Anda di halaman 1dari 142

• GERMAS

Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK
PELAKSANAAN
ANGGARAN
TAHUN 2017

llllllEKT10RAT JENDERAL
�EIPARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
PETUNJUK
PELAKSANAAN
ANGGARAN
TAHUN 2017

DIREKTORAT JENDERAL
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
·n)lepeq 6LieA LienlLI9l9)! ,enses eALI)l!eq
-)l!eqes Lie6Liep Lie)leLies)lel!P )lnlLin unsnsip !LI! LieeLies)le1ed )lnfLinled Lie!)l!W90
·Liele4ese)i lerv uap Lie,sewJeJe)i 1eJepLier leJOl)l9J!O Lie6Lin)l6LI!l!P L �OZ unuei
LieJe66Lie Lieees)le1ed urejep sel!l!qelLin)le eldPJ9l e66LI!L!9S n)lepeq 6LieA uefiuepun
-Buepuruad uenuersd Lie6Liep ,enses de)l6Lie1 uep reuaq uefiuap Lie)ln)lel!P
6LieA LieqeMef6Lin66LielJed uaumxop ueunsnxusd uep Lie6Liene)l !SeJlS!LI!Wpe
Liewe6eJese)l eldPJ9l Lie)le e)lew 'LieJe66LIV LieeLies)le1ed )lnfLinled eALiepe Lie6Lieo
·1eqelLin)le uep ueredsuan suss 'uarodejad uep LieqeMef
6Lin66LielJed 'Lieq!lJ9l9)! Lie)lle)l6LI!Liew xruun '()id�) Liele!69)i LieeLies)le1ed eueouag
uep (VdlO) LieJe66LI\f LieeLies)le1ed Lie!SI Jeueo uiejep 6LienlJ9l 6LieA ,enses uep
Liele!69)! uaeuesxejsd uauropad !PefLiew iedep Lie)ldeJell!P !LI! LieeLies)le1ed )lnfLinled
·Liele4ese)i le1v usp
Lie,sewJeJe)i 1eJepLier leJOl)l9J!O Lie6Lin)l6LI!l!P L �OZ unuei LieJe66Lie useuesxejad
wnwn )lnfLinled !e6eqes uexpnsxeunp !LI! LieJe66LI\f LieeLieS)le1ed )lnfLinled
�'11NV�N3d '11'1>1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….......................................................................................... i

DAFTAR ISI …........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ……......................................................................................... 1

1.2. Maksud Dan Tujuan ......................................................................................... 1

1.3. Pengertian ....................................................................................................... 2

BAB II. PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA ............................................. 9

2.1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) …………………….…………….................. 9

2.2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ................................................................. 10

2.3. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) ......................................................... 11

2.4. Bendahara Pengeluaran (BPg) ........................................................................ 12

2.5. Bendahara Penerimaan (BPn) ......................................................................... 13

2.6. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) ...................................................... 14

BAB III. PENGADAAN BARANG / JASA ............................................................. 15

3.1. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa …………....……………........................... 15

3.2. Tugas dan Wewenang Dalam Pengadaan Barang/Jasa ................................. 15

3.3. Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya ...... 19

3.4. Tanda Bukti Perjanjian …................................................................................. 20

3.5. Jaminan Pengadaan Barang/Jasa ................................................................... 21

3.6. Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ..................... 24

BAB IV. MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMBUKUAN 26

ATAS BEBAN ANGGARAN DAN BELANJA NEGARA ………….…......

4.1. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran APBN ……………………………….. 26

4.2. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran PNBP ............................................. 49

4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Secara Elektronik …………..... 51

ii Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 2
4.4. Mekanisme Penyelesaian Pekerjaan Yang Tidak Terselesaikan Sampai
Dengan Akhir Tahun Anggaran .................................................................... 57
4.5. Hibah .....……………………………………………………………………….…… 58

4.6. Mekanisme Pembukuan Bendahara Pengeluaran ..................................... 63

4.7. Mekanisme Pembukuan Bendahara Penerimaan ...................................... 68

4.8. Pemeriksaan Kas dan LPJ Bendahara ...................................................... 69

BAB V. TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2017 ………... 70

5.1. Ruang Lingkup Dan Batasan Revisi Anggaran ………………...……….……... 70

5.2. Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Anggaran ......……………............. 75

5.3. Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan ......………......... 78

5.4. Revisi Anggaran Pada Kuasa Pengguna Anggaran ......…………………......... 79

5.5. Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat 80

5.6. Batas Akhir Penerimaan Usul Dan Penyampaian Pengesahan Revisi

Anggaran …………………………………………………………………………… 81

5.7. Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan Direktorat Jenderal

Anggaran Dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan ….…… 82

BAB VI. TEKNIS PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN ...... 87

6.1. Perjalanan Dinas …………..……….................................................................. 87

BAB VII. PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA 105

7.1. PPh Pasal 21 ………………….…….................................................................. 105

7.2. PPh Pasal 22 ………………….…….................................................................. 108

7.3. PPh Pasal 23 ………………….…….................................................................. 109

7.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ………………….……..................................... 111

BAB VIII. EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN ……………………………... 113

BAB IX. LAPORAN KEUANGAN ……………………………………...……………... 117

9.1. Akuntansi Berbasis Akrual ………………….……............................................. 117

9.2. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Berbasis Akrual …....................... 118

9.3. Buku Besar Kas ……………………………………………………....................... 120

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 3 iii
9.4. Buku Besar Akrual …………………………………………………....................... 120

9.5. Struktur Organisasi Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pada

Kementerian Negara/Lembaga ……………………………………..................... 121

9.6. Penanggung Jawab Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan ...................... 121

9.7. Tata Cara Penyusunan Dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga ……………………………………………………..................... 121

9.8. Sistematika Laporan Keuangan ………………………...…………..................... 127

9.9. Kebijakan Akuntansi ……………...……………………...…………..................... 128

9.10. Pengaturan Pencatatan Barang Persediaan ………...…………..................... 132

DAFTAR PUSTAKA …........................................................................................... 134

iv Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehubungan telah berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat
perubahan yang mendasar dalam ketentuan keuangan Negara meliputi ruang
lingkup keuangan negara, azas-azas umum pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan negara,
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan anggaran melalui
pelaksanaan anggaran yang berbasis kinerja untuk meningkatkan akuntabilitas
keuangan pemerintah, maka perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan Anggaran
sebagai acuan oleh Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara.

1.2. Maksud Dan Tujuan


Pedoman Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun Anggaran 2017 disusun dengan maksud untuk memberikan
pedoman bagi Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara.
Sedangkan tujuan disusunnya Pedoman Pelaksanaan Anggaran Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran 2017 adalah
sebagai berikut:
1. Mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
2. Mewujudkan kesamaan pemahaman dan keterpaduan pengelolaan
keuangan negara bagi seluruh pengelola keuangan di lingkungan Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 5 1
1.3. Pengertian
1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat
yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Penunjukan KPA
bersifat ex-officio dan tidak terikat periode tahun anggaran.
3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban APBN.
4. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya
disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran.
5. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam
pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
6. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung
jawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga
7. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah
orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk
melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran
pelaksanaan kegiatan tertentu.
8. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja
dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran
untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai
pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan
melalui mekanisme pembayaran langsung.
9. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah
pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat

2 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 6
keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan
Surat Perintah Membayar Langsung.
10. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUP adalah uang
muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan
yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telah
ditetapkan.
11. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat PTUP adalah pertanggungjawaban atas TUP.
12. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran
tagihan kepada negara.
13. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut SPP LS
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, dalam rangka pembayaran
tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran.
14. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebut
SPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi
permintaan pembayaran UP.
15. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPP TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,
yang berisi permintaan pembayaran TUP.
16. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,
yang berisi pertanggungjawaban dan permintaan kembali pembayaran UP.
17. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaan Nihil yang
selanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPK yang berisi pertanggungjawaban UP.
18. Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban Tambahan Uang
Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pertanggungjawaban atas
TUP.
19. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen
yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari
DIPA.
20. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana
yang bersumber dari DIPA dalam rangka pembayaran tagihan kepada
penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 7 3
21. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-
UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan UP.
22. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk
mencairkan TUP.
23. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-GUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM dengan
membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan UP
yang telah dipakai.
24. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil yang
selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh
PPSPM sebagai pertanggungjawaban UP yang membebani DIPA.
25. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang
Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawaban atas TUP yang
membebani DIPA.
26. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah
surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk
pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
27. Perjalanan Dinas Dalam Negeriselanjutnya disebut Perjalanan Dinas
adalah perjalanan ke luar Tempat Kedudukan yang dilakukan dalam
wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.
28. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
29. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan dalam negeri, atau diserahi tugas
negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku.
30. Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai yang diangkat untuk jangka waktu
tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang
bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan organisasi.
31. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas Kota
dan/atau dalam Kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju,

