Anda di halaman 1dari 31

Struktur Rangka

Batang

BAB III
STRUKTUR RANGKA BATANG ( TRUSS )

3.1 UMUM

Struktur balok diatas dua tumpuan, akibat beban luar akan menahan
regangan tarik dan tekan, yang mencapai harga ekstrem pada tepi
penampangnya, dengan demikian bahan yang berada didalam balok
menjadi tidak efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
diusahakan bahan dipusatkan pada tempat dengan tegangan normal
ekstrim itu, dalam bentuk batang-batang (serat tepi bawah dan atas)
dan untuk mencapai suatu kestabilan terhadap geser, batang-batang
tersebut dihubungkan oleh batang-batang lain dalam arah tegak dan
diagonal.

Struktur tersebut yang disebut dengan Struktur Rangka Batang


(truss).
Rangka batang dimaksud tersusun dalam satu atau lebih segitiga-
segitiga yang mentransfer beban-beban dengan membangun gaya-
gaya aksial (normal).

Contoh yang umum adalah jembatan, menara , dan rangka kuda-kuda


atap. Batang–batang yang digunakan antara lain adalah balok I, balok
alur, baja siku atau bentuk khusus yang dipasang terpadu pada ujung-
ujungnya.

3.2 RANGKA BATANG BIDANG

Jika batang-batang rangka terletak pada sebuah bidang tunggal, maka


rangka batang tersebut, disebut rangka batang bidang. Beberapa
contoh rangka batang yang umumnya banyak digunakan dan dapat

MEKANIKA TEKNIK II III-1


Struktur Rangka
Batang

dianalisa sebagai rangka batang bidang, antara lain adalah type Pratt,
Howe, Warren, rasuk K, Baltimore dan Pink yang biasanya dipakai
untuk rangka jembatan atau rangka kuda-kuda atap, dapat dilihat
seperti gambar berikut :

a) Rangka Jembatan.

Type Camel Back

Type Petit

MEKANIKA TEKNIK II III-2


Struktur Rangka
Batang

Gambar III – 1

MEKANIKA TEKNIK II III-3


Struktur Rangka
Batang

b) Rangka Kuda-Kuda Atap.

Gambar III – 2

MEKANIKA TEKNIK II III-4


Struktur Rangka
Batang

3.3 ELEMEN DASAR

Elemen dasar dari rangka batang adalah segitiga

Tiga batang yang disatukan oleh


pin/engsel (jepit putar) pada ujungnya,
(gambar a) akan membentuk suatu
kerangka yang tegar (stabil)

Empat batang atau lebih yang


disambung dengan jepit putar
(pin/engsel) membentuk poligon yang
terdiri dari banyak sisi, akan menjadi
kerangka yang tidak stabil (gambar b)

Kerangka yang tidak stabil pada


gambar (b) dapat dibuat menjadi stabil
dengan menambahkan batang diagonal
yang menghubungkan titik simpul A
dengan C seperti gambar (c)

Atau : menghubungkan titik simpul B


dengan D seperti gambar (d),
dengan demikian akan terbentuk 2
(dua) segitiga, sehingga menjadi
stabil

Struktur tersebut dapat diperluas


dengan menambah unit tambahan
berupa 2 (dua) buah batang yang
ujungnya bersambungan dan
demikian seterusnya.

Gambar III – 3

MEKANIKA TEKNIK II III-5


Struktur Rangka
Batang

3.4 ASUMSI YANG DIPAKAI DALAM PENYELESAIAN STRUKTUR

1. Batang-batang yang dihubungkan satu dengan yang lain pada


ujung-ujungnya dengan engsel (jepit-putar) yang tidak bergeser,
hanya ada satu gaya dan tidak ada momen yang dapat ditransfer
dari satu batang kebatang yang lain.

2. Beban-beban luar dilimpahkan ke rangka batang hanya pada


simpul / pertemuannya.

3. Sumbu-sumbu batang yang melalui pusat penampang, bertemu


pada sebuah titik simpul, pada titik mana batang-batang tersebut
diikat/diengsel satu sama lain.

Dengan demikian dapat dianggap bahwa :

● Pada batang-batang dari suatu rangka batang hanya bekerja gaya-


gaya aksial (normal) saja, tidak ada momen yang bekerja pada
ujung batang, karena batang-batang dihubungkan satu sama lain
pada ujung-ujungnya dengan engsel.

