Laporan Perkembangan
Sistem Pembayaran
2007
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 7
Ringkasan Eksekutif ...................................................................................................... 7
Perkembangan Aktivitas Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Indonesia
......................................................................................................................................... 9
BAGIAN I .......................................................................................................................... 13
BAB I STABILITAS SISTEM PEMBAYARAN.................................................................. 14
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nilai Besar ................................................. 14
Aktivitas Transaksi BI-RTGS .................................................................................... 14
Pola Transaksi dalam BI-RTGS................................................................................ 15
Pelaku Transaksi BI-RTGS ....................................................................................... 16
Rentang Transaksi dalam Sistem BI-RTGS............................................................ 18
Manajemen Likuiditas Sistem BI-RTGS ................................................................. 18
Kinerja Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS ........................................................... 20
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Ritel ............................................................ 21
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) ................................................ 21
Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu ................ 28
Kartu Prabayar/E-money ........................................................................................ 35
Penyelenggaraan Money Remittance .................................................................. 36
Penyelenggaran Sistem Pembayaran Lainnya .................................................... 36
BAB II KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN UNTUK MENDUKUNG STABILITAS
SISTEM KEUANGAN ........................................................................................................ 39
Mitigasi Risiko Sistem Pembayaran .......................................................................... 39
SELF REGULATING ORGANIZATION (SRO) Kartu Kredit .................................... 39
Implementasi Kebijakan Pengaturan Kegiatan Money Remittance ............... 39
Standardisasi Teknis Teknologi Chip untuk Kartu ATM dan Kartu Debet ..... 40
Perkembangan Implementasi Teknologi Chip untuk Kartu Kredit ................. 41
Business Continuity Plan Penyelenggaraan Sistem Pembayaran ..................... 42
Kajian Tools Mitigasi Risiko Sistem Pembayaran Non BI................................... 45
Efisiensi Sistem Pembayaran...................................................................................... 46
Integrasi Sistem Kliring........................................................................................... 46
Inisiatif Mewujudkan Less Cash Society ............................................................... 47
PENDAHULUAN
mengantisipasi berbagai bencana alam dan Berbagai catatan maupun fenomena penting
kondisi kontinjensi lainnya. yang terjadi pada aktivitas sistem pembayaran
dan pengedaran uang dituangkan secara
Memperhatikan berbagai dinamika dan
gamblang dalam dua bagian laporan, pertama
tantangan sepanjang tahun 2007, serta sesuai
adalah perkembangan sistem pembayaran
dengan misi di bidang pengedaran uang
dan kedua adalah perkembangan pengedaran
tersebut, BI menempuh berbagai kebijakan
uang. Bagian pertama terdiri dari lima bab.
yang mengacu pada tiga pilar utama yaitu
Bab pertama stabilitas sistem pembayaran
pengedaran uang yang aman, handal, dan
memaparkan penyelenggaraan sistem
efisien; layanan kas prima, serta kualitas uang.
pembayaran secara keseluruhan termasuk
Guna mendukung tiga pilar kebijakan di didalamnya adalah analisa mengenai trend
bidang pengedaran uang, BI menempuh perkembangan dan pola transaksi sistem
strategi untuk mengoptimalkan pengadaan pembayaran. Bab kedua kebijakan sistem
dan distribusi uang ke seluruh wilayah, pembayaran untuk mendukung stabilitas
termasuk penerapan kas besar titipan di 13 sistem keuangan, memaparkan berbagai
KBI. Dari sisi layanan kas prima, strategi kebijakan BI terkait dengan mitigasi risiko dan
kebijakan dilakukan melalui upaya efisiensi sistem pembayaran. Bab ketiga
mempersiapkan penerapan strategi merupakan laporan oversight
pengolahan uang oleh pihak ketiga (cash penyelenggaraan sistem pembayaran dan bab
centre) dengan mengeluarkan ketentuan terakhir arah kebijakan sistem pembayaran
mengenai setoran bayaran dan melakukan berisikan berbagai kebijakan yang akan
kajian dan penelitian mengenai cash centre. ditempuh di tahun-tahun mendatang
Langkah kebijakan layanan kas prima termasuk kajian, survey dan rencana
dijabarkan melalui perluasan wilayah layanan pengembangan sistem pembayaran.
terkait baik dalam negeri maupun luar negeri. seperti sistem netting yang masih memiliki
Bab keempat menjelaskan langkah-langkah potensi gagal bayar karena off-setting kliring
kegiatan dan penyediaan informasi terpusat di akhir hari, sistem RTGS dianggap
pendukung dalam pelaksanaan tugas mampu mengurangi resiko kegagalan
pengedaran uang. Bab terakhir berisikan arah settlement tersebut. Selain waktu settlement
kebijakan dan rencana pengembangan bidang tersebar sepanjang waktu operasional dan
pengedaran uang di tahun mendatang, antara dilakukan secara real time, sistem ini juga
lain rencana dan strategi pengadaan uang, dilengkapi beragam fitur dengan tingkat
ujicoba implementasi cash centre, serta security tinggi untuk settlement dan
perluasan sosialisasi. monitoring likuiditas pasar.
Indonesia, sebagaimana yang berlaku di seperti kartu ATM atau kartu kredit
negara maju, terdiri dari 2 (dua) jenis sistem menunjukkan tren peningkatan yang
settlement yaitu sistem yang berbasis gross signifikan. Selain praktis, kedua instrumen ini
yang pada umumnya bersifat real time (RTGS) dipandang lebih nyaman dibandingkan piranti
dan sistem netting melalui sistem kliring. non tunai berbasis kertas seperti cek dan
Mekanisme transfer melalui RTGS sebagian bilyet giro. Sedangkan media settlement yang
besar digunakan untuk transaksi pembayaran masih dominan digunakan untuk penyelesaian
yang bernilai besar atau high value payment transfer dana ritel adalah melalui Sistem
system (HVPS) seperti: transaksi pasar uang Kliring Nasional (SKN) yang saat ini sudah
antar bank, transaksi pasar modal, transaksi tersedia di hampir seluruh kota di Indonesia.
Pengguna segmen transaksi ini sangat selama tahun laporan masih concern kepada
banyak. Pengguna jasa tol saja menurut PT. upaya untuk menjamin ketersediaan uang dan
Jasa Marga setiap hari mencapai 3,1 juta pecahan yang cukup dengan kualitas yang
kendaraan. Pengguna TransJakarta dan kereta baik. Artinya, manajemen persediaan,
api di Jakarta bisa mencapai sejuta orang distribusi dan pengedaran uang senantiasa
setiap harinya. Ini berarti bahwa kehadiran ditujukan untuk mewujudkan kebijakan clean
instrumen ritel semacam kartu yang berbasis money.
digital atau elektronik sangat mendesak.
Aktivitas Pembayaran
Idealnya, ada kartu elektronik yang bisa
Secara umum, aktifitas pembayaran
dipergunakan untuk berbagai kebutuhan
via BI-RTGS pada tahun 2007 mencatat
rutin tersebut. Tidak mengherankan jika
pertumbuhan yang sangat tinggi
beberapa tahun kedepan akan semakin
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Nilai
banyak penerbit uang elektronik yang akan
transaksi mencapai Rp42,4 ribu triliun atau
mengembangkan bisnisnya ke sektor transaksi
naik sebesar 45,6% dari tahun sebelumnya
ritel tersebut.
sebesar Rp29,1 ribu triliun. Sedangkan volume
Pergeseran (shifting) metode transaksi mencapai 8,5 juta atau naik sebesar
pembayaran ritel dari yang bersifat tunai 22,5% dari tahun sebelumnya sebesar 6,9 juta
dengan instrumen berbasis kertas menuju ke transaksi. Secara rata-rata harian, nilai
pembayaran elektronik yang berbasis kartu transaksi RTGS mencapai Rp172,4 triliun
merupakan tahapan yang wajar. Yang dengan rerata volume sebesar 34 ribu
menarik, banyak pengamat yakin bahwa transaksi.
shifting penggunaan piranti pembayaran dari
Begitu pula untuk aktivitas
kertas ke elektronik bisa meningkatkan
pembayaran ritel melalui sistem kliring.
efisiensi secara nasional. David Humprey
Transaksi melalui Sistem Kliring Nasional (SKN)
misalkan, menyimpulkan bahwa shifting bisa
yang mencerminkan aktivitas pembayaran
menghemat antara 1-3 % GNP suatu negara.
ritel di masyarakat juga mengalami
Studi empirik tersebut didasarkan pada aspek
peningkatan. Nilai transaksi SKN mencapai
biaya transaksi, efisiensi sistem settlement dan
Rp1,389 triliun atau naik sebesar 13,1%,
aspek peningkatan velocity of money.
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara
Terlepas sudah mulai adanya shifting volumenya mencapai 79,5 juta transaksi atau
intrumen pembayaran tersebut, yang jelas, naik sebesar 7,12%. Dengan demikian, pada
penggunaan uang kartal (kertas dan logam) periode laporan, rerata harian transaksi yang
sebagai alat pembayaran masih sangat diproses melalui mekanisme kliring mencapai
dominan. Mengubah kebiasaan cara bayar Rp5,6 triliun dan volume sebesar 319 ribu
dari tunai ke non tunai memang tidak mudah transaksi.
dan butuh waktu yang cukup lama. Oleh
Yang menarik, transaksi ritel yang
karenanya, kebijakan pengedaran uang
berbasis kartu juga mengalami peningkatan
secara signifikan. Jumlah kartu yang beredar pilar utama, meliputi : pengedaran uang yang
mencapai 44,6 juta meningkat sebesar 19%. aman handal dan efisien, peningkatan
Jenis kartu yang paling populer adalah kartu layanan kas yang prima serta peningkatan
ATM, yang saat ini umumnya memiliki fungsi kualitas uang.
ganda sebagai kartu ATM dan kartu debet.
Aktivitas pengedaran uang selama
Nilai transaksi kartu seluruhnya mencapai
tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan yang
Rp1,7 ribu triliun atau naik sebesar 41% dan
sangat signifikan. Nilai rata-rata uang kartal
mencapai 1,2 miliar transaksi atau naik
yang diedarkan (UYD) mencapai Rp174,8
sebesar 16%.
triliun atau meningkat sebesar 21 % dari
Di awal tahun 2007 masyarakat juga tahun sebelumnya sebesar Rp144,5 triliun.
mulai menggunakan instrumen ritel baru Selain itu rasio kecukupan posisi kas terhadap
yaitu e-money. Meskipun transaksinya masih rata-rata outflow lebih baik dari tahun
sangat kecil, setahun hanya 500 ribu transaksi sebelumnya menjadi sekitar 3-4 bulan rata-
dengan nilai Rp5 miliar, perkembangannya di rata outflow. Peningkatan kualitas rasio
masa datang memiliki prospek yang cukup tersebut terutama disebabkan penurunan
cerah, karena e-money dapat mengisi gap rata-rata outflow sehingga memungkinkan BI
kebutuhan masyarakat akan instrument dapat memelihara jumlah rata-rata posisi kas
pembayaran yang praktis untuk bertransaksi yang lebih rendah. Rasio temuan uang palsu
ritel. juga mengalami penurunan hanya 8 lembar
per satu juta lembar uang kertas dari
Aktivitas Pengedaran Uang
sebelumnya 17 lembar per satu juta lembar
Kebijakan pengedaran uang tetap
uang kertas. Hal ini merupakan hasil dari
diarahkan pada misi memenuhi kebutuhan
upaya BI pelakukan penanggulangan
masyarakat akan uang kartal yang berkualitas
meluasnya peredaran uang palsu sekaligus
dalam arti layak edar, jumlah nominal yang
juga menunjukkan semakin meningkatnya
cukup, jenis pecahan yang sesuai dan tepat
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri
waktu. Sesuai misi tersebut, BI menempuh
keaslian uang rupiah.
berbagai kebijakan yang mengacu pada tiga
BAGIAN I
melalui BI-RTGS. Tidak hanya transaksi yang yang terkait dengan aktifitas ekonomi
dilakukan oleh masyarakat umum, sistem ini masyarakat yaitu settlement pasar modal,
juga menyelesaikan aktivitas transaksi settlement valas dan transfer untuk nasabah.
ditandai menguatnya Indeks Harga Saham volume, kontributor terbesar adalah transaksi
Gabungan (ISHG) sepanjang tahun 2007, transfer untuk nasabah yang memiliki
perputaran transaksi pasar modal mengalami komposisi sebesar 80% dari total transaksi BI-
peningkatan nilai sebesar 94% dan volume RTGS. Peningkatan volume transaksi ini
sebesar 89,5% (sebagaimana dikutip dari tercatat sebesar 26,37% menjadi 6,7 juta
laporan transaksi KPEI). Peningkatan ini transaksi.
