Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIKA


“PENGELASAN”

Kelompok II
Kelas : Teknik Mesin Reguler Pagi Banjarbaru

Disusun Oleh :
Defpri S NPM 2006010082
Deden Suprianto NPM 2006010043
Ghina Fariza Alam NPM 2006010063
Gusti Hadi Wijaya NPM 2006010020
Hidlir Ali NPM 2006010004

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2022

I
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK
Dosen pengampu Praktikum Teknologi Mekanik dengan ini menyatakan bahwa :
Kelompok II
Kelas : Teknik Mesin Reguler Pagi BanjarBaru
Defpri S NPM (2006010082)
Deden suprianto NPM (2006010043)
Ghina fariza alam NPM (2006010063)
Gusti hadi wijaya NPM (2006010020)
Hidlir ali NPM (2006010004)

1. Telah melaksanakan Praktikum Teknologi Mekanik dan melakukan perbaikan-perbaikan


yang disarankan oleh Dosen pengampu/Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan Laporan lengkap Praktikum Teknologi Mekanik yang disetujui oleh
dosen pengampu.
Catatan Tambahan:

Banjarbaru, juli 2022


Dosen Pengampu Kalab. Teknik Mesin

Mujiburrahman, ST.,MT Mujiburrahman, ST,.MT


NIK. 06.1611.967 NIK. 06.1611.967

Mengetahui,
Kaprodi. Teknik Mesin

Muhammad Firman, ST,.MT


NIP. 197202226.200501.1.003

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga
laporan praktikum ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya yang diprogramkan oleh mata
kuliah Praktikum Teknologi Mekanik.
Laporan Praktikum Pengelasan, Bubut, dan Kerja Bangku disusun sebagai bukti bahwa
telah melaksanakan Praktikum mata kuliah Praktik Teknologi Mekani dan tidak lupa penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Abd Malik, SPt., Msi., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al-Banjari.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Marsudi, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- Banjari.
3. Bapak Muhammad Firman, S.T., M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Mesin Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- Banjari.
4. Bapak Mujiburrahman, S.T., M.T. selaku Dosen Pengampu Matakuliah Teknologi
Mekanik sekaligus Kepala Ruang Lab Teknik Mesin.
5. Seluruh Asisten Dosen/Lab yang mendampingi Praktikum Teknologi Mekanik.
6. Juga pihak-pihak lain yang telah ikut terlibat dan mendukung dalam penyelesain laporan
ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Dalam
penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman masih
sangat terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan sangat kami
harapkan.

Banjarbaru, Mei 2022

Kelompok II

I
DAFTAR ISI

SAMPUL LAPORAN........................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................II
KATA PENGANTAR....................................................................................................III
DAFTAR ISI...................................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................V

PENGELASAN..................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang pengelasan....................................................................................1
1.2 Tujuan praktikum pengelasan...............................................................................2
1.3 Manfaat praktikum pengelasan.............................................................................2
BAB II Tinjau pustaka........................................................................................................3
2.1 Pengelasan.............................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Pengelasan...........................................................................................5
2.3 Standarisasi Pengelasan.............................................................................8
2.4 Jenis-jenis Sambungan Las.................................................................................10
BAB III Metode praktikum pengelasan............................................................................11
3.1Tempat dan waktu praktikum................................................................................11
3.2Alat dan bahan praktikum.....................................................................................11
BAB IV HASIL PRAKTIKUM PENGELASAN.............................................................19
4.1 Gambar hasil praktikum.......................................................................................19
4.2 Pembahasan..........................................................................................................20
4.3 Lembar penilaian..................................................................................................21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................22
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
5.1 Saran.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24

LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM................................................................................25


DAFTAR GAMBAR
MESIN LAS
Gambar 3.2.1 Mesin Las............................................................................................11
Gambar 3.2.2 Helm Las.............................................................................................12
Gambar 3.2.3 Palu Las...............................................................................................12
Gambar 3.2.4 Sikat Las..............................................................................................13
Gambar 3.2.5 Kabel Elektroda...................................................................................13
Gambar 3.2.6 Pemegang Elektroda...........................................................................14
Gambar 3.2.7 Gurinda Tangan...................................................................................14
Gambar 3.2.8 Apron..................................................................................................15
Gambar 3.2.9 Kawat Elektroda..................................................................................15
Gambar 3.2.10 Besi Plat............................................................................................16

V
PENGELASAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengelasan

Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan
teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya.
Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan.

