Anda di halaman 1dari 3

CARDIO THORAX RATIO (CTR)

1. Pengertian
CTR (Cardio Thorax Ratio) adalah cara pengukuran besar nya jantung
dengan mengukur perbandingan antara ukuran jantung dengan lebarnya rongga
dada pada foto thorax proyeksi PA.

2. Teknik Cardio Thorax Ratio


Untuk mendapatkan gambaran dari bayangan jantung, kita membutuhkan
sebuah foto thorax dengan proyeksi Postero Anterior (PA). Untuk mendapatkan
foto thorax yang baik, maka harus mengikuti Teknik Radiografi Thorax yang
benar.
Posisi Pasien diupayakan untuk berdiri (erect) membelakangi tabung sinar-x.
Hal ini dikarenakan, saat berdiri, maka semua bentuk anatomi dari Paru-Paru dan
Jantung berada pada posisi yang normal. Jika foto thorax terutama untuk melihat
bayangan jantung dilakukan supine (tidur terlentang), maka gambaran jantung
akan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan berdiri. Jantung itu ibarat balon
yang diisi dengan air, sehingga apabila diposisikan supine akan melebar ke
samping. Lagipula dengan posisi pasien yang erect, foto thorax akan memberikan
informasi tambahan yang sebenarnya, seandainya saja pada rongga thorax pasien
terdapat cairan. Dengan berdiri, cairan akan berada di bawah (sesuai dengan sifat
air yang selalu menempati tempat terbawah), sehingga mudah di diagnosa.
Kedua punggung tangan diletakkan di atas pinggang masing-masing. Kedua
shoulder terletak pada bidang yang sama supaya thorax simetris antara kanan dan
kiri. Kepala di ekstensikan dan dagu diletakkan di atas kaset atau bucky stand.
Kedua siku di dorong kedepan supaya bagian anterior dada menempel sempurna
di kaset. Central Ray di arahkan tegak lurus horizontal terhadap kaset dan di
pusatkan setinggi thorakal VI.
Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR
nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan
CTR ini.
1) Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas
sampai ke bawah thorax.
2) Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai
titik A.
3) Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai
titik B.
4) Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B.
5) Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6) Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis
mediastinum.
7) Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik
D.
8) Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di
dapatkan foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita
hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :

Panjang Gari A ke B
X 100%
Panjang Garis C ke D

Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan
50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung
(Cardiomegally).

Contoh:
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung
Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A ke B = 10 cm
Panjang garis C ke D = 15 cm
Dari nilai- nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan
sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab:
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan
nilai-nilai tersebut di atas.

Karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat
dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).

Anda mungkin juga menyukai