secara langsung berdampak pada
Nilai (dalam Trilliun)
peningkatan nilai dan volume settlement Jenis Transaksi 2006 2007 % Naik/Turun
transaksi pasar modal di BI-RTGS masing-
PUAB 4.206 5.996 +43%
masing sebesar 108% menjadi Rp2,5 ribu Nasabah 5.088 7.174 +41%
Transaksi Valas 2.824 4.073 +44%
triliun dan sebesar 75% menjadi 65 ribu Settlement Pasar 1.238 2.575 +108%
Modal
transaksi. Pemerintah 986 1.192 +21%
Pengelolaan 10.213 15.875 +55%
Moneter
Transaksi ekonomi masyarakat lainnya Settlement Kliring 3.682 5.019 +36%
Lainnya 1.065 3.563 +235%
yang mencatat peningkatan adalah
settlement valas. Nilai transaksi ini mencapai Sumber: EDW SP
54 500
51 475
48 450
45 425
400
42
375
39
350
36 325
33 300
30 275
27 250
24 225
21 200
18 175
150
15
125
12
100
9 75
6 50
3 25
- 0
1/2
1/5
1/10
1/15
1/18
1/23
1/26
1/31
2/5
2/8
2/13
2/16
2/21
2/26
3/1
3/6
3/9
3/14
3/20
3/23
3/28
4/2
4/5
4/11
4/16
4/19
4/24
4/27
5/2
5/7
5/10
5/15
5/21
5/24
5/29
6/4
6/7
6/12
6/15
6/20
6/25
6/28
7/3
7/6
7/11
7/16
7/19
7/24
7/27
8/1
8/6
8/9
8/14
8/20
8/23
8/28
8/31
9/5
9/10
9/13
9/18
9/21
9/26
10/1
10/4
10/9
10/17
10/22
10/25
10/30
11/2
11/7
11/12
11/15
11/20
11/23
11/28
12/3
12/6
12/11
12/14
12/19
12/26
Nominal Volume Trend nominal Trend Volume
Perbankan
sebagian besar adalah aktivitas transfer dana pembayaran yang ditawarkan berikut
untuk nasabah, yang mencapai 50% total kemudahannya.
transaksi perbankan. Sedangkan sisanya
Bank Indonesia
antara lain transaksi pasar uang antar bank,
transaksi pasar modal, transaksi perdagangan Transaksi Bank Indonesia melalui BI-
valas cross border, settlement kliring, dsb. RTGS cukup beragam, selain untuk
Besarnya aktivitas transaksi transfer nasabah pembiayaan aktivitas internal juga untuk
ini mengindikasikan bahwa sebagai besar pelaksanaan kebijakan baik di bidang
nasabah bank telah mulai terbiasa moneter, perbankan maupun sistem
memanfaatkan mekanisme transfer dan pembayaran. Berdasarkan jenisnya, transaksi
penyelesaian transaksi melalui sistem BI-RTGS. BI sebagian besar merupakan transaksi
pengelolaan moneter dengan komposisi
volume mencapai 98%. Transaksi lainnya
adalah settlement kliring, valas, kas terkait
pengedaran uang dan lainnya. Secara total
transaksi BI selama tahun 2007 mencapai
nominal Rp16 ribu triliun atau mencapai 37%
total transaksi BI-RTGS, sementara volume
sebesar 390 ribu transaksi. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2006, nilai
transaksi yang dilakukan pada tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar 49%,
sebaliknya dari sisi volume mengalami
penurunan sebesar 30%.
disebabkan karena jumlah banknya lebih tahun 2007 mencapai 245 ribu transaksi
banyak, juga karena adanya keunggulan dengan nilai Rp1.191 triliun. Meskipun
kompetitif berupa keragaman jenis fasilitas pangsa transaksi pemerintah relatif kecil,
hanya 2,8%, namun transaksi ini merupakan
prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu. transaksi pada sistem kliring. Namun
Karena transaksi yang dilakukan oleh demikian pada prakteknya profil transaksi BI-
pemerintah umumnya memiliki tingkat RTGS sangat bervariasi meliputi juga transaksi
urgensi yang tinggi seperti pelimpahan di bawah Rp100 juta. Hal ini karena ada
pembayaran pajak ke rekening Kantor sebagian masyarakat yang membutuhkan
Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN2), penyelesaian transaksi dengan cepat dan hal
pelimpahan Bendahara Umum Negara (BUN ), ini dapat dipenuhi oleh BI-RTGS yang
pembiayaan proyek-proyek pembangunan memang diciptakan untuk menyelesaikan
maupun transaksi lain yang terkait dengan transaksi secara real time. Mekanisme real
rekening pemerintah. time membuat pemrosesan RTGS lebih cepat
dibandingkan mekanisme settlement lainnya.
Lembaga Lainnya
Komposisi volume transaksi RTGS
Beberapa lembaga lain yang menjadi
tetap didominasi oleh transaksi bernilai besar
peserta BI-RTGS adalah institusi
antara Rp100 Juta s/d < Rp1 Miliar sebesar
penyelenggara kliring/settlement yaitu PT.
49,65%, diikuti dengan transaksi Rp1 Miliar -
Artajasa, KSEI dan PT. Pos Indonesia.
< Rp500 sebesar 17,12%, sementara sisanya
Keikutsertaan lembaga tersebut lebih
sangat bervariasi. Hal yang patut dicermati
ditujukan untuk menjaga kelancaran
terkait dengan komposisi volume berdasarkan
penyelengaraan sistem pembayaran, karena
rentang nilai transaksi ini adalah adanya
BI-RTGS menjadi muara akhir seluruh aktivitas
kecenderungan peningkatan aktivitas pada
settlement yang diselenggarakan oleh
transaksi bernilai kecil di bawah Rp100 juta.
berbagai institusi tersebut. Volume transaksi
Dibandingkan tahun 2006, secara total
kelompok ini relatif kecil yaitu sebesar 17
komposisinya meningkat sebesar 4,53% pada
ribu dan nilai mencapai Rp87 triliun.
tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat dewasa ini cenderung memilih
Rentang Transaksi dalam Sistem BI-RTGS
menggunakan fasilitas yang lebih cepat,
Pada umumnya transaksi yang
meskipun harus membayar biaya transfer
diproses melalui BI-RTGS adalah transaksi
yang lebih tinggi.
bernilai besar yaitu Rp100 juta keatas. Hal ini
sejalan dengan tujuan dikembangkannya BI- Manajemen Likuiditas Sistem BI-RTGS
RTGS dan dilakukannya pembatasan nilai Sebagai sistem yang bersifat kritikal
telah dilaksanakan 4 kali uji coba yang triliun atau naik 1,13% dan volume mencapai
melibatkan seluruh peserta BI RTGS. Kegiatan 79,22 juta transaksi atau naik sebesar 1,05 %.
ini dimaksudkan untuk menguji kesiapan Sementara itu rerata harian untuk nilai
sistem back up apabila sistem utama sebesar Rp5,62 triliun dan volume sebesar 318
mengalami gangguan. Lebih lanjut, uji coba ribu transaksi. Sebagaimana transaksi RTGS,
ini dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat
kesiapan dan kepatuhan operasional baik dari selama tahun 2007 menjadi salah satu faktor
sisi penyelenggara maupun peserta terhadap utama yang mendorong peningkatan aktifitas
prosedur pengangan keadaan darurat yang transaksi kliring. Sarana kliring memang
telah ditetapkan. disegmentasikan sebagai fasilitas untuk
transaksi yang bersifat ritel. Peningkatan
Pada tahun 2007, tingkat availability
menunjukkan tetap diminatinya fasilitas
system mencapai 99.95 %, atau dengan kata
kliring sebagai sarana transfer dana meskipun
lain sistem tidak bekerja sama sekali hanya
saat ini telah tersedia berbagai alternatif
0.05 %. Artinya selama kurun waktu satu
sistem pembayaran lainnya.
tahun, dengan 249 hari kerja dan waktu
operasional per hari 12,5 jam serta ditambah
Nominal Rp Perkembangan nominal Perputaran kliring
Periode Tahun 2006 s.d 2007
perpanjangan waktu (extend) sebesar 36.4 Juta
140,000,000.00
6,000,000.00
peningkatan jumlah transaksi BI-RTGS dalam 5,000,000.00
3,000,000.00
Tahun 2007
pada akhir tahun, BI- RTGS tetap beroperasi 1,000,000.00
6,000,000
Aktivitas Transaksi Kliring
4,500,000
3,000,000
Aktivitas perputaran transaksi kliring Tahun 2006
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
Tahun 2006
100,000 Tahun 2007
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode
Kliring Kredit
Sepanjang tahun 2007, volume dan
nilai transfer dana mencapai 37,63 juta
transaksi dan sebesar Rp365,94 triliun. Sesuai
dengan aktivitas pemrosesan oleh bank
maupun penyelenggara SKNBI, aktivitas
transfer dana sebagian besar berasal dari
wilayah kliring Jakarta dengan prosentase
volume dan nilai berurutan mencapai 84,82%
dan 81,26%.
Dilihat dari jenis usaha bank peserta
kliring, pemanfaatan fasilitas kliring lebih Sementara itu untuk prosentase
banyak dilakukan oleh bank konvensional aktivitas transfer dana antara Rp10 juta
dengan prosentase volume sebesar 98,75% sampai dengan Rp100 juta cenderung
dan nilai 99,21%. Sedangkan bank syariah mengalami peningkatan. Khusus untuk
dan unit usaha syariah prosentasenya hanya aktivitas transfer dana dengan range Rp10
sebesar 1,43% untuk volume dan 0,78% juta sampai dengan Rp100 juta ini memiliki
sarana lainnya yaitu melalui fasilitas ATM Grafik perputaran kliring kredit per siklus
Volume Nominal
atau e-banking menggunakan mobile 2,000,000 30,000,000.00
24,000,000.00
banking dan internet banking. 1,500,000
18,000,000.00
1,000,000
12,000,000.00
Hal ini sekali lagi menunjukkan 500,000
6,000,000.00
Des
Des
Sept
Sept
Feb
Feb
Jul
Jul
Jan
Jan
Jun
Jun
Nov
Nov
Agst
Agst
Mei
Apr
Mei
Apr
Okt
Okt
Mar
Mar
segmen pengguna tertentu yang tetap
Siklus I Siklus II Volume
memilih fasilitas ini meskipun tersedia
Nominal
Bulan
alternatif lain yang relatif kompetitif
memproses transaksi dalam waktu yang lebih
cepat. Kliring Debet
yang baru, telah dapat terintegrasi secara memberikan efisiensi terhadap perbankan
nasioanal sampai ke daerah-daerah pelosok, dan pelaku bisnis yang pada gilirannya
sehingga transfer dana bisa diselesaikan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
hanya dalam satu hari saja terutama bagi
Sampai dengan tahun 2007,
bank-bank yang sistem internalnya sudah on
implementasi SKNBI telah dilakukan di
line.
seluruh Indonesia sebanyak Penyelenggara
Pengintegrasian sistem kliring dengan Kliring Lokal (PKL) yang terdiri dari 37 Kantor
SKNBI tersebut memberikan empat manfaat Bank Indonesia ( KBI ) dan 71 kantor bank
bagi pengunanya. Manfaat pertama adalah yang memperoleh persetujuan Bank
efisiensi waktu. Sepanjang sistem internal Indonesia untuk mengelola dan
bank peserta sudah sepenuhnya terhubung menyelenggarakan SKNBI. Jaringan
(fully online), transfer dana ke seluruh Komunikasi Data (JKD) yang terkoneksi ke
Indonesia termasuk yang berada di daerah Sistem Sentral Kliring (SSK) terdiri dari 128
terpencil dapat diselesaikan pada hari yang Terminal Peserta Kliring (TPK) dan 108
sama. Komputer Penyelenggara Kliring (KPK).
negara. Perputaran arus dana secara real time system dimaksud untuk memastikan segala
yang makin cepat diharapkan dapat sesuatunya berjalan dengan baik. Selama
meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, tahun 2007, BI telah mengadakan 3 kali uji
coba kesiapan sistem yang kritikal dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan pelaku
kesiapan sumber daya manusia dalam bisnis yang semakin menghargai waktu dan
menghadapi keadaan darurat (gangguan sadar akan pentingnya keamanan dalam
atau bencana) yang melibatkan bertransaksi. Hasil survei yang sama juga
penyelenggara dan seluruh peserta kliring. menunjukkan sebagian masyarakat di
perkotaan sudah mulai mengenal instrumen
Untuk memastikan keamanan sistem
kartu digital dalam bentuk electronic money
SKNBI dari kemungkinan adanya celah yang
(E-money) yang biasa disebut kartu prabayar.
dapat dimanfaatkan oleh hacker, secara
berkala telah dilakukan security audit Selain pergeseran preferensi,
terhadap aplikasi maupun network. teknologi yang berkembang pesat dan
maraknya inovasi, telah pula meningkatkan
Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan
penggunaan instrumen non tunai. Di pasar
Menggunakan Kartu
Perkembangan Alat Pembayaran dengan ritel, sudah banyak lembaga keuangan yang
Menggunakan Kartu (APMK) memanfaatkan teknologi e-banking yang
bertransaksi yang cenderung ke arah dan phone banking sebagai sarana transfer
penggunaan piranti non tunai khususnya dana. Dengan berbekal sistem yang robust,
berbasis kartu (card based), semakin handal, well security awareness, lembaga-
pembayaran dengan instrumen yang terdiri menciptakan suatu sistem yang lebih efisien
dari kartu kredit, kartu account based (ATM dalam segala hal. E-banking telah
adanya hasil survei yang dilakukan pada khususnya perkotaan yang kian menuntut
tahun 2006 dan 20072, terindikasi bahwa kemudahan akses dan kecepatan bertransfer
telah terjadi pergeseran preferensi dari dana. Hal ini dibuktikan dengan
berbasis kertas (paper based) seperti uang tahun 2007 mencapai 27% dibanding tahun
yang dapat saling interoperabel sehingga Kartu ATM dan ATM + Debet (Account Based
dapat tercipta efisiensi secara nasional. Card)
Aktivitas transaksi kartu ATM dan
Sebagai instrumen yang
ATM+ Debet pada tahun 2007 cenderung
menggunakan teknologi tinggi, APMK juga
meningkat dibandingkan tahun 2006. Jumlah
menghadapi berbagai ancaman risiko fraud
kartu meningkat 19% dari sebelumnya
yang kerap muncul sebagai ekses dari
sebanyak 29,6 juta kartu menjadi 35,2 juta
perkembangan teknologi itu sendiri. Catatan
kartu. Sedangkan volume transaksi
kejadian fraud selama 2007 terdapat 532 ribu
mengalami peningkatan sebesar 14 %
kasus yang terdiri dari pencurian identitas,
sebanyak 943 juta transaksi pada tahun 2006
penggunaan kartu yang dilaporkan hilang
menjadi 1,1 juta transaksi pada tahun 2007.
