Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN MUTU PROYEK

PENERAPAN TOTAL QUALITY


MANAGEMENT PADA INDUSTRI
KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH

1. BIGDIS DEWI AHK


0715011043

2. KHAIRUNNISA MASTUROH 0715011075


3. THIRZA WANIZAR 0715011119
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010
Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) adalah bagian sistem

manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan dan

mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam

rangka memenuhi persyaratan pelanggan/penerima manfaat.

Selama pelaksanaan Sistem Mananajeman Mutu, prosedur-prosedur yang akan

dikembangkan, antara lain; Panduan Mutu, Rencana Mutu, Prosedur Pengendalian

Dokumen, Pengendalian Bukti Kerja, Audit Mutu Internal, Produk Tidak Sesuai

(PTS), Tindakan Koreksi (TK), Tindakan Pencegahan (TP), Pemantauan dan


Pengukuran Proses dan Produk, Pengadaan Barang dan Jasa, Pemeliharaan Sarana

dan Prasarana dan Tinjauan (Review) Design.

Rencana Mutu Proyek (RMP) menjadi bagian yang amat penting dalam kegiatan

Satuan Kerja di lingkungan Departemen PU, sebagai amanat Kepmen PU No.

362/KPTS/M2004 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Lingkungan

Departemen PU sebagaimana yang didefinisikan dalam standar SNI 19-

9000:2001, bahwa proyek adalah suatu proses yang unik terdiri dari suatu set

kegiatan yang terkoordinasi dan terkendali, mempunyai batasan oleh waktu (dari

saat awal hingga akhir) untuk mencapai suatu tujuan sesuai persyaratan tertentu

dengan pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh adanya kendala waktu, biaya

dan sumber daya. Dengan demikian proses penyelenggaraan proyek harus

dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan adanya Rencana Mutu Proyek atau

RMP. Dokumentasi RMP merupakan salah satu bukti otentik yang sangat penting

dalam sistem manajemen mutu penyelenggaraan proyek. RMP merupakan bagian

yang sangat penting dalam penerapan sistem manajemen mutu, dimana RMP

dokumen perencanaan yang harus dibuat sebelum proses realisasi

penyelenggaraan proyek dengan tujuan memberikan kepastian jaminan mutu

(quality assurance) atas konsistensi proses dan produk yang akan dihasilkan. RMP

tidak terlepas dari tahapan proses pengadaan oleh Satuan Kerja pada Instansi

Pengguna Jasa, yang meliputi proses sejak dari tahap prakualifikasi, tender,

penunjukkan pemenang, penandatanganan kontrak hingga perintah mulai kerja.

Di dalam persyaratan standar, RMP merupakan dokumentasi perencanaan

realisasi produk untuk merencanakan dan mengembangkan proses realisasi


produk secara konsisten dengan persyaratan sistem manajemen mutu. RMP harus

mengatur dan memuat ketentuan mengenai :

a. sasaran mutu dan persyaratan produk,

b. penetapan proses, dokumen dan penyediaan sumber daya spesifik yang

diperlukan bagi produk,

c. persyaratan verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi, dan uji yang

spesifik bagi produk dan kriteria keberterimaan produk (criteria for

product acceptance),

d. rekaman-rekaman yang diperlukan untuk membuktikan bahwa proses

realisasi dan hasil produk memenuhi persyaratan.

Dapat dikatakan bahwa, RMP adalah dokumen yang menetapkan proses-proses

sistem manajemen mutu, termasuk proses realisasi produk dan sumber daya yang

digunakan untuk produk, proyek atau kontrak yang spesifik.

Manfaat RMP bagi Pimpinan Satuan Kerja adalah sebagai panduan untuk

memantau, mengukur dan mengendalikan kinerja penyelenggaraan proyek,

disamping menjadi kerangka bagi pengendalian penyediaan sumber daya,

pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi dan peningkatan kepuasan pelanggan

dan masyarakat pengguna. RMP merupakan tolak ukur bagi pelaksanaan proyek

dalam rangka mencapai kinerja proyek setiap waktu, dan apabila selama

penyelenggaraan proyek terjadi penyimpangan akan segera diketahui secara dini,

tanpa harus menderita kecacatan produk yang baru diketahui pada saat akhir

proyek yang menjadikan pemborosan atau kerugian yang besar.


