NIDN : 08210977230
MAUMERE
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN
Judul Penelitian : Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Pada TK Yos
Sudarso Maumere
Kode/Nama
Rumpun Ilmu : 562/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Peneliti:
a. Nama Lengkap : Hermus Hero,S.Ag,M.Pd
b. NIDN :
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
e. No Hp : 08210977230
f. Alamat em@il :
g. Perguruan Tinggi : Universitas Nusa Nipa
h. Biaya Penelitian : Yayasan Pendidikan Tinggi Nusa Nipa
Mengetahui
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Maumere, Mei 2015
Peneliti
Benediktus Toki,S.Km,M.Kes
NIDN: 0831125511
2
RINGKASAN
Pendidikan karakter anak usia dini dipandang memiliki kontribusi besar untuk
membangun kemajuan bangsa. Permasalahan yang ada adalah pendidikan karakter bagi anak
usia dini masih belum ditangani secara serius oleh para pendidik khususnya orang tua dan guru.
Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti merumuskan hasil temuan bahwa pendidikan
karakter anak usia dini di TK Yos Sudarso telah terlaksana. Hal terpenting yang harus dievaluasi
kembali adalah pembaharuan dan pemaknaan esensi dari pendidikan karakter bagi anak usia dini
agar tindakan yang dilakukan anak memiliki makna lebih mendalam. Oleh karena itu Yayasan
Yos Sudarso harus semakin mempertajam visi dan misi serta merancang model pendidikan
karakter anak usia dini untuk menghasilkan generasi berkarakter bangsa Indonesia.
3
PRAKATA
Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
berkat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyusun Laporan Penelitian Dosen.
Penyusunan Laporan akhir penelitian ini dimaksudkan sebagai wujud
pertanggungjawaban peneliti terhadap UNIVERSITAS. Laporan kemajuan penelitian ini disusun
berdasarkan hasil peninjauan yang penulis lakukan dan berdasarkan data analisis yang dilakukan
pada TK Yos Sudarso.
Dalam penyusunan Laporan akhir penelitian ini, penulis banyak memperoleh bantuan,
bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yayasan Pendidikan Tinggi Nusa Nipa Maumere yang telah memberikan motivasi,
bantuan baik material maupun spiritual sehingga penelitian ini bisa terlaksana.
2. Rektor universitas Nusa Nipa Maumere yang telah memotivasi penulis untuk melakukan
penelitian
3. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNIPA yang telah memotivasi
dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung penelitian para dosen.
4. Kepala TK Yos Sudarso yang telah memberikan ijin penelitian.
Akhir kata semoga bantuan yang diberikan dengan ikhlas mendapatkan balasan dan berkat dari
Tuhan Yang Maha Kuasa dan Semoga Laporan Penelitian bermanfaat
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan salah satu peran lembaga pendidikan untuk membina
generasi muda bangsa agar berperilaku baik dan benar sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Untuk menghasilkan generasi muda berkarakter sebagaimana dicita-citakan bersama
maka peran pendidikan bagi anak usia dini sangat penting sebagai peletak dasar pembentukan
diri. Sebagian besar pendidik baik guru maupun orang tua kurang menyadari alasan mendasar
dari pendidikan karakter usia dini yang juga disebut sebagai usia emas (the golden age).
4
penghayatan bahwa pendidikan karakter perlu diberikan di semua jenjang pendidikan. Situasi
lain yang juga turut mendorong pemberlakuan kurikulum berbasis karakter ialah adanya
degradasi moral bangsa dimulai dari perilaku para pemimpin bangsa, para wakil rakyat sampai
ke lapisan masyarakat.
Peran PAUD tidak dapat dianggap sederhana sebab proses pembelajaran yang diberikan
sejak anak usia dini dapat meningkatkan segi psikososial, psikomotorik, psikokognitif,
psikoreligius dan pengembangan diri anak secara holistik. Pentingnya pendidikan anak usia dini,
ditegaskan secara hukum oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang RI Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan pasal 28 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta
terbentuknya Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Penyelenggaraan PAUD harus lebih
berorientasi pada pembelajaran yang berbasis karakter. Proses pembelajaran yang ada harus
semakin banyak melibatkan anak melalui aktivitas bermain dan interaksi lain yang memiliki nilai
pengembangan karakteristik. Metode bermain juga dapat membantu guru menyampaikan pesan-
pesan moral dan membentuk karakter anak misalnya pembiasaan budaya antre, jujur, siap
menerima kekalahan, dan mental sportivitas, yang sangat efektif bagi perkembangan anak. Hal
terpenting adalah guru harus merancang pembelajaran bagi anak usia dini dengan model
bermain, sesuai dengan taraf perkembangannya. Melalui bermain anak diajak untuk
bereskplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di
sekitarnya (Wiyani & Barnawi, 2012). Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka ada satu tahap
perkembangan yang berfungsi kurang baik dan ini tidak akan terlihat secara nyata segera,
melainkan baru kelak bila ia sudah menjadi remaja.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah adalah :
Yos Sudarso?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan karakter
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karakter melekat dalam pribadi seseorang dan berpengaruh dalam relasi seseorang
terhadap Tuhan, diri sendiri maupun sesama. Berikut ini akan diuraikan mengenai definisi
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas
sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan
hormat kepada orang lain (Pusat Kurikulum, 2010).