atau pemalsuan kartu. Menghadapi hal ini,
Demikian pula untuk nominal transaksi
Bank Indonesia selaku regulator dan
terjadi peningkatan sebesar 42 % dari Rp
pengawas industri APMK memiliki concern
1.183 triliun pada tahun 2006 menjadi
untuk menurunkan kasus fraud, salah satunya
Rp1.679 triliun pada tahun 2007. Peningkatan
adalah dengan mengupayakan penggunaan
volume dan nilai transaksi mencerminkan
teknologi chip pada seluruh industri APMK.
adanya peningkatan aktivitas ekonomi
Hal ini berarti melakukan migrasi secara
masyarakat selama tahun 2006, berbagai
bertahap seluruh elemen instrumen kartu dari
aktifitas yang dilakukan masyarakat dengan
penggunaan teknologi pita magnetic ke
menggunakan kartu ATM dan ATM+Debet
teknologi chip.
adalah penarikan tunai, belanja, serta
transfer dana interbank dan antarbank.
beberapa hal lain yang mendorong Swasta Nasional (BUSN) merupakan kedua
peningkatan penggunaan kartu kredit oleh terbesar dengan nilai transaksi sebesar Rp21,9
masyarakat diantaranya manfaat efisiensi trilliun dan volume transaksi sebesar 37,8%,
dalam bertransaksi, dengan menggunakan yang berasal dari 2,75 juta kartu (33,73%).
kartu kredit masyarakat tidak perlu Meskipun demikian transaksi kartu kredit dari
membawa uang tunai dalam jumlah besar kelompok ini mengalami pertumbuhan paling
untuk membeli suatu barang, misal pesat sebesar 25,96% pertahun. Besarnya
elektronik. Penggunaan teknologi chip yang proporsi volume dan nilai dalam industri
dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun pertahunnya juga mengalami pergeseran dari
semula hanya sebesar 28% menjadi 31 % penurunan, proporsinya turun dari sebesar
untuk nilai dan dari 26% menjadi 30% untuk 6% pada tahun 2006 menjadi 4% pada tahun
volume. 2007.
Aktifitas transaksi yang dilakukan Hal ini ditengarai karena tingkat suku
oleh masyarakat dengan kartu kredit terdiri bunga yang dikenakan untuk penarikan tunai
dari dua macam yaitu untuk pembelanjaan
dan penarikan tunai. Aktifitas pembelanjaan
merupakan aktifitas terbanyak yang
dilakukan dengan proporsi 96% yaitu Rp69,3
juta miliar dari seluruh transaksi. Fakta ini
sesuai dengan peruntukkan kartu kredit
sebagai alat pembayaran. Aktifitas
pembelanjaan dengan kartu kredit secara
umum mengalami peningkatan sebesar 15%,
namun demikian apabila dibandingkan
dengan tahun lalu, nilai pembelanjaan yang
menjadi kredit (outstanding) mengalami
penurunan dari semula 44% menjadi 39%.
Rp Ribu
900000
200000 800000
150000 600000
400000
Jumlah Kartu
Volume Transaksi
Nilai Transaksi
300000
E-money sendiri saat ini umumnya terdiri dari 50000 200000
100000
dua bentuk yaitu cardbased dan operator 0 0
April
Agustus
Maret
Juli
September
Oktober
Juni
Januari
Desember
Mei
Februari
November
server based.
akan kemudahan dan keamanan dalam keluar ) tercatat sebesar 721 transaksi dengan
bertransaksi. Selain itu e-money juga nilai transaksi setara dengan Rp10,8 miliar.
memenuhi kebutuhan untuk bertransaksi
Penyelenggaran Sistem Pembayaran Lainnya
dengan praktis dan efisien.
Penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya
Penyelenggaraan Money Remittance
baik yang dilakukan oleh bank maupun
Bank Indonesia sangat lembaga selain bank antara lain merupakan
memperhatikan kegiatan pengiriman uang proses pengiriman dana, penyelenggaraan
yang dilakukan oleh para tenaga kerja kliring dan penyelenggaraan settlement.
Indonesia yang bekerja di luar negeri. Selain Perkembangan aktifitas sistem pembayaran
karena aktivitas transaksinya yang cukup yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut
besar sehingga mendukung perekonomian selama tahun 2007 dapat dirangkum dalam
nasional, juga concern terhadap aspek Tabel Peta Perkembangan Penyelenggaraan
perlindungan kepada konsumen pengguna Sistem Pembayaran.
jasa pengiriman uang.
Mitigasi Risiko Sistem Pembayaran SRO adalah agar industri kartu kredit secara
mandiri mampu menentukan aturan dan
SELF REGULATING ORGANIZATION (SRO)
Kartu Kredit standar untuk hal-hal yang bersifat mikro dan
non tunai, khususnya pembayaran dengan standar yang ditetapkan akan mampu
menggunakan kartu telah mendorong Bank menjaga keamanan instrumen kartu kredit
Indonesia untuk mengeluarkan PBI No. dan menjaga persaingan dalam level yang
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat SRO kartu kredit dilakukan pada bulan
yang terkait dengan tata cara seluruh lembaga penerbit kartu kredit yang
kartu debet yang beredar saat ini belum kenyamanan pengguna untuk bertransaksi di
sepenuhnya terjamin keamanannya. Jika ATM dan merchant.
anda mengamati kartu ATM atau kartu
Selain alasan keamanan dan
debet, pasti akan menemukan kartu ATM dan
kenyamanan, salah satu faktor yang memicu
kartu debet anda masih menggunakan
upaya migrasi adalah kebutuhan untuk
teknologi pita magnetik (magnetic stripe).
mengantisipasi potensi terjadi migrasi fraud
Kartu berteknologi pita magnetik memiliki
kartu ATM dan kartu debet dari negara
ciri yang mudah terlihat, yaitu pada bagian
tetangga. Sebelum dilakukan migrasi dari
belakang kartu terdapat pita magnetik
kartu berpita magnetik ke kartu chip, salah
berwarna hitam yang melekat pada kartu.
satu negara tetangga sempat mengalami
Pita magnetik merupakan media penyimpan
tingkat kasus fraud yang cukup tinggi.
data yang didalamnya berisi data individu
Setelah itu, tingkat fraud berhasil diturunkan
pemegang kartu. Teknologi pita magnetik
pada level yang sangat rendah hampir
saat ini dianggap telah obsolete dan rentan
mendekati nol persen. Hal ini cukup
menghadapi fraud, terutama pencurian data
menimbulkan kekhawatiran bagi Indonesia,
nasabah.
mengingat kedekatan negara memungkinkan
Dengan berbagai alasan tersebut dalam terjadinya perpindahan pelaku kejahatan
waktu dekat perbankan nasional akan atau menginspirasi pelaku dalam negeri
memulai era penggunaan teknologi chip untuk melakukan modus operandi kejahatan
pada kartu ATM dan kartu debet, sehingga yang sama.
tidaklah perlu heran apabila sewaktu-waktu
Perkembangan Implementasi Teknologi Chip
bank anda akan mengganti kartu ATM dan
untuk Kartu Kredit
kartu debet lama anda dengan kartu ATM
dan kartu debet baru yang dilengkapi Sejak dicanangkan pada akhir tahun
dengan chip. Meskipun belum menjamin 100 2005, Bank Indonesia telah menargetkan
persen, media chip diyakini lebih aman dari untuk menyelesaikan proses migrasi industri
pita magnetik karena memiliki tingkat kartu kredit ke teknologi chip paling lambat
pengamanan yang berlapis, salah satunya 31 Desember 2009. Proses migrasi dilakukan
berbasis pada teknologi criptogram sehingga terhadap seluruh kartu kredit yang
mustahil untuk dipalsukan. Apabila proses diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia,
migrasi berjalan lancar, yang meliputi termasuk perangkat dan pemrosesan
penggantian seluruh kartu berpita magnetik transaksinya (Electronic Data Capture - EDC
dengan chip, penambahan perangkat alat dan back end system). Kewajiban melakukan
pembaca chip pada mesin ATM dan EDC, migrasi ke teknologi chip tersebut ditujukan
diharapkan dapat menambah keamanan dan untuk meningkatkan keamanan penggunaan
kartu kredit, terutama menangkal berbagai Secara umum terdapat dua metode
upaya fraud yang kerap dialami kartu kredit. migrasi chip yang dilakukan oleh penerbit
Penggunaan chip memiliki kelebihan kartu yaitu melakukan migrasi/penggantian
dibandingkan magnetic stripe, selain lebih kartu chip secara bertahap sesuai masa
aman juga lebih efisien dan fleksibel karena berlaku kartu dan melakukan migrasi secara
memiliki kapasitas memori yang lebih besar paksa (force replacement) sesuai kapasitas
sehingga dapat memuat lebih dari satu mesin, khususnya terhadap kartu yang masa
aplikasi. berlakunya melampaui akhir tahun 2009.
Demikian pula dengan penggantian EDC oleh
Batas waktu kewajiban migrasi ke
acquirer juga dilakukan dengan dua metode
teknologi ke chip ini telah mengalami
yaitu melakukan upgrade EDC dengan
penundaan dari sebelumnya ditargetkan
menambahkan beberapa modul tertentu
selesai pada 31 Desember 2008. Penundaan
sesuai standar yang dapat ditetapkan dan
ini dilakukan karena Penerbit dan Acquirer
melakukan penggantian EDC lama dengan
membutuhkan waktu lebih lama untuk
EDC baru yang berteknologi chip.
melakukan persiapan dan pengembangan
pada sistem operasionalnya. Sampai akhir Business Continuity Plan Penyelenggaraan
tahun 2007 tercatat telah ada beberapa Sistem Pembayaran
penerbit dan acquirer yang mulai Gangguan atau bencana dapat terjadi
memigrasikan kartu kredit, namun demikian tanpa terduga, sehingga antisipasi terhadap
jumlahnya masih relatif kecil dibanding gangguan atau bencana perlu dilakukan
dengan total kartu kredit yang beredar saat untuk menghindari atau setidaknya
ini sebesar 9 juta kartu. Sebagian besar mengurangi dampak terhadap kinerja sistem
penerbit saat ini masih berada dalam tahap pembayaran. Hal tersebut didasarkan atas
preparation dan development teknologi chip, kondisi bahwa sistem pembayaran
jumlahnya mencapai 86%. merupakan mekanisme penting bagi
tercapainya stabilitas sistem keuangan.
Sementara itu acquirer sebagai
Apabila terjadi gangguan pada sistem
penyedia jasa EDC sebagian besar telah
pembayaran, maka stabilitas sistem keuangan
memigrasikan teknologi EDC-nya ke chip,
pun dapat terganggu. Dalam konteks
khususnya untuk EDC redeployment. Namun
kritikalitas sistem pembayaran, Bank
demikian proses migrasi ini belum
Indonesia menilai Sistem BI-RTGS (sistem
menjangkau seluruh EDC yang digunakan,
settlement) dan Sistem SKNBI (system kliring)
yang jumlahnya mencapai 200 ribu buah.
sebagai sistem yang memiliki kritikalitas
Sehingga proses penggantian EDC ini relatif
tertinggi. Hal ini mengharuskan sistem BI-
membutuhkan effort dan dana yang besar.
RTGS yang bersifat real time /gross settlement
dan Sistem SKNBI yang bersifat netting,
pelatihan para petugas tersebut agar mampu dengan penggunaan kedua teknologi
menjalankan kegiatan operasional disaat tersebut. Berbagai penyelenggaraan jasa
terjadi gangguan dan bencana. pembayaran mulai dari yang bersifat
Sementara itu penyediaan Front konvensional seperti kliring sampai dengan
Office back up, bertujuan untuk menyediakan yang canggih seperti BI- RTGS dan kartu
sarana penerimaan warkat alternatif apabila mengadopsi secara penuh teknologi di
Kantor Pusat BI tidak dapat diakses atau bidang elektronik dan informatika.
kegiatan operasional tidak dapat dilakukan di
Setiap langkah perkembangan
Kantor Pusat BI. Namun demikian, tidak pula
teknologi ini meskipun sangat kecil seringkali
menutup kemungkinan konsep ini
memberikan dampak yang cukup berarti bagi
berkembang menjadi Business Resumption
penyelenggaraan sistem pembayaran,
Site, yang merupakan miniatur dari
misalnya teknologi enkripsi data telah
production site Sistem Pembayaran. Dalam
memungkinkan dikirimkannya perintah
perjalanannya, kegiatan penyediaan Front
pembayaran secara cepat melintasi batas
Office back up masih terkendala pada
wilayah dengan aman. Perkembangan
penentuan tempat yang sesuai dengan
teknologi bagi sistem pembayaran bagaikan
mempertimbangkan aspek keamanan,
dua sisi mata uang, di satu sisi memberikan
strategis dan kelayakan bagi pelaksanaan
pengaruh positif berupa penciptaan beragam
kegiatan baik bagi operator maupun bagi
produk/jasa sistem pembayaran sehingga
peserta. Kendala utama adalah pada
memberikan alternatif pilihan dan
perbedaan sudut pandang antar pihak yang
kemudahan bagi pengguna. Di sisi lain,
berwenang, dan hal ini diharapkan dapat
terkadang memberikan dampak negatif
selesai melalui upaya koordinasi. Sejak
berupa risiko-risiko penyelenggaraan sistem
pertengahan tahun 2007, Kegiatan survey
yang dapat mengakibatkan kerugian finansial
lokasi yang akan diperuntukan untuk Front
maupun non finansial. Misalnya fraud
Office back up telah dilakukan, sementara
pemalsuan data transaksi sehingga timbul
untuk identifikasi kebutuhan telah pula
risiko reputasi dan tuntutan hukum, baik
dimulai. Seluruh rangkaian kegiatan ini
kepada penyelenggara (operator), peserta
ditargetkan untuk dapat selesai 1 bulan
(bank atau non bank) maupun masyarakat
sebelum pelaksanaan PEMILU 2009.
luas (konsumen) sebagai pengguna.