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan
DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau
logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum
pengelasan dapat didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang logam
dengan memanfaatkan energi panas.

Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau
pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau
dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas
pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat
dan tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997).

Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut
hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik (Shielded Metal Arc Welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy Acetylene
Welding/OAW).

1
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
di dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan
dan kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik pemesinan.

1.2 Tujuan Praktikum Pengelasan

1.2.1 Tujuan umum praktikum pengelasan dasar adalah:


1. Siswa memiliki ketrampilan.
2. Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja.
3. Siswa mampu menggunakan alat kerja dengan baik dan benar.
4. Siswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

1.2.2 Tujuan khusus praktikum pembentukan dasar adalah:

1. Mahasiswa mengetahui praktikum pengelasan.


2. Mahasiswa mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las busur listrik
Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
3. Mahasiswa mengetahui APD yang digunakan.
4. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las busur listrik
(Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
5. Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala yang di alami selama kegiatan
praktik pengelasan

1.3 Manfaat Praktikum Pengelasan


Yang menjadi manfaat dalam praktikum pengelasan ini adalah sebagai berikut:

1. Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan, sehingga


terampil melaksanakannya.
2. Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan sehingga mampu
menerapkannya pada dunia industri.
3. Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga saat menjadi tenaga
pendidik mampu mengajarkan siswanya dengan baik.
4. Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) mampu mengoperasikan mesin las busur
listrik Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengajukan sertifikasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelasan

Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu
(Sonawan, 2004).

Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000).

Parameter arus pengelasan berdasarkan Kobelco Welding Handbook untuk


pengelasan FCAW dengan elektroda AWS A5.20 E71T-1C diameter 1,2 mm akan
melebur berada pada range 120~300 ampere, sehingga disesuaikan dengan spesifikasi
inventer yaitu pada pengaturan dial 4 (130A), 5 (160A) dan 6 (190A). Pengaturan besar
kuat arus pengelasan akan sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Bila arus yang
digunakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya busur listrik untuk mulai
menyala dan busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Dan panas yang terjadi tidak
cukup untuk melelehkan elektroda dan juga bahan dasar las, sehingga hasil alur las yang
nampak kecil dan tidak rata serta penembusan kurang dalam. Sebaliknya, bila arus
terlalu besar maka elektroda akan meleleh terlalu cepat dan akan menghasilkan
permukaan las yang terlalu lebar dari yang diharapkan dan penembusan yang terlalu
dalam sehingga mengakibatkan kekuatan tarik yang rendah dan bahan dasar las menjadi
semakin rapuh (Arifin, 1997).

3
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus, kecepatan
pengelasan, dan polaritas listrik (Suharto, 1991). Penentuan besarnya arus dalam
penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan
bahan las (Donnelley, 2004). Dalam hasil penelitiannya, Raharjo dan Rubijanto (2012),
menyebutkan bahwa kekerasan sambungan las tertinggi di daerah HAZ karena ukuran
butir daerah ini sangat halus dan kecil. Dari variasi arus pengelasan yang memiliki
kekerasan tertinggi pada arus 130 Amper yaitu 67 HRA, disebabkan memiliki
temperatur sangat tinggi dan sambungan terdiffusi secara sempurna. Sedangkan untuk
kekuatan tarik juga dimiliki oleh arus 130 Amper yaitu 668,2 Mpa. Untuk sambungan
terlebur dengan baik dan api las lebih stabil dan sambungan yang banyak mengalami
kecacatan pada arus terkecil, karena arus rendah tidak mampu melebur kawat elektroda
yang besar dan logam induk yang tebal menjadikan banyak cacat pada permukaan
logam, sedangkan pada bagian dalam sambungan las tidak mampu mencairkan dua
logam induk maka difusi sedikit.