4 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 8
melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam
negeri.
32. Perjalanan Dinas Pindah adalah Perjalanan Dinas dari tempat kedudukan
yang lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan
pindah.
33. Surat Perjalanan Dinas, selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
diterbitkan PPK dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain.
34. Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai
Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.
35. Pendapatan hibah langsung adalah hibah yang diterima langsung oleh K/L,
dan/atau pencairan dananya dilaksanakan tidak melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara yang pengesahannya dilakukan oleh Bendahara
Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
36. Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung yang selanjutnya disingkat
SP2HL adalah surat yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mengesahkan
pembukuan hibah langsung dan/atau belanja yang bersumber dari hibah
langsung.
37. Surat Pengesahan Hibah Langsung yang selanjutnya disingkat SPHL
adalah surat yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk
mengesahkan Pendapatan Hibah Langsung dan/atau belanja yang
bersumber dari hibah langsung.
38. Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen
dengan Penyedia Barang dan/atau Jasa untuk melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu.
39. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang
berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen,
dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
40. Kelompok Kerja ULP selanjutnya disebut Pokja ULP adalah kelompok kerja
yang terdiri dari pejabat fungsional pengadaan yang berjumlah gasal dan
beranggotakan paling kurang 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai
dengan kompleksitas pekerjaan, yang bertugas untuk melaksanakan
pemilihan Penyedia Barang/Jasa di Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah/Institusi.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 9 5
41. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat
Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
42. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE
adalah adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan
sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
43. Tahun Anggaran adalah masa berlakunya anggaran yang dihitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
44. Tahun Anggaran Berikutnya adalah masa 1 (satu) Tahun Anggaran setelah
Tahun Anggaran berkenaan berakhir.
45. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsip data
dalam bentuk softcopy yang disimpan dalam media penyimpanan digital.
46. Konversi adalah proses pengubahan format data transaksi keuangan pada
ADK menjadi data yang dapat diterima oleh SPAN melalui aplikasi
konversi.
47. Supplier adalah pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban
APBN
48. Data Supplier adalah informasi terkait dengan pihak yang berhak menerima
pembayaran atas beban APBN yang memuat paling kurang informasi
pokok, informasi lokasi dan informasi rekening.
49. Nama Rekening adalah nama yang terdaftar dalam rekening Koran bank
untuk suatu nomor rekening tertentu.
50. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disebut NPWP adalah nomor
yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
51. Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/jasa
atau pelaksana swakelola.
52. Data Kontrak adalah informasi terkait dengan perjanjian tertulis antara PPK
dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola.
53. Kontrak tahun tunggal adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.
54. Kontrak tahun jamak adalahkontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk
masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran.
55. Komitmen tahunan kontrak tahun jamak (release multiyear) adalah
komitmen tahun tunggal sebagai bagian dari kontrak tahun jamak.

6 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 10
56. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran yang
selanjutnya disingkat UAKPA adalah unit akuntansi yang melakukan
kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.
57. UAKPA Dekonsentrasi adalah unit akuntansi yang melakukan kegiatan
akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja dekonsentrasi.
58. UAKPA Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang melakukan
kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja tugas pembantuan.
59. UAKPA Urusan Bersama adalah unit akuntansi yang melakukan kegiatan
akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja urusan bersama.
60. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah yang selanjutnya disebut UAPPA-W adalah unit akuntansi yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan seluruh UAKPA
yang berada dalam wilayah kerjanya.
61. UAPPA-W Dekonsentrasi adalah unit akuntansi yang berada di pemerintah
provinsi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan dari
seluruh satuan kerja perangkat daerah yang mendapatkan alokasi dana
dekonsentrasi di wilayah kerjanya.
62. UAPPA-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang berada di
pemerintah daerah yang melakukan kegiatan penggabungan laporan
keuangan dari seluruh seluruh satuan kerja perangkat daerah yang
mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan di wilayah kerjanya.
63. UAPPA-W Urusan Bersama adalah unit akuntansi yang berada di
pemerintah daerah yang melakukan kegiatan penggabungan Laporan
Keuangan dari seluruh seluruh satuan kerja perangkat daerah yang
mendapatkan alokasi dana urusan bersama di wilayah kerjanya.
64. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran
Eselon I yang selanjutnya disebut UAPPA-El adalah unit akuntansi yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA-W
yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di
bawahnya.
65. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran yang
selanjutnya disingkat UAPA adalah unit akuntansi pada tingkat kementerian
negara/lembaga (Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA-El yang berada di
bawahnya.
66. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 11 7
semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.
67. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
68. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
69. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
70. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang
memenuhi syarat.
71. Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
72. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
73. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan
74. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
75. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan
Langsung.
76. Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan
berdasarkan APBN dan disahkan dalam Daftar Isian Pelaksnaan
Anggaran.

8 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 12
BAB II
PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Pejabat perbendaharaan negara merupakan pelaksana dan pengelola keuangan


pemerintah yang terdiri dari: Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM),
Bendahara Pengeluaran (BPg) dan Bendahara Penerimaan (BPn).

Pengangkatan pejabat perbendaharaan negara tidak terikat periode tahun anggaran.


Dalam hal apabila tidak terdapat pergantian pejabat perbendaharaan negara pada
saat pergantian periode tahun anggaran, pejabat perbendaharaan tahun anggaran
yang lalu masih berlaku.

2.1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Tugas dan Wewenang KPA dalam pelaksanaan anggaran :
a. menyusun DIPA;
b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengelola anggaran/keuangan;
e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Tanggung Jawab KPA:


a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 13 9
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
g. melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

2.2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Tugas dan Wewenang PPK dalam pelaksanaan anggaran:
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
1) menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana
penarikan dananya;
2) menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan
SPP-UP/TUP;
3) mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA;
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa;
d. melaksanakan kegiatan swakelola;
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya;
f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
1) menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai
hak tagih kepada negara; dan/atau
2) menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang
menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
h. membuat dan menandatangani SPP;
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
1) pelaksanaan kegiatan;
2) penyelesaian kegiatan;
3) penyelesaian tagihan kepada negara;

10 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 14
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;
l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada
negara; dan
5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.

Dalam membuat dan menandatangi SPP, PPK menguji:


1) kelengkapan dokumen tagihan;
2) kebenaran perhitungan tagihan;
3) kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban
APBN;
4) kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan
oleh penyedia barang/jasa;
5) kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen
perjanjian/kontrak;
6) ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen
perjanjian/kontrak mengenai hak tagih kepada negara;
7) ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen
perjanjian/kontrak.

2.3. Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)


Tugas dan Wewenang PPSPM:
a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 15 11
1) kelengkapan dokumen pendukung SPP;
2) kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
3) kebenaran pengisian format SPP;
4) kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
5) ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;
6) kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
7) kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
8) kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
9) kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari
pihak yang mempunyai hak tagih;
10) kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
11) kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak;
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. menerbitkan SPM;
1) mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana
UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA
2) menandatangani SPM; dan
3) memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM
e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA;
g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

2.4. Bendahara Pengeluaran (BPg)


Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat
surat berharga yang berada dalam pengelolaannya yang meliputi:

12 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 16
a. uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui
Bendahara Pengeluaran;
b. uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari
Pembayaran LS yang bersumber dari APBN;

Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:


a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
c. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK yaitu:
1) pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk
untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar, jadwal
waktu pembayaran, dan menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
2) pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis
yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis
yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan
3) pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran
yang dilakukannya;
f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara;
g. mengelola rekening tempat penyimpanan UP;
h. menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada kepala kppn
selaku kuasa BUN.

2.5. Bendahara Penerimaan (BPn)


Bendahara Penerimaan melaksanakan tugas dalam penatausahaan kas yang
dikelolanya meliputi:
a. Bendahara Penerimaan menatausahakan semua uang yang dikelolanya baik
yang sudah menjadi penerimaan negara maupun yang belum menjadi
penerimaan Negara
b. penerimaan negara pada kantor/satker pada Kementerian Negara/Lembaga
tidak dapat digunakan secara langsung untuk pengeluaran, kecuali diatur
khusus dalam peraturan perundang-undangan tersendiri

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 17 13
c. Bendahara Penerimaan dilarang menerima secara langsung setoran dari
wajib setor, kecuali untuk jenis penerimaan tertentu yang diatur secara
khusus dan telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan
d. dalam hal Bendahara Penerimaan menerima secara langsung penerimaan
tertentu dari wajib setor, Bendahara Penerimaan wajib:
1) membuat dan menyampaikan Surat Bukti Setor (SBS) lembar ke-1
kepada penyetor dan lembar ke-2 sebagai bukti pembukuan bendahara;
2) menyetor seluruh penerimaannya ke Kas Negara paling lambat dalam
waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya penerimaan tersebut, kecuali
untuk jenis penerimaan tertentu yang penyetorannya diatur secara
khusus.
e. dalam hal terdapat penerimaan yang penyetorannya diatur secara khusus,
Bendahara Penerimaan wajib menyimpan uang yang diterimanya dalam
rekening yang telah mendapat persetujuan BUN/Kuasa BUN;
f. bentuk, nama, dan format SBS diatur oleh masing-masing Menteri/Pimpinan
Lembaga.

2.6. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)


Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala
Satker dapat menunjuk beberapa BPP sesuai kebutuhan.BPP harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara Pengeluaran.
Tugas Bendahara Pengeluaran Pembantu meliputi:
a. menerima dan menyimpan UP;
b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya
bersumber dari UP;
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan
perintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya
atas kewajiban kepada negara;
f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP;
i. mengelola rekening tempat penyimpanan UP.

14 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 18
BAB III
PENGADAAN BARANG/JASA

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan


Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa.

