Bukusakueksplorasibatubara Content 785 PDF
Bukusakueksplorasibatubara Content 785 PDF
Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penyusunan buku saku eksplorasi batubara ini. Latar belakang
penerbitan panduan ini adalah belum adanya acuan yang menjembatani
antara teori geologi yang didapatkan dalam jenjang pendidikan dengan
aplikasinya pada eksplorasi geologi batubara. Terdapat banyak variasi
deskripsi dan istilah antar geologist bahkan untuk mendeskripsi satu batuan
yang sama sekalipun.
Dari latar belakang inilah yang mendorong PT. Mintec Abadi untuk
memberikan sumbangsih untuk dunia eksplorasi batubara. Tujuan dari
pembuatan panduan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan metode
kerja antar geologist. Kami berharap panduan lengkap dan minimalis dapat
sesuai dengan gaya bekerja geologist masa kini. Panduan ini juga sangat
bermanfaat untuk para fresh graduate karena isi panduan ini sangat aplikatif.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
mereview buku saku eksplorasi batubara ini sampai saat penerbitannya. Kami
sadari isi dalam buku ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak sebagai perbaikan. Semoga buku saku
eksplorasi batubara ini dapat berguna bagi kemajuan dunia eksplorasi
Mine Site PT. Kideco Jaya Agung pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
5 | Core logging 51
S untuk Safety
I untuk Integrity
A untuk Accuracy
P untuk Punctuality
PT. Mintec Abadi memiliki tujuan mengenai mutu operasional yang
divisualisasikan melalui gambar “Zero accident” diatas, yaitu Safety,
Integrity, Accuracy, dan Punctuality.
5 | Core logging 52
Pemboran inti (coring) dilakukan untuk mendapatkan sampel yang
representatif untuk kebutuhan analisa geoteknik, kualitas batubara,
kadar gas, atau kebutuhan pengujian lainnya berdasarkan informasi/data
yang diperoleh dari lubang bor sebanyak mungkin. Data-data tersebut
nantinya akan dideskripsi selengkap mungkin sesuai dengan kebutuhan data.
Core logging merupakan kegiatan perekaman data berupa inti bor atau
dengan kata lain melakukan deskripsi detail terhadap inti bor. Core
logging untuk pemboran geoteknik dan eksplorasi sedikit berbeda karena
terdapat beberapa aspek geoteknik tambahan yang harus dideskripsi dengan
detail.
Proses untuk mendapatkan sampel inti bor merupakan proses yang mahal dan
membutuhkan waktu. Informasi geologi yang didapatkan dari sebuah inti
bor merupakan data yang signifikan untuk menentukan kuantitas dan
kualitas mengenai sumber daya dan potensial pertambangan. Sampel inti
bor sangat bernilai tinggi dan harus mendapatkan penanganan yang sesuai.
5 | Core logging 53
5. Jika inti bor akan disampling untuk kebutuhan coal quality setelah
dilakukan logging geofisika, lakukan pembungkusan inti bor
tersebut dengan plastik wrap (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 | Kegiatan pembungkusan sampel inti bor dengan plastik wrap
Core recovery (CR) merupakan persentase panjang inti bor yang berhasil
diperoleh dalam 1 run pemboran. Perhitungan CR wajib dilakukan sebagai
langkah awal core logging.
5 | Core logging 54
𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐭𝐢 𝐛𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝟏 𝒓𝒖𝒏
𝑪𝑹 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝟏 𝒓𝒖𝒏 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐨𝐫𝐚𝐧
Core loss terjadi apabila batuan yang telah dibor tidak berhasil diperoleh
di dalam core barrel. Core loss sering terjadi pada awal atau akhir sebuah run.
Posisi dan panjangnya core loss harus ditulis dengan aktual dan dideskripsi
dengan kode “KL”.
Batuan yang memiliki banyak rekahan atau batuan yang lunak dapat menjadi
sangat sulit untuk didapatkan. Namun, besar kemungkinan batuan tersebut
didapatkan dalam kondisi hancuran (fragmented ~ crushed).
Gambar 5.2 | Bekas core catcher / core lifter pada inti bor yang jatuh yang dapat terambil kembali pada
run selanjutnya (ACARP Project C22017, 2015)
Core expansion biasa terjadi pada core yang bersifat crushed sampai
dengan fragmented. Core expansion sering terjadi pada litologi batubara yang
moderately hingga highly slaking.