6
Menurut Ratna Megawangi (Kesuma, dkk, 2011) pendidikan karakter adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Sementara itu Shofwan (2011)
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah suatu istilah yang menjelaskan berbagai
aspek pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal. Pendidikan karakter
meliputi beberapa area, seperti: “penalaran moral/pengembangan kognitif”, pembelajaran
sosial dan emosional”, “pendidikan/kebajikan moral”, “pendidikan keterampilan hidup”,
“pendidikan kesehatan”, “pencegahan kekerasan”, “resolusi konflik”, dan “filsafat
etik/moral”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa watak, tabiat, akhlak
atau kepribadian seseorang dapat terbentuk melalui cara pandang, cara pikir dan sikap yang
telah terinternalisasi dalam diri seseorang. Proses internalisasi itu terjadi oleh karena
lingkungan sosial dan budaya tertentu yang membentuk pribadi seseorang. Dengan demikian
perilaku seseorang sangat ditentukan oleh perilaku sosial masyarakat dan budaya di mana
seseorang berada. Pendidikan karakter merupakan tindakan sosial yang berarti berkaitan
dengan kehidupan bersama, tidak hanya terkait dengan individu-individu saja. Sebagai
dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan tidak terbatas hanya pada beberapa aspek
saja. Pendidikan harus membantu dan mengembangkan potensi diri siswa agar memiliki
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sumaryati,
2011).
Sisdiknas No 20 Tahun 2003 maka pada dasarnya pendidikan karakter itu menyangkut pola
pikir, pola rasa dan pola perilaku yang tercermin dari suatu bangsa. Sebagai bangsa Indonesia
7
maka karakter sebagai warga negara yang baik harus berlandas pada jiwa Pancasila dan
1945 serta mengatasi permasalahan bangsa saat ini, maka Pemerintah menjadikan pendidikan
usia dini sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Lembaga swadaya masyarakat dan instansi
masih dalam proses ke arah pembentukan karakter bangsa. Perlu disadari bahwa perwujudan
Membentuk budaya karakter bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika membutuhkan proses
yang lama untuk menjadikannya sebagai bagian budaya hidup masyarakat. Pendidikan
karakter bukan sekedar mana yang benar dan mana yang salah melainkan lebih daripada itu,
pendidikan karakter harus menanamkan pemahaman yang benar kepada peserta didik dan
masyarakat umum agar dapat mengerti, merasakan dan melaksanakan nilai dan keutamaan
yang terkandung dari sebuah tindakannya. Diharapkan bahwa perilaku itu harus dipahami
dengan baik dan benar agar memiliki dasar yang kuat. Sangat penting memahami sebuah
namun apabila tidak didasari oleh pemahaman yang benar, maka perilaku tersebut tidak
8
mempunyai dasar yang kuat. Sebaliknya, justru dari pemahaman yang baik seseorang akan
penting sebab pengaruh modernisasi dan globalisasi membawa dampak dalam berbagai
aspek hidup manusia. Semakin dirasakannya persaingan antar negara bahkan antar manusia,
yang kuat menguasai yang lemah. Jiwa patriotik dan tangguh semakin lemah, mentalitas dan
budaya instant, semakin bertambah. Penghayatan iman sebagai masyarakat yang beragama
pun kadang kala hanya terbatas formalitas belaka. Iman tidak mewujudnyata namun masih
sebatas teori dan pengetahuan saja. Pendidikan karakter diharapkan dapat mengikis budaya-
budaya yang kurang mendukung pengembangan karakter bangsa dan mampu membangun
kembali budaya bangsa yang tangguh dan kuat, beriman dan bertoleransi sehingga tercipta
suatu masyarakat dan bangsa yang rukun dan damai sebagaimana cita-cita bangsa yang
Ditinjau dari sejarahnya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia mulai
pengembangan pendidikan Taman Kanak-Kanak sudah dimulai lama sebelum PAUD ada.
9
masyarakat yaitu: a) Taman Kanak-Kanak (Kindergarten); b) Kelompok Bermain (Play
Group); c) Taman Penitipan Anak (Day Care); dan d) PAUD sejenis (Similar with Play
Group).
Dalam tulisan ini peneliti akan meneliti PAUD pada kelompok Taman Kanak-Kanak
(usia 4-6) yang juga disebut dengan anak prasekolah. Usia ini disebut sebagai usia emas
sebab usia ini sangat menentukan keberhasilan pembentukan diri dan karakter seseorang.
Proses yang dilakukan saat ini akan sangat menentukan pribadi seorang anak di masa yang
akan datang. Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini, ketika dewasa tidak
akan mudah berubah meski godaan atau rayuan datang begitu menggiurkan. Dengan adanya
pendidikan karakter semenjak usia dini, diharapkan persoalan mendasar dalam dunia
pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi (Azzet,
2011).
Usia dini merupakan masa yang penting sebagai landasan untuk perkembangan pada
masa-masa berikutnya. Landasan yang kuat dan kokoh akan menentukan perkembangan pada
usia-usia selanjutnya. Menurut Freud dalam Pratisti (2008), masa usia dini harus diberi
landasan yang kuat agar terhindar dari gangguan kepribadian atau pun emosi. Lebih lanjut
Freud menjelaskan bahwa gangguan-gangguan yang dialami pada masa dewasa dapat
ditelusuri penyebabnya dengan melihat kehidupan pada masa anak-anaknya. Pengalaman dan
salah asuh pada usia dini, dapat menjadi akumulasi perilaku yang terjadi ketika seorang anak
Untuk menjadi pendidik dan guru yang baik bagi anak usia dini, perlu memahami
karakter kepribadian mereka. Hal ini akan membantu dalam mendidik dan mendampingi
10
dengan metode yang tepat sesuai tingkat usia mereka. Sebab pembentukan diri yang tepat
pada usia ini akan menentukan perkembangan diri selanjutnya. Sesuai dengan definisi yang
dipakai dalam penelitian ini maka peneliti membatasi usia dini pada usia 4-6 tahun.
Usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak
memperlihatkan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat dan
didengarnya. Secara khusus, anak pada usia dini memiliki keinginan yang kuat untuk lebih
mengenal tubuhnya sendiri, ia senang dengan nyanyian, permainan dan/atau rekaman yang
membuatnya untuk lebih mengenal tubuhnya tersebut. Berkenaan dengan pertumbuhan fisik,
anak usia ini masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhan anak untuk
melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan bagi pengembangan otot-otot kecil maupun
otot-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil terutama diperlukan anak untuk menguasai
Usia 5 sampai 6 tahun sering disebut sebagai usia berkelompok. Perkembangan sosialnya
ditandai dengan mulai tingginya minat anak terhadap aktivitas teman-teman dan
meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok. Anak
usia ini akan merasa tidak puas jika hanya bermain di rumah atau dengan saudara-saudaranya
saja yang ada di lingkungan rumahnya. Sejalan dengan perkembangan ketrampilan fisiknya,
anak usia sekitar lima tahun ini semakin berminat pada teman-temannya. Ia mulai
menunjukkan hubungan kemampuan kerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya.
Ia biasanya memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan. Namun dalam
usia ini masih sering terjadi konflik atau berebut sesuatu dengan temannya, karena sifat
11
egosentriknya yang masih melekat. Kualitas dari anak usia ini adalah abilitas, untuk
memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat, sehingga ketrampilan
menimbulkan rasa senang bagi anak untuk bergaul dan berhubungan dengan orang lain.
Selain itu adapun ciri umum dari pribadi anak usia 4 sampai 6 tahun adalah: a)
berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal
bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan
(daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap
lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang
dilihat, d) bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun
Pendidikan anak usia dini memiliki peran sentral dalam membantu dan
adalah suatu usaha yang sangat penting karena perlu membina dan mengembangkan seluruh
potensi yang ada pada diri anak. Pembinaan dan pengembangan diri yang salah pada usia
dini akan mempengaruhi proses pendidikan selanjutnya. Bahkan pendasaran yang tidak kuat
dalam pendidikan anak usia dini akan berdampak pada kurangnya gairah anak mengikuti
12
a) Menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas
b) Mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial, karena
tingginya produktivitas kerja dan daya tahan
c) Meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat
d) Menolong para orang tua dan anak-anak.
generasi muda penerus bangsa. Situasi bangsa menuntut adanya pendidikan karakter,
membina iman dan moral sejak usia dini. Persoalan bangsa berkaitan dengan moralitas
Banyak ahli memandang peran pendidikan anak usia dini sangat fundamental bagi
perkembangan individu berikutnya. Ini berarti bahwa banyak hal yang dapat dicapai oleh
individu pada periode ini dan akan sangat mempengaruhi pada periode berikutnya.
Guru membantu peran orang tua dalam mendidik anak. Agar dapat menjalankan
fungsi mendidik dengan baik, maka pendidik usia dini harus memiliki kepribadian yang
mampu mendidik anak. Sebagaimana disebutkan oleh Hamalik (2003), bahwa guru akan
mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk itu. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi. Ada beberapa tanggung
jawab yang harus diperhatikan sehubungan dengan kompetensi profesi guru yaitu: a)
tanggung jawab moral, b) tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, c) tanggung
13
BAB III
1. Untuk menjelaskan pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Yos Sudarso
Maumere.
14
3. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter
A. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi para peneliti pendidikan karakter anak usia dini, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam meneliti dan mengembangkan lebih lanjut kebijakan
b. Secara khusus penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah dan
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian mengenai pendidikan karakter anak usia dini adalah:
a. Bagi Diknas Kota Maumere, Pengawas TK/SD, dan UPTD, agar mendapatkan
Sudarso Maumere, serta menemukan upaya yang tepat untuk pengembangan dan
15
agar penelitian ini menjadi pedoman dan masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan karakter anak dalam mencapai generasi muda yang cerdas dan
berkarakter.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini hendak mengkaji pelaksanaan pendidikan karakter bagi anak usia dini serta
problematika yang terjadi. Berdasarkan analisa yang akan dibahas maka penelitian ini
16
peneliti akan menganalisa pelaksanaan pendidikan karakter dan menghasilkan penemuan
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi sesuai
dengan rumusan masalah yakni wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Wawancara
sebagai teknik pengumpulan data utama dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung tentang bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa kalimat deskriptif. Oleh karena itu, data
akan dianalisis menggunakan metode analisis isi, yaitu suatu teknik yang sistematis untuk
menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan interaktif model dari Miles dan
Huberman (dalam Moleong, 2005). Langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
pengamatan/observasi.
Reduksi data dilakukan dengan cara mengabstraksi data, yaitu membuat catatan-
catatan inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang sangat penting untuk dijaga.
17
Langkah berikutnya, menyusunnya dalam satuan-satuan, kemudian
mengklasifikasikan sambil memberi kode. Data dalam penelitian ini akan diberi kode
yang terdiri dari empat digit. Digit pertama yaitu kode rumusan masalah, digit kedua
submasalah, digit ketiga metode pengumpulan data, dan digit keempat merupakan
Langkah penyajian data diperlukan karena data yang diperoleh cukup banyak dengan
tujuan agar peneliti tetap dapat menguasai dengan baik sebanyak apapun data yang
diperoleh.
Langkah penarikan dan verifikasi simpulan dilakukan dengan membuat uraian pokok
BAB V
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan para guru diketahui bahwa
kegiatan pendidikan karakter bagi anak usia dini dapat dilakukan melalui pembelajaran,
18
pembiasaan, keteladanan maupun kegiatan lain seperti kegiatan rohani, dan olahraga
bersama.
bahwa kegiatan pendidikan karakter anak usia dini telah berjalan di TK Santo Yusup 3.