Kajian Tools Mitigasi Risiko Sistem
Pembayaran Non BI Untuk mengantisipasi risiko-risiko
tersebut, setiap penyelenggaraan sistem
Sistem pembayaran sangat
haruslah didukung oleh SDM yang kompeten,
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi di
prosedur dan kontrol yang tepat dan
bidang elektronik maupun informatika,
penjagaan keamanan sistem secara
karena infrastruktur sistem pembayaran sarat
menyeluruh di setiap tahapan proses agar diperlukan suatu tools analisis risiko yang
kejadian risiko dapat dicegah atau dikurangi. tepat pula. Tools analisis yang baik harus
Bank Indonesia baik sebagai regulator dihasilkan dari pertimbangan penerapan
maupun pengawas sistem pembayaran prosedur manajemen risiko yang baku dan
memiliki peran yang cukup krusial acuan/prinsip umum dalam penyelenggaraan
terutamanya mengantisipasi dan mencermati sistem pembayaran. Selain itu tools tersebut
setiap perkembangan teknologi yang juga harus diformalkan dalam ketentuan agar
berpotensi menimbulkan risiko. Bank setiap pihak yang terlibat memiliki risk
Indonesia juga harus selalu concern terhadap awareness dan mematuhi kaidah-kaidah
upaya-upaya memitigasi risiko di bidang yang ditetapkan.
sistem pembayaran agar senantiasa terjaga
Saat ini Bank Indonesia tengah
kemananan dan kehandalannya. Dalam
menyusun kajian untuk mengidentifikasi
melaksanakan manajemen risiko, kaidah
tools analisis risiko yang cocok dengan
umum yang harus harus dipatuhi dalam
kondisi perkembangan sistem pembayaran di
menajemen risiko meliputi proses
Indonesia, selain itu nantinya juga akan
pengukuran atau penilaian risiko serta
digambarkan peta risiko dan upaya-upaya
pengembangan strategi pengelolaannya.
yang perlu ditempuh untuk memitigasi risiko
Kegiatan penilaian dan pengukuran yang mungkin timbul
risiko, biasanya diawali dengan identifikasi
Efisiensi Sistem Pembayaran
risiko, pengukuran risiko, mitigasi risiko dan
pemantauan risiko. Atas dasar urutan Integrasi Sistem Kliring
kegiatan proses pengelolaan risiko tersebut,
Setelah 2,5 tahun melalui masa transisi,
maka untuk dapat melakukan mitigasi risiko
akhirnya pada penghujung tahun 2007 Bank
sistem pembayaran, perlu diketahui terlebih
Indonesia menuntaskan implementasi Sistem
dahulu peta risiko yang ada pada sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Hal
pembayaran. Dengan diketahuinya peta
ini patut untuk disyukuri mengingat proses
risiko tersebut selanjutnya dapat diketahui
pengintegrasian sistem kliring di seluruh
prioritas upaya mitigasi risiko yang harus
Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah
ditempuh dan pemahaman cakupan risk
dan sederhana, tantangan yang dihadapi
awareness. Dengan demikian, upaya Bank
cukup sulit karena lokasi wilayah kliring yang
Indonesia dalam memitigasi risiko dapat
tersebar luas dan beragamnya kompetensi
terarah dan efisien sesuai dengan hasil
personil penyelenggara.
identifikasi atas risiko.
Kompleksitas proyek implementasi
Untuk menyusun peta risiko dan
sistem kliring ini karena jumlah wilayah dan
menentukan upaya mitigasi yang tepat
penyelenggara kliring di seluruh Indonesia
akan pentingnya bertransaksi dengan rasa bakery yang dikeluarkan oleh Bank BCA,
aman, efisien dan nyaman. Selain itu di sisi TCash untuk transaksi pembayaran melalui
pelaku bisnis perbankan dan keuangan handphone di outlet minimarket, gerai cetak
sendiri, penggunaan uang cash memiliki foto dan pengisian pulsa telpon seluler yang
risiko pemalsuan uang dan biaya pencetakan, dikeluarkan oleh operator penyedia jasa
penyimpanan dan pendistribusian uang yang telekomunikasi Telkomsel. Munculnya ragam
relatif mahal. Hal ini mendorong perbankan pembayaran tadi sejauh ini sangat menolong
untuk menciptakan suatu sistem pembayaran masyarakat dalam menjalankan aktivitas
yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang ekonominya, bahkan dengan semakin
semakin kompleks dengan memanfaatkan berkembangnya teknologi elektronik semakin
perkembangan teknologi. memungkinkan transaksi lebih cepat dan
efisien.
Transaksi menggunakan teknologi
sebagai instrumen pembayaran nontunai Bank Indonesia selaku regulator dan
telah menjadi tren yang tidak bisa dihindari. pengawas sistem pembayaran memandang
Berawal dari penggunaan cek, wesel, bilyet pentingnya kegiatan pembayaran non tunai
giro sampai kepada transfer melalui bank yang semakin berkembang pesat ini. Untuk
dengan sistem RTGS dan SKNBI hingga itu saat ini Bank Indonesia bersama-sama
metode pembayaran dengan menggunakan dengan pemerintah dan lembaga keuangan
kartu baik itu kartu kredit, kartu ATM baik bank maupun non bank menjadi ujung
maupun kartu debit. tombak untuk mengkampanyekan kegiatan
less cash society. Pengertian Less cash society
Upaya ke arah peningkatan
itu sendiri adalah masyarakat yang memiliki
pembayaran non tunai semakin jelas dan
budaya bertransaksi secara non tunai, yang
pasti ketika para pelaku/penyelenggara
tentunya dengan dukungan teknologi yang
APMK baik bank maupun nonbank mulai
terus berkembang.
ramai menerbitkan dan
Upaya-upaya mendorong
yang lebih dikenal dengan e-money sebagai penggunaan metode pembayaran non tunai
alat pembayaran transaksi retail telah dilakukan oleh Bank Indonesia sejak
(micropayment). Transaksi ritel sejenis yang tahun 2006 melalui program inisiatif dengan
mulai eksis di masyarakat antara lain : mengusung slogan Less Cash Society (LCS).
JakCard untuk pembayaran tiket bus Diawali dengan upaya pengenalan atau
transjakarta (busway) yang dikeluarkan oleh awareness pada masyarakat, lembaga
Bank DKI, GazCard yang dikeluarkan oleh keuangan, pemerintah, akademisi mengenai
SPBU Pertamina, BCA Flazz untuk apa itu LCS. Kemudian dilanjutkan dengan
pembayaran di gerai fast food maupun gerai kegiatan seminar internasional dan
ada menyulitkan rekonsiliasi antara rekening secara bertahap. Pada tahap awal baru
mewujudkan interoperability. Selain itu juga berkaitan dengan nilai uang masyarakat yang
berperan sebagai fasilitator dalam dikelola oleh calon penyelenggara atau
mempertemukan berbagai kepentingan penerbit. Reputasi sebagai lembaga yang baik
pelaku/penyelenggara APMK agar diperoleh paling tidak memberikan garansi bagi Bank
komitmen bersama untuk menciptakan Indonesia untuk memberikan amanat
interoperability. Nantinya para pengelolaan uang masyarakat kepada
pelaku/penyelenggara APMK diharapkan lembaga tersebut. Salah satu contohnya
dapat duduk bersama membicarakan dan adalah ketentuan mengenai penerbitan e-
mencari solusi yang terbaik, baik itu teknis money, yang merupakan alat pembayaran
maupun bisnis sehingga dapat dicapai paling baru di Indonesia. Sejak ketentuan
kesepakatan dan kerjaama yang saling diperbolehkannya penerbitan instrumen ini
menguntungkan demi terlaksananya pada akhir 2005, Bank Indonesia membatasi
interoperability. penyelenggara yang dapat melaksanakan
kegiatan ini adalah bank atau lembaga lain
Perijinan Sistem Pembayaran
yang sudah memiliki pengalaman selama 2
Tanggung jawab menjaga kelancaran
tahun melaksanakan penyelengaraan kartu
sistem pembayaran sebagaimana amanat
prabayar.
Undang-Undang Bank Sentral salah satunya
dilakukan melalui proses pelaksanaan Kedua berkaitan dengan aspek
perijinan penyelenggaraan sistem keamanan maupun kehandalan sistem yang
pembayaran. Sebagai rangkaian proses akan digunakan. Oleh karenanya dalam
oversight sistem pembayaran, perijinan setiap ketentuan yang diterbitkan selalu
memegang peranan yang sangat penting, mensyaratkan kedua hal tersebut.
karena merupakan saringan paling awal Diantaranya adalah mewajibkan persyaratan
untuk menjamin kelancaran sistem pengauditan sistem oleh auditor independen
pembayaran. Cakupan perijinan ini meliputi yang kredibilitasnya sudah diakui. Hal ini
sisi alat pembayaran yang dapat digunakan, karena ketika berbicara sistem pembayaran
pihak-pihak yang menerbitkan atau tidak terlepas dengan risiko fraud yang
memproses alat pembayaran dan lembaga sangat rentan terjadi, sehingga aspek ini
yang menyelenggarakannya. menjadi prioritas utama pula dalam setiap
perijinan yang akan diberikan. Kasus-kasus
Dalam setiap proses perijinan
fraud yang selama ini terjadi pada umumnya
terdapat beberapa hal yang menjadi
karena kerentanan sistem yang digunakan
perhatian utama untuk memberikan ijin
sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-
kepada calon penyelenggara atau penerbit.
pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pertama adalah reputasi, hal ini penting
karena penyelenggaraan sistem pembayaran
BI-RTGS diatur dalam berbagai ketentuan 1. upaya untuk lebih menegaskan pemisahan
Bank Indonesia berupa Peraturan Bank antara fungsi Bank Indonesia sebagai
Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia. pengatur dan pengawas sistem
yang juga disentuh oleh CP-SIPS. Dalam 2. penyesuaian sifat hubungan hukum antara
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, maka pada Sistem BI-RTGS) dengan Bank dan lembaga
tahun 2007 Bank Indonesia melakukan kajian lainnya (sebagai peserta Sistem BI-RTGS)
dilakukan oleh Bank ataupun Lembaga Selain Berdasarkan hasil monitoring dan
Bank (LSB). Namun dari sisi pengawasannya, assessment terhadap penyelenggaraan APMK,
dengan kedua sistem tersebut, yaitu melalui usulan perbaikan yang dikemukan baik
diselesaikan bisa mencapai Rp170 triliun, tingginya likuiditas tersebut akan diakomodir
sudah jauh meningkat jika dibanding dua pada sistem baru yang nantinya akan
tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp80 menerapkan fasilitas penghemat likuiditas,
triliun. Demikian halnya dengan volume yang sehingga akan mengoptimalkan settlement
ditransaksikannya, saat ini mencapai sekitar dana dengan risiko yang memadai.
global yang semakin terintegrasi akan untuk jenis-jenis transaksi cross border karena
settlement. Kondisi ini tentunya akan koresponden baik untuk pengirim maupun
membutuhkan likuiditas yang lebih tinggi penerima, belum lagi adanya zona perbedaan
bagi peserta yang terlibat didalamnya. waktu yang semua itu tentunya berdampak
pada waktu settlement dana dan potensi
Tak ayal lagi dengan kondisi
resiko herstat atau tidak terselesainya
lingkungan yang berubah tersebut,
transaksi karena adanya perbedaan waktu
pengembangan sistem RTGS merupakan
tadi.
suatu keniscayaan. Oleh karenanya mulai
Sistem RTGS generasi II nantinya juga akan disesuaikan dengan platform RTGS II.
untuk mendukung stabilitas sistem keuangan. antarnegara yang kian berkembang. Tak
Sistem informasi ini akan menjadi alat utama dapat dipungkiri sebagai salah satu negara di
pembayaran peserta RTGS dan dilengkapi berkembang, Indonesia telah lama memiliki
pula dengan indikator-indikator deteksi dini perekonomian yang terbuka. Kondisi ini
terhadap potensi risiko yang dialami peserta. memungkinkan para pelaku ekonomi
Selain itu modul informasi ini nantinya akan melakukan aktifitas perdagangan antar
mendukung pelaksanaan tugas BI lain negara baik yang dilakukan untuk tujuan
terutama untuk pengelolaan moneter dan ekspor impor barang dan jasa maupun
PVP akan berpotensi memperbaiki domestic koordinasi kebijakan fiscal dan moneter
market liquidity. dapat lebih ditingkatkan.
Pada tahap awal, pengembangan PVP
Berbagai manfaat yang telah dirasakan
difokuskan pada penentuan bentuk model
mendorong Bank Indonesia dan pemerintah
PVP yang akan digunakan di Indonesia. Untuk
untuk terus melakukan enhancement atas
itu telah dilakukan pembahasan dengan bank
BIG-eB. Aplikasi BIG-eB yang pada tahap awal
yang selama ini menjadi penyelenggara
hanya berfungsi sebagai modul informasi,
perdagangan valas untuk memberikan
direncanakan akan dikembangkan dengan
masukan mengenai model PVP yang paling
menambahkan berbagai fitur sehingga dapat
sesuai untuk Indonesia. Selain itu untuk lebih
digunakan untuk memproses transaksi
memantapkan penentuan bentuk PVP, Bank
Pemerintah. Sebelum dikembangkan ke
Indonesia juga telah mengundang berbagai
tahap itu, pada tahun mendatang akan
narasumber dari HKMA (Hong Kong
dikembangkan modul informasi sejenis
Monetary Authority ) dan salah satu bank
namun untuk jenis transaksi valas. Apabila
asing untuk menjelaskan model mengenai
enhancement seluruh modul dalam BIG-eB ini
model PVP dan sharing pengalaman terhadap
dapat diselesaikan, diharapkan kedepan
penyelenggaraan PVP.
dapat semakin mengoptimalkan efisiensi
Enhancement BIG-eB pengelolaan manajemen keuangan
Pemerintah.