3.1. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa


A. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui
Penyedia Barang/Jasa terdiri atas:
1. PA/KPA;
2. PPK;
3. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan; dan
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

B. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui


Swakelola terdiri atas:
1. PA/KPA;
2. PPK;
3. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan;
dan
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

3.2. Tugas dan Wewenang Dalam Pengadaan Barang/Jasa


A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA):
1. identifikasi dan analisis kebutuhan;
mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan untuk instansinya sesuai
Rencana Kerja Pemerintah/Daerah (RKP/D) dengan terlebih dahulu
menelaah kelayakan barang/jasa yang telah dimiliki/dikuasai atau
riwayat kebutuhan barang/jasa dari kegiatan yang sama untuk
memperoleh kebutuhan riil.
2. penyusunan dan penetapan rencana penganggaran;
rencana penganggaran pengadaan barang/jasa terdiri atas biaya/jasa itu
sendiri, biaya pendukung dan biaya administrasi yang diperlukan untuk
proses pengadaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 19 15
3. penetapan kebijakan umum;
Penetapan kebijakan umum meliputi pemaketan pekerjaan, cara
pengadaan barang/jasa dan pengorganisasian pengadaan barang/jasa;
4. penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK);
KAK yang mendukung pelaksanaan kegiatan/pekerjaan yang paling
kurang kurang memuat:
a) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang,
maksud dan tujuan, lokasi kegiatan, sumber pendanaan, serta
jumlah tenaga yang diperlukan;
b) waktu yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan/pekerjaan
dari rencana pengadaan sampai dengan enyerahan barang/jasa;
c) spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan; dan
d) besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak
yang harus dibebankan pada kegiatan tersebut.
5. pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP);
pengumuman RUP secara terbuka kepada masyarakat luas yang berisi
paket pekerjaan yang akan dilaksanakan, lokasi pekerjaan dan perkiraan
nilai pekerjaan di website K/L/D/I masing-masing dan papan
pengumuman resmi serta Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE.

B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK):


1. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan/jasa yang meliputi
spesifikasi teknis barang/jasa, Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan
rancangan kontrak;
2. Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa;
3. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan Barang/Jasa kepada
PA/KPA;
4. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA
dengan Berita Acara Penyerahan;
5. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan;
6. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/jasa

16 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 20
Selain tugas dan wewenang tersebut, dalam hal diperlukan PPK, dapat:
1. Mengusulkan kepada PA/KPA:
a) perubahan paket pekerjaan; dan/atau
b) perubahan jadwal kegiatan pengadaan;
2. Menetapkan tim pendukung;
3. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk
membantu pelaksanaan tugas ULP; dan
4. Menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada
Penyedia Barang/Jasa.

C. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan:


1. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/ Jasa;
2. Menetapkan Dokumen Pengadaan;
3. Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
4. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing
dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan
ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;
5. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
6. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap
penawaran yang masuk;
7. Khusus untuk Kelompok Kerja ULP:
a) menjawab sanggahan;
b) menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:
1) Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi Jasa Lainnya yang
bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); atau
2) Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
c) menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa kepada PPK;
d) menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
e) membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada Kepala
ULP.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 21 17
8. Khusus Pejabat Pengadaan:
a) menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:
1) Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
dan/atau
2) Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah);
b) menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa kepada PPK;
c) menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa
kepada PA/KPA; dan
d) membuat laporan mengenai proses Pengadaan Pengadaan
kepada PA/KPA.
e) memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA.

Selain tugas dan wewenang tersebut, dalam hal diperlukan Kelompok


Kerja ULP/Pejabat Pengadaan, dapat mengusulkan kepada PPK:
a) perubahan HPS; dan/atau
b) perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.

D. Kepala ULP:
1. Memimpin dan mengoordinasikan seluruh kegiatan ULP;
2. Menyusun program kerja dan anggaran ULP;
3. Mengawasi seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa di ULP dan
melaporkan apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi
penyimpangan;
4. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala
Daerah/ Pimpinan Institusi;
5. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia
ULP;
6. Menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota Kelompok Kerja
sesuai dengan beban kerja masing-masing Kelompok Kerja ULP; dan

18 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 22
7. Mengusulkan pemberhentian anggota Kelompok Kerja yang
ditugaskan di ULP kepada PA/KPA/Kepala Daerah, apabila terbukti
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan dan/atau
KKN.

Kepala ULP dan Anggota Kelompok Kerja ULP dilarang duduk sebagai:
1. PPK;
2. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM);
3. Bendahara; dan
4. APIP, terkecuali menjadi Pejabat Pengadaan/anggota ULP untuk
Pengadaan Barang/Jasa yang dibutuhkan instansinya.

E. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan:


1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
2. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
3. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.

Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus,


dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang ditetapkan oleh PA/KPA.

Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan dilakukan


setelah berkoordinasi dengan Pengguna Jasa Konsultansi yang
bersangkutan.

3.3. Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


A. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya.
Pemilihan Penyedia Barang dilakukan dengan:
1. Pelelangan Umum;
2. Pelelangan Terbatas;
3. Pelelangan Sederhana;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 23 19
4. Penunjukan Langsung;
5. Pengadaan Langsung; atau
6. Kontes.

B. Pekerjaan Kontruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan:
1. Pelelangan Umum;
2. Pelelangan Terbatas;
3. Pemilihan Langsung;
4. Penunjukan Langsung; atau
5. Pengadaan Langsung.

C. Jasa Lainnya
Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola
yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa
Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Pemilihan Penyedia Jasa Lainnya dilakukan dengan:
1. Pelelangan Umum;
2. Pelelangan Sederhana;
3. Penunjukan Langsung;
4. Pengadaan Langsung; atau
5. Sayembara.

Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan Penyedia


Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri Kreatif, inovatif, dan
budaya dalam negeri.

3.4. Tanda Bukti Perjanjian


A. Bukti Pembelian
Bukti pembelian digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya
sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

20 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 24
B. Kuitansi
Kuitansi digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

C. Surat Perintah Kerja (SPK)


SPK digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk
Jasa Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).

D. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

E. Surat Pesanan
Surat Pesanan digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-
Purchasing dan pembelian secara online.

3.5. Jaminan Pengadaan Barang/Jasa


Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang
bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan
oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang
diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk
menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa. Jaminan atas
Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:

A. Jaminan Penawaran
Jaminan penawaran merupakan jaminan atas penawaran yang diajukan oleh
penyedia barang/jasa.
1. Jaminan Penawaran diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya pada saat memasukkan penawaran, yang
besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus) dari
total HPS.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 25 21
2. Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Penyedia Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/ Jasa Lainnya setelah PPK menerima Jaminan Pelaksanaan
untuk penandatanganan Kontrak.
3. Jaminan Penawaran tidak diperlukan dalam hal Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilaksanakan dengan
Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung atau Kontes/Sayembara.
4. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang telah menerima Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) mengundurkan diri dan masa
penawarannya masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat
dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh
PPK, dengan ketentuan bahwa Jaminan Penawaran peserta lelang yang
bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.
5. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang telah menerima Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) mengundurkan diri dan masa
penawarannya masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat
dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh
PPK, dengan ketentuan bahwa Jaminan Penawaran peserta lelang yang
bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.
6. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima
dan masa penawarannya masih berlaku:
1) Jaminan Penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan
pada Kas Negara/Daerah; dan
2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa larangan untuk
mengikuti kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di instansi pemerintah
selama 2 (dua) tahun.

B. Jaminan Uang Muka


Jaminan uang muka merupakan jaminan yang menjamin bahwa penyedia
barang/jasa akan mengembalikan uang muka yang telah diterimanya.
1. Penyedia Jasa Konsultansi dapat diberikan Uang Muka.
2. Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap
pembayaran Uang Muka yang diterimanya.
3. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang
diterimanya.
4. Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap
tahapan pembayaran.

22 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 26
C. Jaminan Pelaksanaan
Jaminan pelaksanaan merupakan jaminan yang menjamin bahwa penyedia
barang/jasa yang telah ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan akan
menyelesaikan seluruh kewajibannya dalam melaksanakan pekerjaan
1. Jaminan Pelaksanaan diminta PPK kepada Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
2. Jaminan Pelaksanaan tidak diperlukan dalam hal:
a) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
dilaksanakan dengan metode Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung Untuk Penanganan Darurat, Kontes, atau Sayembara;
b) Pengadaan Jasa Lainnya, dimana aset Penyedia sudah dikuasai oleh
Pengguna; atau
c) Pengadaan Barang/Jasa dalam Katalog Elektronik melalui E-
Purchasing.
3. Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan
sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
4. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a) untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh
perseratus) sampai dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total
HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak; atau
b) untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh
perseratus) dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5%
(lima perseratus) dari nilai total HPS.
5. Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima
Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.
6. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah:
a) penyerahan Barang/Jasa Lainnya dan Sertifikat Garansi; atau
b) penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak khusus bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 27 23
D. Jaminan Pemeliharaan
Jaminan pemeliharaan adalah jaminan yang menjamin bahwa penyedia
barang/jasa akan memperbaiki seluruh kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan atas barang/jasa yang telah dikerjakannya.
1. Penyedia Barang/Jasa memberikan Jaminan Pemeliharaan kepada PPK
setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus
perseratus), untuk:
a) Pekerjaan Konstruksi;
b) Pengadaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
2. Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak.
3. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai.
4. Penyedia Pekerjaan Konstruksi memilih untuk memberikan Jaminan
Pemeliharaan atau memberikan retensi.
5. Jaminan Pemeliharaan atau retensi besarnya 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya.

3.6. Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2015 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam rangka percepatan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah pada setiap Tahun Anggaran untuk
mempercepat pelaksanaan program pembangunan Pemerintah, guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan ini diinstruksikan agar:

A. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan Kesekretariatan Lembaga


Negara, untuk:
1. Menyelesaikan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun Anggaran
berjalan secara transparan, cermat, dan akuntabel sesuai peraturan
perundangundangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah;
2. Menyelesaikan proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah paling
lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk
pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan
dalam waktu 1 (satu) tahun;

24 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 28
3. Melaksanakan seluruh Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement);
4. Mendorong pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di
masing-masing Kementerian/Lembaga secara terkonsolidasi;
5. Mempercepat penyelesaian petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan
tugas Perbantuan dan Dekonsentrasi.