Bahkan bukan saja karena pemberlakuan kebijakan pendidikan karakter ini, baru sekolah
kristiani dan nilai-nilai universal yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.
sebagai berikut: Nilai religius, dicapai dengan praktek doa dan latihan koor anak di kapel
(gereja kecil), bahkan pelayanan koor di gereja. Selain itu anak dibiasakan berdoa pagi
hari akan mulai belajar dan saat akan pulang sekolah juga kegiatan lain. Pada bulan Mei
dan Oktober, disebut sebagai bulan devosi kepada Bunda Maria, anak berdoa rosario
bersama sebelum masuk kelas. Pada bulan September sebagai bulan Kitab Suci, guru
Capaian nilai kemandirian dan tanggung jawab dilakukan anak dengan cara orang
tua mengantar anak sampai di pintu gerbang sekolah. Setelah itu anak masuk sendiri ke
dalam sekolah bertemu dan bersalaman dengan para guru lalu meletakkan tas sekolah di
meja masing-masing. Anak juga dilatih kemandiriannya melalui tugas sederhana seperti
Capaian nilai kejujuran atau amanah, diplomatis dilakukan oleh anak dengan cara
sederhana seperti memberitahu bu guru bila menemukan barang yang bukan miliknya
serta tidak mengambil barang milik orang lain, anak mengambil permainan atau makanan
19
yang diletakkan guru di depan kelas. Anak diminta mengambil dalam jumlah tertentu dan
anak harus melakukan sesuai perintah agar semua kebagian. Tingkat kejujuran anak juga
akan nampak melalui cara ini. Capaian nilai hormat dan santun dilakukan dengan
memberi dan membalas salam kepada para guru. Anak diminta agar tidak hanya memberi
salam kepada guru wali kelasnya saja tetapi juga kepada semua guru dengan menyebut
nama bu guru. Dengan memberi salam dan menyebut nama guru akhirnya anak lebih
mengenal guru dan menghormati guru. Anak juga dilatih meminta tolong dan meminta
dengan cara anak diajarkan untuk mau meminjamkan barang milik kepada teman yang
membutuhkan misalnya membagi makanan, mainan, alat tulis. Tapi hal ini dapat dicapai
apabila guru memotivasi anak agar mau meminjamkan barangnya kepada teman, jika
tidak maka anak bersikap masa bodoh. Selain itu diadakan juga Aksi Puasa
Pembangunan dan Aksi Natal Pembanguanan juga kegiatan sosial lain misalnya
membantu korban longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bahkan orang tua memberi
Capaian nilai percaya diri dan pekerja keras dapat dicapai misalnya dalam hal
percaya diri, guru melatih anak untuk tampil di depan umum melalui kegiatan PENSI
yang diadakan oleh sekolah. Di dalam kelas, guru melatih anak maju ke depan kelas
keberanian anak.
20
Capaian nilai kepemimpinan dan keadilan, dalam hal kepemimpinan anak dilatih
melalui memimpin baris berbaris, memimpin doa, memimpin lagu, membagi buku dan
Capain nilai baik dan rendah hati anak dilatih untuk rendah hati dan minta maaf
jika bersalah. Guru juga harus berusaha minta maaf kepada anak saat akan pulang
sekolah, agar anak tidak dendam kepada guru. Karakter toleransi, damai dan kesatuan
dicapai melalui sikap saling menghargai dengan teman yang beda agama/keyakninan.
Anak dibimbing untuk saling menghargai walaupun mereka berbeda agama, suku, warna
Pencapaian nilai-nilai di atas dapat dilakukan secara baik dan berhasil apabila
guru secara bersama-sama, kompak dan bekerja sama menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter kepada anak. Dalam hal ini berlaku teori pembelajaran sosial. Sebagaimana
diuraikan pada bab 2, bahwa dalam teori pembelajaran sosial, anak dapat belajar
bagaimana berkarakter yang baik dan benar sesuai dengan teladan dari guru. Menurut
teori ini guru hadir sebagai model yang dapat mempengaruhi perilaku anak. Untuk ini
diperlukan kekompakan guru dan juga kerja sama dengan orang tua anak dalam
Kendala yang dihadapi adalah orang tua yang sangat sibuk sehingga apa yang
telah dimulai oleh guru di sekolah seringkali tidak diteruskan di rumah. Padahal
pendidikan karakter dapat berhasil baik jika melibatkan kerja sama yang baik antara
guru dengan orang tua anak. Orang tua atau kepala sekolah atau guru dapat membantu
seorang anak belajar mengembangkan karakter dengan memberi contoh yang baik
melalui perilaku, perkataan, dan sikap baik sehari-hari. Anak lebih mudah mengikuti
21
teladan dalam perilaku daripada kata-kata. Benar seperti perkataan Bung Karno: “Anda
tidak bisa mengajarkan apa yang Anda mau. Anda tidak bisa mengajarkan apa yang
Anda tahu. Anda hanya bisa mengajarkan siapa Anda.” (Raka, dkk, 2011).
kembali kerja sama sekolah dengan orang tua anak sehingga program yang dibuat oleh
sekolah dapat diteruskandi rumah. Guru mengharapkan sosialisasi kegiatan sekolah dan
waktu yang lebih sering. Hal ini memunculkan gagasan perlunya dibuat program kerja
intensitasnya perlu ditambah. Ini merupakan harapan dan dukungan baik dari para guru
demi meningkatkan kerja sama yang baik antara sekolah dengan orang tua anak.
partisipasi lingkungan (Syafaruddin, 2002). Partisipasi orang tua dapat menjadi faktor
pendukung dalam memajukan sekolah dan mengembangkan karakter anak usia dini.