Disisi pengembangan aplikasi untuk
efisiensi pelayanan jasa pembayaran
Rencana Implementasi Pola Pengaturan
khususnya dalam penatausahaan rekening BI-RTGS Mengacu pada CP-SIPS
Pemerintah, Bank Indonesia akan
Sebagai salah satu upaya agar
melanjutkan pengembangan BIG-eB. Setelah
penyelenggaraan sistem pembayaran di
berjalan selama setahun, manfaat
Indonesia comply terhadap standar
keberadaan aplikasi BIG-eB telah dirasakan
internasional, Bank Indonesia akan
baik oleh Bank Indonesia mapun Pemerintah.
menyesuaikan pola pengaturan BI-RTGS saat
Bagi Bank Indonesia informasi mutasi
ini dengan sepuluh prinsip yang ada pada CP-
rekening Pemerintah yang tersedia secara
SIPS. Setelah dilakukan kajian mendalam,
real time sangat bermanfaat untuk melihat
diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial
kondisi likuiditas perekonomian, sehingga
sebenarnya beberapa hal penerapan BI RTGS
dapat mendukung pelaksanaan kebijakan
di Indonesia telah sesuai dengan CP SIPS.
moneternya. Bagi Pemerintah, BIG-eB sangat
Hanya saja ada hal krusial lain yang perlu
membantu pengelolaan manajemen kasnya.
ditegaskan kembali dalam ketentuan BI RTGS.
Tidak hanya itu, dengan adanya BIG-eB
Misalnya upaya untuk lebih menegaskan
pemisahan antara fungsi Bank Indonesia
sebagai pengatur dan pengawas sistem 4 Mengatur mengenai jaminan (assurance) bahwa
disain sistem BI-RTGS dapat mendukung prinsip
pembayaran (payment system overseer) dan
finality dan irrevocability transfer dana yang
sebagai penyelenggara (operator).
telah dilakukan melalui sistem BI-RTGS dan
Kemudian penyesuaian sifat penyelesaian akhir yang dilakukan secara real-time
hubungan hukum antara Bank Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
baru tersebut nantinya akan sepenuhnya policy(perlu tidaknya subsidi), biaya transaksi BI-
RTGS, dan mekanisme pembebanan biaya.
mengadopsi prinsip CP-SIPS tersebut. Adapun
9 Mengatur kewajiban penyelenggara untruk
secara umum Pokok-pokok yang pemenuhan menjamin bahwa kriteria kepesertaan bersifat
CPSIPS pada ketentuan tersebut paling tidak obyektif dan dipublikasikan.
dan bertindak profesional merepresentasikan yang sudah ada saat ini. Kegiatan kajian
seluruh pelaku dalam industri sistem dilakukan melalui studi literatur dan
pembayaran. SRO juga dikondisikan untuk perolehan informasi dari website yang
memiliki peran dan kewenangan dalam scope relevan. Aspek-aspek yang dikaji antara lain
tertentu, terutama membuat berbagai aturan mengenai bentuk dan mekanisme penerapan
main yang nantinya wajib dipatuhi oleh SRO. Selain itu dilakukan pula benchmarking
seluruh pelaku dalam industri. Selain itu SRO terhadap bentuk dan penerapan SRO sistem
diharapkan mampu mewadahi setiap pembayaran di negara lain (Australia).
perubahan dan dinamika perkembangan Nantinya dari hasil studi ini akan dilakukan
sistem pembayaran. analisa terhadap aspek teknis, bisnis dan
operasional serta hukum. Hasil kajian ini
Rencana pembentukan SRO sistem
diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pembayaran merupakan salah satu kebijakan
kebijakan pembentukan SRO sistem
Bank Indonesia untuk meningkatkan peran
pembayaran.
stakeholders dalam mengembangkan sistem
pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan Sebagai salah satu bahan pendukung
pasar. Keberadaan SRO nantinya diharapkan kajian, dilakukan pula analisa dan
dapat mendukung pelaksanaan tugas Bank pemantauan terhadap operasional SRO Kartu
Indonesia, sehingga sebagai regulator Bank Kredit yang telah terbentuk terlebih dahulu.
Indonesia dapat lebih fokus pada pengaturan Untuk itu SRO kartu kredit akan diminta
dan kebijakan yang bersifat makro, secara rutin melaporkan progress
sementara pengaturan yang bersifat mikro kegiatannya, diantaranya berbagai aktivitas
dan teknis diserahkan kepada SRO. dalam task force.
jumlah tagihan pun semakin banyak. Hal ini pengembangan direct debit dengan
tentunya mengharuskan orang untuk memanfaatkan jaringan kliring SKNBI.
mengalokasikan waktu tiap bulan guna Setelah dilakukan kajian secara mendalam
mengantri di loket-loket tagihan tersebut. dan memperoleh masukan dari berbagai
Bagi orang yang sangat sibuk bisa saja pihak, nampaknya secara teknologi
menyuruh orang lain untuk melakukan hal pengembangan direct debit sangat mungkin
ini, namun tetap saja ada opportunity cost dilakukan. Rencananya tahapan
yang muncul. pengembangan tersebut akan dimulai pada
awal tahun 2008.
Berawal dari kebutuhan tersebut
bank yang teknologi informasinya sudah Ada beberapa manfaat yang
maju, mulai memberikan jasa pembayaran diperoleh oleh masyarakat. Mereka akan
tagihan ini. Masyarakat mulai dimanjakan semakin mudah melakukan jenis pembayaran
dengan fitur yang terdapat di ATM. Bisa juga yang bersifat rutin tadi tanpa mengantri di
membayar melalui bank untuk dikliringkan ATM dan loket-loket pembayaran atau
ke rekening perusahaan penagih (transfer menambah jumlah rekening banknya. Selain
kredit). Yang paling mudah adalah itu tidak lagi dibebani untuk mengingat-ingat
menggunakan standing instruction atau jumlah tagihan yang banyak sehingga
perintah membayar dengan mendebet berpotensi dikenai denda jika terlambat
rekening, sehingga masyarakat sudah tidak membayar. Secara finansialpun akan lebih
pusing-pusing datang ke loket atau ATM murah jika kita menghitung opportunity cost
secara rutin lagi. Yang terakhir ini sangat mengantri di loket atau di ATM bahkan masih
mirip dengan konsep direct debit . Hanya saja lebih murah apabila harus memelihara lebih
masyarakat maupun perusahaan penagih dari satu rekening.
harus memiliki rekening pada bank yang
Lain halnya bagi perusahaan penagih,
sama. Hal ini tentu saja masih memunculkan
segala permasalahan yang sudah disebutkan
inefisiensi karena nasabah masih dituntut
diatas otomatis akan hilang dan akan
untuk memelihara banyak rekening atau
semakin efisien dalam melakukan penagihan
justru sebaliknya perusahaan penagih yang
ke konsumennya. Dari perspektif manajemen
harus mau membuka rekening di beberapa
keuangan, mereka akan lebih mudah dalam
bank.
memprediksi arus kas karena adanya
Permasalahan diatas dapat kepastian pendapatan sehingga lebih mudah
dihilangkan apabila ada satu mekanisme mengoptimalkan pendapatannya. Selain itu
lembaga yang mampu mewadahi seluruh pilihan untuk memelihara sejumlah rekening
jaringan bank. Sehingga pada tahun 2007, penampungan tagihan di berbagai bank juga
Bank Indonesia mulai mengkaji kemungkinan
tidak perlu dilakukan, sehingga pengelolaan Sebagai langkah awal dimulainya kegiatan,
kas juga dapat lebih mudah dilakukan pada awal tahun 2008 akan diselenggarakan
event kick off meeting yang dilanjutkan
Di sisi bank, selain masalah efisiensi
dengan forum diskusi secara intensif untuk
dalam manajemen likuiditas dan operasional
memecahkan berbagai isu-isu terkait efisiensi
bank, hal ini juga menjadi potensi untuk
dan mekanisme interoperabilitas antar
memperluas cakupan dan meningkatkan
penyelenggara APMK.
pelayanan bank kepada nasabahnya. Potensi
pendapatan berbasis fee akan semakin besar Melalui pembahasan, diskusi serta
dan beragam. Harapannya dengan bantuan beberapa tenaga ahli, pada
pengembangan ini efisiensi sistem pertengahan tahun 2008 rencananya akan
pembayaran secara nasional akan semakin diimplementasikan Standar Teknis Kartu
baik, yang ujung-ujungnya dapat mendorong Debet dan ATM. Standar ini mutlak
pertumbuhan ekonomi. diperlukan untuk mewujudkan
interoperabilitas antara penyelenggara kartu
Rencana Interoperabilitas dan
debet dan kartu ATM. Untuk itu seluruh bank
Konvergensi Industri APMK
penyelenggara kartu debet dan ATM akan
Pengembangan berbagai sistem diwajibkan menerapkan standar tersebut
maupun tren transaksi APMK perlu secara bertahap.
digawangi oleh Bank Indonesia sebagai
otoritas sistem pembayaran agar setiap upaya Selain standar kartu debet dan ATM,
perkembangan yang dilakukan sejalan akan diterbitkan pula standar teknis kartu
dengan koridor efisiensi sistem dan prabayar (e-money). Standar ini selain
dalam satu tahun kedepan, BI akan perkembangan e-money di masa datang yang
konvergensi industry APMK. Kegiatan ini secara nasional karena setiap operator akan
pelaku/penyelenggara APMK agar diperoleh spesifikasi teknis yang ditentukan agar dapat
komitmen bersama untuk menjalankan hal interoperable. Standar teknis kartu prabayar
menerbitkan e-money juga mendorong telah tersedia lembaga kliring antar penerbit
industri untuk menentukan standar teknis e- e-money.
money yang diterbitkan oleh mereka. Hal ini
Pemenuhan standar teknis juga perlu
menjadi tantangan mengingat
mempertimbangkan aspek operasional
interoperabilitas dari kacamata pelaku
terutama keputusan mengenai pihak yang
operator telekomunikasi tidaklah menarik
menjadi pemegang Key Management dan
karena fasilitas e-money yang diterbitkan
Lembaga Sertifikasi. Pihak yang menjadi
mereka cenderung lebih kompetitif. Untuk
pemegang Key Management haruslah pihak
itu BI perlu berupaya menyadarkan betapa
yang mendapatkan amanat dari seluruh
pentingnya interoperabilitas dari sudut
pelaku industri. Selain itu perlu pula ditunjuk
pandang efisiensi sistem pembayaran secara
atau dibentuk sebuah lembaga yang
nasional dan dari sudut pandang bisnis.
melakukan kegiatan sertifikasi atas teknologi
Interoperabilitas nantinya tidak hanya chip yang digunakan pada kartu terutama
dibatasi antar operator e-money namun juga untuk menjaga kualitas aplikasinya agar
dengan operator kartu ATM dan kartu debet, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
karena kemungkinannya operator e-money Baik lembaga pemegang Key Management
juga merupakan operator kartu ATM dan maupun lembaga sertifikasi akan diputuskan
kartu debet. Untuk itu standar teknis e- dan diimplementasikan pada tahun 2008.
money harus terkoneksi dengan standar kartu
Implementasi Tools Mitigasi Risiko SP
ATM dan kartu debet atau aplikasi kartu
Non BI
debet dan ATM harus mampu menjalankan
aplikasi kartu prabayar. Sehingga nantinya Concern terhadap upaya-upaya
operator kartu ATM atau kartu debet yang memitigasi risiko khususnya risiko inheren
menggunakan dua kartu yang berbeda, Bank Indonesia untuk melakukan penerapan
cukup satu kartu dengan berbagai fungsi Tools manajemen risiko. Tools ini meliputi
yaitu sebagai kartu ATM, debet dan e-money. proses pengukuran atau penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya.