B. Gubernur, Bupati, dan Walikota, untuk:


1. Bersinergi secara aktif dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah guna
mempercepat penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan;
2. Menyelesaikan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Daerah Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun
Anggaran berjalan secara transparan, cermat, dan akuntabel sesuai
peraturan perundangundangan di bidang pengadaan barang/jasa
Pemerintah;
3. Menyelesaikan proses pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah
paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya
untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan
dalam waktu 1 (satu) tahun;
4. Melaksanakan seluruh Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah
melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement);
5. Mendorong pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di
masing-masing Pemerintah Daerah secara terkonsolidasi;
6. Mengevaluasi semua peraturan di daerah masing-masing yang
menghambat percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, termasuk tidak mengatur tambahan persyaratan selain yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa Pemerintah.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 29 25
BAB IV
MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMBUKUAN ATAS
BEBAN ANGGARAN DAN BELANJA NEGARA

4.1. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran APBN


A. Uang Persediaan (UP)
1. Batas pemberian UP sebagai berikut:
a) UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
1) Belanja Barang;
2) Belanja Modal;
3) Belanja lain-lain;
b) UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving);
c) pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran (BPg) / Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa paling banyak
sebesar Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk
pembayaran honorarium dan perjalanan dinas;
d) pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang
ada pada Kas Bendahara Pengeluaran (BPg) paling banyak sebesar
Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah);
e) Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP
yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan
dengan UP masih tersedia dalam DIPA;
f) Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen);
g) Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara
Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen).

2. Pengawasan UP oleh KPPN


a) kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, 2
(dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan
penggantian UP;
b) 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan, belum
dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP
sebesar 25% (dua puluh lima persen);

26 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 30
c) 1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan pengajuan
penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima
puluh persen);
d) Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara:
1) memperhitungkan potongan UP dlm SPM; dan/atau
2) menyetorkan ke Kas Negara.

3. UP dapat diberikan setinggi-tingginya:


a) Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp.900.000.000
(sembilan ratus juta rupiah);
b) Rp.100.000.000’- (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp.900.000.000 (sembilan ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat
ratus juta rupiah);
c) Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp.2.400.000.000 (dua
miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.6.000.000.000
(enam miliar rupiah); atau
d) Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp.6.000.000.000 (enam
miliar rupiah).
Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

4. Mekanisme Pembayaran Uang Persediaan Oleh BP/BPP


a) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2
pengeluaran yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK;
b) dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
1) rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
2) rincian kebutuhan dana; dan
3) batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka
kerja;
c) berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan:

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 31 27
1) pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
2) pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam
SPBy yang diajukan dan menyetorkan ke kas negara;
d) dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara
Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK;
e) dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban, penerima uang
muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima
uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan uang muka
kerja.

5. Mekanisme GUP
a) PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP;
b) penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung
sebagai berikut:
1) daftar rincian permintaan pembayaran;
2) bukti pengeluaran;
3) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
4) Faktur pajak (jika ada);
5) sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran
dengan UP minimal sama dengan nilai up yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran;
c) SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan
benar.

6. Mekanisme GUP Nihil


a) dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama denganSPP-GUP
b) Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
1) Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP
minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
2) Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir
tahun anggaran; atau
3) UP tidak diperlukan lagi;
c) PenerbitanSPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/
pertanggungjawaban UP.

28 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 32
B. Tambahan Uang Persediaan (TUP)
1. Persetujuan TUP dilakukan oleh Kepala KPPN (nilai berapapun) dengan
disertai:
a) rincian rencana pengguna TUP; dan
b) surat pernyataan dari KPA bahwa TUP:
1) digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan
2) tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan
dengan pembayaran LS.
2. Kepala KPPN melakukan penilaian atas pengajuan TUP meliputi:
a) pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan
merupakan pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran
LS;
b) pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup
tersedia dananya dalam DIPA;
c) TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya; dan
d) TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara.
3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi
waktu 1 (satu) bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan
dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.
4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan
dapat dilakukan secara bertahap.
5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan
pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN
menyampaikan surat teguran TP kepada KPA.
6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan
pertanggungjawaban TUP(SPM-PTUP).
7. Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan
pertimbangan:
a) KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah
dipergunakan; dan
b) KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 33 29
8. Mekanisme TUP
a) PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen
meliputi:
1) rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
2) surat pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk
kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS;
b) Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP
dari Kepala KPPN;
c) SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP
dan Kepala KPPN.
9. Mekanisme PTUP
a) PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/
pertanggungjawaban atas TUP;
b) dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
1) daftar rincian penerimaan pembayaran;
2) bukti pengeluaran:
- kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
fatur pajak dan SSP; dan
- nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK
c) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN;
d) SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari
kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.

C. Langsung (LS)
Pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat
keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan
Surat Perintah Membayar Langsung.

Mekanisme LS:
1. SPP-LS untuk pembayaran honorarium dilengkapi dengan:

30 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 34
a) surat keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
b) daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit
nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-
masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
c) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.

2. SPP-LS untuk keperluan pembayaran langganan daya dan jasa


dilengkapi dengandokumen pendukung berupa surat tagihan
penggunaan daya dan jasa yang sah.

3. SPP-LS untuk pembayaran perjalanan dinas:


a) perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
1) daftar nominatif perjalanan dinas; dan
2) dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalam peraturan menteri keuangan
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara,
pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap;
b) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar
nominatif perjalanan dinas;
c) Daftar nominatif ditandatangani oleh PPK yang memuat paling
kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan
dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan,
lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-
masing pejabat;
d) Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan dokumen
pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana
diatur dalam peraturan menteri keuangan mengenai perjalanan dinas
dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai
tidak tetap.

4. SPP-LS untuk pembayaran Belanja Pegawai


a) SPPuntuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan
disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja
setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 35 31
b) SPPuntuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan
disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan
pembayaran;
c) dalam hal tanggal 5 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan
libur, penyampaian SPP kepada PPSPM dilakukan paling lambat
pada hari kerja sebelum tanggal 5.

5. SPP-LS untuk pembayaran Tunjangan Kinerja


a) pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian di lingkup
unit/satuan kerja setiap bulan menyusun perhitungan besarnya
Tunjangan Kinerja yang menjadi hak masing-masing Pegawai dan
membuat daftar nominatif Tunjangan Kinerja Pegawai bulanan
dengan menggunakan form yang sudah standar (berlaku semua
K/L);
b) perhitungan besaran Tunjangan Kinerja didasarkan pada:
1) penilaian capaian Prestasi Kerja Pegawai berdasarkan SKP
masing-masing pegawai;
2) rekapitulasi kehadiran yang berisi ketaatan terhadap
absensi/kehadiran seperti terlambat atau pulang sebelum
waktunya, meninggalkan pekerjaan, Pegawai tidak masuk kerja
dan lain-lain termasuk cuti. Daftar ini intinya sebagai pemotong
atau pengurang tunjangan kinerja;
3) penetapan Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan berdasarkan
keputusan menteri atau pimpinan lembaga dan dokumen
pendukung lainnya misalnya SK CPNS/PNS;
c) perhitungan besarnya Tunjangan Kinerja disampaikan kepada
Kepala unit/satuan Kerja untuk diajukan permintaan dana Tunjangan
kinerja secara berjenjang kepada KPA satker pembayar di Eselon I
disertai Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM);
d) PPK membuat Daftar Rekapitulasi Tunjangan Kinerja (termasuk
perhitungan pajak) berdasarkan daftar nominatif pembayaran
Tunjangan Kinerja dan SPTJM dari Unit Kerja.PPK mengajukan
SPP-LS Pembayaran Tunjangan Kinerja kepada Pejabat
Penandatangan SPM (PPSPM) KPPN mitra dengan dilampiri daftar
rekapitulasi pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai dan SPTJM
yang ditandatangani PPK;

32 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 36
e) PPSPM akan memeriksa dan menguji kelengkapan berkas serta
ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran;
f) atas dasar SPP-LS, PPSPM menerbitkan SPM-LS Pembayaran
Tunjangan Kinerja.

6. SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK


dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari
penerima hak.

D. Data Supplier
1. Dalam rangka pencatatan Data Supplier pada aplikasi SPAN, Data
Supplier dikelompokkan ke dalam tipe-tipe sebagai berikut:
a) satker;
b) penyedia barang dan jasa;
c) penerima pembayaran belanja pegawai;
d) penerima pembayaran terkait pengelolaan Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara (BA BUN), kecuali transfer daerah dan
penerusan pinjaman;
e) pemerintah daerah penerima transfer daerah;
f) pihak yang berhak menerima pembayaran dalam rangka penerusan
pinjaman, kontrak konsorsium, dan bantuan sosial; dan
g) pihak lain yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN.