Selain faktor lingkungan keluarga yang harus mendukung, yayasan juga perlu
makin meningkatkan perhatian dan pembinaan baik dengan kepala sekolah maupun
dengan guru. Kunjungan dari biarawan CDD juga merupakan salah satu harapan dari
guru-guru untuk memberi kesaksian tentang kepedulian dan kasih kepada anak-anak. Di
samping itu, implementasi visi misi yayasan juga harus terus menerus dipertegas agar
para kepala sekolah dan guru-guru tetap bersemangat menjalankan karya dan
22
pengabdiannya. Ini adalah karya bersama yang harus didampingi dan dalam kerja sama
Ketersediaan sarana dan prasarana sudah cukup baik meski harus ditambah. TK
Yos Sudarso memiliki 5 ruang belajar, kantor, ruang guru, gudang, dapur, halaman
bermain, meja kursi murid dan guru, rak, papan tulis gantung, ayunan jungkit, panjatan
alat peluncur, bak pasir, yang semuanya tersedia dalam kondisi baik. Bahwa sarana dan
prasrana adalah faktor pendukung penting untuk kegiatan belajar mengajar bagi anak
usia dini. Hal ini membantu imajinasi, kreatifitas dan tumbuh kembang anak secara
kemandirian, kerjasama dan melalui bermain. Sebagaimana disebutkan oleh Riyanto &
Handoko (2005) bahwa fungsi bermain pada anak usia dini cukup banyak antara lain
fungsi dari bermain tersebut maka ketersediaan sarana pendukung adalah sesuatu yang
yang ada untuk anak-anak TK Yos Sudarso perlu diperbaharui jumlah dan bentuknya.
Hal ini penting sebab sarana bermain menjadi salah satu daya tarik dan peningkatan
23
Guru sebagai ujung tombak pendidikan, memiliki peran yang sangat sentral dalam
mewujudkan siswa yang berkarakter. Guru selain dituntut menyampaikan materi, juga
dituntut untuk menjadi ‘GURU – digugu dan ditiru’ yang sebenarnya (Muslich, 2011).
Guru tidak hanya memiliki peran pengajar di dalam kelas melainkan juga pendidikan
perilaku yang harus dimulai oleh pribadi guru sendiri untuk diteladani para murid.
Dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini dijelaskan bahwa pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas
bertugas di berbagai jenis layanan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal
seperti TK/RA, KB, TPA dan bentuk lain yang sederajat. Pendidik PAUD pada jalur
pendidikan formal terdiri atas guru dan guru pendamping; sedangkan pendidik PAUD
pada jalur pendidikan nonformal terdiri atas guru, guru pendamping, dan pengasuh.
Mengingat perkembangan anak usia dini belajar dari apa yang dilihat, didengar,
dan yang dialaminya, maka sudah seharusnya seorang guru PAUD memiliki karakter
yang kuat dan moral yang baik. Guru PAUD tidak hanya memiliki karakter yang kuat
dan moral yang baik, namun juga menciptakan anak-anak yang berkarakter sebagai masa
Seorang guru PAUD hendaknya menyayangi anak secara tulus. Cinta yang tulus
kepada anak adalah modal awal mendidik anak. Guru menerima anak didiknya apa
adanya, mencintainya tanpa syarat dan mendorong anak untuk melakukan yang terbaik
24
pada dirinya. Penampilan yang penuh cinta adalah dengan senyum, sering tampak bahagia
Capaian nilai berperilaku sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian diperlukan
bagi pendidikan anak usia dini. Membina sikap sabar sangat dibutuhkan seorang pendidik
untuk membantu anak mengingat apa yang telah diajarkan. Ketidaksabaran pendidik
anak dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada saat anak belajar. Pendidik harus mampu
menahan emosi dalam menghadapi tingkah laku mereka yang polos, sering lupa dan sifat-
sifat lainnya yang kita anggap jelek (Al-Khal’awi, dkk, 2007). Sikap sabar juga dapat
membawa pengaruh pada pribadi pendidik yang tenang, ceria, serta penuh perhatian
Capaian nilai kepekaan, responsif dan humoris terhadap perilaku anak dicapai
terlebih dahulu dengan membina sikap peka terhadap lingkungan dan anak didik. Sikap
peka adalah perilaku peduli dan tanggap terhadap keadaan atau situasi yang membutuhkan
bantuan untuk memberikan hal yang diperlukan. Nilai kepekaan perlu ditumbuh
kembangkan sejak dini sebab anak harus disadarkan akan keberadaan dirinya sebagai
makhluk sosial. Hal ini penting sebab sering ditemui dalam masyarakat orang yang
cenderung menarik diri karena merasa diri lebih dan tidak membutuhkan bantuan orang
lain. Sikap peduli para orang lain tidak bisa muncul begitu saja, namun membutuhkan
pembinaan sejak dini. Dengan belajar bersosialisasi orang akan belajar menghargai dan
mendapat penghargaan, belajar memberi dan menerima, belajar membantu dan selalu
dengan sesama.
25
Capaian nilai menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana
adalah melalui pergaulan dengan anak untuk meningkatkan kedekatan secara fisik dan
emosional. Melalui relasi kedekatan tersebut guru tampil sebagai pribadi yang dewasa,
arif, dan bijaksana untuk memberikan wejangan dan pendidikan yang benar serta
bermanfaat. Seorang guru hendaknya juga dapat menjaga pergaulan dengan anak
Guru berpenampilan bersih, sehat, dan rapi merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru. Guru yang berpenampilan rapi dan bersih akan memengaruhi
proses pendidikan bagi anak. Wawancara dengan guru TK Santo Yusup3 diperoleh
informasi bahwa para guru berusaha tampil rapi dan bersih dalam menjaga penampilan
wajah, rambut dan berpakaian. Jika ada guru yang tidak rapi maka mereka saling
mengingatkan dalam suasana persaudaraan agar tidak menyinggung perasaan guru lain.