5 | Core logging 56
5.3 | Rock Quality Designation (RQD)
Gambar 5.4 | Pengukuran mid-to-mid point pada inti bor untuk RQD (%)
Biasanya nilai RMQ merupakan nilai rata-rata pada 1 hole pemboran. Adapun
tabel klasifikasi RMQ yang dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:
1. Pada contoh pertama, hasil perhitungan CR dan RQD masing-masing menunjukkan hasil 100%
2. Pada contoh kedua. hasil perhitungan CR dan RQD masing-masing menunjukkan hasil 100% dan 74%.
Hal ini disebabkan karena terdapat crushed zone pada batubara yang menyebabkan kenampakan core
<10 cm. Panjang dari crushed zone ini tidak masuk di dalam perhitungan panjang utuh pada RQD.
5 | Core logging 55
5.5 | Dokumentasi foto core box
Core box wajib dibersihkan/dibasuh dengan sedikit air bersih sebelum difoto
sehingga didapatkan dokumentasi inti bor yang cukup representatif.
Dokumentasi core box mengacu pada SOP/MIN/DR/003. Pada sisi kiri atas
merupakan kedalaman atas (top depth) dan kearah kanan merupakan
kedalaman bawah/akhir (bottom depth).
Pada pemboran lubang terbuka (open hole drilling), sampel keratan diambil
setiap kedalaman 1 meter dan wajib diberi pembatas berupa kayu yang tipis
dan pada kedalaman 3 meter diberi pembatas kedalaman.
Gambar 5.6 | Skema penyusunan contoh keratan pemboran pada core box
Gambar 5.7 | Contoh penyusunan contoh keratan pemboran pada core box
5 | Core logging 56
5.5.2 | Dokumentasi sampel inti bor
Pada pemboran inti bor (coring), pembatas kedalaman diberikan pada akhir
setiap run (1.50m). Apabila terdapat core loss pada sampel inti bor (core),
maka kru pemboran wajib memberi ruang yang kosong sesuai dengan
panjang sampel yang hilang (loss).
Saat akan melakukan dokumentasi inti bor pastikan bahwa plastic wrap
yang melapisi inti bor tersebut sudah dilepas dan inti bor tersebut sudah
dibasuh dengan sedikit air. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kenampakan
core yang representatif.
Gambar 5.8 | Skema penyusunan contoh inti bor pada core box
Gambar 5.9 | Contoh penyusunan contoh inti bor pada core box
5 | Core logging 57
5.6 | Deskripsi inti bor
PT. Mintec Abadi menggunakan format panduan Coal Log dibawah lisensi
dari GeoCheck, Australia. Format Coal log tersebut sesuai dengan software
LogCheck yang juga digunakan oleh PT. Mintec Abadi sebagai software
database untuk data eksplorasi yang sistematis. PT. Mintec Abadi memiliki
beberapa data tipe untuk menunjang observasi inti bor yang sistematis.
5 | Core logging 59
5.6.1 | Posisi kedalaman litologi
Mudstone (MS)
MS memiliki warna abu-abu sampai hitam dengan rona cerah
hingga gelap, memiliki ukuran butir lempung yang sangat halus.
Mineral-mineral yang ada tidak dapat diidentifikasi dengan mata
telanjang. Ukuran butirnya yang sangat halus mengakibatkan
pecahan MS meruncing.
Sandstone (SS)
SS pada formasi Warukin umumnya memiliki warna abu-abu cerah
hingga abu-abu gelap kehijau-hijauan. Pada coarse-grained SS,
sebagian butiran mineral seperti kuarsa, biotit, dan piroksen dapat
jelas diamati. Determinasi ukuran butir pada batupasir akan
dijelaskan pada sub-bab 5.2.5.
Limestone (LS)
LS dijumpai pada Formasi Berai di Sub-basin Paser. LS memiliki
beberapa klasifikasi, PT. Mintec Abadi menggunakan klasifikasi
Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1974) untuk penamaannya.
5 | Core logging 60
Tabel 5.2 | Klasifikasi batugamping klastik dan non-klastik (Dunham, 1962 dan Embry & Klovan 1974)
Gambar 5.11 | Fosil Lepidocyclina sp. pada foraminiferal floatstone, Berai Fm., area Kamarayun
5 | Core logging 61
Coaly mudstone (ZM) Muddy coal (MC)
Sifat fisik ZM berwarna hitam kecokelat- MC juga berwarna hitam kecokelat-
cokelatan, cerat cokelat hingga abu-abu cokelatan, cerat cokelat, presentase
gelap, presentase lempung lebih dominan, karbon lebih dominan daripada lempung.
dan terlihat interbanded dengan coal. Pada litologi MC, lempung biasanya hadir
berupa thin-bands.