● Karena semua gaya-gaya luar yang diasumsikan bekerja pada


rangka batang di titik pertemuannya, maka tidak ada gaya/beban
yang bekerja pada batang diantara titik-titik simpulnya.

Rangka Batang Sederhana

Struktur yang dibentuk dari sebuah segitiga dasar seperti yang telah
disebutkan diatas dikenal sebagai rangka batang sederhana.

Jika terdapat jumlah batang lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mencegah agar struktur tidak runtuh, maka rangka batang tersebut

MEKANIKA TEKNIK II III-6


Struktur Rangka
Batang

menjadi statis tak tentu . Artinya adalah : rangka batang tersebut


tidak dapat dianalisa hanya dengan menggunakan persamaan-
persamaan keseimbangan statis saja.

Rangka batang disebut statis tertentu, jika dapat dianalisa dengan


hanya memakai persamaan-persamaan keseimbangan statika saja.

Stabilitas dari sebuah rangka batang juga tergantung pada kondisi


tumpuan yang tersedia. Secara umum kita dapat menyatakan bahwa
stabilitas dari struktur harus ditumpu oleh sekurang-kurangnya 3
(tiga) gaya reaksi, semuanya tidak boleh parallel ataupun konkuren
(melalui satu titik)

Untuk rangka batang bidang, gaya-gaya yang bekerja pada titik-titik


simpul adalah gaya batang, gaya-gaya luar dan gaya reaksi.

Konsep Dasar

Tujuan menganalisa struktur rangka adalah untuk menghitung gaya-


gaya yang terjadi dalam batang-batangnya akibat suatu set gaya-gaya
luar yang bekerja pada rangka batang tersebut.

Karena gaya-gaya ini adalah gaya-gaya dalam, jika kita memandang


rangka batang secara keseluruhan, untuk menganalisanya perlu
membuat free-body dari bagian-bagian rangka.

Stabilitas Rangka Batang dapat ditinjau dari :

¤ Stabilitas Luar (perletakan)

Reaksi-reaksi perletakan tidak boleh bertemu disatu titik.

MEKANIKA TEKNIK II III-7


Struktur Rangka
Batang

¤ Stabilitas Dalam (posisi batang)

Batang-batang yang menyusun struktur harus mengikuti pola


segitiga.

Gambar III – 4

Untuk memenuhi sifat statis tertentu, rangka batang harus


memenuhi syarat-syarat :

MEKANIKA TEKNIK II III-8


Struktur Rangka
Batang

a. Statis Tertentu Luar

Persyaratan keseimbangan memberikan 3 persamaan ( ∑V = 0,


∑H = 0, ∑M = 0, ) sehingga gaya-gaya yang tidak diketahui
(dalam hal ini reaksi) yang dapat diselesaikan sebanyak 3 ( r = 3 )

Bila r < 3 : struktur akan labil


Bila r = 3 : struktur akan stabil dan statis tertentu
Bila r > 3 : struktur akan stabil dan statis tak tertentu

Gambar VII – 5

MEKANIKA TEKNIK II III-9


Struktur Rangka
Batang

b. Statis Tertentu Dalam

Untuk struktur rangka batang dengan jumlah titik simpul ( joint)


sebanyak j , jumlah batang m dan komponen reaksi tumpuan
sebanyak r, maka harus dipenuhi syarat struktur stabil statis
tertentu :

2j = m+r atau m = 2j–r

Gambar III – 6

3.5 METODE PERHITUNGAN STRUKTUR RANGKA BATANG


SEDERHANA

Ada 2 metode yang terkenal :

1). Metode Keseimbangan Titik Simpul (method of joints)

Pada cara ini kita memperhatikan dan meninjau free-body dari


titik-titik simpul

MEKANIKA TEKNIK II III-10


Struktur Rangka
Batang

2). Metode Potongan (method of section)

Pada cara ini kita membagi / memotong rangka batang menjadi


2 bagian, lalu meninjau free-body dari satu bagian yang sudah
terpisah.