Disadari bahwa penampilan bersih, sehat, dan rapi sangat mendukung proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan fisiknya menuju kepada pencapaian tubuh yang kuat dan fit (Nurdin, 2004).
dilakukan guru dengan membiasakan dalam bertutur kata baik dengan sesama rekan guru
maupun terhadap anak didik. Tidak berkata kasar dan sopan dalam berbicara membuat
seseorang lebih mudah dihargai. Guru sebagai orang tua di sekolah harus membantu anak
merasa nyaman dalam perkataan dan tindakannya. Perilaku sopan, menghargai dan
berbagai macam sumber informasi dalam berkata-kata dan berperilaku. Ketika peran
26
keluarga lemah maka pengaruh luar akan lebih kuat dan mendominasi perilaku anak.
Orang tua hendaknya bersikap dan berperilaku yang dapat menguatkan kepribadian anak,
menanamkan rasa percaya diri, sehingga anak tidak akan mengulang-ulang ucapan keji
(kasar dan buruk) yang didengar dari luar rumah (Shalihah, 2010).
Capaian nilai menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, budaya, dan jender adalah guru memberikan bimbingan dan didikan kepada anak
usia dini secara merata tanpa membedakan dari sudut manapun. Dari hasil wawancara dan
data sekolah diketahui bahwa anak-anak PAUD di TK Santo Yusup 3 terdiri dari berbagai
agama, suka, budaya dan jender. Guru pendidik PAUD yang terdiri dari para ibu guru
berusaha memberikan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai universal yang harus diterima
anak. Perlu dimunculkan kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan
Dalam kehidupan anak-anak akan lebih senang, apabila perkataan guru kepada
anak didik adalah ucapan yang memberanikan diri, mendorong semangat dalam hal
kegiatan di sekolah dan memberikan penghargaan, pujian yang wajar daripada memarahi
dan mencela anak. Pujian yang wajar atau kata penghargaan yang diucapkan dengan tepat
Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat. Salah satu tuntutan perilaku yang juga diharapkan dari seorang
pendidik adalah hidup sesuai dengan hukum, norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Pengembangan dari perilaku ini menuntut guru hidup sepadan dengan norma
agama, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tujuannya adalah agar
guru menjadi pribadi yang terlibat dengan lingkungan di mana dia berada dan hidup sesuai
27
dengan norma yang berlaku. Guru mendidik anak usia dini melalui latihan, bimbingan dan
penyadaran bagi anak agar dapat hidup menurut aturan yang berlaku di lingkungannya.
Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai agama dan budaya lain perlu
dilakukan mengingat anak hidup di tengah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam
agama dan budaya. Seorang guru pendidik usia dini harus memiliki dan mengembangkan
perilaku menghargai ini dalam dirinya sendiri serta mendorong dan mendidik anak untuk
melakukannya juga. Nilai menghargai agama dan budaya dapat dikembangkan oleh guru
melalui latihan memelihara sikap toleransi dan saling menghargai dengan anak yang
berbeda agama dan budaya dengan dirinya. Melalui latihan sederhana tersebut diharapkan
anak mampu menjaga dan mengembangkannya dengan bimbingan dan kerja sama guru
dan orang tua dalam kehidupan anak di tengah masyarakat. Anak perlu memahami bahwa
Tuhan mengasihi dirinya dan Tuhan juga mengasihi sesama maka semua orang wajib
Capaian nilai berperilaku jujur adalah guru harus membiasakan diri jujur kepada
anak didik. Untuk mendidik anak berperilaku jujur maka guru harus terlebih dahulu
berbicara dan bertindak jujur. Jujur identik dengan kebenaran yang merupakan lawan dari
kebohongan. Menurut Kesuma, dkk (2011), ciri-ciri orang jujur adalah: a) jika bertekad
kemaslahatan; b) jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya); c) jika adanya
sebagai sesuatu yang bernilai. Dengan memandangnya sebagai sesuatu yang bernilai maka
guru akan melaksanakan tugas dengan baik. Tanggung jawab juga menyangkut orientasi
28
terhadap orang lain, mencurahkan perhatian kepada orang lain, dan merespon secara aktif
orang lain mengalami kekecewaan. Kita menolong orang lain dengan cara memenuhi
komitmen kita, dan kita menciptakan masalah bagi mereka ketika kita tidak
penghambat. Faktor-faktor tersebut harus dipahami dengan baik oleh seorang pendidik
karakter anak usia dini agar dapat mengambil langkah strategis dan tindakan yang tepat
demi pembentukan karakter anak. Faktor tersebut dapat berupa faktor yang terjadi dalam
lingkungan keluarga anak karena kurang harmonisnya hubungan di antara ayah dan ibu,
orang tua dengan anak, antara anak maupun faktor yang terjadi dalam lingkungan belajar
anak di sekolah. Guru yang sering memarahi anak atau mengancam anak dapat
menyebabkan anak merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau masuk sekolah. Selain itu
faktor jarak rumah yang jauh dari sekolah dapat menyebabkan anak merasa malas pergi
ke sekolah. Singkatnya banyak faktor yang harus diperhatikan dalam proses mendidik
karaker anak. Guru PAUD perlu mendalami psikologi pribadi anak agar langkah yang
Lingkungan pendidikan di sekolah yang baik akan nampak melalui suasana akrab
dan nyaman antara sesama guru, guru dengan anak didik maupun antara sesama anak
didik. Perkembangan anak akan menjadi lebih baik jika lingkungan yang diterima anak
29
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan karakternya. Perkembangan anak
ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu,
melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan peluang
terus-menerus maka guru harus memiliki kerja sama yang baik. Kerja sama yang baik di
sini mengarah kepada satu team kerja yang harmonis agar tidak terjadi pengulangan
materi yang sama. Di samping itu pembiasaan atas suatu perilaku baik hendaknya
menjadi pembiasaan bersama guru agar tidak menimbulkan kebingungan dalam diri anak
didik. Pembiasaan lebih mudah diserap dan ditiru oleh anak. Pembiasaan akan
membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat, karena nilai merupakan suatu penetapan
kualitas terhadap objek yang menyangkut suatu jenis aspirasi atau minat (Mulyasa,
2011).