Sedangkan bagi para pelaksana di lapangan, RMP merupakan panduan selama

kegiatan proyek di lapangan agar proses tetap konsisten dalam upaya pencapaian

mutu produk sesuai kriteria keberterimaannya dan harus selalu dalam kondisi

terkendali terhadap kendala waktu, biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk

mencapai mutu sesuai spesifikasi dan persyaratan yang ditetapkan. Pemeriksaan

keberterimaan setiap tahapan proses harus sudah direncanakan dalam RMP

dengan maksud untuk menjamin bahwa efektifitas pencapaian keberterimaan

setiap tahapan telah sesuai sehingga menghasilkan produk bermutu tanpa cacat.

RMP harus selalu dikomunikasikan kepada semua personil yang terlibat dalam

penyelenggaraan proyek, terutama yang bertanggung jawab dalam pencapaian

mutu produk di proyek dalam suatu penyelenggaraan proyek dapat terjadi

keterlibatan beberapa pihak yang berinteraksi satu sama lain bergantung pada

peran penugasan masing-masing dan mereka harus bekerja sama dengan baik dan

berkesinambungan dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing pihak

yang saling mendukung untuk menjajikan produk yang memenuhi spesifikasi.

Pengguna Jasa harus tetap mendapatkan jaminan mutu (quality assurance) sebagai

pihak yang memesan produk dan jasa dari proyek yang diselenggarakan oleh

Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mampu meyakinkan pengguna Jasa bahwa

produk dan jasa yang akan diserahkan mampu mencapai spesifikasi dan

persyaratan lainnya untuk mencapai kepuasan pelanggan atau Pengguna Jasa.

Menyusun RMP harus memperhatikan kaidah dan substansi yang dipersyaratkan

dalam sistem manajemen mutu, agar RMP tersebut dapat diterapkan sesuai

dengan tujuan pencapaian proseskerja yang konsisten untuk menghasilkan produk

yang bermutu. RMP merupakan dokumentasi perencanaan proyek yang harus


menjadi suatu keputusan yang strategis Pimpinan Satuan Kerja pada Instansi

Pengguna Jasa yang menyangkut kebutuhan akan :

a. Rencana pengendalian mutu setiap tahapan proses untuk mendapatkan

mutu produk yang memenuhi kepuasan pelanggan.

b. Tuntutan pengguna jasa (atasan) terhadap penyajian mutu produk melalui

proses yang terencana dan terkendali selama penyelenggaraan proyek.

c. Harapan masyarakat yang memanfaatkan hasil proyek terhadap

konsistensi fungsi dan manfaat yang sesuai keperluannya.

d. Kompetisi persaingan usaha semakin ketat, menjadikan sistem manajemen

mutu merupakan kebutuhan dalam setiap proyek jasa konstruksi.

Pengertian Mutu ( Kualitas )

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter

menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk

tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus

dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan

mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk.

Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa

gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan dapat

diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan, dan

ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada

kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan,

tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.


Pengertian Manajemen Mutu

Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang

menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam

rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran

yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan

mengadakan pelatihan management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas

yang di maksud diatas adalah :

 Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.

 Proses management proyek itu sendiri.

Di dalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak

belajar tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan

kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di

lapangan.

Sistem manajemen mutu yang diimplementasikan dengan komitmen yang

konsisten, akan memberikan manfaat dan kesuksesan bagi semua pemangku

kepentingan dalam organisasi kepemerintahan. Untuk mencapai manfaat dan

kesuksesan tersebut harus dilandasi dengan beberapa prinsip manajemen mutu

yang sudah ditetapkan dalam standar internasional.