Jika kita ingin menghitung beberapa gaya-gaya batang tertentu saja,


maka lebih menguntungkan dengan memakai method of section.
Sedangkan jika ingin menghitung semua gaya batang dari rangka
batang, lebih baik memakai method of joint

3.6 METHOD OF JOINT (Metode Keseimbangan Titik Simpul)

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode titik simpul, adalah :

a. Seluruh gaya yang bekerja pada titik simpul (gaya luar maupun
gaya batang) harus memenuhi persamaan ∑V = 0 dan ∑H = 0

b. Perhitungan gaya batang dapat dimulai dari titik simpul yang


diketahui gaya luarnya (reaksinya), sedang gaya batang yang
belum diketahui besarnya, maksimum 2 batang.

c. Batang yang akan dihitung gaya batangnya dianggap mengalami


tarik dan diberi nilai positip ( + )

d. Bila ditinjau dari titik simpul, maka yang dimaksud dengan :

- Batang tarik, adalah batang yang memberikan gaya dengan


arah meninggalkan (menarik) titik simpul

- Batang tekan, adalah batang yang memberikan gaya dengan


arah menuju titik simpul.

MEKANIKA TEKNIK II III-11


Struktur Rangka
Batang

Contoh (1) : Hitung gaya-gaya batang dari struktur rangka batang dengan
beban dan ukuran pada Gambar III – 7 a sebagai berikut :

Penyelesaian :

º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja seperti pada


Gambar III – 7 a

tan α = ¾ —› sin α = 3/5 = 0,6


cos α = 4/5 = 0,8

º Reaksi Tumpuan :

∑H = 0 —› RAH + 20 = 0 —› RAH = - 20 T ( ‹— )

∑MC = 0 —› RAV(8)+ 20(3) – 40(4) = 0


8 RAV + 60 – 160 = 0 —› RAV = 12,5 T (  )

∑MA = 0 —› 40(4) + 20(3) – RCV (8) = 0


160 + 60 – 8 RCV = 0 —› RCV = 27,5 T (  )

º Gaya-gaya Batang

MEKANIKA TEKNIK II III-12


Struktur Rangka
Batang

Selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan metode


keseimbangan titik simpul. Gaya-gaya batang yang belum
diketahui (yang akan dicari) diasumsikan dulu sebagai
tarikan (batang tarik) dengan arah meninggalkan titik
simpul, seperti dalam gambar free body menunjukkan batang

tarik ( —› )

Titik Simpul A, Gambar III – 7 b

RAH = - 20 T —› arah berlawanan dengan asumsi (‹—)

∑V = 0 —› RAV + FAB sin α = 0


12,5 + FAB sin α = 0
FAB = - 20,83 T (tekan)
∑H = 0 —› RAH + FAC+ FAB cos α = 0
(- 20) + FAC + (-20,83) (0,8) = 0
- 20 + FAC – 16,664 = 0
FAC = 36,664 T (tarik)

Titik Simpul B, Gambar III – 7 c

MEKANIKA TEKNIK II III-13


Struktur Rangka
Batang

∑H = 0 —› FAB cos α + FBC cos α + 20 = 0


20,83 (0,8) + FBC (0,8) + 20 = 0
16,664 + 0,8 FBC + 20 = 0
FBC = - 45,83 T (tekan)

Untuk Kontrol :

Tinjau Titik Simpul C, Gambar III – 7 d

∑V = 0 —› FBC sin α + RCV = 0


20,83 (0,8) + FBC (0,8) + 20 = 0

MEKANIKA TEKNIK II III-14


Struktur Rangka
Batang

FBC (0,6) + 27,5 = 0


FBC = - 45,83 T (tekan) —› Ok ‼

∑H = 0 —› FAC - FBC cos α = 0


FAC – 45,83 (0,8) = 0
FAC = 36,664 T (tarik) —› Ok ‼

Hasil Akhir

(e) Gaya-gaya Batang

Gambar III – 7

Dalam bentuk tabel :


No. Gaya Batang ( Ton )
Tarik ( + ) Tekan ( - )
Batang
FAB – 20,83
FBC – 45,83
FAC 36,66 –

Contoh (2) : Hitunglah gaya-gaya batang yang timbul akibat beban luar
yang bekerja pada struktur rangka batang seperti pada
Gambar III – 8 a