Dalam rangka menjalin kerja sama sebagai team kerja yang handal maka
komunikasi sangat diutamakan. Masing-masing guru perlu menghargai rekan kerja dan
tidak menganggap diri lebih dari yang lain. Kemampuan berkomunikasi dengan baik
diperlukan pembinaan yang bermutu dan kontinuitas. Dalam hal ini peran pengurus
Yayasan Pendidikan Yos Sudarso harus mampu membuat rencana strategi secara
periodik untuk mengadakan pembinaan bagi guru. Bahkan dalam wawancara dengan
bagian Litbang yayasan diperoleh informasi bahwa pengurus yayasan sedang menyusun
30
rencana untuk mengadakan pembinaan bagi para guru. Disadari bahwa bukan lamanya
waktu untuk mengadakan pembinaan berupa retret, outbound, seminar dan sejenisnya
yang membutuhkan waktu beberapa hari namun yang terpenting adalah sering adanya
komunikasi, sharing antara guru dengan pengurus yayasan. Pembinaan bagi para guru
dianggap penting sebab guru sebagai pendidik karakter adalah insan yang terbatas dan
penuh dengan kelemahan pribadi yang juga harus disadarkan akan eksistensinya.
Di samping itu peran keluarga sebagai pendidik pertama dan utama harus
disadarkan akan fungsinya. Keluarga yang harmonis dan penuh kasih akan menghasilkan
dan menyumbangkan bagi bangsa insan yang berbudi pekerti luhur. Untuk itu dibutuhkan
teladan, dan menjaga komunikasi aktif. Jika seseorang telah memiliki dasar pendidikan
karakter yang luhur dalam keluarga, pasti ia akan mampu mengatasi pengaruh yang tidak
baik dari lingkungan sekitar. Muslich (2011) menguraikan bahwa untuk mendukung
pendidikan karakter maka ada empat nilai yang dapat ditanamkan dalam keluarga yaitu:
menyelesaikan masalah. Orang yang memiliki budi pekerti luhur tentu lebih
keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan
c) Nilai toleransi. Dalam keluarga nilai toleransi dapat ditanamkan melalui proses
31
d) Nilai kebiasaan sehat. Yang dimaksud kebiasaan sehat di sini adalah kebiasaan-
kebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari
sekarang.
Keempat nilai tersebut harus diberikan oleh keluarga kepada anak. Apa yang ia
dapat sejak usia dini akan memberi dasar yang kokoh dalam pembentukan karakternya.
Dengan kata lain, bila dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak usia dini, maka akan
menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan (Muslich, 2011). Untuk
memberi dasar yang kuat bagi pendidikan karakter anak maka peran orang tua adalah
mutlak bagi anak. Peran pendidikan karakter tidak dapat diwakilkan kepada baby sitter
atau pelayan anak. Orang tua dalam sejumlah kesibukan harus memberi waktu untuk
Anak yang kurang berinteraksi dengan orang tuanya akan mengakibatkan dalam
diri anak perasaan sepi, tidak disayangi, dan kehilangan figur orang tua. Hal ini akan
berdampak pula pada pendidikan karakternya. Menurut Wibowo (2012), ada beberapa
kiat menjadi orang tua yang ideal serta figur teladan yang baik bagi anak, yaitu: a)
mengubah pola mendidik anak dan mulai menerapkan pola child center; b) menyediakan
waktu untuk anak; c) para orang tua khususnya kaum ibu dituntut untuk mampu
mengenali bahasa tubuh dari sang anak; d) penting bagi orang tua untuk bisa memahami
perasaan anak; e) untuk menjadi orang tua ideal, jadilah pendengar yang aktif; f) jadilah
Sebagai sekolah yang bernaung di bawah asuhan Yayasan Yos Sudarso karya
tarekat religius SCMM maka kehadiran para biarawan dirasa sangat bernilai bagi anak-
anak. Kehadiran para biarawan dapat memberi motivasi iman dan menumbuhkan
32
panggilan sebagai anak-anak yang disayang Tuhan. Kehadiran tokoh idola seperti
biarawan-biarawati, dokter, polisi, tentara, dapat menguatkan motivasi dalam diri anak
untuk menjadi sebagaimana tokoh yang diinginkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik bagi
terlepas pula peran sarana dan prasarana yang tersedia bagi kebutuhan anak. Dengan
sarana yang ada maka akan dapat membantu interaksi komunikasi belajar yang lebih
efektif antara pendidik dan peserta didik. Bahkan dalam Permendiknas No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar sarana dan prasarana
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Diuraikan bahwa standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berkekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
komunikasi.
pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan. Sarana dan prasarana yang ada dapat membantu guru memanfaatkan secara
kreatif untuk mengembangkan pendidikan karakter anak. Baik dan lengkapnya sarana
yang ada perlu ditunjang juga oleh kreatifitas guru untuk mengembangkan dan
33
Faktor ketersediaan tenaga guru turut menentukan keberlangsungan pelaksanaan
pendidikan bagi anak usia dini. Ketika orang tua semakin sibuk dengan berbagai macam
urusan sampai mengurangi perannya dalam mendidik anak maka peran guru semakin
penting. Guru hadir sebagai tokoh teladan dan pembimbing bagi anak didik secara khusus
dalam mendidik karakter anak. Untuk menghadirkan peran guru sebagai pendidik
karakter anak maka guru harus memiliki relasi kerja sama yang baik dengan sesama
rekan guru dan orang tua anak serta anak didik. Sebagaimana hasil pengamatan peneliti
bahwa ketika sekolah mengadakan pentas seni bagi anak di TK Santo Yusup 3 tanggal 2
Juni 2012, maka orang tua begitu antuasias mendukung dan turut menyaksikan
Gambaran atas situasi yang ada menuntut pula perlunya reformasi cara pandang
baru yang menyesuaikan dengan tuntutan zaman saat ini. Mendidik anak tentu berbeda
dari waktu ke waktu dengan latar belakang persoalannya yang terjadi baik di dalam
tuntutan profesionalitas, tuntutan yayasan dan situasi lain dapat menjadi faktor yang
Gambaran situasi yang telah diuraikan dari hasil penelitian ini perlu menjadi bahan kajian
untuk menemukan langkah baru dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di
TK Yos Sudarso.