Prinsip-prinsip manajemen mutu tersebut harus ditanamkan kepada semua

personil untuk dipahami mendasari tindakan-tindakan yang diperlukan dalam

membangun dan menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten dan

berkesinambungan. Tanpa menggunakan prinsip manajemen mutu tersebut, maka

sesungguhnya sistem manajemen mutu tidak akan memberikan manfaat secara


keseluruhan. Secara singkat 8 prinsip manajemen mutu dijelaskan sebagai

berikut:

Prinsip 1 : Fokus Pelanggan (Customer Focus)

Keberadaan organisasi sangat bergantung pada pelanggannya dan tanpa pelanggan

organisasi tidak akan dapat bekerja. Kita harus berusaha mengerti dan memahami

kebutuhan dan harapan yang diinginkan pelanggan. Tak lepas sebagai instansi

pemerintah, terutama yang melaksanakan pelayanan publik. Publik adalah

pelanggannya yang harus dilayani. Instansi pelayanan publik harus menetapkan

fokus pelanggan sebagai perhatian utama dengan bentuk komunikasi yang efektif

untuk mencari apa dan bagaimana kebutuhan dan harapan pelanggan.

Prinsip 2 : Kepemimpinan (Leadership)

Setiap Pimpinan harus menunjukkan kepemimpinannya atau ketauladanannya

dengan komitmen yang konsisten bagi penerapan sistem manajemen mutu dalam

organisasi. Pimpinan harus dapat menciptakan suatu lingkungan yang kondusif

dan serasi dengan melibatkan semua karyawan dalam mencapai sasaran mutu

organisasi. Ketauladanan untuk konsisten menerapan sistem manajemen mutu

akan meningkatkan kinerja organisasi, sehingga semua karyawannya termotivasi

untuk selalu bekerja efektif dan efisien dengan sistem manajemen mutu.

Prinsip 3 : Pelibatan Karyawan (Involvement of People)

Sisitem manajemen mutu tidak dapat dilaksanakan secara sendiri, semua personil

dalam organisasi harus terlibat. Karyawan yang melaksanakan kegiatan proses

produksi pada semua tingkatan harus dilibatkan dalam sistem manajemen mutu

agar penerapannya efektif. Karyawan akan merasa terlibat dan termotivasi


melaksanakan system manajemen mutu sebagai keputusan strategis untuk

mencapai kinerja prima dan mampu memuaskan pelanggannya. Karyawan

merupakan esensi dari organisasi dalam rangka kebutuhan bagi penerapan sistem

manajemen mutu yang harus ditingkatkan kesejahteraan mereka.

Prinsip 4 : Pendekatan Proses (Process Approach)

Penerapan sistem manajemen mutu diawali dengan mengidentifikasi dan

menetapkan proses kerja yang harus dilaksanakan secara konsisten dan

berkelanjutan. Rencana dan kendali proses harus ditetapkan secara efektif untuk

mencegah penyimpangan dan ketidaksesuaian yang bakal terjadi. Proses

merupakan urutan beberapa kegiatan atau suatu set kegiatan yang memerlukan

sumber daya untuk mengubah masukan menjadi bentuk keluaran yang sesuai

dengan yang diinginkan atau direncanakan. Tujuan pendekatan proses adalah

untuk memudahkan pengukuran dan pengendalian mutu dan penyediaan sumber

daya yang cukup sesuai spesifikasi yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Prinsip 5 : Pendekatan sistem pada manajemen (System Approach to

Management)

Setiap pimpinan harus merencanakan dan mengembangkan sistem yang sesuai

untuk memenuhi persyaratan. Setiap aktivitas dalam organisasi harus dilandasi

dengan sistem yang harus dikomunikasikan kepada semua karyawan dalam

organisasi. Pimpinan harus mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses

yang saling berhubungan ini sebagai sebuah sistem yang berperan untuk mencapai

sasaran yang efektif dan efisien. Manfaat yang dicapai adalah menciptakan
kendali yang efektif dalam sistem dan pendokumentasian yang terencana,

sehingga mampu menghasilkan mutu produk/jasa pelayanan secara keseluruhan

memenuhi persyaratan pelanggan.