MEKANIKA TEKNIK II III-15


Struktur Rangka
Batang

(a) Struktur rangka batang

Penyelesaian :

๏ Reaksi Tumpuan

∑H = 0 —› RAH + 20 = 0 —› RAH = - 20 T ( ‹— )

∑MB = 0 —› RAV(6)+ 20(3) – 70(3) = 0


6 RAV + 60 – 210 = 0 —› RAV = 25 T (  )

∑MA = 0 —› 20(3) + 70(3) – RBV (6) = 0


60 + 210 – 6 RBV = 0 —› RBV = 45 T (  )

Untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya, kita amati


struktur dan kemudian secara berurutan yang diambil adalah
titik-titik simpul yang mempunyai gaya-gaya yang belum
diketahui tidak lebih dari 2 gaya.

Selanjutnya batang-batang dari struktur, masing-masing diberi


nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.

MEKANIKA TEKNIK II III-16


Struktur Rangka
Batang

๏ Menghitung Gaya-gaya Batang.

Titik Simpul A

∑H = 0
F8 – 20 = 0 —› F8 = 20 T (tarik)

∑V = 0
F3 +25 = 0 —› F3 = - 25 T (tekan)

Selanjutnya kita beralih ke titik simpul berikutnya,


dimana hanya ada 2 gaya batang saja yang harus
dicari ( C ).

Titik Simpul C

MEKANIKA TEKNIK II III-17


Struktur Rangka
Batang

(c) Titik Simpul C

tan α = 3/3 = 1 —› sin α = ½ √2


cos α = ½ √2
∑V = 0
25 – F4 sin α = 0
25 – F4 (½ √2) = 0 —› F4 = 35,36 T (tarik)

∑H = 0
20 + F1 + F4 cos α = 0
20 + F1 +35,36 (½ √2) = 0 —› F1 = - 45 T (tekan)

Kita beralih ke titik D, dimana hanya ada 2 gaya yang belum


diketahui (akan dicari). Kedua gaya tersebut diasumsikan
sebagai gaya tarik (arahnya meninggalkan titik simpul)

Titik Simpul D

∑V = 0
70 + F5 = 0 —› F5 = - 70 T (tekan)

∑H = 0
F1 + F2 = 0
45 + F2 = 0 —› F2 = - 45 T (tekan)

MEKANIKA TEKNIK II III-18


Struktur Rangka
Batang

Selanjutnya dipilih titik simpul E, dimana ada 2 gaya F 6 dan


F7 yang akan dicari.

Titik Simpul E

(e) Titik Simpul E


∑H = 0
F2 - F6 cos 45⁰ = 0
45 – F6 (½ √2) = 0 —› F6 = 63,64 T (tarik)

∑V = 0
F7 + F6 sin 45⁰ = 0
F7 + 63,64 (½ √2) = 0 —› F7 = - 45 T (tekan)

Untuk control :

MEKANIKA TEKNIK II III-19


Struktur Rangka
Batang

Titik Simpul B

∑ V = 0 —› RBV – F7 = 0
RBV – 45 = 0 —› RBV = 45 T (  ) —› Ok ‼

∑H = 0 —› F9 = 0 T

Titik Simpul F

∑H = 0
F8 + F4 cos 45⁰ - F6 cos 45⁰ - F9 = 0
20 + 35,355 (½ √2) - 63,64(½ √2) - F9= 0
45 – 45 – F9 = 0 —› F9 = 0 T —› Ok ‼

Hasil Akhir :

MEKANIKA TEKNIK II III-20


Struktur Rangka
Batang

Gambar III – 8

Tabel Daftar Gaya Batang

Gaya Batang ( Ton )


No.
Batang Tarik ( + ) Tekan ( - )

1 (CD) - 45
2 (DE) - 45
3 (AC) 25 -
4 (CF) 35,36 -
5 (DF) - 70
6 (EF) 63,64 -
7 (BE) - 45
8 (AF) 20 -
9 (BF) 0 -

3.7 METHOD OF SECTION (Metode Potongan)

MEKANIKA TEKNIK II III-21


Struktur Rangka
Batang

Method of section dilakukan dengan cara memotong rangka batang,


sehingga menjadi 2 (dua) bagian yang bebas. Pada masing-masing
bagian yang terpotong akan bekerja gaya-gaya batang yang akan
dicari.