Berat ZM > MC > CO.
Carbon-content ZM < MC < CO.
Gambar 5.12 | Coaly mudstone (ZM) dengan cetakan fosil daun, Gambar 5.13 | Kenampakan hand-specimen
Warukin Fm., area SM muddy coal (MC)
5 | Core logging 62
Batubara (CO)
CO merupakan batuan yang siap untuk dibakar (readily
combustible rock) yang memiliki jumlah material organik yang
lebih dari 50% berat atau 70% volume yang terbentuk dari
kompaksi dari berbagai macam tanaman ubahan yang
berhubungan dengan endapan rawa-rawa (Samboggs, 1987).
Gambar 5.14 | Struktur bands pada batubara (ACARP Project C22017, 2015)
5 | Core logging 63
Struktur bands pada batubara menurut Samboggs, Pada batubara, tidak jarang kita temui litologi lain yang
1987 (Gambar 5.14). memisahkan batubara tersebut.
Vitrain
Lamina cerah, brilian, kilap glossy, vitrous, tebal Menurut Nas, 2013 lapisan pemisah atau sisipan
bands berkisar antara 3-5 mm, pecahan pada batubara ini disebut sebagai :
konkoidal, terasa bersih dan halus; Parting, jika ketebalan litologi sisipan ≤ 30cm;
Clarain Interburden, jika ketebalan litologi sisipan > 30
Interkalasi atau striasi yang tipis antara kilap cm (Gambar 5.15); dan
cerah dan kilap tumpul (earthy) dengan skala Overburden, jika interval batubara tersebut
kecil sehingga menjadikan kilapnya sutra; dan langsung berbatasan ke permukaan tanah
Durain (surface topography).
Lamina tumpul, Dull, kilap tumpul (earthy).
5 | Core logging 64
5.6.3 | Coal brightness (Tingkat kecerahan batubara)
Tabel 5.3 | Klasifikasi tingkat kecerahan pada batubara (ACARP Project C22017, 2015)
CO Coal Qualifiers Description
C1 >90% bright coal Lamina cerah
C2 60-90% bright coal Lamina cerah dengan sedikit lamina tumpul
C3 40-60% bright coal Perulangan lamina cerah dengan tumpul
C4 10-40% bright coal Lamina tumpul dengan beberapa lamina cerah
C5 1-10% bright coal Lamina tumpul dengan sedikit lamina cerah
C6 <1% bright coal Lamina tumpul
Kandungan karbon >90%, peringkat batubara
AC Antrasit
tertinggi
Batubara mengandung residu karbon dengan
KC Kokas
bentuk solid
Gambar 5.16 | CO (C2) - (ACARP Project C22017, 2015) Gambar 5.17 | Kenampakan resin pada CO (C4), Warukin Fm., area SM
5 | Core logging 65
5.6.4 | Mechanical state (Ketahanan mekanis)
Mechanical state hanya dideskripsi pada batubara. Terdapat 3 (tiga) jenis ketahanan mekanis, yaitu non-
slaking, moderately slaking dan highly slaking.