Prinsip 6 : Perbaikan berkesinambungan (Continual Improvement)

Prinsip perbaikan berkesinambungan harus diarahkan pada semua karyawan,

karena tak seorangpun mampu menjalankan sistem dengan sempurna. Semua

karyawan harus dapat belajar dari kesalahan dan secara terus menerus harus

memperbaiki sistem kerja tersebut. Perbaikan yang berkesinambungan merupakan

bagian dari peningkatan kinerja organisasi untuk mencapai sasaran mutu.

Prinsip 7 : Pendekatan Fakta untuk membuat keputusan (Factual Approach

to Decision Making)

Keputusan yang efektif harus didasarkan pada analisis data pengukuran dan

informasi obyektif sesuai fakta yang valid, jelas dan tidak bias. Analisis data dari

berbagai sumber yang jelas dan terdokumentasi untuk menentukan kinerja

organisasi sesuai rencana, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, disamping

untuk menetapkan keputusan dan tindaklanjut yang diperlukan. Data dan

informasi tersebut harus dapat diolah dengan metoda statistik yang sesuai.

Prinsip 8 : Hubungan Pemasok yang saling menguntungkan (Mutually

Beneficial Supplier Relationships)

Pemasok atau Penyedia Jasa merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam

kegiatan suatu organisasi. Pemasok merupakan bagian dari system manajemen

mutu organisasi yang harus dikendalikan untuk mencapai suatu nilai hubungan
yang saling bermanfaat dan saling menguntungkan dalam menghasilkan

produk/jasa bermutu. Komunikasi yang jelas dengan Penyedia Jasa agar selalu

konsisten menerapkan sistem manajemen mutu. Kerjasama yang strategis antara

Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa akan menjamin kehandalan proses kerja dengan

hasil produk/jasa secara tepat waktu, biaya yang murah dan memenuhi standar

spesifikasi yang ditetapkan.

Para Pimpinan Instansi harus memahami betul prinsip-prinsip manajemen mutu

ini. Kesuksesan penerapan 8 prinsip manajemen mutu tersebut akan menghasilkan

manfaat bagi peningkatan kinerja yang dalam rangka penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (Good Governance) untuk mencapai kepuasan semua

pemangku kepentingan dalam organisasi pemerintahan. (Sumber ISO 9000:2000).

Penilaian terhadap sistem apabila dilihat dari sudut Jasa Konstruksi, tentu saja

akan melibatkan penilaian apakah pelaksanaan Jasa Konstruksi di Indonesia telah

mempunyai suatu landasan Hukum yang kuat, juga apakah pelaksanaan jasa

konstruksi disini telah berdasarkan prinsip Market-Oriented. Jadi telah

menterapkan sistem persaingan bebas sedemikian sehingga jaminan keamanan

terhadap pelaksanaan jasa konstruksi dapat berkembang berdasarkan prinsip

persaingan bebas, yang memungkinkan dunia usaha dibidang Jasa Konstruksi ini

betul-betul akan hidup dan berkembang secara sehat berdasarkan prinsip-prinsip

di atas dan didukung oleh pengembangan Professionalisme.

Dalam hal perbandingan Sistem Konstruksi Baja apabila kita bandingkan dengan

sistem konstruksi beton akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan kenyataan

yang ada maka pelaksanaan konstruksi beton akan lebih mudah dan lebih disukai
dibandingkan dengan pelaksanaan Konstruksi Baja, kerena itu penetapan besarnya

nilai rating yang diambil adalah paralel dengan hal tersebut diatas yaitu nilai 5

untuk konstruksi beton dan nilai 3 untuk konstruksi baja. Penilaian selanjutnya

akan ditujukan kepada nilai-nilai Eksternal yaitu efektif, ekonomis, durability,

manfaat, integrasi terhadap sistem lain dan tingkat gangguanya terhadap

lingkungan hidup.