Satu issue lain yang mengemuka Proses pengukuran dan penilaian diawali
dalam pembahasan standarisasi teknis e- dengan tahapan identifikasi risiko,
money adalah kebutuhan sebuah lembaga pengukuran risiko, mitigasi risiko dan
kliring yang akan bertindak sebagai pihak pemantauan risiko.
yang melakukan perhitungan tagih menagih
kewajiban antar penerbit e-money. Hal ini Tools mitigasi risiko sangat dibutuhkan
perlu segera diputuskan karena syarat utama untuk melakukan proses pengukuran dan
mitigasi risiko yang tepat bagi kondisi Member certification untuk Seluruh
perkembangan sistem pembayaran di Peserta SKNBI
Indonesia perlu dilakukan kajian. Selain itu Member certification SKNBI merupakan
perlu pula dilakukan pemetaan terhadap kegiatan pemberian sertifikasi kepada
risiko-risiko yang ada dan upaya-upaya yang peserta SKNBI atau penilaian terhadap calon
perlu ditempuh untuk memitigasi risiko yang peserta yang dilakukan oleh penyelenggara
mungkin terjadi. Tools analisis yang baik SKNBI. Kegiatan ini dilakukan dengan dua
harus dihasilkan dari pertimbangan tujuan, pertama mengetahui sampai sejauh
penerapan prosedur manajemen risiko yang mana calon peserta memenuhi
baku dan acuan/prinsip umum dalam persyaratan/standard minimal sebagai peserta
penyelenggaraan sistem pembayaran. SKNBI dan kedua memberikan keyakinan
bahwa peserta yang telah terdaftar masih
Rencananya tahun 2008 akan dilakukan
memenuhi persyaratan sebagai peserta
tahapan awal impelementasi tools mitigasi
SKNBI.
risiko berupa pemetaan risiko sistem
pembayaran terhadap perusahaan- Member certification rencananya mulai
perusahaan switching. Pemetaan mitigasi dilaksanakan pada bulan Juni 2008 dan
risiko nantinya antara lain meliputi risiko hasilnya selain dimanfaatkan oleh
terhadap operasional, likuiditas, legal penyelenggara juga akan digunakan untuk
maupun risiko kredit. Aspek-aspek yang menyempurnakan tools pengawasan
terkandung pun beragam mulai dari efisiensi, penyelenggaraan SKNBI. Nantinya kegiatan
tingkat keamanan/security sampai kepada ini akan terus dilakukan terhadap seluruh
perlindungan konsumen. Pemetaan dilakukan peserta, mengingat Tools ini cukup efektif
dengan memberikan kuesioner-kuesioner untuk memantau penyelenggaraan SKNBI
kepada institusi-institusi terkait yang yang merupakan sistem pembayaran terbesar
kemudian dilakukan penilaian terhadap hasil kedua di Indonesia setelah BI-RTGS.
dari kuesioner tersebut. Penilaian meliputi
kompetensi SDM, prosedur dan kontrol yang Penentuan kriteria penilaian dalam
menyeluruh di setiap tahapan proses. Hasil berbagai risiko yang dihadapi SKNBI yaitu
dari pemetaan ini diharapkan dapat risiko operasional, risiko kredit, risiko
membantu mengurangi dan mencegah risiko likuiditas dan risiko hukum. Adapun kriteria
yang mungkin terjadi pada sistem penilaian akan meliputi beberapa aspek yaitu
yang ada semakin handal, nyaman, dan site (lokasi) operasional, organisasi/sumber
seluruhnya merupakan aturan yang wajib kepada calon peserta/peserta SKNBI. Setelah
dipatuhi oleh peserta dan telah dituangkan itu, dilakukan on site visit ke lokasi calon
dalam ketentuan penyelenggaraan SKNBI. peserta/peserta untuk meminta klarifikasi
atas jawaban pada kuisioner. Metode
Dalam pelaksanaannya, member
klarifikasi yang digunakan adalah wawancara
certification terbagi menjadi dua tahap yaitu
dan diskusi. Sedangkan pada tahap analisa
pengumpulan data/informasi dan analisa.
akan dilakukan analisa dan review terhadap
Kegiatan pengumpulan data/informasi
berbagai jawaban yang diperoleh.
dilakukan melalui pengiriman kuesioner
BAGIAN II
Memperhatikan berbagai dinamika dan kertas yang diedarkan atau menurun dari
tantangan sepanjang tahun 2007, serta sesuai tahun sebelumnya yaitu 17 lembar temuan
dengan misi di bidang pengedaran uang uang palsu.
tersebut, BI menempuh berbagai kebijakan
BI menempuh strategi penanggulangan
yang mengacu pada tiga pilar utama yaitu
meluasnya pemalsuan uang Rupiah melalui
peningkatan uang rupiah yang berkualitas;
upaya preventif dan represif. Upaya preventif
pengedaran uang yang aman, handal, dan
yang dilakukan selama 2007 meliputi
efisien; serta layanan kas prima.
peningkatan pengenalan dan pemahaman
Peningkatan Uang Rupiah Yang Berkualitas masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang
rupiah melalui kegiatan sosialisasi dan
Strategi untuk meningkatkan uang rupiah
publikasi, serta melanjutkan pengembangan
yang berkualitas selain dimaksudkan untuk
unit khusus penanggulangan uang palsu.
menjaga agar kualitas uang di masyarakat
Adapun secara represif dilakukan melalui
dalam kondisi yang layak edar, juga ditujukan
kerjasama dengan pihak penegak hukum
untuk meminimalisasi risiko pemalsuan baik
khususnya dalam menangani kasus kejahatan
dari kualitas uang dan bahan uang. Berbagai
pemalsuan uang.
strategi kebijakan tersebut meliputi:
peserta. Peserta sosialisasi berasal dari Dalam rangka pengembangan BI-CAC, pada
berbagai kalangan masyarakat, seperti tahun 2007 BI, adalah melanjutkan kerjasama
perbankan, pedagang pasar tradisional, dengan bank sentral Jerman (The Deutsche
murid-murid sekolah, mahasiswa, serta Bundesbank), meliputi pemberian bantuan
aparat penegak hukum. Selain itu, upaya teknis dari aspek teknologi informasi, hukum,
penyuluhan ciri-ciri keaslian uang rupiah dan analisis uang. Pemilihan Bundesbank
dilakukan melalui kegiatan pameran di dalam rangka kerjasama untuk pembentukan
berbagai daerah, antara lain Pekan Raya BI-CAC karena Bundesbank dinilai memiliki
Jakarta (PRJ), Manado Expo, dan Syariah sumber daya manusia yang mampu dan
Expo, dan Pameran UMKM di berbagai berpengalaman dalam menangani
daerah. penanggulangan uang palsu, serta memiliki
sistem dan prosedur penanganan yang
2. Sosialisasi secara tidak langsung, melalui
komprehensif, sistem informasi dan
penayangan Iklan Layanan Masyarakat
pelaporan, serta dukungan peralatan yang
(ILM) di berbagai media elektronik dan
canggih dalam pendeteksian uang palsu.
itu, BI juga menyediakan sarana informasi Penanggulangan uang palsu secara represif
yang lebih lengkap dan jelas pada menu dilakukan melalui peningkatan kerjasama
sistem pembayaran pada situs bi.go.id, dengan pihak-pihak terkait dalam hal
mencakup materi edukasi tentang data koordinasi penangkapan dan pemrosesan ke
dan keaslian uang rupiah, serta data dan pengadilan terhadap pihak-pihak yang
penyebaran uang palsu di Indonesia. terlibat dalam pemalsuan uang Rupiah.
Upaya untuk merintis pembentukan unit
Pelaksanaan Clean Money Policy
khusus penanggulangan uang palsu (Bank
Indonesia Counterfeit Analisys Centre atau BI- Dalam melaksanakan strategi clean money
CAC) telah berjalan sejak 2005. Fungsi dari policy, BI melaksanakan kegiatan
pembentukan BI-CAC meliputi pusat pemusnahan uang terhadap uang yang sudah
database uang palsu, mengadministrasikan tidak layak edar (UTLE) dan mengganti
dan menyimpan contoh temuan uang palsu, dengan uang layak edar. Proses pemusnahan
serta sebagai pusat kajian dan studi tentang tersebut dilakukan melalui suatu prosedur
uang palsu. Selain itu, di 2007 BI juga telah dan pengawasan pelaksanaan pemusnahan
mengembangkan laboratorium analisis uang uang yang ketat serta menetapkan tingkat
palsu yang berperan untuk mendukung kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
dalam suatu ruangan yang khusus dan steril (high value coin), sehingga dilakukan kajian
dari kegiatan kas lainnya. pemilihan bahan.
operator yang kompeten serta peralatan uang layak edar yang semakin merata ke
laboratorium yang memadai dan terkalibrasi. berbagai wilayah di Indonesia.
Pengedaran Uang yang Aman, Handal, dan Perencanaan dan Pengadaan Uang dan
Efisien Bahan Uang
Pengedaran uang yang aman, handal, dan Pada setiap tahun anggaran, BI
efisien menjamin tersedianya uang dalam merencanakan dan melaksanakan pengadaan
jumlah yang cukup dan tepat waktu di Uang Kertas (UK) dan Uang Logam (UL)
berbagai wilayah di Indonesia. Strategi dengan tujuan agar kebutuhan masyarakat
pelaksanaan kebijakan yang ditempuh terhadap uang rupiah dapat terpenuhi.
meliputi: Rencana pengadaan uang dan bahan uang
dilakukan melalui mekanisme perhitungan
1. Melaksanakan pengadaan uang dan
Rencana Distribusi Uang (RDU) yang
bahan uang yang didasarkan pada
mencerminkan kebutuhan uang kartal dalam
penyusunan rencana yang komprehensif.
setahun, baik jumlah maupun jenis
2. Melaksanakan kegiatan distribusi uang pecahannya. Komposisi pengadaan uang
yang efektif untuk menjamin pecahan tersebut telah memperhitungkan
ketersediaan uang Rupiah di seluruh faktor-faktor seperti struktur perekonomian
Kantor Bank Indonesia (KBI). daerah dan nasional, volume transaksi
Kegiatan distribusi uang ke berbagai wilayah Iron Stock Nasional dimaksud selain
di Indonesia tahun 2007, dilakukan dengan ditempatkan di khazanah Kantor Pusat BI
melakukan pengiriman uang ke satuan kerja juga ditempatkan di khazanah beberapa KBI
kas/KBI sesuai dengan rencana yang telah dalam bentuk Kas Besar Titipan (KBT).
ditetapkan serta menerima pengiriman uang
Tujuan pembentukan KBT antara lain untuk
dari KBI (retur) yang mengalami net inflow
mengoptimalkan pemanfaatan khazanah KBI,
dan atau kelebihan posisi kas serta
memudahkan pemenuhan kebutuhan uang
menyalurkan kembali kepada satuan
rupiah yang sifatnya mendadak, cadangan
kerja/KBI yang membutuhkan.
siaga dalam mengantisipasi kondisi tidak
RDU yang terdiri dari kegiatan pengiriman terduga, serta menempatkan kelebihan
dan retur uang selama tahun 2007 secara persediaan uang layak edar eks peredaran
total adalah sebesar Rp140,7 triliun, yang oleh KBI pengelola KBT.
terdiri dari pengiriman Rp117 triliun dan
Implementasi KBT tersebut dilaksanakan pada
retur Rp23,7 triliun. Adapun realisasi
awal triwulan III-2007 yang meliputi 13 KBI
mencapai sebesar Rp141,7 triliun masing-
masing-masing 5 KBI di wilayah Sumatera, 4
masing realisasi pengiriman sebesar Rp128,6
KBI di Pulau Jawa dan Bali, serta 4 KBI di
triliun dan retur sebesar Rp13,1 triliun.
Kalimantan dan Sulawesi.
Implementasi Kas Besar Titipan
Penyempurnaan Ketentuan Pengedaran Uang
Dalam memenuhi kebutuhan uang di
Sesuai dengan dinamika kegiatan
masyarakat, permintaan kebutuhan uang
pengedaran uang yang didukung oleh
kartal secara mendadak dalam jumlah yang
kepastian pengaturan, BI senantiasa
relatif lebih besar dari kondisi normal dapat
melakukan penyempurnaan ketentuan.
terjadi sewaktu-waktu. Peningkatan
Terkait kegiatan pengeluaran, pengedaran,
permintaan uang dimaksud dapat disebabkan
pencabutan dan penarikan, serta
oleh adanya kebijakan Pemerintah yang tidak
pemusnahan uang rupiah, telah dilakukan
dapat diprediksi sebelumnya (seperti
penyempurnaan sesuai dengan Peraturan
kenaikan BBM, BLT dan lain-lain), ataupun
Bank Indonesia No.9/10/PBI/2007 tanggal 30
kejadian lain yang tidak terduga seperti
Agustus 2007. Peraturan tersebut
bencana alam, kendala jalur maupun moda
menyempurnakan aturan mengenai layanan
transportasi. Sehubungan dengan kondisi
penukaran dan penggantian uang lusuh atau
dimaksud, BI menerapkan kebijakan
uang cacat. Adapun penggantian terhadap
penetapan Iron Stock Nasional yang
uang rusak diatur menjadi:
merupakan persediaan uang siaga yang harus
terjaga kecukupannya dalam rangka a. Apabila uang kertas lebih besar dari 2/3
mengantisipasi segala kondisi. ukuran asli dan ciri uang dapat dikenali,
diberikan penggantian sebesar nilai bank untuk dapat menyetorkan uang yang
nominal. Sedangkan jika sama dengan masih layak edar apabila memenuhi
atau kurang dari 2/3 ukuran aslinya, tidak persyaratan tertentu.
diberikan penggantian.
Pengembangan Sarana Pengolahan Uang
b. Uang logam rusak yang lebih besar dari dan Sistem Informasi
setengah ukuran asli dan ciri uang dapat
Pengembangan sarana pengolahan uang di
dikenali aslinya, diberikan pengantian
2007 terfokus pada optimalisasi pemanfaatan
sebesar nilai nominal. Apabila kurang dari
penggunaan peralatan kas untuk mengolah
setengah ukuran aslinya, tidak diberikan
seluruh pecahan uang Rupiah.
penggantian.
Pemusnahan uang kertas oleh Bank Indonesia
c. Penggantian uang rusak polymer, apabila
fisik uang mengerut dan masih utuh serta menggunakan mesin sortasi uang kertas
ciri asli dapat dikenali, diberikan (MSUK) dan mesin racik uang kertas (MRUK),
sedangkan pemusnahan uang logam
penggantian sebesar nilai nomunal.