Pengaruh kuat arus pengelasan terhadap kekerasan dan kekuatan tarik, Mohruni
(2013) menyebutkan bahwa, besar kuat arus listrik mempengaruhi kekerasan, tegangan
tarik dan susunan struktur mikro dari setiap spesimen. Hal ini disebabkan bila arus
listrik yang diberikan semakin besar, maka masukan panas (Heat Input) yang diberikan
pada spesimen akan semakin besar. Heat input dinotasikan pada persamaan sebagai
berikut.

Dimana:

H = Heat Input (kJ/mm) E


= Voltase (V)

I = Kuat Arus (Ampere)

S = Kecepatan Pengelasan (mm/s).

Pada arus listrik rendah, nilai kekerasan dari spesimen akan cenderung semakin
tinggi dan berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada pengelasan
semakin besar. Begitu juga dengan tegangan tarik dari setiap spesimen. Pada arus
listrik rendah, nilai kekerasan dari spesimen akan cenderung semakin tinggi dan
berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada pengelasan semakin besar.
Begitu juga dengan
4
tegangan tarik dari setiap spesimen
Arus pengelasan juga berpengaruh terhadap distorsi. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Broto dan Suparjo (2013) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi
arus pengelasan yang digunakan dapat menurunkan terjadinya distorsi arah transversal
pada pengelasan pelat datar menggunakan las GMAW. Sedangkan dari Huda (2013),
dalam pengelasan SMAW terhadap sambungan Butt-Join baja AISI 4140 mendapatkan
kesimpulan bahwa variasi arus yang besar cenderung menimbulkan distorsi sudut yang
besar. Pada variasi arus 120 Amper memiliki nilai distorsi yang lebih besar
dibandingkan nilai distorsi sudut pada variasi arus 110 Amper dan 100 Amper.
Pengelasan dengan menggunakan las FCAW dengan bahan baja A36 yang telah
dilakukan oleh Subeki (2016), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil
pengukuran distorsi pada pengelasan tanpa pemanasan awal terjadi dengan bentuk
kurva longitudinal dan transversal dengan distorsi maksimum 10,56 mm dan distorsi
transversal sebesar 5,8 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pendinginan pasca
pengelasan sangat mempengaruhi bentuk distorsi. Sedangkan dengan menambahkan
suhu preheat 200°C, jumlah distorsi longitudinal sebesar 2 mm dan transversal 3,2
mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pemanasan awal sekitar daerah las sangat
mempengaruhi bentuk distorsi.
2.2 Jenis-jenis Pengelasan
Secara proses, pengelasan dapat di bedakan atas beberapa macam antara lain sebagai
berikut :
1. Pengelasan Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan
dengan menggunakan arus listrik yang Membentuk busur arus dan elektroda
berselaput. Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda
terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan
(pressure) gas inert untuk menghilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat
menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan. Proses
pengelasan terjadi karena adanya hambatan arus listrik yang mengalir diantara
elektroda dan bahan las yang menimbulkan panas mencapai 3000o C, sehingga
membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair (Katalog Dalam Terbitan,
Teknik Las SMAW, Edisi Pertama 2013, Kementrian Pendidikan & Kebudayaan
Keuntungan pengelasan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan
paling serba guna. Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan
perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas. SMAW

5
bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan
sebatang elektroda. Sambungan- sambungan pada daerah dimana pandangan mata
terbatas masih bisa di las dengan cara membengkokkan elektroda. Proses SMAW
digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous non ferrous,
termasukbaja karbon dan baja paduan rendah, stainless stell, paduan-paduan nikel,
cast iron, dan beberapa paduan tembaga.
Kelemahan SMAW, meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya
guna tinggi, proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju
pengisisiannya lebih rendah disbanding pengelasan semi- otomatis atau otomatis
lainnya. Panjang elektoroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan stelag sebatang
elektorda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan waktu juga
terbuang untuk mengganti elektroda. Slag atau terak yang terbentuk harus
dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya.

