Standard Cost berbeda dengan actual cost/hostorical cost, penggunaan data biaya
historis (actual cost/historical cost) di dalam perhitungan harga pokok produksi tidak
dapat memberikan informasi mengenai efisien tidaknya pelaksanaan suatu proses
produksi,karena biaya historis menunjukkan biaya yang terjadi sebenarnya yang
telah dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk atau kegiatan tertentu pada
suatu saat tertentu, di mana biaya yang terjadi sebenarnya dapat mengandung
suatu pemborosan.
Manajemen memerlukan suatu alat tolak ukur tentang besarnya biaya yang
ditetapkan dahulu sebelum produksi dimulai, dan tolak ukur ini hendaknya
mencerminkan informasi mengenai jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk/kegiatan tertentu pada suatu waktu tertentu, dan tolak
ukur ini dikenal dengan istilah “Predetermined Cost”.
Penetapan “predetermined cost” dapat dilakukan melalui penelitian secara ilmiah (eksprimen, time &
motion study, tata letak peralatan produksi, dsb) terhadap pelaksanaan masa lalu dengan turut
mempertimbangkan kondisi-kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang, maka predetermined
cost merupakan standard cost.
Standard costing dapat digunakan baik pada metode process costing maupun job
order costing, dan penetapan biaya standard paling tepat untuk diterapkan pada
lingkungan pabrik dimana teknologi produksi relatif stabil dan produk yang dihasilkan
bersifat homogen di dalam unit akumulasi biaya.
Misal :
PT Atma menetapkan standard cost bahan per unit sebagai berikut :
2 kg Bahan XYZ @ Rp. 15.000.
Selama satu periode telah memproduksi 1.000 unit.
Pembelian bahan selama periode tsb adalah 2200 kg @ Rp. 16.000.
Sedangkan pemakaian bahan actual adalah 1.980 kg.
Hitunglah Direct Material Variances!
Penyelesaian :
Quantity standard adalah : unit produksi actual X tarif standard quantity bahan.
Qstd : 1.000 unit X 2 kg = 2.000 kg.
Pstd : Rp. 15.000/kg atau Rp. 30.000/unit.
Qact : 1.980 kg
Contoh :
PT Atma membeli 100 kg bahan A @ Rp. 11.000, Harga standard per kg Rp.
10.000.
Harga actual
Entry : Bahan (100 kg X Rp.11.000) 1.100.000
Hutang (100 kg X Rp.11.000) 1.100.000
Harga standard
Entry : Bahan (100 kg X Rp.10.000) 1.000.000
MPV (100 kg X Rp. 1.000) 100.000
Hutang (100 kg X Rp.11.000) 1.100.000
Jadi, perbedaan antara standar bill of material dengan material requisition umum
adalah pada saat jurnal pemakaian bahan, sbb :
- Standard bill of material (Qstd X Pstd)
- Material Requisition Umum (Qact X Pstd)
Contoh :
PT Atma menetapkan standard cost bahan per unit adalah 2 kg @ Rp. 10.000.
Produksi actual selama periode adalah 450 unit. Pembelian bahan selama periode
tsb adalah 1.000 kg @ Rp. 11.000. Pemakaian bahan actual pada periode yang
sama adalah 750 kg.
Hitunglah direct material variances periode ybs!
Penyimpangan antara upah yang dibayar sebenarnya dengan upah standard disebut
penyimpangan upah langsung atau direct labor variance (DLV).
Contoh :
PT Atma menetapkan standard cost upah per unit adalah 2 Jkl @ Rp. 20.000.
Produksi selama periode adalah 1.000 unit. Pembayaran upah langsung sebenarnya
adalah Rp. 40.425.000,- dengan tarif upah per jam adalah Rp.21.000.
Hitunglah direct labor variances!
Cara pemecahan dari biaya yang mempunyai sifat mixed cost supaya menjadi fixed
cost dan variable cost adalah :
- High low method
- Regresi linear
- Scattered diagram
atau persamaan : Y = a + bX
Y = total cost, a = Fixed Cost, b = tingkat kegiatan dan
X = tarif variable cost.
Jadi besarnya anggaran MO pada tingkat kegiatan 15.000 jkl adalah :
Rp. 75.000.000 + (15.000 Jkl X 3.690) = Rp. 130.350.000.
Note : apabila MO rate tersebut cukup akurat, maka MO rate tersebut dapat
dijadikan MO Standard rate.
Analisa MO Variances
(a) Two Variances Method (Metode 2 selisih)
- Budget Variances(BV)/Spending Variances (Controllable)
- Capacity Variance(CV)/Volume Variances (Uncontrollable)
Two variances method terdiri atas metode lama dan metode baru.
Contoh :
PT Atma memproduksi produk “X-Tray”, selama tahun 2011 telah dianggarkan biaya
produksi tidak langsung (MO) sebesar Rp. 560.000.000, terdiri dari Fixed MO Rp.
240.000.000 dan Variable MO Rp. 320.000.000. Anggaran tingkat kegiatan untuk
tahun yang sama adalah 100.000 jam kerja langsung. Perusahaan telah
menetapkan standard cost MO per unit adalah 2 jkl. Produksi actual selama tahun
2011 adalah 47.500 unit. Total upah langsung yang dibayarkan adalah Rp.
288.000.000, dengan tarif upah/jkl Rp. 3.000.
MO Actual pada tahun tersebut adalah Rp. 567.320.000 terdiri dari :
- Variable MO Rp. 331.125.000
- Fixed MO Rp. 236.195.000
Hitunglah Over/Under Applied MO dan buatlah analisa MO Variance dengan
metode 4 selisih.
Penyelesaian:
Anggaran Fixed MO = Rp. 240 juta/100.000JKL = Rp. 2.400/JKL
Anggaran Variable MO = Rp. 320 juta/100.000 JKL = Rp. 3.200/JKL
JKL std = 47.500 unit X 2 JKL = 95.000 JKL
JKL actual = Rp. 288.000.000/3.000 = 96.000 JKL
Variable MO actual = Rp. 331.125.000
FMO actual = Rp. 236.195.000
Analisa MO variances:
1. Variable overhead spending variances (Budget Variance – VMO)
= (Jkl act X VMO rate) – actual variable MO
= (96.000 JKL X 3.200) – 331.125.000 = (23.925.000) UF
2. Variable overhead efficiency variances (EV – VMO)
= (JKL std – JKL actual) X VMO rate
= (95.000 – 96.000) X 3.200 = ( 3.200.000) UF
3. Fixed overhead spending variances (Budget Variance – FMO)
= (JKL anggaran X FMO rate) – FMO actual
= (100.000 X 2.400) – 236.195.000 = 3.805.000 (F)
4. Fixed overhead Volume Variances (Capacity Variances – FMO)
= (JKL std – JKL anggaran) X FMO rate
= (95.000 – 100.000) X 2.400 = (12.000.000) UF
Summary:
Variable MO Variances = (23.925.000) + (3.200.000) = (27.125.000) UF