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam Metode Potongan ( Method of


Section), adalah :

1). Seluruh gaya yang bekerja pada potongan (tinjau bagian kiri
atau kanan struktur yang terpotong) harus memenuhi
persamaan ∑ MJ = 0 (titik simpul/joint diasumsikan sebagai
sendi); ∑ V = 0 dan ∑ H = 0.

2) Perhitungan gaya batang tidak harus dimulai secara berurutan,


tapi dapat langsung pada batang yang diinginkan.

3) Potongan harus melalui/memotong batang yang akan dihitung


gayanya, sehingga dapat digambarkan free body diagram-nya.

4) Batang yang akan dihitung besar gaya batangnya, dianggap


mengalami tarik dan diberi nilai positip (+)

Contoh (3) : Hitung gaya-gaya batang dari struktur rangka batang yang
dibebani seperti pada Gambar III – 9a.

MEKANIKA TEKNIK II III-22


Struktur Rangka
Batang

(a) Struktur rangka batang

Penyelesaian :

º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja seperti


pada Gambar III – 9 a

tan α = ¾ —› sin α = 3/5 = 0,6


cos α = 4/5 = 0,8

º Reaksi Tumpuan :

∑ ME = 0 —› RAV (16) – 40(12) – 80(8) – 20(4) = 0


16 RAV - 480 – 640 – 80 = 0
—› RAV = 75 T (  )

∑MA = 0 —› 40(4) + 80(8) + 20(12) – REV (16) = 0


—› REV = 27,5 T (  )

º Gaya-gaya Batang

MEKANIKA TEKNIK II III-23


Struktur Rangka
Batang

Untuk menghitung gaya-gaya batang 1, 2, dan 3


sekaligus, maka dapat dilakukan potongan I-I seperti
terlihat pada Gambar III – 9 b.

Dari ketiga batang yang terkena potongan (batang 1,


2, dan 3), maka batang 2 dan 3 akan berpotongan di
titik G.

Pada kesetimbangan bagian kiri, didapatkan :

∑ MG = 0 —› RAV (8) – 40(4) + F1(3) = 0


75(8) – 160 + 3 F1 = 0
—› F1 = - 146,667 T (tekan)

Untuk menentukan gaya batang 3, kita amati bahwa


batang 1 dan 2 akan bertemu di titik simpul B.
Dengan mengambil jumlah momen terhadap B,
didapatkan :

∑ MB = 0 —› RAV (4) – F3(3) = 0

MEKANIKA TEKNIK II III-24


Struktur Rangka
Batang

75(4) – 3 F3 = 0
F3 = - 100 T (tarik)

Selanjutnya untuk menghitung gaya batang 2, kita


amati bahwa batang 1 dan 3 adalah horizontal,
sedangkan batang 2 adalah vertikal (F 2 sin α), maka
dari kesetimbangan gaya vertikal pada bagian kiri
potongan :

∑ V = 0 —› RAV – 40 – F2 sin α = 0
75 – 40 – F2 (0,6)= 0
—› F2 = 58,33 T (tarik)

Atau dapat dikontrol dengan meninjau kesetimbangan


gaya horizontal bagian kiri potongan.

Untuk menghitung gaya batang 4, dibuat potongan II-


II seperti pada Gambar III – 9 c, dan selanjutnya
meninjau kesetimbangan bagian kiri potongan :

(c) Potongan II-II

Gambar III – 9

∑ MA = 0

MEKANIKA TEKNIK II III-25


Struktur Rangka
Batang

- F4 (4) + 40(4) = 0
- 4 F4 + 160= 0 —› F4 = 40 T (tarik)

Dengan cara yang sama, gaya-gaya batang


lainnya dapat dihitung

Contoh (4) : Hitunglah gaya-gaya batang 1, 2 dan 3 dari struktur


rangka atap seperti pada gambar III–10a, dengan
menggunakan Metode Potongan.