Adapun jika fisik uang mengerut dan tidak dilakukan melalui peleburan yang berada di
utuh dapat diberikan penggantian sebesar bawah pengawasan penuh BI. Sepanjang
tahun 2007, BI tidak melakukan pengadaan
nilai nominal, sepanjang ciri keaslian uang
dapat dikenali dan fisiknya lebih besar dari mesin sortasi uang kertas (dengan
wilayah layanan kas dengan pihak ketiga perkasan kepada Perbankan di Kantor Pusat
yaitu Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Bank Indonesia (KPBI) merupakan salah satu
Kecil (PPUPK), PT. Pos Indonesia, dan sasaran mutu yang harus dicapai dalam
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 detik per bank, atau lebih cepat dari target
yang ditetapkan sebesar 22 menit. Meskipun
BI memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000
waktu layanan kas lebih cepat, namun tidak
untuk layanan kas di KP pada 18 Juli 2006.
mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian,
Dengan diperolehnya sertifikasi tersebut,
ketelitian, keamanan, serta kenyamanan
dituntut untuk senantiasa menjaga dan
stakeholders.
meningkatkan kualitas dengan
Peningkatan Mutu Keterampilan dan diterapkan uji coba sertifikasi kasir BI.
pada 2007 telah dilakukan kegiatan berupa Sertifikasi internal independen, penentuan
jambore kasir, sertifikasi kasir, serta standarisasi, serta benchmark yang jelas
pemberian kursus keterampilan dan dan terukur. Sebagai langkah awal, uji
Kerjasama BI dengan PPUPK bertujuan untuk Selama 2007 realisasi penukaran di wilayah
memenuhi kebutuhan uang pecahan kecil Jadebotabek mencapai Rp1,45 triliun, melalui
(UPK) di masyarakat. Kerjasama tersebut mekanisme penukaran sebagai berikut:
dilakukan sejak 2002, dan hingga 2007
1. Kas keliling menggunakan mobil
kerjasama tersebut meliputi wilayah kerja
penukaran ke 151 lokasi penukaran, terdiri
Kantor Pusat dan 12 Kantor Bank Indonesia
dari pasar tradisional, pusat perbelanjaan,
(KBI), melibatkan 40 perusahan PUPK.
terminal dan stasiun dengan frekuensi
Tabel 1. Wilayah Kerja dan Jumlah PPUPK 14.373 kali penukaran.
Surup Muara Aman dan Uji coba setoran bayaran bank diberlakukan
Padang Ulak sejak 28 Oktober 2005. Pada triwulan IV-2007,
tanding kegiatan uji coba tersebut telah diatur oleh
5 Mataram Bima Sampe, Melaju, suatu landasan hukum dengan
Hu'u, Kore, dan dikeluarkannya SE. No. 9/37/DPU tanggal 27
Kempo Desember 2007 perihal Penyetoran dan
6 Makassar Bulukumba Bantaeng, Sanjai, Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di
Tanaberu, dan Bank Indonesia. Di dalam ketentuan tersebut,
Selayar mengatur antara lain prosedur penyetoran
7 Manado Manado Lirung, Beo, uang tidak layak edar (UTLE) ke BI,
Essang sedangkan uang layak edar (ULE)
KPrK : Kantor Pos Pemeriksa diredistribusikan oleh perbankan melalui
transaksi uang kartal antar bank (TUKAB). Kajian tersebut dilakukan dengan metode
Namun demikian, pada kondisi tertentu survey kepada responden masyarakat yang
seperti perbankan mengalami kelebihan berada di wilayah beberapa kantor pos yang
likuiditas uang kartal pecahan tertentu, BI melayani pemenuhan uang kartal.
dapat menerima ULE apabila kondisi di pasar Berdasarkan survey tersebut diperoleh hasil
telah memenuhi parameter yang ditetapkan. sebagai berikut:
BOKS 1
BOKS 1
PENERAPAN LAYANAN KAS SESUAI STANDAR ISO 9001:2000
PENERAPAN LAYANAN
ISO 9001:2000 KASStandar
merupakan SESUAIInternasional
STANDAR ISO 9001:2000
yang mengatur sistem untuk me-manage mutu
produk. Standar diperlukan
ISO 9001:2000 ini diterbitkan oleh
bagi organisasi
suatu ISO (International
organisasi Organization
yang memberikan layananforproduk
Standardization)
(barang
atau jasa),
pertama kalikarena
tahun bisa menjadi
1987, tolokdirevisi
selanjutnya ukur dalam menyajikan
pada tahun produk
1994 dan 2000yang bermutu
dengan sesuai
kewenangan
dengan kebutuhan
melakukan dan persyaratan
sertifikasi adalah pengguna. Untuk itu, organisasi harus menyusun
Badan Sertifikasi.
ketentuan tentang sistem manajemen mutu sesuai persyaratan standar 9001:2000 yang
ISO 9001:2000
diikuti diperlukan
dengan bagi suatu organisasi
implementasi secara yang memberikan
efektif, serta layanan produk (barang
peningkatan mutu atau jasa),
secara
berkesinambungan
karena (continual
bisa menjadi tolok improvement).
ukur dalam menyajikan Tujuan akhirbermutu
produk yang dari penerapan ISO 9001:2000
sesuai dengan kebutuhan
tersebut terfokus kepada kepuasan pelanggan (intern & ekstern) serta
dan persyaratan pengguna. Untuk itu, organisasi harus menyusun ketentuan tentang sistem continual
improvement.
manajemen mutu sesuai persyaratan standar 9001:2000 yang diikuti dengan implementasi secara
Dalam serta
efektif, implementasi ISO mutu
peningkatan 9001:2000,
secara mutu produk layanan
berkesinambungan perlu improvement).
(continual didukung olehTujuan
kebijakan
akhir
organisasi
dari danISOsasaran
penerapan yang
9001:2000 efektif
tersebut secarakepada
terfokus periodik sertapelanggan
kepuasan didukung(intern
pula &oleh manual
ekstern) serta
sistem manajemen mutu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seluruh struktur organisasi
continual improvement.
yang terdiri dari top level sampai dengan bottom level perlu memahami uraian tugas dan
tanggung
Dalam jawabnya,
implementasi mengingatmutu
ISO 9001:2000, semua level
produk tersebut
layanan perluharus bertanggung
didukung jawab
oleh kebijakan atas
organisasi
terlaksananya layanan sesuai standar yang ditetapkan dalam ISO 9001:2000.
dan sasaran yang efektif secara periodik serta didukung pula oleh manual sistem manajemen mutu.
Terkait dengan
Berkaitan dengan sumber daya,maka
hal tersebut, ISO seluruh
9001:2000 mensyaratkan
struktur ketersediaan
organisasi yang terdiri darisumber daya
top level sampai
manusia
dengan yanglevel
bottom kompeten, yang didukung
perlu memahami uraian tugasoleh sarana dan
dan tanggung prasarana
jawabnya, kerjasemua
mengingat sertalevel
lingkungan kerja yang sesuai. Keberadaan Wakil Manajemen Mutu dan Auditor Mutu
tersebut harus bertanggung jawab atas terlaksananya layanan sesuai standar yang ditetapkan dalam
Internal yang kompeten diperlukan untuk mempertahankan pelaksanaan ISO
ISO 9001:2000.
9001:2000. Wakil Manajemen Mutu memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk
menjamin kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan Standar ISO 9001:2000.
Terkait dengan sumber daya, ISO 9001:2000 mensyaratkan ketersediaan sumber daya manusia
Adapun Auditor Mutu Internal berperan dalam melakukan audit terhadap pelaksanaan
yang kompeten, yang didukung oleh sarana dan prasarana kerja serta lingkungan kerja yang
dan efektivitas sistem manajemen mutu dalam mencapai Sasaran Mutu yang
sesuai. Keberadaan Wakil Manajemen Mutu dan Auditor Mutu Internal yang kompeten
ditargetkan.
diperlukan untuk mempertahankan pelaksanaan ISO 9001:2000. Wakil Manajemen Mutu memiliki
Hal-hal positif penerapan ISO 9001 : 2000 bagi Bank Indonesia dalam memberikan
wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai
layanan prima kepada stakeholders adalah memelihara citra sebagai Bank Sentral
dengan Standar ISOdengan
yang kredibel 9001:2000. Adapun Auditor Sistem
terpeliharanya Mutu Internal berperan Mutu
Manajemen dalam melakukan
yang baik,audit
terhadap pelaksanaan
peningkatan kualitasdanlayanan
efektivitas
dansistem manajemensumber
kemampuan mutu dalam
daya,mencapai Sasaran Mutu
dan minimalisasi
kesalahan
yang prosedur dalam penyimpangan pelaksanaan ketentuan.
ditargetkan.
Hal-hal positif penerapan ISO 9001 : 2000 bagi Bank Indonesia dalam memberikan layanan
prima kepada stakeholders adalah memelihara citra sebagai Bank Sentral yang kredibel dengan
terpeliharanya Sistem Manajemen Mutu yang baik, peningkatan kualitas layanan dan
kemampuan sumber daya, dan minimalisasi kesalahan prosedur dalam penyimpangan
pelaksanaan ketentuan.
BANK INDONESIA | Laporan Perkembangan Sistem Pembayaran 2007
BAB II PENILAIAN KINERJA BI DI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PENGEDARAN UANG 89
indeks terendah tahun sebelumnya yang 2006 menjadi 5,16 di semester II-2007.
mencapai 4,63. Peningkatan indeks kepuasan tersebut tidak
terlepas dari peningkatan kinerja sumber
daya manusia dalam memberikan layanan
prima serta implementasi ISO 9001 : 2000
yang optimal.
Grafik 3. Indeks Hasil Survei : Ketersediaan antrian. Adapun aspek layanan yang perlu
menjadi perhatian antara lain terkait dengan
Uang 2006-2007
kesesuaian denominasi pecahan antara
Survei Kepuasan Layanan Kas permintaan dan realisasi khususnya bagi
stakholders perbankan.
Guna memenuhi kebutuhan uang Rupiah, BI
menyelenggarakan layanan kas di setiap Tabel 3. Aspek-aspek Penilaian Survei Layanan Kas di
satuan kerja kas berupa penerimaan setoran KPBI
penukaran dengan pihak ketiga. Kecepatan waktu proses layanan 5,24 5,14
Keramahan petugas 5,21 5,27
yaitu Semester I dan Semester II. Ketelitian petugas dalam proses 5,12 5,31
penghitungan jumlah uang yang dibayarkan
Berdasarkan aspek-aspek yang dinilai dari Ketelitian petugas dalam proses 4,98 5,10
penghitungan jumlah uang yang disetorkan
survei tersebut, tingkat kepuasan keseluruhan
Kepuasan Keseluruhan Terhadap Layanan 5,15 5,16
terhadap layanan kas di KP BI meningkat dari Perkasan di KP BI
angka indeks 5,11 (skala 1 6) di semester II-
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lloyd Register Indonesia (LRI) melakukan
ciri-ciri keaslian uang rupiah. Responden masih diperoleh temuan dengan kategori R.C
tersebut menyatakan mampu mengenali ciri- (Requires Correction) yaitu temuan yang
ciri keaslian uang rupiah, dengan angka hanya bersifat rekomendasi oleh auditor,
indeks mencapai 5,00 atau lebih tinggi dari namun tidak harus dilaksanakan oleh BPUK
angka indeks tahun sebelumnya yang dan BPUM dan temuan dengan kategori SFI
mencapai angka 4,79 (skala 1-6). (Scope for Imprevement) yaitu temuan yang
bersifat saran untuk memperbaiki sebagian
Secara umum, angka indeks tingkat prosedur maupun peralatan yang pada saat
kemampuan mengenali ciri-ciri keaslian uang dilakukan audit dinilai kurang baik atau
rupiah untuk selutuh kelompok responden kurang sempurna. Temuan dengan kategori
inipun hanya bersifat saran yang boleh atau Berdasarkan hasil Audit Surveilance tersebut,
tidak dilaksanakan. Namun demikian baik maka KP-BI masih direkomendasikan untuk
temuan yang bersifat RC maupun SFI telah tetap memperoleh perpanjangan Sertifikat
dilakukan perbaikan sesuai saran dari auditor. ISO 9001:2000 hingga pelaksanaan audit
berikutnya.
menggunakan truk BI juga digunakan kereta Disamping kelancaran arus transportasi, unsur
api. Sarana transportasi kereta api tersebut pengamanan merupakan salah satu faktor
digunakan untuk melayani kebutuhan kas yang harus diperhatikan dalam setiap
Kantor Bank Indonesia terutama di wilayah kegiatan pengiriman uang baik di Jakarta
Pulau Jawa. Ruang lingkup kerjasama maupun ke berbagai daerah di Indonesia.
tersebut adalah penyediaan jasa transportasi Dalam rangka pengamanan tersebut, tim
kereta api untuk pengiriman barang pengiriman uang dikawal oleh Satuan
berharga milik BI dengan cakupan antara lain Pengamanan (Satpam) BI dan Kepolisian
penyediaan gerbong khusus, sarana dan Republik Indonesia dari Kesatuan BRIMOB
prasarana bongkar muat di stasiun, yang diperlengkapi dengan persenjataan dan
penyediaan tiket untuk tim pengawalan, dan peralatan komunikasi yang lengkap.
posisi pengawasan gerbong.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,
Kapal laut merupakan alat transportasi utama kerjasama dengan anggota yang tergabung
yang digunakan untuk pengiriman uang dalam Badan Koordinasi Pemberantasan
untuk melayani kebutuhan kas Kantor Bank Uang Palsu (Botasupal) senantiasa dilakukan
Indonesia di luar Pulau Jawa. Dalam rangka untuk mengupayakan penanggulangan uang
pengiriman dengan kapal laut tersebut, palsu. Lembaga tersebut berfungsi untuk
ruang lingkup kerjasama dengan PT. PELNI menyelenggarakan koordinasi tingkat
dan perusahaan EMKL sebagai pihak pimpinan, merumuskan kebijakan-kebijakan
penyedia jasa memiliki kewajiban untuk pelaksanaan di dalam pengumpulan data dan
menyediakan sarana angkutan laut berupa pelaksanaan penindakan terhadap kasus
kapal penumpang atau kapal barang beserta uang palsu. Botasupal berada di bawah
akomodasi bagi tim pengiriman uang, sarana Badan Intelijen Negara dan dipimpin oleh
angkutan darat berupa truk peti kemas Kepala Staf Harian, beranggotakan
beserta peti kemasnya atau ruang Kepolisian, Kejaksaan Agung, Departemen
simpan/angkut untuk uang yang akan Kehakiman, Bank Indonesia, Perum Peruri,
dikirimkan ke Kantor Bank Indonesia dengan Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Imigrasi dan
tarif yang telah disepakati. Departemen Penerangan.