…….. ~ …… m : CO • BK • Fresh • R3 • DB • Intact • Very wide • Solid • Non slaking
5 | Core logging 66
5.6.5 | Ukuran butir, sortasi dan kemas
Tabel 5.5 | Klasifikasi ukuran butir pada batupasir (ACARP Project C22017, 2015)
SS SS Qualifiers Deskripsi
FF Fine grained Batupasir halus
FM Fine to medium grained Batupasir halus-sedang
MM Medium grained Batupasir sedang
MC Medium to coarse grained Batupasir sedang-kasar
CC Coarse grained Batupasir kasar
CV Coarse to very coarse grained Batupasir kasar-sangat kasar
VV Very coarse grained Batupasir sangat kasar
5 | Core logging 67
Gambar 5.19 | SS dengan lithology qualifier MM, sortasi baik,
kemas terbuka, Warukin Fm., area RTS
5 | Core logging 69
5.6.6 | Colour (warna)
Gambar 5.23 | Dokumentasi yang standar pengeluaran inti bor pada saat pengambilan sampel
5 | Core logging 70
5.6.7 | Weathering (derajat pelapukan)
Tabel 5.8 | Klasifikasi estimasi kekuatan batuan (ACARP Project C22017, 2015)
Tingkat
estimasi Kode Deskripsi UCS (MPa)
kekuatan
Ekstrim
R1 Dapat diidentifikasi dengan kuku 0.25 ~ 1
lemah
Sangat Sulit dibentuk dengan kuku, dapat
R2 1~5
lemah dikupas mudah dengan pisau
Pisau memotong batuan namun sulit
Lemah R3 5 ~ 25
untuk membentuk bagian triaksial
Pukulan palu membagi batuan
Hampir
R4 menjadi ukuran 5 mm dalam sekali 25 ~ 50
kuat
pukulan
Hand-specimen hancur dengan sekali
Kuat R5 50 ~ 100
pukulan palu geologi
Membutuhkan pukulan berulang
Sangat
R6 untuk bisa memecahkan batuan 100 ~ 250
kuat
menjadi beberapa bagian
Material hanya terkikis saja pada
Ekstrim
R7 pukulan palu geologi yang berulang, < 250
kuat
berbunyi nyaring jika dipukul
Note : Gunakan APD yang sesuai pada saat pengujian kekuatan batuan secara manual
5 | Core logging 71
5.6.9 | Struktur sedimentasi
Struktur laminasi
Lamina merupakan satuan terkecil dari perlapisan. Laminasi
merupakan laminaset yang memiliki ketebalan <1cm. Laminasi
sering terdapat pada SS atau MM. Laminasi juga dapat bersifat coaly
(coaly lamination [CM]). Gambar 5.24 menjelaskan jenis-jenis
laminasi dalam Samboggs, 1987.
Gambar 5.26 | Struktur laminasi bergelombang dan paralel pada batupasir halus, Warukin Fm. area SM
5 | Core logging 73
Struktur silang siur (ripple cross-lamination)
Struktur ini terbentuk saat kondisi cekungan pengendapan memiliki
arus yang sangat kuat yang membentuk gelombang kecil secara
ritmik (MsKee, 1965; Jopling dan Walker, 1968 dalam Samboggs,
1987). Struktur ini biasanya terdapat pada zona pasang surut air
laut (marine tidal).
5 | Core logging 74
Gambar 5.28 | Skema load structure
Gambar 5.29 | Load structure pada CO dan MS pada penampang core, Warukin Fm., area SM
Gambar 5.30 | Load structure pada kontak CO dan MS, Warukin Fm., area SM
5 | Core logging 75
Struktur inklusi
Struktur inklusi merupakan penyisipan material sedimen asing
pada litologi. Struktur inklusi yang sering dijumpai adalah
band. Band merupakan lapisan litologi yang dapat dibedakan
dengan litologi utama berdasarkan sifat fisik seperti warna atau
ukuran butir yang sangat jelas (Coal log dictionary, MINTEC).
Gambar 5.31 | Inklusi pada CO berupa mud band, Warukin Fm., area SM
Struktur konkresi
Struktur konkresi merupakan salah satu struktur sekunder yang
sering dijumpai pada batuan sedimen. Struktur konkresi
terbentuk pasca sedimentasi. Bentuk umum konkresi adalah
massa batuan yang globular (membundar) dengan skala kurang
dari 1 cm ~ 3 m (Samboggs, 1987).
Gambar 5.33 | Struktur konkresi pada batulempung (core), Warukin Fm., area SM
5 | Core logging 77
Struktur masif
Struktur masif merupakan struktur pengendapan yang tidak
menunjukkan indikasi perlapisan batuan. Batuan sedimen
dengan struktur masif memiliki kenampakan yang pejal, tanpa
struktur.
Gambar 5.35 | Kenampakan struktur masif pada batulempung (core), Warukin Fm., area SM
5 | Core logging 78
5.6.10 | Core state (Ketahanan core)
5 | Core logging 79
5.6.12 | Basal contact (kontak dasar litologi)
Gambar 5.36 | Kontak tajam antara SS dan MM (ACARP Project C22017, 2015)
Gambar 5.37 | Representasi kelimpahan material atau mineral pada batuan (%)
5 | Core logging 80
5.6.14 | Keterdapatan fosil
Gambar 5.38 | Fosil Lepidocyclina sp. pada foraminiferal wackestone, Gambar 5.39 | Outer cast fosil Pelecypoda sp.pada pelecypods
Berai Fm., area TMCT packstone, Berai Fm., area TMCT
5 | Core logging 81
MS • LG • Fresh • R2 ~ R3 • DB • Intact • Wide to very wide • Solid core.
5 | Core logging 82
5 | Core logging 81