6
2. Pengelasan Submerged Arc Welding (SAW)
Las busur rendam Submerged Arc Welding (SAW) adalah suatu cara
mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks yang diatur melalui suatu
penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara
terus menerus.
Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat
sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena
mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang
alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut
maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh.
3. Pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Pada proses GMAW (Gas Metal Arc Welding), elektrodanya adalah kawat
menerus dari 1 (satu) gulungan yang disalurkan melalui pemegang elektroda. Mula-
mula metode ini dipakai hanya dengan perlindungan gas mulia (tidak reaktif)
sehingga disebut MIG (Metal Inert Gas/Gas Logam Mulia). Gas yang reaktif
biasanya tidak praktis, kecuali CO2 (Karbon Dioksida). Gas CO2, baik CO2 saja
atau dalam campuran dengan gas mulia, banyak digunakan dalam pengelasan baja
(Fuadi, 2015).

Argon sebenarnya dapat digunakan sebagai gas pelindung untuk pengelasan


semua logam, namun, gas ini tidak dianjurkan untuk baja karena mahal serta
kenyataan bahwa gas pelindung dan campuran gas lain dapat digunakan. Untuk
pengelasan baja karbon dan beberapa baja paduan rendah baik (1) 75% argon dan
25% CO, ataupun (2) 100% CO2 lebih dianjurkan. Untuk baja paduan rendah yang
keliatannya (toughness), disarankan pemakaian campuran dari 60-70% helium, 25-
30% argon, dan 4-5% C02 (Fuadi, 2015).

Selain melindungi logam yang meleleh dari atmosfir, gas pelindung


mempunyai fungsi sebagai berikut.

1) Mengontrol karakteristik busur nyala dan pernindahan logam.

2) Mempengaruhi penetrasi, lebar peleburan, dan bentuk daerah las.

3) Mempengaruhi kecepatan pengelasan.

4) Mengontrol peleburan berlebihan (undercutting).

7
Pencampuran gas mulia dan gas reaktif membuat busur nyala lebih stabil dan kotoran
selama pemindahan logam lebih sedikit. Pemakaian CO2 saja untuk pengelasan baja
merupakan prosedur termurah karena rendahnya biaya untuk gas pelindung, tingginya
kecepatan pengelasan, lebih baiknya penetrasi sambungan, dan baiknya sifat mekanis
timbunan las. Satu - satunya kerugian ialah pernakaian CO2 menimbulkan kekasaran dan
kotoran yang banyak (Fuadi, 2015).

4. Pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW)


Pengelasan FCAW adalah Las busur listrik yang kawat lasnya terdapat fluk
(pelindung inti tengah). Las FCAW adalah kombinasi antara proses pengelasan
GMAW, SMAW dan SAW. Dalam pengelasan FCAW ini sumber energi
menggunakan arus listrik DC atau AC yang diambil dari pembangkit listrik atau
melalui trafo dan atau rectifier.
Pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses kerjanya
memasok filler elektroda atau kawat las secara mekanis terus menerus ke dalam
busur listrik. Kawat las atau Elektroda yang digunakan untuk pengelasan FCAW
terbuat dari logam tipis yang digulung cylindrical kemudian dalamnya di isi
dengan flux yang sesuai dengan kegunaannya. Proses Pengelasan FCAW ini
sebenarnya sama dengan pengelasan GMAW, namun membedakan adalah kawat
las atau elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks sedangkan GMAW
berbentuk solid.
2.2 Standarisasi Pengelasan

1. Standar Nasional Indonesia


Standar yang berlaku secara nasional di Indonesia adalah SNI. Standar ini
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang sebelumnya
dirumuskan oleh Panitia Teknis.
2. American National Standards Institute
ANSI merupakan organisasi non-profit Amerika yang membuat standar untuk
produk, pelayanan, proses, sistem, dan personal di Amerika Serikat. Organisasi ini
juga menjembatani antara standar yang digunakan di dalam negeri dengan standar
internasional.

8
3. American Society of Mechanical Engineers
Asosiasi amerika ini dibentuk sebagai lembaga teknik, organisasi
standar, organisasi penelitian dan pengembangan, lembaga pelatihan dan
pendidikan, dan organisasi non-profit.