Kerja sama yang selama ini terbina antara BI Selain itu, secara represif BI melakukan
dan pihak penyedia jasa transportasi adalah peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak
bentuk kerja sama yang mengikat yang terkait dalam hal koordinasi penangkapan
dituangkan dalam suatu Perjanjian dan pemrosesan ke pengadilan terhadap
Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Transportasi pihak-pihak yang terlibat dalam pemalsuan
Pengiriman Barang Berharga Milik Negara uang Rupiah. Pada tahun 2007, kerjasama
yang disusun setiap tahun. dan koordinasi BI dengan Markas Besar Polri
informasi dan pengalaman bank sentral lain kualitas uang yang diedarkan (banknote
terkait dengan perkembangan teknologi quality). Pada pembahasan tersebut juga
peralatan mesin dan pengelolaan uang. Pada diperoleh informasi mengenai kebijakan
tahun 2007, BI mengikuti TAG meeting standar uang layak edar yang dilakukan oleh
mengenai konsep dan peningkatan desain the Federal Reserve Bank. Selain itu pada
serta pengembangan mesin pengolah uang, tahun 2007 BI juga menghadiri BPS IUG
permasalahan dan alternatif penyelesaian Conference yang membahas antara lain
terhadap operasional mesin pengolah uang, penerapan otomasi pada kegiatan
serta permasalahan yang terkait dengan pengelolaan uang.
Mei 2007, Palembang dalam rangka Festival Penyusunan RUU Mata Uang merupakan
Sriwijaya Expo pada tanggal 16 Juni hingga amanat konstitusi pasal 23B Undang-undang
23 Juni 2007, Bandar Lampung dalam rangka Dasar Tahun 1945. Pada 2007 draft awal RUU
Lampung Expo pada tanggal 25 Agustus Mata Uang yang merupakan inisiatif DPR RI
hingga 30 Agustus 2007, serta Pekanbaru telah disampaikan kepada Presiden RI.
dalam rangka Corporate Social Responsibility
Berkaitan dengan hal tersebut, maka
kegiatan yang telah dilakukan meliputi
Partnership Expo 2007 pada tanggal 3
pembahasan secara intensif antara DPR
Desember hingga 6 Desember 2007. Tema
dengan Pemerintah yang mencakup
dari pameran tersebut adalah Peranan Mata
pandangan dari masing-masing pihak dalam
Uang sebagai Alat Pemersatu Bangsa.
rangka penyempurnaan RUU Mata Uang.
Berbagai koleksi mata uang yang dipamerkan
Kajian Strategi Pengadaan Bahan Uang Yang
meliputi uang logam dan uang kertas sejak
Efektif dan Efisien
zaman peradaban kerajaan-kerajaan kuno
seperti kerajaan di Aceh, Majapahit, Kajian strategi pengadaan bahan uang
Jenggala, Madura, dan Banten serta bertujuan untuk melakukan evaluasi
peredaran uang zaman kolonialisme Belanda terhadap pelaksanaan pengadaan bahan
uang mulai dari perencanaan, pelaksanaan menjadi sebesar 70% dari kebutuhan bahan
pengadaan, sampai dengan kedatangan uang tahun berjalan.
bahan uang. Selain itu, kajian ini diharapkan
Berdasarkan hasil kajian ini
dapat memberikan rekomendasi mengenai
direkomendasikan pola pemusnahan dan
mekanisme kegiatan pengadaan bahan uang
model pemanfaatan ULTLE yang sesuai
yang efektif dan efisien sehingga dapat
dengan kondisi Bank Indonesia saat ini,
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
antara lain perubahan tata cara pemusnahan
pengedaran uang secara keseluruhan.
dan model pemanfaatan ULTLE yang efisien.
Dari hasil kajian tersebut diperoleh beberapa
Berakhirnya Masa Penukaran Uang Kertas
rekomendasi yaitu pelaksanaan pengadaan
Pecahan Rp5.000 dan Rp10.000 Seri Sudirman
bahan uang yang selama ini dilaksanakan
pada triwulan akhir, diupayakan lebih awal Pada tahun 2007, terdapat 2 pecahan yang
yaitu pada awal triwulan III. Dengan dicabut dan ditarik dari peredaran, yang
pelaksanaan pengadaan yang lebih awal, telah habis masa penukarannya. Pecahan
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan uang kertas Rp5.000 dan Rp10.000 seri
keterlambatan pengiriman bahan uang ke Sudirman telah dicabut dan ditarik dari
perusahaan pencetakan uang yang dapat peredaran pada tanggal 1 Juli 1977. Sesuai
mengakibatkan keterlambatan penerimaan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/9-
Hasil Cetak Sempurna (HCS). SRR 100277, masa penukaran uang kertas
pecahan tersebut berakhir tanggal 30
Selain itu, untuk menjamin kontinuitas
Desember 2007. Dengan demikian, sejak
ketersediaan bahan uang, maka persediaan
tanggal 31 Desember 2007, BI tidak dapat
bahan uang yang semula sebesar 50%
melakukan penggantian atas penukaran
direkomendasikan untuk ditingkatkan
masyarakat terhadap uang pecahan tersebut.
dapat lebih mendekati kebutuhan riil dari merencanakan untuk mengeluarkan uang
masih dirasakan cukup efektif sebagai cara informasi mengenai indikasi kebutuhan
pengenalan keaslian uang Rupiah dengan masyarakat terhadap layanan kas serta
cepat dan mudah bagi masyarakat secara efektivitas penyelenggaraan layanan kas luar
Survei Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Guna mencapai tujuan tersebut, survei akan
Survei tersebut merupakan lanjutan survei masyarakat, unit kerja kas BI di KP dan KBI,
yang telah dilakukan di 2006 dengan perbankan, PPUPK dan PT. Posindo.
BAB VI LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kegiatan pengedaran uang sepanjang 2007 mendukung kenaikan UYD tersebut, realisasi
memperlihatkan bahwa BI mampu memenuhi penambahan kebutuhan uang kartal di
fluktuasi kebutuhan uang kartal di seluruh wilayah di Indonesia mencapai
masyarakat yang masih cenderung Rp115,4 triliun atau tercapai 123,7% dari
meningkat, disertai dengan upaya proyeksi. Dibandingkan tahun sebelumnya,
penyebaran uang layak edar yang semakin penambahan kebutuhan uang kartal tersebut
merata ke berbagai wilayah di Indonesia. Hal turun 0,6% dipengaruhi oleh langkah
ini tercermin dari kemampuan BI untuk lanjutan efisiensi optimalisasi persediaan
memenuhi kebutuhan uang kartal uang kartal di wilayah KBI yang mengalami
masyarakat, dengan tetap menjaga rasio net inflow serta membaiknya manajemen
kecukupan uang kas yang lebih besar dari pengelolaan uang kartal perbankan.
tahun sebelumnya. Selain itu, rasio temuan Berdasarkan penyebarannya, terdapat
uang palsu terhadap uang kertas yang kenaikan pangsa distribusi uang kartal
diedarkan selama 2007 menurun terutama ke wilayah Indonesia Timur dari
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 8,9% menjadi 10,6%. Sedangkan di Indonesia
sehingga tidak berdampak secara signifikan wilayah Barat dan Tengah masing-masing
terhadap perekonomian. berubah dari 75,4% dan 15,7% menjadi
73,4% dan 16,0%.
Kegiatan perekonomian Indonesia sepanjang
2007 tumbuh sebesar 6,3%, yang dibarengi Perkembangan Uang Kartal Yang
dengan masih cukup kentalnya budaya Diedarkan (UYD)
masyarakat Indonesia untuk memegang fisik
Jumlah UYD rata-rata harian selama 2007
uang dalam kegiatan transaksi berdampak
sebesar Rp174,8 triliun atau meningkat 21,0%
terhadap kenaikan jumlah uang kartal yang
dari UYD tahun sebelumnya sebesar Rp144,5
beredar di masyarakat (UYD). Pertumbuhan
triliun., Berdasarkan pola pergerakannya,
rata-rata UYD selama 2007 sebesar 21,0%
UYD selama tahun 2007 tidak berubah
atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
tahun sebelumnya sebesar 14,6%. Untuk
yaitu terjadi penurunan di triwulan I yang Selama bulan Januari 2007, pangsa UYD di
diikuti dengan trend meningkat pada awal bank mencapai 17,7% dari total UYD atau
triwulan II serta kenaikan yang signifikan naik dari posisi yang sama tahun-tahun
pada periode hari raya keagamaan dan tahun sebelumnya masing-masing 14,1% dan 15,1%
baru di triwulan IV (grafik 5). Sebagaimana di tahun 2006 dan 2005. BI mendorong
tahun sebelumnya, UYD tertinggi di 2007 terselenggaranya mekanisme transaksi uang
terjadi di akhir tahun laporan yang mencapai kartal antar bank, sehingga bank yang
Rp200,8 triliun. Hal tersebut terutama mengalami kelebihan uang pecahan tertentu
dipengaruhi oleh libur panjang yang dapat melakukan transaksi dengan bank lain
berbarengan dengan perayaan dua hari raya yang memerlukan. Di pihak lain, perbankan
keagamaan dan tahun baru. berupaya untuk mengoptimalkan manajemen
kas dengan melakukan pemantauan
kelebihan maupun kekurangan uang kartal di
wilayah kerjanya secara menyeluruh untuk
memenuhi kebutuhan operasional dan
proyeksi penarikan uang nasabah.
Sebagian besar UYD selama 2007 berada di di perbankan mulai menunjukkan penurunan
masyarakat, yang mencapai kisaran rata-rata dan mengikuti pola yang sama dengan
perbankan dan terselenggaranya mekanisme Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank
transaksi uang kartal antar bank. Umum di BI yaitu BI menetapkan bahwa bank dapat
Pangsa UK yang diedarkan naik dari 98,4% Meskipun secara nominal, pecahan yang
terhadap UL yang telah dicabut dan ditarik dari total jumlah/lembar uang yang
dari peredaran, dan belum ditukarkan ke BI. diedarkan. Pangsa jumlah lembar/keping
Komposisi UYD per pecahan pada posisi akhir uang pecahan kecil yang semakin menurun
tahun laporan mengalami perubahan. Pangsa menunjukkan level kebutuhan uang pecahan
UYD terbesar adalah pecahan Rp50.000 besar untuk transaksi seiring dengan
(45,5%), sedangkan pangsa terbesar tahun kenaikan harga-harga umum yang cenderung
Perkembangan Aliran Keluar dan Masuk dengan perlambatan pada 2006 serta
Uang Kartal Melalui BI penurunan secara signifikan di 2007.
Berdasarkan berbagai perkembangan
Penerapan kebijakan uji coba setoran dan
tersebut, ke depan diharapkan besarnya
bayaran bank4 berdampak terhadap
jumlah outflow lebih mencerminkan kondisi
penurunan jumlah outflow dan inflow secara
riil kebutuhan uang kartal masyarakat. Di sisi
signifikan. Hal tersebut merupakan indikasi
lain, besarnya jumlah inflow bisa lebih
meningkatnya efisiensi pengelolaan uang
mencerminkan kondisi kelusuhan uang yang
kartal di BI dan semakin optimalnya
beredar di masyarakat.
pengelolaan manajemen uang kartal oleh
perbankan.
kebijakan diskresi untuk menyerap kelebihan pula oleh kenaikan gaji pokok dan pemberian
likuiditas uang kartal di perbankan paska gaji ke 13 bagi PNS di bulan Juni. Adapun
liburan hari raya keagamaan. kenaikan net outflow pada triwulan IV
berhubungan dengan lonjakan kebutuhan uang
kartal menghadapi hari raya keagamaan dan
tahun baru.
menunjukkan net inflow sebesar Rp1,0 triliun. wilayah KP dan Surabaya, masing-masing
Jumlah net outflow di wilayah KP mendekati mencapai 29,5% dan 13,8%. Pangsa outflow
jumlah yang sama dengan tahun 2002, dengan di wilayah KP, sempat mengalami penurunan
level inflow dan outflow yang lebih rendah. Hal di 2006 meningkat kembali di 2007 hingga
ini dapat mengindikasikan kebutuhan uang mencapai 21,8%. Sedangkan pangsa terbesar
masyarakat di wilayah KP kartal lebih riil. di wilayah KKBI terjadi pergeseran dari KKBI
Sedangkan perubahan pola net flow di KBI masih Bandung ke KKBI Surabaya. Pangsa di KKBI
Surabaya meningkat dari 17,1% menjadi
Kantor 2007
Koordinator Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total
Kantor Pusat 19.9 30.7 33.0 28.8 26.9
Medan 0.8 1.0 0.5 1.7 1.0
Padang 0.4 16.1 0.5 0.4 4.5
Bandung 12.1 3.2 6.1 4.7 7.1
Semarang 10.8 12.8 13.4 18.5 13.4
Surabaya 22.2 34.4 39.5 45.3 33.2
Banjarmasin 29.9 0.2 6.4 0.4 11.9
Makassar 3.9 1.6 0.5 0.3 2.0