Sebagai contoh studi kasus akan dibahas mengenai penerapan Total Quality

Management (TQM) di salah satu perusahaan jasa konstruksi di Indonesia yaitu

PT Wijaya Karya.

PT. Wijaya Karya yang telah membangun Sistem Manajemen Mutu (SMM)

berbasiskan ISO 9001:2000 dan menyelesaikan pembuatan dokumen SMM, maka

tahapan selanjutnya adalah menerapkan perangkat SMM tersebut. Penerapan

dilakukan mulai dari kantor pusat hingga setiap proyek sesuai dengan lingkup

penerapannya seperti dijelaskan pada Manual Mutu. Pada saat menerapkan,

mengelola dan mengembangkan SMM, PT. Wijaya Karya harus

mempertimbangkan prinsip-prinsip manajemen mutu agar memahami kebutuhan

dan harapan pelanggan sesuai kondisi terkini dan yang akan datang termasuk

melaksanakan persyaratan yang ada, mempromosikan kebijakan mutu dan sasaran

mutu untuk meningkatkan kesadaran, motivasi dan perlibatan karyawan,

merencanakan masa depan perusahaan dan mengelolanya berdasarkan penerapan

SMM, menuyusun dan mengkomunikasikan kerangka kerja untuk mencapai

kepusan pihak yang berkepentingan Pelaksanaan proyek konstruksi yang

dilakukan oleh PT.Wijaya Karya adalah sebagai berikut:

a. Instruksi kerja proses pekerjaan pembesian


b. Instruksi Kerja proses pekerjaan bekesting

c. Instruksi kerja proees pekerjaan pengecoran beton

Dampak penerapan sistem manajemen mutu berbasiskan ISO 9001:2000 PT.

Wijaya Karya adalah peningkatan mutu terus-menerus, peningkatan mutu yang

dilakukan PT. Wijaya Karya antara lain mengenai Prosedur Penyimpanan

Rekaman, Prosedur Pengendalian Dokumen, Instruksi Kerja Pengendalian

Gambar di Bidang Konstruksi. Selain berlangsungnya perbaikan

berkesinambungan, Direksi hendaknya mempertimbangkan terobosan perubahan

pada proses. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk memperbaiki kinerja

perusahaan. Selama perubahan berlangsung, Direksi hendaknya mengambil

langkah untuk memastikan bahwa sumber daya dan komunikasi yang dibutuhkan

tersedia untuk memelihara SMM. Proses perbaikan berkesinambungan hendaknya

digunakan sebagai alat untuk perbaikan keefektifan dan efisiensi internal,

termasuk peningkatan kepuasan pelanggan dan pihak yang berkepentingan.

WIKA Jasa Konstruksi yang telah menerapkan sistem manajemen mutu secara

baik dan benar, akan mendapatkan manfaat antara lain adalah:

a. Mempunyai perencanaan proyek yang bermutu baik

b. Mempunyai pengendalian proyek yang bermutu baik

c. Mempunyai jaminan mutu atas proyek yang dikerjakannya

d. Dapat meningkatkan mutu kinerja proyek yang dikerjakannya

e. Dapat meningkatkan kepuasan pelanggan


DAFTAR PUSTAKA

http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/595/

http://huangcorp.wordpress.com/2008/04/29/manajemen-kualitas-quality-
management/

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/10298/1/2007tch_abstract.pdf

http://jasakonstruksi.net/DetailLelang.php?id=43

http://journal.ui.ac.id/v2/index.php/technology/article/view/471/467

Http://www.gapensi.org/modules/artikel.php?ID_Artikel=50
http://www.p2jj.info/Sistem%20Manajemen%20Mutu.htm

http://www.scribd.com/doc/23050841/Manajemen-Kualitas#

Anda mungkin juga menyukai