4. American Society for Testing and Materials


ASTM adalah organisasi standar internasional yang membuat dan
menerbitkan standar teknis untuk material, produk, sistem, dan pelayanan.
5. American Welding Society
AWS dibentuk sebagai lembaga pendidikan dan penelitian, standarisasi,
dan sertifikasi yang difokuskan pada bidang pengelasan.
6. British Standards
British Standards merupakan standar untuk produk dan layanan yang
dibuat oleh British Standards Institution Group (BSI Group) di Inggris.
7. Deutsches Institut fur Normung (German Institute for Standardization)
Organisasi pembuat standar nasional German bernama DIN. DIN
membuat standar baik untuk keperluan domestik, standar Eropa, maupun
standar internasional yang terkorelasi dengan standar ISO.

8. Japan Industrial Standards


Jepang membentuk standar JIS untuk standar aktivitas industrial di
dalam negeri. Proses pembuatan standarisasi ini dikordinasikan oleh Japanese
Industrial Standards Committee, dan diterbitkan melalui Japanese Standards
Association.
9. International Organization for Standardization
ISO adalah organisasi independen yang membuat standar internasional
dan memfasilitasi perdagangan dunia dengan membuat standar umum antar
negara. Standar yang dibuat oleh ISO menjadi jembatan antara standar-standar
berbeda di tiap negara.

10. National Electrical Manufacturers Association


Asosiasi ini merupakan asosiasi perdagangan manufaktur peralatan
elektrik di Amerika Serikat. NEMA menerbitkan standar yang diperuntukkan
mulai dari peralatan pembangkit, penyalur, pembagi, pengatur, dan peralatan
pengguna daya elektrik.

9
2.3 Jenis-jenis Sambungan Las

1. Sambungan T (Tee Joint)


Sesuai namanya, T joint adalah jenis sambungan yang berbentuk menyerupai
huruf T. Tipe sambungan ini banyak sekali diaplikasikan untuk konstruksi atap,
konveyor, dan beberapa jenis konstruksi lainnya. Sambungan T dibuat dengan
memotong 2 bagian pada sudut 90° dengan satu bagian yang terletak di tengah
bagian lainnya secara tegak lurus yang membentuk huruf T.
2. Butt Joint
Merupakan sambungan yang dibentuk dengan cara menyatukan ujung pada
kedua bagian. Pada sambungan las butt joint, bedua bagian objek yang ingin dilas
diletakkan pada bidang yang sama dan saling berdampingan. Secara
pengaplikasian, sambungan butt joint ini adalah sambungan yang paling sederhana
yang digunakan untuk menyatukan objek las. Butt joint biasanya digunakan pada
bahan dengan tebal 3/16 In. Sambungan ini tidak disarankan untuk digunakan
pada logam yang bekerja untuk beban tinggi.
3. Lap Joint
Adalah sambungan yang terdiri dari dua benda kerja / objek las yang saling
bertumpukan (tumpeng tindih). Pengaplikasian sambungan ini biasanya cenderung
untuk objek berbentuk plat tipis seperti body kereta. Lap joint bisa diaplikasikan
pada salah satu sisi saja atau pada kedua sisi agar kekuatan las lebih baik.
4. Corner Joint (Sambungan Sudut)
Corner Joint adalah sambungan yang dibentuk dari dua buah benda kerja /
objek dengan cara lasnya membentuk sudut berbentuk huruf “L. Hampir sama
dengan Tee Joint, bedanya sambungan ini dibentuk pada ujung objek lainnya.
5. Edge Joint
Edge joint diaplikasikan dengan cara menggabungkan 2 buah objek / benda las
yang dibentuk secara parallel. Kedua bagian tersebut juga dapat dibuat sejajar atau
memiliki flensing edge

1
BAB III
METODE PRAKTIKUM PENGELASAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


3.1.1 Tempat Praktikum
Praktikum bertempat di Laboraturium Teknik Mesin Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, Jl. Handil Bhakti, kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
3.1.2 Waktu Praktikum
Adapun waktu pelaksanaan praktikum pengerjaan pengujian ini dilaksanakan
pada 1 Juni 2022 dimulai dari pukul 14.00 WITA s/d selesai.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Mesin Las dan Perlengkapan
Mesin Lass Maw dihasilkan dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat
mencapai 4000 derajat c sampai 4500 derajat c. sumber tegangan yang digunakan
pada pengelasan SMAW ini ada dua macam yaitu AC (arus bolak-balik) dan DC
(arus searah).