Sebagaimana diuraikan pada kajian teori bahwa tulisan ini menggunakan teori
pembentukan dan perubahan sikap yakni teori pembelajaran sosial. Menurut teori ini
individu dapat mempelajari sikap dengan mengamati dan mengimitasi perilaku orang
34
lain. Individu dapat mempelajarinya dengan lebih mudah jika ada model yang memiliki
Dari teori ini maka tepat jika uraian ini menjelaskan mengenai pelaksanaan
pendidikan karakter, peran guru dan faktor yang turut menentukan. Komponen-
komponen tersebut harus saling membantu agar pelaksanaan pendidikan karakter anak
usia dini berhasil baik. Guru sebagai pendidik karakter anak usia dini memiliki peran
sentral di sekolah untuk menjadi model bagi anak. Orang tua sebagai pendidik anak di
rumah harus bekerja sama dengan guru untuk melakukan hal serupa dalam mendidik
karakter anak. Semua ini akan berjalan baik dengan dukungan dari yayasan dan Dinas
Pendidikan dalam mendidik dan menghasilkan generasi yang berkarakter. Anak belajar
dari lingkungan yang baik dan mendukung melalui perilaku orang dewasa, lingkungan
dan sarana penunjang serta masyarakat sekitar yang berbudaya dan berkarakter sesuai
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat menarik simpulan berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini yang meliputi proses pelaksanaan,
pendidikan karakter anak usia dini di TK Yos Sudarso. Simpulan tersebut adalah sebagai
berikut.
35
1. Pelaksanaan pendidikan karakter anak usia dini di TK Yos Sudarso berjalan cukup
baik. Hal ini diperoleh dari wawancara dengan para guru bahwa pendidikan karakter ini
bukanlah hal baru. Sebetulnya hanya merupakan penegasan dari pendidikan budi
diawali dengan sosialisasi pada awal tahun ajaran kepada orang tua anak didik. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter anak, guru sebagai pendidik di sekolah menemui juga
kendala tertentu misalnya orang tua yang sangat sibuk sehingga tanggung jawab
dukungan dari pengurus Yayasan Kolese Santo Yusup bagi pendidikan karakter anak
masih perlu ditingkatkan. Yayasan sudah mulai memfasilitasi program pentas seni yang
diadakan pada akhir tahun ajaran. Hal ini mendapat sambutan positif dari orang tua
anak dan para guru namun perlu ditambahkan program yang lebih membantu
pendidikan karakter anak selama proses kegiatan belajar mengajar. Meskipun demikian
perlu diadakan juga pembinaan bagi para guru sehingga guru terus-menerus menyadari
untuk menampilkan diri sebagai pribadi yang dapat menjadi panutan. Guru harus
anak usia dini. Teladan adalah alat yang ampuh untuk mengembangkan karakter anak
sebab anak adalah peniru ulung. Guru tidak sekedar mengajar dan mendidik melalui
ajaran dan kata-kata melainkan juga harus tampak melalui teladan hidup yang sesuai
36
6.2 Saran
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian maka peneliti memberikan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Sekolah harus semakin menambah intensitas waktu pertemuan dengan orang tua anak
untuk sosialisasi dan evaluasi mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak. Perlu
ditingatkan kerja sama yang baik antara kedua lembaga pendidik tersebut dalam
mencapai kesamaan visi misi pendidikan karakter anak yang berakhlak mulia.
2. Yayasan Yos Sudarso perlu membuat program pengembangan pendidikan karakter anak
usia dini. Program tersebut dapat berupa pembinaan terhadap guru pendidik anak usia
dini, hari pertemuan, sosialisasi dan evaluasi mengenai urgensi pendidikan karakter anak
usia dini. Perlu semakin melibatkan kerja sama antara sekolah dengan orang tua anak
sebab pendidikan karakter anak dapat terlaksana dengan baik jika ada kerja sama antara
kedua pihak tersebut. Yayasan juga perlu melihat kebutuhan akan fasilitas pendukung di
sekolah untuk menambah yang kurang dan memperbaiki yang rusak. Di samping itu
mengingat karakteristik pendampingan anak di zaman sekarang berbeda dan sulit karena
kemajuan zaman dan tuntutan globalisasi maka tenaga pendamping anak di dalam kelas
hendaknya lebih profesional dan jika mungkin maka perlu ditambah guru pendamping
3. Kepada para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah diharapkan agar
kebijakan pendidikan karakter anak khususnya bagi anak usia dini tidak sebatas wacana
belaka. Perlu ditangani secara baik melalui analisa kebijakan yang tepat berkaitan dengan
tenaga pendidik di sekolah PAUD, agar memiliki kompetensi yang baik dalam mendidik
karakter anak. Pendidik anak usia dini jangan hanya simbol bahwa Indonesia telah
37
memiliki PAUD tetapi terpenting adalah mutu pendidikan karakter yang harus dimulai
sejak dini. Keberhasilan pendidikan karakter salah satunya ditentukan juga oleh sumber
38