2. Struktur Data Supplier paling sedikit berisi:


a) informasi pokok, yang paling sedikit memiliki elemen data berupa
nama Supplier dan NPWP;
b) informasi lokasi, yang paling sedikit memiliki elemen data berupa
kode tipe Supplier dan kode pos; dan
c) informasi rekening, yang paling sedikit memiliki elemen data berupa
nama bank, nama cabang bank, nomor rekening, dan Nama
Rekening.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tipe dan struktur Data Supplier diatur
dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 37 33
4. Ditjen Perbendaharaan melakukan inventarisasi tipe
Supplier. Inventarisasi terhadap Supplier tipe 2 (penyedia barang dan
jasa) dan tipe 6 (pihak yang berhak menerima pembayaran dalam
rangka penerusan pinjaman, kontrak konsorsium, dan bantuan sosial)
oleh Ditjen Perbendaharaan dilakukan bersamaan dengan pengajuan
SPM atau pengajuan Data Kontrak oleh Satker ke KPPN. KPPN
menyampaikan surat mengenai Data Supplier hasil inventarisasi
dimaksud ke Satker untuk mendapatkan pengesahan.

5. PPK melakukan verifikasi kebenaran Data Supplier hasil inventarisasi


dimaksud. Terhadap hasil verifikasi dimaksud, PPK melakukan:
a) pengesahan Data Supplier dengan menandatangani Surat
Pernyataan, dalam hal Data Supplier telah benar; atau
b) perbaikan Data Supplier dalam hal ditemukan kesalahan dan
melakukan pengesahan atas Data Supplier yang telah benar dengan
menandatangani Surat Pernyataan.

6. PPK menyampaikan Surat Pernyataan dimaksud beserta Data Supplier


yang telah benar ke KPPN. Surat Penyampaian Data Supplier dan Surat
Pernyataan dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014.

7. Data Supplier menjadi data awal pada database SPAN.

8. Supplier yang mengadakan perikatan dengan Satker menyampaikan


Data Supplier ke Satker dengan dilengkapi dokumen
pendukung. Dokumen pendukung paling sedikit meliputi:
a) referensi bank yang menunjukkan Nama Rekening dan nomor
rekening;
b) fotokopi kartu NPWP; dan
c) fotokopi akta pendirian badan usaha.

9. PPK melakukan verifikasi atas kebenaran dan kesesuaian Data Supplier


dengan dokumen pendukungnya. Satker melakukan administrasi
terhadap dokumen pendukung Data Supplier. Atas hasil verifikasi
dimaksud, Satker melakukan perekaman Data Supplier yang telah benar
pada aplikasi SPM.

34 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 38
10. Dalam hal Satker mendapatkan akses langsung ke aplikasi SPAN,
perekaman Data Supplier yang telah benar atas hasil verifikasi dilakukan
langsung pada aplikasi SPAN.

11. Satker mendaftarkan Data Supplier baru atau penambahan Data


Supplier ke KPPN dengan cara menyampaikan Arsip Data Komputer
(ADK) yang dihasilkan dari aplikasi SPM. Dalam hal Satker
mendapatkan akses langsung ke aplikasi SPAN, Satker mendaftarkan
Data Supplier baru atau penambahan Data Supplier ke KPPN dengan
cara melakukan perekaman Data Supplier pada aplikasi SPAN.

12. Penambahan Data Supplier merupakan penambahan elemen Data


Supplier terkait informasi lokasi dan/atau informasi rekening.

13. Terhadap ADK dimaksud, KPPN melakukan:


a) konversi data melalui aplikasi konversi untuk menghasilkan ADK
hasil konversi; dan
b) unggah ADK hasil konversi ke dalam aplikasi SPAN.

14. Berdasarkan Data Supplier baru atau penambahan Data Supplier, KPPN
melakukan:
a) validasi atas pemenuhan isian data sesuai ketentuan validasi; dan
b) validasi untuk menghindari duplikasi data.

15. Terhadap validasi atas Data Supplier baru yang didaftarkan oleh Satker,
KPPN:
a) menerbitkan Nomor Register Supplier (NRS) melalui aplikasi SPAN,
dalam hal data memenuhi ketentuan validasi; atau
b) melakukan penolakan dan menerbitkan informasi penolakan melalui
aplikasi SPAN, dalam hal data tidak memenuhi ketentuan validasi.

16. Terhadap validasi atas penambahan Data Supplier yang didaftarkan


oleh Satker, KPPN melakukan:
a) penambahan Data Supplier dalam aplikasi SPAN dan menerbitkan
informasi penambahan Data Supplier, dalam hal data memenuhi
ketentuan validasi; atau

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 39 35
b) penolakan melalui aplikasi SPAN dan menerbitkan informasi
penolakan registrasi, dalam hal data tidak memenuhi ketentuan
validasi.

17. KPPN menyampaikan informasi NRS, penambahan elemen Data


Supplier, dan penolakan registrasi kepada Satker dengan cara:
a) melalui e-mail dan/atau notifikasi secara otomatis; atau
b) melalui sarana lainnya, dalam hal pengiriman melalui e-mail tidak
berhasil.
18. Ketentuan lebih lanjut mengenai validasi dimaksud diatur dalam
Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

19. Data Supplier digunakan oleh KPPN dalam rangka penerbitan SP2D.
Penggunaan Data Supplier untuk tujuan selain penerbitan SP2D oleh
KPPN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan
c.q. Dirjen Perbendaharaan.

20. Ditjen Perbendaharaan melakukan pengelolaan Data Supplier yang


meliputi:
a) koordinasi antar KPPN dalam rangka pencatatan dan penggunaan
Data Supplier dalam rangka penerbitan SP2D; dan
b) aktivitas lain yang diperlukan dalam rangka pemeliharaan dan
perubahan Data Supplier.

21. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Data Supplier diatur dalam
Peraturan Dirjen Perbendaharaan

36 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 40
Alur Perekaman Data Supplier Oleh Satuan Kerja

Data Supplier dan


Dokumen Pendukung
Supplier SATKER

Aplikasi Rekam
PPK Verifikasi atas kebenaran data
SPM supplier dan kesesuaian dengan
data pendukung
Rekam

SPAN
ADK SPM
Data pendukung paling kurang
meliputi :
Pendaftaran 1. Referensi bank yang
menunjukkan nama rekening
dan nomor rekening
KPPN 2. Fotokopi kartu NPWP
3. Fotokopi akta pendirian badan
usaha

Alur Pendaftaran Data Supplier

SATKER

Rekam Data
Supplier
Satker yang punya e-mail,
Aplikasi akses ke SPAN notifikasi otomatis,
SPM atau sarana lainnya

Rekam Data
ADK Supplier

KPPN Konversi

NRS/
Aplikasi Informasi Penambahan Data Supplier/
Konversi Informasi penolakan

1. Pemenuhan isian data sesuai ketentuan


SPAN validasi
ADK Supplier
Upload Validasi 2. Untuk menghindari duplikasi data
hasil konversi

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 41 37
E. Data Kontrak
1. Jenis Data Kontrak yang dicatat dalam Aplikasi SPAN meliputi:
a) Data Kontrak Tahun Tunggal; dan
b) Data Kontrak Tahun Jamak.

2. Elemen Data Kontrak paling sedikit meliputi:


a) nama supplier;
b) NPWP supplier;
c) uraian pekerjaan dan Gambar Akun Standar (BAS) yang mengacu
pada pagu DIPA;
d) jangka waktu pelaksanaan;
e) nomor rekening yang digunakan sebagai tujuan pembayaran;
f) nilai kontrak; dan
g) rencana pembayaran.

3. Nilai Kontrak dapat berupa nilai Kontrak dalam mata uang Rupiah atau
valuta asing. Nilai Kontrak dicatat pada aplikasi SPAN dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) untuk Kontrak dengan sumber dana rupiah murni, dicantumkan
sebesar nilai kontrak; dan
b) untuk nilai Kontrak atau bagian dari nilai Kontrak yang dibiayai
dengan sumber dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN),
dicantumkan sebesar nilai Kontrak dikurangi Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dari porsi PHLN.

4. Rencana pembayaran paling sedikit memuat jadwal dan nilai rencana


pembayaran. Jadwal dan nilai rencana pembayaran digunakan untuk
menguji kesesuaian dengan tagihan dalam SPM.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen Data Kontrak diatur dalam


Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

6. Dalam hal Kontrak mencantumkan ketentuan mengenai pemberian uang


muka, nilai uang muka harus dicantumkan dalam Data Kontrak sesuai
dengan nilai yang ditetapkan oleh PPK. Nilai uang muka yang tercantum
dalam Data Kontrak merupakan nilai maksimum uang muka yang dapat
diberikan.

38 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 42
7. Dalam hal Kontrak mencantumkan ketentuan mengenai pemeliharaan,
persentase dari nilai Kontrak yang diperlakukan sebagai retensi harus
dicantumkan dalam Data Kontrak. Tata cara pencatatan rencana
potongan dalam rangka pelunasan uang muka dan retensi diatur dalam
Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

8. Data Kontrak yang disampaikan/didaftarkan oleh Satker kepada KPPN


terdiri atas:
a) Data Kontrak yang belum pernah dicatat dalam SPAN; dan
b) perubahan Data Kontrak yang telah tercatat dalam SPAN;
c) perubahan Data Kontrak meliputi:perubahan elemen Data Kontrak
berdasarkan adendum Kontrak menurut ketentuan mengenai
pengadaan barang/jasa pemerintah; atauperubahan atas elemen
Data Kontrak yang menurut ketentuan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah tidak memerlukan adendum Kontrak.

9. Penyampaian/pendaftaran Data Kontrak dilakukan paling lambat 5 hari


kerja setelah Kontrak ditandatangani atau perubahan Data Kontrak,
untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN melalui
aplikasi SPAN.