Gambar 3.2.1 Mesin Las (sumber: dokumentasi)

1
3.2.2 Helm Las
Helm las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las yang
dapat merusak kulit maupun mata, helm las ini dilengkapi degan kaca khusus yang
dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca las yang
dipakai, tergantung pada pelaksanaan pengelasan.

Gambar 3.2.2 Helm Las


(sumber: google
images)

3.2.3 Palu Las


Palu digunakan untuk membuang/mengeluarkan hasil sisa terak pengelasan pada
benda kerja.

Gambar 3.2.3 Palu Las


Gambar 3.2.3 palu las
(sumber: google
images)

1
3.2.4 Sikat Las
Sikat las biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran sisa las-lasan yang
masih ada. Bulu sikat ini terdiri dari kawat yang berdiameter kecil.

Gambar 3.2.4 Sikat Las


(sumber: google
images)

2.3.5 Kabel Elektroda


Berfungsi untuk menghantarkan listrik dari mesin las ke holder atau elektroda
yang akan membuat nyala busur listrik jika disentuhkan ke benda kerja.

Gambar 3.2.5 Kabel Elektroda


(sumber: google images)

1
3.2.5 Pemegang Elektroda
Pemegang elektroda atau disebut tangnlas adalah perangkat penjepit kawat
las/elektroda yang berfungsi pelebur kawat las dengan aliran tegangan listrik yang
tinggi.

Gambar 3.2.6 Pemegang Elektroda


(sumber: google images)

3.2.7 Gurinda Tangan


Gurinda tangan digunakan untuk menghaluskan permukaan pada bahan yang
akan digunakan.

Gambar 3.2.7 Gurinda Tangan


(sumber: google images)

1
3.2.8 Apron / Pakaian Kerja Las
Apron adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh tubuh dari
panas percikan las.

Gambar 3.2.8 Apron


(sumber: dokumentasi pribadi)
3.2.9 Kawat Elektroda
Elektroda atau kawat las merupakan benda yang digunakan untuk
melakukan pengelasan.

Gambar 3.2.9 Kawat Elektroda


(sumber: google images)

1
3.2.10 Besi Plat
Bahan yang digunakan pada pratikum pengelasan.

Gambar 3.2.10 Besi Plat


(sumber: dokumentasi
pribadi)

3.3 Jobsheet dan Prosedur Praktikum


3.3.1 Jobsheet Praktikum

Gambar 3.3.1 Jobsheet Praktikum


(sumber: groub wa praktikum tekmek)

1
3.3.2 Prosedur Praktikum

Teknik Pengelasan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mendukung hasil las yang mulus, kuat dan efisien
diantaranya.
a. Parameter Pengelasan yang meliputi panjang busur, arus
listrik, dan ketebalan benda.
b. Menyalakan dan mematikan busur listrik
1) Scratcing Methode
2) Tapping method
c. Gerakan elektroda
1) Gerkan menarik (dragging motion)
2) Gerakan maju-mundur (whipping motion)
3) Gerakan melebar (weaving motion)
d. Menyambung las
1) Terak yang ada didalam las dibersihkan
2) Lengkung listrik dinyalakan dengan jarak kira-kira
setengah inchi didepan kawah las
3) Elektroda digerakan ke kawah las dan diisi hingga sama
besar dengan jalur ls sebelumnya
e. Perencanaan sambugan (joint design)
f. Posisi pengelasan (welding position)

Langkah percobaan
1. Pastikan semua instrumen peralatan praktikum bekerja
dengan baik.
2. Siapkan buku dan pulpen untuk mencatat yang dianggap
penting.
3. Langkah selanjutnya pakailah Alat Pelindung Diri untuk
Keselamatan Kerja.
4. Setelah itu hidupkan power listrik.

1
5. Selanjutnya lakukanlah praktikum pengelasan dengan
hati- hati sesuai prosedur yang sudah ditentukan.
6. Setelah selesai jangan lupa matikan power listrik.
7. Lalu bersihkan tempat kerja praktikum
8. Praktikum selesai.

