Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
A. Definisi
Asma bronkial merupakan masalah kesehatan yang serius pada ibu hamil
dan pada saat persalinan. Asma bronkial adalah sindroma yang kompleks
dengan berbagai tipe klinis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor
disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan
Gambar 1. Penampang saluran nafas pada keadaan normal dan pada asma
bronkial (Dikutip dari Adam)
9
B. Prevalensi
sebelum hamil yaitu 3200 cc, akan tetapi terjadi peningkatan volume tidal
terhadap karbondioksida.
ringan, yang bisa disebut sebagai dispnea selama kehamilan. Lebih lanjut
dapat dilihat adanya efek relaksasi otot polos. Pengaruh total progesteron
serum 2-3 kali lipat. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya kompetisi
suatu bronkokonstriktor kuat, dalam serum sebesar 10%-30%, hal ini tidak
persalinan.
ditimbulkannya.
E. Patofisiologi
spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi
lanjut.
termasuk interaksi antara banyak sel dan mediator radang. Sel infiltrate
13
saluran pernapasan yang radang termasuk T sel aktif, terdiri dari yang
terbesar adalah eosinofil dan limfosit TH2. Karena alasan inilah, agen anti-
pada pasien asma atau dengan rhinitis dan alur pengobatan utama untuk
antibodi pada permukaan sel mast paru, yang akan diikuti dengan
otot polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus. Mediator yang
kehamilan dibandingkan dengan 22,2% ibu bayi laki-laki. Ibu dengan bayi
satu pun ibu dari bayi perempuan mengalami perbaikan. Penelitian ini
2002).
vaginam.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi dan
beratnya serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami hipoksia.
pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur, dan berat
Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Turner et al dalam suatu
49% kasus tetap seperti sebelum terjadinya kehamilan, dan 22% kasus
serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat menyebabkan
hipoksemia ibu sehingga berefek pada janin (Nelson and Piercy, 2001).
Hipoksia janin terjadi sebelum hipoksia ibu terjadi. Asma pada kehamilan
berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan.
F. Manifestasi Klinis
wheezing, dan batuk malam hari, di mana hanya menjadi tanda dalam
beberapa kasus. Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri
dada.
batuk yang menjadi progresif lebih “sesak”, dan kemudian bunyi wheezing
terjadi. Ada pula yang berbeda, beberapa penderita asma hanya dimulai
wheezing tanpa batuk. Beberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi
serangan asma. Mucus juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati
terkelupas.
18
yaitu asma.
1. Tingkat pertama : secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada
faktor pencetus.
nafas. Disini banyak ditemukan pada penderita yang baru sembuh dari
serangan asma
jalan nafas.
medik berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap
Di luar serangan, tidak ada gejala sama sekali. Pemeriksaan fungsi paru
tanpa provokasi tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam
kortikosteroid.
mencari pertolongan. Bila serangan asma akut tidak dapat diatasi dengan
(NAEPP) yaitu :
1. Asma Ringan
Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.
2. Asma Sedang
3. Asma Berat
nafas, yang bersifat reversibel atau reversibel sebagian. Derajat berat asma
asma persisten sedang dan asma persisten berat, tergantung pada frekwensi
dan derajat berat gejalanya, termasuk gejala malam, episode serangan dan
dan penggunaan obat ), auskultasi paru, serta faal paru (NAEPP, 2005).
21
pengukuran APE dengan peak flow meter biasanya sudah cukup. Pasien
kehamilan, dan pasien dengan VEP1 kurang dari 60% prediksi memiliki
Diagnosis Differensial
Bronchitis kronis
Bronchiectasis
Hypogammaglobulinemia
Emfisema
Obstruksi laring
Disfungsi glottis
22
Systemic vasculitis
Gastroesophageal reflux
Carcinoid
Asma tak terkontrol dapat menyebabkan stres yang berlebihan bagi ibu.
2005).
23
dan kelelahan otot disertai henti napas. Angka kematian secara substantive
Williams, 1376-1377)
neonatal, oksigen tidak adekuat bagi sel-sel; 5) Berat bayi lahir rendah
(OSUMC, 2005).
Satu studi mencatat kematian janin disebabkan oleh asma berat sebagai
bayi lahir rendah pada wanita asma masih belum diketahui, akan tetapi
plasenta, derajat berat asma dan terapi asma (Murphy et al., 2003; Clifton
et al., 2001).
24
janin dengan memberi suplai nutrisi dan oksigen dari ibu. Plasenta juga
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa selain factor lingkungan, faktor
Penyakit ini dapat dijumpai pada ibu yang sedang hamil, dan dapat
kooperatif antara dokter kandungan, bidan, dokter paru serta perawat yang
khusus menangani asma dan ibu hamil itu sendiri. Tujuan serta terapi pada
prinsipnya sama dengan pada penderita asma yang tidak hamil. Terapi
asma tidak hamil, dengan pelega kerja singkat serta terapi harian jangka
berikut.
Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380 – 550
2005). Asma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor termasuk alergi, infeksi
non steroid (NSAID), dan iritan, misalnya: asap rokok, asap kimiawi,
termasuk kecoak.
pada hampir 1/3 wanita hamil. Asma yang dicetuskan oleh GER dapat
26
asap tembakau serta iritan lain di sekitarnya. Wanita hamil yang merokok
Edukasi
memburuk agar mencegah hipoksia ibu dan janin. Ibu hamil harus
dan albuterol, dapat digunakan dalam pengobatan darurat pada asma berat
pada kehamilan muda, terutama sekali sejak efek pada janin tidak
diketahui.(Greenberger, 1985).
agonis inhalasi yang memiliki profil keamanan baik. Belum terdapat data
2005).
Terapi yang dianjurkan untuk pengobatan kontrol jangka lama pada asma
merupakan terapi preventif dan bekerja luas pada proses inflamasi. Efek
Piercy, 2001).
selain budesonid juga dapat diteruskan pada pasien yang sudah terkontrol
kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (Nelson and Piercy, 2001;
mengingat pengaruh serangan asma berat bagi ibu dan janin, penggunaan
studi menyebutkan tidak ada peningkatan risiko aborsi, bayi lahir mati,
Kromolin sodium memiliki toleransi dan profil keamanan yang baik, tetapi
(NAEPP, 2005).
Menurut opini kelompok kerja NAEPP, saat memulai terapi baru untuk
alternatif, dan tidak dianjurkan sebagai terapi pilihan bagi asma persisten
kehamilan sangat terbatas, tetapi menurut data uji coba kontrol acak pada
yang signifikan pada berat lahir dan panjang lahir bayi, kelahiran
Gluck, 2005).
Jika cara ini gagal dalam mengatasi gejala asma, maka dianjurkan untuk
mortalitas.
Pada kehamilan dengan asma yang terkontrol baik, tidak diperlukan suatu
penderita dengan asma berat atau yang steroid dependen, karena mereka
Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik yang
dramatis setelah post partum. Pada wanita yang menyusui tidak terdapat
Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya kurang dari
10% dari jumlah yang diterima ibu. Kadar maksimal dalam air susu ibu
kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi yang belum
L. Eksaserbasi Asma
Istilah eksaserbasi asma adalah sama dengan serangan asma atau asma
akut yaitu episode meningkatnya secara prodresif gejala asma seperti sesak
nafas, batuk, mengi atau rasa tertekan di dada atau kombinasi gejala-gejala
yang ketat, terlebih lagi bila berat karena tidak sengaja dapat mengancam
nyawa ibu tetapi juga janin. Meskipun kematian karena asma jarang, ada
yaitu21 :
asma.
36
kortikosteroid oral.
obat-obat sedative.
mengalami eksaserbasi.
maintenance.
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapat
obat antiasma termasuk prednisone.
nd
(Dikutip dari : Williams Obstetrics 22 ed, 2005)
Derajat Penyakit : Gambaran Klinis sebelum terapi atau Pengobatan yang dibutuhkan untuk
control memelihara efek jangka panjang
Gejala harian APE atau VEP1 Pengobatan harian
Gejala malam Variabilitas APE
Tahap 4 Terus menerus ≤ 60% Terapi yang dianjurkan :
Persisten Berat Sering >30% Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi,
dan
β-2 Agonis inhalasi kerja lama, dan
jika perlu
Kortikosteroid tablet atau sirup
(2mg/kg/hari, tidak>60mg/hari)
Terapi alternatif :
Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi,
dan
Teofilin lepas lambat sampai kadar
serum 5-12mcg/mL
serum 5-12mcg/mL
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon tablet 2,4,8,16,32 mg
7,5-60 mg perhari sebagai
Prednisolon tablet 5 mg dosis
tunggal di pagi hari
5 mg/ 5 cc short course "burst" sebagai
kontrol
15 mg/ 5 cc 40-60 mg perhari dosis
Prednison tablet 1, 2,5, 5, 10, 20, tunggal
50 mg atau dosis terbagi
5 mg/ cc untuk 3-10 hari
5 mg/ 5 cc
Beta-2 agonis inhalasi kerja
lama MDI 21 mcg/puff
Salmeterol DPI 50 mcg/puff
DPI 12 mcg/ kapsul
Formoterol sekali pakai 2 puff setiap 12 jam
1 blister setiap 12 jam
Obat Kombinasi DPI 100, 250 atau 500 mcg/50 1 kapsul setiap 12 jam
Fluticasone/ mcg
Salmeterol
39