10. Satker mendaftarkan Data Kontrak/perubahan Data Kontrak Tahun


Tunggal ke KPPN dengan cara menyampaikan ADK yang dihasilkan dari
aplikasi SPM. Dalam hal Satker mendapatkan akses langsung ke
aplikasi SPAN, Satker mendaftarkan Data Kontrak/perubahan Data
Kontrak Tahun Tunggal ke KPPN dengan cara merekam secara
langsung ke dalam database SPAN.

11. Terhadap ADK dimaksud, KPPN melakukan:


a) konversi data melalui aplikasi konversi untuk menghasilkan ADK
hasil Konversi; dan
b) unggah ADK hasil Konversi sebagaimana dimaksud pada huruf a ke
dalam aplikasi SPAN.

12. Berdasarkan Data Kontrak/perubahan Data Kontrak dimaksud, KPPN


melakukan:
a) validasi terhadap kelengkapan Data Kontrak;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 43 39
b) validasi terhadap ketersediaan dana; dan
c) pencadangan terhadap alokasi pagu DIPA sebesar nilai Kontrak
yang didaftarkan.

13. Validasi ketersediaan dana merupakan ketersediaan dana pada 2 (dua)


digit akun/jenis belanja yang ditunjuk dalam Kontrak. Nilai
cadangan mengikat pagu anggaran untuk pelunasan Kontrak yang telah
dicatat mengurangi Sisa Kredit Anggaran.

14. Berdasarkan hasil validasi, KPPN menerbitkan:


a) Nomor Register Kontrak/Nomor Register Perubahan Kontrak melalui
aplikasi SPAN, dalam hal data memenuhi ketentuan validasi; atau
b) informasi penolakan registrasi melalui aplikasi SPAN, dalam hal data
tidak memenuhi ketentuan validasi.

15. Nomor Register Kontrak/Nomor Register Perubahan Kontrak atau


informasi penolakan registrasi disampaikan ke Satker dengan cara:
a) melalui e-mail dan/atau notifikasi secara otomatis; atau
b) melalui sarana lainnya, dalam hal pengiriman melalui e-mail tidak
berhasil.

16. Dalam hal Satker menerima informasi penolakan registrasi, maka Satker
mendaftarkan ulang Data Kontrak/perubahan Data Kontak yang telah
diperbaiki.

17. Satker mendaftarkan Data Kontrak/perubahan Data Kontrak Tahun


Jamak ke KPPN, dengan cara menyampaikan ADK yang dihasilkan dari
aplikasi SPM. Dalam hal Satker mendapatkan akses langsung ke
aplikasi SPAN, Satker mendaftarkan Data Kontrak/perubahan Data
Kontrak Tahun Jamak ke KPPN, dengan cara merekam secara langsung
ke dalam database SPAN.

18. Satker menyampaikan data Komitmen Tahunan Kontrak Tahun Jamak di


awal tahun sampai dengan selesainya Kontrak atau masa berakhirnya
Kontrak kepada KPPN, dengan cara:
a) menyampaikan ADK yang dihasilkan dari aplikasi SPM; atau

40 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 44
b) merekam secara langsung ke dalam database SPAN, dalam hal
Satker mendapatkan akses langsung ke aplikasi SPAN.

19. Terhadap ADK sebagaimana dimaksud di atas, KPPN melakukan:


a) konversi data melalui aplikasi konversi untuk menghasilkan ADK
hasil konversi; dan
b) unggah ADK hasil konversi ke dalam aplikasi SPAN.

20. Pendaftaran Data Kontrak Tahun Jamak dilakukan bersamaan dengan


penyampaian data Komitmen Tahunan Kontrak Tahun Jamak yang
pertama kali. Nilai Komitmen Tahunan Kontrak Tahun Jamak mengacu
pada nilai yang dialokasikan dalam DIPA tahun berjalan.

21. Berdasarkan Data Kontrak/perubahan Data Kontrak Tahun Jamak serta


data Komitmen Tahunan Kontrak Tahun Jamak, KPPN melakukan:
a) validasi terhadap kelengkapan Data Kontrak;
b) validasi terhadap ketersediaan dana untuk Komitmen Tahunan
Kontrak Tahun Jamak; dan
c) pencadangan terhadap alokasi pagu DIPA sebesar nilai Komitmen
Tahunan Kontrak Tahun Jamak yang didaftarkan.

22. Validasi ketersediaan dana merupakan ketersediaan dana pada


dua digit akun/jenis belanja yang ditunjuk dalam Kontrak.

23. Nilai cadangan mengikat pagu anggaran untuk pelunasan Kontrak yang
telah dicatatkan dan mengurangi Sisa Kredit Anggaran.

24. Berdasarkan hasil validasi dimaksud, KPPN menerbitkan:


a) Nomor Register Kontrak/Nomor Perubahan Register Kontrak melalui
aplikasi SPAN, dalam hal data memenuhi ketentuan validasi; atau
b) informasi penolakan registrasi melalui aplikasi SPAN, dalam hal data
tidak memenuhi ketentuan validasi.

25. Nomor Register Kontrak/Nomor Perubahan Register Kontrak atau


informasi penolakan registrasi disampaikan ke Satker dengan cara:
a) melalui e-mail dan/atau notifikasi secara otomatis; atau

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 45 41
b) melalui sarana lainnya, dalam hal pengiriman melalui e-mail tidak
berhasil.

26. Setelah menerima informasi penolakan registrasi, Satker mendaftarkan


ulang Data Kontrak/perubahan Data Kontak yang telah diperbaiki.

27. PPK dapat mengajukan permintaan pembatalan kepada KPPN atas


Data Kontrak yang telah dicatat dalam SPAN. Pembatalan Data Kontrak
dapat terjadi antara lain karena:
a) pemutusan Kontrak oleh PPK sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
b) perubahan Data Kontrak yang menyebabkan perubahan struktur
Data Kontrak yang telah dicatat pada SPAN.

28. Perubahan Data Kontrak yang menyebabkan perubahan struktur Data


Kontrak meliputi:
a) perubahan yang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya jenis
cara penarikan; dan
b) perubahan yang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya
frekuensi rencana angsuran/pembayaran;
c) pembatalan Data Kontrak hanya dapat dilakukan terhadap sisa
Kontrak yang belum dibayarkan.

29. Berdasarkan permintaan pembatalan Data Kontrak, KPPN melakukan


pembatalan Data Kontrak pada aplikasi SPAN dan membuat surat
persetujuan pembatalan Data Kontrak. Surat persetujuan pembatalan
Data Kontrak disampaikan ke Satker.

30. Dalam hal dilakukan pembatalan Data Kontrak, nilai cadangan dari nilai
Kontrak yang belum direalisasikan dihapus dan menambah Sisa Kredit
Anggaran.

31. Ketentuan terkait pembatalan Data Kontrak yang tercatat dalam SPAN
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

32. KPPN melakukan penutupan Data Kontrak tahunan dan data Komitmen
Tahunan Kontrak Tahun Jamak pada akhir tahun anggaran atau waktu

42 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 46
lain yang ditentukan. Dalam hal KPPN melakukan penutupan Data
Kontrak, nilai cadangan yang belum direalisasikan tidak dapat
dibayarkan. Penutupan Data Kontrak dimaksud tidak menambah Sisa
Kredit Anggaran.

33. Penentuan waktu lain penutupan Data Kontrak ditetapkan oleh Dirjen
Perbendaharaan.

34. KPPN menyusun Kartu Pengawasan Kontrak melalui aplikasi SPAN


yang memuat informasi Kontrak.

35. Pendaftaran Data Kontrak yang menggunakan lebih dari satu jenis mata
uang dilakukan secara terpisah untuk masing-masing jenis mata uang.

Alur Pendaftaran Data Kontrak Tahun Tunggal

SATKER

Rekam Data
Kontrak

Satker yang punya e-mail,


Aplikasi akses ke SPAN notifikasi otomatis,
SPM atau sarana lainnya

Rekam Data
ADK Kontrak Kontrak

KPPN Konversi

NRK/NRPK/
Aplikasi Informasi penolakan
Konversi

1. Kelengkapan Data Kontrak


SPAN 2. Ketersediaan Dana
ADK Supplier
Upload Validasi 3. Pencadangan Dana (encumbrance)
hasil konversi

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 47 43
Alur Pendaftaran Data Kontrak Tahun Jamak

SATKER

Rekam Data Kontrak &


Release Kontrak
Satker yang punya e-mail,
Aplikasi akses ke SPAN notifikasi otomatis,
SPM atau sarana lainnya

Rekam Data Kontrak &


ADK Kontrak & Realease Kontrak Realease Konrak

KPPN Konversi

NRK/NRPK/
Aplikasi Informasi penolakan
Konversi

1. Kelengkapan Data Kontrak


SPAN 2. Ketersediaan Dana
ADK Supplier
hasil konversi Upload Validasi 3. Pencadangan Dana (encumbrance)

F. Pengajuan Kontrak
1. Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS
(nilai SPK/kontrak diatas Rp. 50.0000.000,- (Lima puluh juta rupiah),
PPK mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam
Aplikasi SAS .

2. Pencatatan perjanjian/kontrak paling kurang meliputi data sebagai


berikut:
a) nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program,
kegiatan, output, dan akun yang digunakan;
b) nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
c) nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh
Satker;
d) uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
e) data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak
antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank,
nama, dan nomor rekening penerima pembayaran;
f) jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa
pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
g) ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;

44 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 48
h) addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada
perjanjian/kontrak tersebut; dan
i) cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
 sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
 secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).

3. Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak


tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.

4. Data perjanjian/kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat 5


(lima) hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk
dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan (Karwas) Kontrak KPPN.

5. Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN


digunakan untuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum pada SPM
meliputi:
a) pihak yang berhak menerima pembayaran;
b) nilai pembayaran; dan
c) jadual pembayaran.

6. Data perjanjian/kontrak beserta ADK-nya disampaikan ke KPPN secara


langsung (membawa Arsip Data Komputer (ADK) karwas kontrak
yang ditransfer dari aplikasi SAS/SPM) atau melalui e-mail.

7. Satker akan mendapatkan Nomor Register Kontrak (NRK) yang


dikirimkan langsung via email (kalau tidak terkirim, dapat dimintakan
pada loket CSO)

8. Karwas kontrak dan NRK dilampirkan pada saat tagihan SPM diajukan.

G. Rencana Penarikan Dana / Perencanaan Kas


Rencana Penarikan Dana yang selanjutnya disingkat RPD adalah rencana
penarikan kebutuhan dana yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
dalam rangka pelaksanaan kegiatan satuan kerja dalam periode satu tahun
yang dituangkan dalam DIPA.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 49 45
Sesuai PMK Nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana,
Sesuai PMK Nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana,
Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas, Satuan kerja diwajibkan
Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas, Satuan kerja diwajibkan
menyampaikan perencanaan kas (Rencana Penarikan Dana/ RPD Harian)
menyampaikan perencanaan kas (Rencana Penarikan Dana/ RPD Harian)
hanya atas belanja-belanja yang diklasifikasikan sebagai Transaksi Besar
hanya atas belanja-belanja yang diklasifikasikan sebagai Transaksi Besar
atau RPD Harian Transaksi Besar. Pengkategorian belanja besar ditentukan
atau RPD Harian Transaksi Besar. Pengkategorian belanja besar ditentukan
olehnominal
oleh nominalbelanja
belanjadan
danKPPN
KPPNpembayar.
pembayar.

Penggolonganbelanja
Penggolongan belanjasebagai
sebagaiTransaksi
TransaksiBesar
Besar ditentukan
ditentukan pada
pada dua
dua kriteria
kriteria
yakniTipe
yakni TipeKPPN
KPPNPembayar
Pembayardan danNominal
NominalBelanja,
Belanja,dan
dan tidak
tidak dibatasi
dibatasi pada
pada
jenisbelanja
jenis belanjatertentu.
tertentu.Nominal
Nominalbelanja
belanjaadalah
adalahbesaran
besaran belanja
belanja (bruto/tanpa
(bruto/tanpa
potongan) yang
potongan) yangakan
akandiajukan
diajukandalam
dalam1 1(satu)
(satu)Surat
SuratPerintah
Perintah Membayar
Membayar
(SPM).Batasan
(SPM). Batasanminimal
minimalnominal
nominalbelanja
belanjayang
yangdapat
dapatdigolongkan
digolongkan sebagai
sebagai
Transaksi Besar
Transaksi Besarberbeda
berbedauntuk
untuksetiap
setiapTipe
TipeKPPN
KPPNPembayar.
Pembayar. Selanjutya
Selanjutya
dalam satu
dalam satu Tipe
Tipe KPPN,
KPPN, Transaksi
Transaksi Besar
Besar diklasifikasikan
diklasifikasikankembali
kembali
berdasarkan besaran
berdasarkan besarannominal
nominalbelanja.
belanja.Pengklasifikasian
PengklasifikasianTransaksi
Transaksi Besar
Besar
untuksetiap
untuk setiapKPPN
KPPNPembayar
Pembayardiatur
diatursebagai
sebagai berikut
berikut : :

Klasifikasi
Klasifikasi
Tipe
TipeKPPN
KPPN Transaksi
Transaksi Nilai Bruto
Nilai SPM
Bruto SPM Penyampaian
Penyampaian Pemutakhiran
Pemutakhiran
Besar
Besar
15 15 harihari kerja
kerja10 10hariharikerja
kerja
Lebih
Lebih besar
besardari dari sebelum pengajuan sebelum
Transaksi
TransaksiAA sebelum pengajuan sebelum
RpRp
1 Triliun
1 Triliun SPMSPM pengajuan SPM
pengajuan SPM
Lebih
Lebih besar
besardari dari 10 10 harihari kerja
kerja5 5 hariharikerjakerja
KPPN
KPPN Tipe Tipe A1 A1 Transaksi B
Transaksi B RpRp500500miliar s.d.s.d. sebelum
miliar pengajuan
sebelum pengajuansebelum
sebelum
Yang
Yang Berlokasi
Berlokasi didi RpRp
1 triliun
1 triliun SPMSPM pengajuan SPM
pengajuan SPM
Ibukota Propinsi
Ibukota Propinsi
5 5 harihari kerjakerja
RpRp1 miliar
1 miliars.d. RpRp
s.d.
Transaksi
TransaksiCC sebelum pengajuan
sebelum pengajuan- -
500 miliar
500 miliar SPMSPM
5 hari kerja
Lebih besar dari 5 hari kerja
Transaski D Lebih besar dari sebelum pengajuan -
Transaski D Rp 1 miliar sebelum pengajuan -
Rp 1 miliar SPM
SPM
KPPN Tipe A1
KPPN Tipe A1 Lebih besar dari 5 hari kerja
Yang Tidak Lebih besar dari 5 hari kerja
Yang
Berlokasi
Tidak Transaksi E Rp 750 juta s.d. Rp sebelum pengajuan -
Transaksi E Rp 750 juta s.d. Rp SPM
1 miliar sebelum pengajuan -
diBerlokasi
Ibukota Propinsi 1 miliar SPM
di Ibukota Propinsi
5 hari kerja
Rp 500 juta s.d. Rp 5 hari kerja
Transaksi F 500 juta s.d. Rp sebelum pengajuan -
Rpjuta
Transaksi F 750 sebelum pengajuan -
750 juta SPM
SPM
5 hari kerja
Lebih besar dari 5 hari kerja
Transaksi G besar dari sebelum pengajuan -
Transaksi G RpLebih
500 juta sebelum pengajuan -
Rp 500 juta SPM
SPM
Lebih besar dari 5 hari kerja
KPPN Tipe A2 Transaksi H RpLebih
350 jutabesar dari sebelum
s.d. Rp 5 hari kerja-
pengajuan
KPPN Tipe A2 Transaksi H Rpjuta
500 350 juta s.d. Rp SPMsebelum pengajuan -
500 juta SPM
5 hari kerja
Rp 200 juta s.d. Rp
Transaksi I 5
sebelum hari kerja-
pengajuan
Rpjuta
350 200 juta s.d. Rp
Transaksi I sebelum pengajuan
SPM -
350 juta
SPM

Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 50


46 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 50
Meskipun penentuan klasifikasi Transaksi Besar tidak dibatasi pada jenis
belanja tertentu, dalam penyusunannya RPD Harian Transaksi Besar
memperhatikan jenis belanja dari dana yang akan disampaikan. Sehingga
RPD Harian Transaksi Besar akan memuat 3 (tiga) informasi utama yakni :
rencana tanggal pengajuan SPM, jenis belanja, dan nominal bruto belanja.
Atas seluruh belanja yang tergolong dalam Klasifikasi Transaksi Besar,
satuan kerja diwajibkan untuk terlebih dahulu menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar atas belanja tersebut ke KPPN sebelum pengajuan SPM.
Ketentuan klasifikasi belanja besar, dikecualikan untuk SPM sebagai
berikut:
1. SPM Nihil
Meskipun ketentuan besaran nominal belanja adalah nilai bruto (tanpa
potongan), namun SPM Nihil dikecualikan karena tidak mengakibatkan
adanya arus kas. SPM Nihil merupakan SPM dengan nilai netto sebesar
Rp 0 (nol rupiah). SPM Nihil umumnya merupakan pertanggungjawaban
atas penggunaan UP/TUP. Sehingga atas SPM Nihil dimaksud, satker
tidak berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
ke KPPN.

2. SPM Potongan dengan nilai tertentu


Selain mengacu pada Tipe KPPN dan nominal belanja (bruto), SPM
dengan nilai neto yang lebih kecil dari minimal nominal belanja transaksi
besar dikecualikan dari kewajiban menyampaikan RPD Harian. Dengan
demikian, untuk ketiga jenis KPPN, pengaturan pengecualian kewajiban
penyampaian RPD Harian Transaksi Besar adalah sebagai berikut,
untuk :
a) KPPN Tipe A1 yang Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan
untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah);
b) KPPN Tipe A1 yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi,
dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp.500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah);
c) KPPN Tipe A2, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

Ketentuan penyampaian dan pengecualian klasifikasi belanja tersebut


juga berlaku untuk belanja dengan mata uang valuta asing, yakni sesuai

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 51 47
dengan ekuivalen rupiah dari transaksi valas tersebut. Penghitungan
ekuivalen rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indoensia, pada saat
penyampaian RPD Harian Transaksi Besar.

H. Penyampaian SPM Ke KPPN


1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM
kepada KPPN.
2. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur sebagai berikut:
a) SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai
format;
b) SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala
KPPN; atau
c) SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor
lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu)
penerima.
3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping
mengacupada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak.
4. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan
uang muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
a) asli surat jaminan uang muka;
b) asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan uang muka; dan
c) asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka
sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat2 (dua) hari
kerja setelah SPM diterbitkan.
6. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling
lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.Dalam hal tanggal 15
merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, maka penyampaian
SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker yang
kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan
waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.