1
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM PENGELASAN

4.1 Gambar Hasil Praktikum Pengelasan


Dua potong besi dengan panjang 160cm dan 2 potong dengan panjang 80cm
Di gabungkan dengan teknik tee joint
Pada bagian tengah besi 4 potong di gabungkan dengan teknik tee joint juga
Untuk bagian atas pengelasan menggunakan teknik corner joint membentuk sudut siku persegi
panjang
Untuk finishing gunakan mesin gerinda untuk menghaluskan permukaan setelah pengelasan
untuk hasil dapat dilihat di bawah ini

Gambar 4.1.1 besi galvanis


(sumber: dokumentasi
pribadi)

1
4.2 Pembahasan
Pada pratikum pengelasan ini kami diberikan 2 buah plat material yang
memiliki bentuk persegi panjang. Dimana 2 buah plat material ini akan kami
sambung kembali dengan membentuk hurup T dengan cara di las bagian
tengah dari satu plat yang dijadikan alas dan untuk plat satu nya dibikin tegak
lurus ditengah-tengah plat yang dijadikan alas. Hasilnya bisa dilihat pada
gambar diatas dimana hasil las masih sangat memiliki kekurangan karena
kurangnya pengetahuan tentang pengelasan tetapi masih bisa dilakukan
karena dibimbing dan diawasi oleh dosen dan pengawas agar praktikum tetap
bisa dilaksanakan.

2
4.3 Lembar Penilaian

Aspek yang Diukur Kriteria Penilaian L / LT Rekomen


dasi
Lebar jalur las ( elektroda 3,2mm 7mm +2; - 0 mm
)
Lebar jalur las ( elektroda 2,6mm 5mm +2; - 0 mm
)
Tinggi jalur las 1mm, 0,5mm
Kelurusan jalur las Penyimpangan maks.
20%.
Rigi las 85% rata dan halus
Undercut Maks. 15% x 0,5mm
Overlap Tidak terjadi overlap
Kebersihan Bebas dari percikan dan
terak

Keterangan :
L : Lulus
LT : Tidak Lulus

2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Mengacu pada permasalahan terkait proses pengelasan menggunakan


las busur listrik atau las SMAW (Shield Metal Arc Welding) didapat
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan
dalam jangka waktu yang tidak singkat.
2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan
hasil lasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena
kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan
elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan
menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena
itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
3. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan
ujung elektroda tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti
tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam
mengelas ini relatif cukup stabil.
4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil
lasan. Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan
jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika
sangat jauh elektroda akan mati.
5. Saat penyambungan dua buah benda diusahakan pada bagian
sambungan tidak ada rongga, maka hasil lasan akan rapih dan kuat.
6. Pengelasan sudut dalam dan sudut luar harus memperhatikan lelehan
elektroda agar memperoleh sambungan yang baik dan rapih.

2
5.2 Saran
Sebelum kita mengelas, kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja
yang akan dilas, ataukah sama atau berbeda. Kontruksi dimaksudkan untuk
menahan beban, tekanan, punter, basah, serangan karat dan lain sebagainya.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat ditentukan sebagai berikut.
1. Prosedur pengelasan yang tepat.
2. Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat.
3.Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memenuhi syarat dan
ekonomis.

2
DAFTAR PUSTAKA

Akmal. 2013. SMAW. http://akmalchaka.blogspot.com/2010/04/smaw-


shielded- metal-arc welding.html (Diunduh pada minggu,04 Juli
2021)

Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th


Edition.
The Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois,
USA.

FT ITS. 2010. Proses Pengelasan. digilib.its.ac.id/public/ITS-


Undergraduate- 16681-2706100029 Chapter1.pdf las smaw pdf
(Diunduh 04
Juli 2021
pukul 20.33 WIB)

Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,


Alfabeta, Bandung.

Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian


Pendidikan & Kebudayaan, Malang

2
LAMPIRAN PRAKTIKUM PENGELASAN

Gambar 5.1 pengelasan

Gambar 5.2 memotong besi galvanis

2
2
2
2

Anda mungkin juga menyukai