Penyelesaian :

º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja seperti


pada Gambar III – 10 a

tan α = 2/4 = ½ —› sin α = 1/√5 = 1/5 (√5)


cos α = 2/√5 = 2/5 (√5)

º Reaksi Tumpuan :

MEKANIKA TEKNIK II III-26


Struktur Rangka
Batang

∑ MB = 0 —› RAV (16) – 20(12) – 30(8) = 0


16 RAV - 240 – 240 = 0
—› RAV = 30 T (  )

∑MA = 0 —› 20(4) + 30(8) – RBV (16) = 0


80 + 240 – RBV (16) = 0
—› RBV = 20 T (  )

º Gaya-gaya Batang

Untuk menentukan gaya-gaya batang 1, 2, dan 3,


maka dilakukan potongan I-I yang memotong sekaligus
ketiga batang tersebut, seperti terlihat pada Gambar
III – 10 b.

Tinjau kesetimbangan pada potongan bagian kiri :

Batang 2 dan batang 3 bertemu dititk simpul C,


maka untuk menghitung gaya batang F 3 diambil
jumlah momen terhadap titik C.

∑ MC = 0 —› RAV (4) – F3(2) = 0


30(4) – 2 F3 = 0 —› F3 = 60 T (tarik)

MEKANIKA TEKNIK II III-27


Struktur Rangka
Batang

Untuk menghitung gaya batang 1, maka dapat


mengambil jumlah momen terhadap titik simpul G

Dan untuk mempermudah perhitungan dapat dilakukan


dengan cara menggeser letak F1 ke titik D dan
menguraikannya atas komponen vertikal dan
horizontal, seperti terlihat pada gambar III–10c,
sedangkan jarak dari D ke G sudah diketahui.

(c)

Gambar III – 10

MEKANIKA TEKNIK II III-28


Struktur Rangka
Batang

∑ MG = 0 —› RAV (8) – 20(4) + F1 cos α (4) = 0


30(8) – 20(4) + F1 (2/5)(√5)(4) = 0
—› F1 = - 44,72 T (tekan)

Untuk menghitung gaya batang 2, dengan cara yang


sama, gaya F2 digeser ke titik simpul G dan
menguraikannya atas komponen horizontal dan
vertikal.

Dengan mengambil jumlah momen terhadap Titik A :

∑ MA = 0 —› 20(4) + F2 sin α (8) = 0


80 + F2 (1/5)(√5)(8) = 0
—› F2 = - 22,36 T (tekan)

MEKANIKA TEKNIK II III-29


Struktur Rangka
Batang

3.8 ANALISA STRUKTUR RANGKA BATANG DENGAN METODE


GRAFIS ( Metode Cremona )

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode Cremona adalah :

1. Seluruh gaya yang bekerja pada struktur pada dasarnya dapat


dinyatakan sebagai vektor, sehingga selain dapat dinyatakan
besarannya dapat pula dilukiskan arahnya.

2. Gaya luar maupun gaya dalam (gaya batang) bila dilukiskan dalam
bentuk vektor akan membentuk suatu poligon tertutup, hal ini sesuai
dengan prinsip keseimbangan.

3. Untuk menggambarkan poligon tersebut, kita dapat memulai dengan


menggambar vektor gaya yang telah diketahui besar dan arahnya
(misalkan beban luar atau reaksi tumpuan) pada salah satu joint
(titik simpul), selanjutnya dengan mengambil suatu putaran dapat
digambarkan poligon tertututp dari seluruh gaya yang bekerja pada
joint tersebut.

4. Dengan mengikuti proses seperti diatas, dapat digambarkan gaya


batang keseluruhan.

Contoh : Analisis struktur rangka batang dari struktur rangka batang


dengan pembebanan seperti pada Gambar III-11a dengan
metode Cremona.

MEKANIKA TEKNIK II III-30


Struktur Rangka
Batang

Gambar III – 11

Untuk kontrol hitungan dapat ditinjau reaksi tumpuan dan dibandingkan


dengan analitis.

∑ MB = 0 → (3)(4) + (2)(8) +(3)(12) + RAH (6) = 0


12 + 16 + 36 = - 6 RAH
RAH = - (64/6) = - 10,67 kN.

∑ MA = 0 → (3)(4) + (2)(8) +(3)(12) – RBH (6) = 0


12 + 16 + 36 = 6 RBH
RBH = (64/6) = 10,67 kN.

∑H = 0 → RAV = 8 kN.

MEKANIKA TEKNIK II III-31

Anda mungkin juga menyukai