelasan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan
paling serba guna. Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan
perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas. SMAW
5
bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan
sebatang elektroda. Sambungan- sambungan pada daerah dimana pandangan mata
terbatas masih bisa di las dengan cara membengkokkan elektroda. Proses SMAW
digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous non ferrous,
termasukbaja karbon dan baja paduan rendah, stainless stell, paduan-paduan nikel,
cast iron, dan beberapa paduan tembaga.
Kelemahan SMAW, meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya
guna tinggi, proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju
pengisisiannya lebih rendah disbanding pengelasan semi- otomatis atau otomatis
lainnya. Panjang elektoroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan stelag sebatang
elektorda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan waktu juga
terbuang untuk mengganti elektroda. Slag atau terak yang terbentuk harus
dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya.
6
2. Pengelasan Submerged Arc Welding (SAW)
Las busur rendam Submerged Arc Welding (SAW) adalah suatu cara
mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks yang diatur melalui suatu
penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara
terus menerus.
Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat
sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena
mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang
alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut
maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh.
3. Pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Pada proses GMAW (Gas Metal Arc Welding), elektrodanya adalah kawat
menerus dari 1 (satu) gulungan yang disalurkan melalui pemegang elektroda. Mula-
mula metode ini dipakai hanya dengan perlindungan gas mulia (tidak reaktif)
sehingga disebut MIG (Metal Inert Gas/Gas Logam Mulia). Gas yang reaktif
biasanya tidak praktis, kecuali CO2 (Karbon Dioksida). Gas CO2, baik CO2 saja
atau dalam campuran dengan gas mulia, banyak digunakan dalam pengelasan baja
(Fuadi, 2015).
7
Pencampuran gas mulia dan gas reaktif membuat busur nyala lebih stabil dan kotoran
selama pemindahan logam lebih sedikit. Pemakaian CO2 saja untuk pengelasan baja
merupakan prosedur termurah karena rendahnya biaya untuk gas pelindung, tingginya
kecepatan pengelasan, lebih baiknya penetrasi sambungan, dan baiknya sifat mekanis
timbunan las. Satu - satunya kerugian ialah pernakaian CO2 menimbulkan kekasaran dan
kotoran yang banyak (Fuadi, 2015).
8
3. American Society of Mechanical Engineers
Asosiasi amerika ini dibentuk sebagai lembaga teknik, organisasi
standar, organisasi penelitian dan pengembangan, lembaga pelatihan dan
pendidikan, dan organisasi non-profit.
9
2.3 Jenis-jenis Sambungan Las
1
BAB III
METODE PRAKTIKUM PENGELASAN
1
3.2.2 Helm Las
Helm las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las yang
dapat merusak kulit maupun mata, helm las ini dilengkapi degan kaca khusus yang
dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca las yang
dipakai, tergantung pada pelaksanaan pengelasan.
1
3.2.4 Sikat Las
Sikat las biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran sisa las-lasan yang
masih ada. Bulu sikat ini terdiri dari kawat yang berdiameter kecil.
1
3.2.5 Pemegang Elektroda
Pemegang elektroda atau disebut tangnlas adalah perangkat penjepit kawat
las/elektroda yang berfungsi pelebur kawat las dengan aliran tegangan listrik yang
tinggi.
1
3.2.8 Apron / Pakaian Kerja Las
Apron adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh tubuh dari
panas percikan las.
1
3.2.10 Besi Plat
Bahan yang digunakan pada pratikum pengelasan.
1
3.3.2 Prosedur Praktikum
Teknik Pengelasan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mendukung hasil las yang mulus, kuat dan efisien
diantaranya.
a. Parameter Pengelasan yang meliputi panjang busur, arus
listrik, dan ketebalan benda.
b. Menyalakan dan mematikan busur listrik
1) Scratcing Methode
2) Tapping method
c. Gerakan elektroda
1) Gerkan menarik (dragging motion)
2) Gerakan maju-mundur (whipping motion)
3) Gerakan melebar (weaving motion)
d. Menyambung las
1) Terak yang ada didalam las dibersihkan
2) Lengkung listrik dinyalakan dengan jarak kira-kira
setengah inchi didepan kawah las
3) Elektroda digerakan ke kawah las dan diisi hingga sama
besar dengan jalur ls sebelumnya
e. Perencanaan sambugan (joint design)
f. Posisi pengelasan (welding position)
Langkah percobaan
1. Pastikan semua instrumen peralatan praktikum bekerja
dengan baik.
2. Siapkan buku dan pulpen untuk mencatat yang dianggap
penting.
3. Langkah selanjutnya pakailah Alat Pelindung Diri untuk
Keselamatan Kerja.
4. Setelah itu hidupkan power listrik.
1
5. Selanjutnya lakukanlah praktikum pengelasan dengan
hati- hati sesuai prosedur yang sudah ditentukan.
6. Setelah selesai jangan lupa matikan power listrik.
7. Lalu bersihkan tempat kerja praktikum
8. Praktikum selesai.
1
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM PENGELASAN
1
4.2 Pembahasan
Pada pratikum pengelasan ini kami diberikan 2 buah plat material yang
memiliki bentuk persegi panjang. Dimana 2 buah plat material ini akan kami
sambung kembali dengan membentuk hurup T dengan cara di las bagian
tengah dari satu plat yang dijadikan alas dan untuk plat satu nya dibikin tegak
lurus ditengah-tengah plat yang dijadikan alas. Hasilnya bisa dilihat pada
gambar diatas dimana hasil las masih sangat memiliki kekurangan karena
kurangnya pengetahuan tentang pengelasan tetapi masih bisa dilakukan
karena dibimbing dan diawasi oleh dosen dan pengawas agar praktikum tetap
bisa dilaksanakan.
2
4.3 Lembar Penilaian
Keterangan :
L : Lulus
LT : Tidak Lulus
2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
2
5.2 Saran
Sebelum kita mengelas, kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja
yang akan dilas, ataukah sama atau berbeda. Kontruksi dimaksudkan untuk
menahan beban, tekanan, punter, basah, serangan karat dan lain sebagainya.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat ditentukan sebagai berikut.
1. Prosedur pengelasan yang tepat.
2. Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat.
3.Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memenuhi syarat dan
ekonomis.
2
DAFTAR PUSTAKA
2
LAMPIRAN PRAKTIKUM PENGELASAN
2
2
2
2