48 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 52
4.2. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran PNBP
Penggunaan PNBP dapat digunakan oleh instansi yang bersangkutan untuk
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut.
A. Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari
PNBP, dilakukan sebagai berikut:
1. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis
PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
2. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum
pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan.
3. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara
berdasarkan konfirmasi dari KPPN.
4. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat
Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
5. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
6. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan
pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh


persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP
dalam DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).Realisasi PNBP termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana
PNBP tahun anggaran sebelumnya.

Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan


riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan
(MP).Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan
terpisah dari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.

Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan


(MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu
perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dapat dilakukan untuk pengguna
PNBP:

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 53 49
1. Yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun
belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada
DIPA; atau
2. Yang belum memperoleh Pagu Pencairan.

B. Pengajuan SPM PNBP


Pastikan Kode SPM yang digunakan dalam Aplikasi SPM menggunakan
kode sumber dana PNBP. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke
KPPN, satker pengguna harus melampirkan daftar perhitungan jumlah MP.

Persyaratan SPM:
1. SPM UP (menggunakan akun 825113), disertai ADK SPM
2. SPM GU ISI, menggunakan akun-akun yang diperbolehkan, dengan
disertai:
a) ADK SPM;
b) SPTB khusus SPM GU;
c) copy Faktur Pajak/SSP yang dilegalisasi KPA dan telah divalidasi
oleh KPPN (untuk transaksi yang dikenakan pajak-pajak);
d) Daftar perhitungan jumlah;
e) SSBP bila ada setoran penerimaan PNBP.
3. SPM TUP, menggunakan akun-akun yang diperbolehkan dan pada
potongan SPM menggunakan akun 825113 dengan disertai:
a) ADK SPM;
b) Surat Pernyataan TUP;
c) Rincian Rencana Penggunaan Dana beserta Sisa Dana atas akun
yang digunakan.
d) Rekening Koran Bendahara Pengeluaran;
e) Daftar perhitungan jumlah MP;
f) SSBP bila ada setoran penerimaan PNBP.
4. SPM GU NIHIL:
a) ADK SPM;
b) SPTB khusus SPM GU;
c) Copy Faktur Pajak/SSP yang dilegalisasi KPA dan telah divalidasi
oleh KPPN (untuk transaksi yang dikenakan pajak-pajak);
d) Daftar perhitungan jumlah;
e) SSBP bila ada setoran penerimaan PNBP;

50 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 54
f) SSBP atas penyetoran ke rekening Kas Negara yang telah
divalidasi KPPN bila TUP tidak habis dipergunakan;
5. SPM LS:
a) ADK SPM;
b) SPTB khusus SPM LS;
c) Resume Kontrak, Daftar Nominatif Perjalanan Dinas, Daftar
Penerima Honor dan Surat Keputusan Pemberian Honor
(tergantung jenis transaksinya);
d) Faktur Pajak/SSP (untuk transaksi yang dikenakan pajak-pajak);
e) Daftar perhitungan;
f) SSBP bila ada setoran penerimaan PNBP.

C. Membuat Maksimal Pencairan PNBP Melalui Aplikasi SPM


Aplikasi SPM telah menyediakan fasilitas untuk merekam dan mencetak
Maksimal Pencairan PNBP tidak terpusat pada Menu Karwas MP PNBP.
Proses perekaman:
1. Melakukan perekaman besaran prosentase MP berdasar surat
Keputusan Menteri Keuangan;
2. Melakukan perekaman SSBP, setelah mendapat validasi di KPPN;
3. Melakukan pencetakan jumlah rincian MP;
4. Melakukan pencetakan daftar lampiran SSBP;
5. Melakukan pencetakan rincian SPM yang akan disampaikan ke KPPN.
Output yang dihasilkan:
1. Daftar perhitungan jumlah MP
2. Daftar lampiran SSBP
3. Daftar rincian SPM yang akan disampaikan ke KPPN

4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Secara Elektronik


A. Sistem Informasi PNBP Online
Sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan penerimaan negara
yang cepat, akurat dan dapat diandalkan (reliable), pemerintah melalui
Kementerian Keuangan telah menyediakan fasilitas
pembayaran/penyetoran penerimaan negara melalui Modul Penerimaan
Negara Generasi ke-2 (MPN G-2) yang diluncurkan pada tanggal 27
Februari 2014. Modul ini merupakan aplikasi berbasis web bagi
pembayaran pajak, cukai, PNBP, dan non-anggaran.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 55 51
Salah satu bagian dari sistem MPN G-2 adalah Sistem Informasi PNBP
Online (SIMPONI) yang meliputi Sistem Perencanaan PNBP, Sistem
Billing dan Sistem Pelaporan PNBP. Sistem Billing SIMPONI yang dikelola
oleh DJA bertujuan untuk memfasilitasi pembayaran/penyetoran PNBP
dan penerimaan non anggaran. Dengan hadirnya SIMPONI, pembayaran/
penyetoran PNBP dan penerimaan non anggaran tidak lagi menggunakan
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dan Surat Setoran Pengembalian
Belanja (SSPB).

Untuk dapat menggunakan SIMPONI, calon pengguna harus terhubung


dengan internet dan mempunyai akun email. Pada tahap awal/baru
menggunakan SIMPONI, calon pengguna harus melakukan
registrasi/pendaftaran yang dilakukan sekali seumur hidup.

B. Manfaat Menggunakan SIMPONI


Manfaat menggunakan sistem Penerimaan Negara secara elektronik
(SIMPONI) antara lain adalah:
1. Menghindari atau meminimalisir kemungkinan terjadinya human error
dalam perekaman data pembayaran dan penyetoran PNBP.
2. Memberikan kemudahan dan fleksibilitas melalui beberapa alternatif
saluran pembayaran dan penyetoran PNBP.
3. Memberikan akses kepada Wajib Bayar dan Wajib Setor PNBP untuk
memonitor status atau realisasi pembayaran dan penyetoran PNBP.

C. Sistem Billing SIMPONI


Sistem Billing SIMPONI adalah sistem yang merupakan bagian dari
SIMPONI yang memfasilitasi penerbitan kode Billing dalam rangka
pembayaran/penyetoran Penerimaan Negara. Sistem Billing SIMPONI
terdiri atas:
1. Billing Migas;
2. Billing SDA Non Migas;
3. Billing BUMN;
4. Billing K/L; dan
5. Billing Non Anggaran.

Billing yang digunakan pada Kementerian adalah Billing K/L dan Billing
Non Anggaran. Billing K/L digunakan untuk memfasilitasi

52 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 56
pembayaran/penyetoran kelompok PNBP fungsional dan umum
sedangkan Billing Non Anggaran digunakan untuk setoran Penerimaan
Non Anggaran.

1. PNBP Fungsional
Kelompok PNBP fungsional merupakan PNBP yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang jenis dan tarif atas jenis
PNBP yang berlaku pada masing-masing Kementerian
Negara/Lembaga.
PNBP Fungsional pada Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
berasal dari perizinan alat kesehatan dan PKRT, perizinan pada
bidang kefarmasian, dan penerbitan Surat Tanda Registrasi Apoteker.
Secara lebih terperinci Jenis PNBP yang berlaku pada Ditjen
Kefarmasian dan Alkes sesuai dengan Lampiran PP Nomor 21 Tahun
2013 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku pada Kementerian
Kesehatan.
Akun untuk PNBP fungsional dimaksud adalah Pendapatan Jasa
Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan dan Teknologi Sesuai Dengan
Tugas dan Fungsi Masing-Masing Kementerian dan Pendapatan DJBC
(Kode Akun: 423216)

2. PNBP Umum
Kelompok PNBP umum merupakan PNBP yang dihasilkan dari
kegiatan yang berasal dari tugas pokok dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan, terdiri dari:
a. Pendapatan dari Pengelolaan BMN (Pemanfaatan dan
Pemindahtanganan) serta Pendapatan dari Penjualan

Kode Akun Akun


423119 Pendapatan Penjualan Lainnya
423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan
Bangunan
423122 Pendapatan dan Penjualan Peralatan dan Mesin
423129 Pendapatan dari Pemindahtangan BMN Lainnya
423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 57 53
b. Pendapatan Jasa

Kode Akun Akun


423221 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
423241 Pendapatan Jasa Layanan Perbankan
423291 Pendapatan Jasa Lainnya

c. Pendapatan Bunga

Kode Akun Akun


423319 Pendapatan Bunga Lainnya

d. Pendapatan Iuran dan Denda

Kode Akun Akun


423752 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah

e. Pendapatan Lain-Lain

Kode Akun Akun


423911 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL
423913 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya TAYL
423914 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Pinjaman LN
TAYL
423921 Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara
423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang
diderita oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara
423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji
423999 Pendapatan Anggaran Lain-lain

3. Penerimaan Non Anggaran


Penerimaan non anggaran meliputi:
a. perhitungan fihak ketiga;
b. pengembalian belanja;
c. pengembalian uang persediaan (UP)/tambahan uang persediaan
(TUP);
d. sisa hibah langsung dalam bentuk uang.

54 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 58
D. Registrasi/ Pendaftaran Pengguna Sistem Billing
Untuk dapat mengakses SIMPONI, masing-masing satuan kerja harus
terdaftar sebagai pengguna Sistem Billing dengan mengikuti langkah-
langkah berikut:
1. Melakukan registrasi melalui portal SIMPONI di alamat
www.simponi.kemenkeu.go.id.
2. Melakukan rekam data, yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
3. Nama Wajib Bayar/Wajib Setor
4. Alamat Wajib Bayar/Wajib Setor
5. Nomor Telepon
6. Alamat email, dan
7. Data Kementerian, unit eselon I, dan satuan kerja.
8. Melakukan aktivasi menggunakan link aktivasi dari Sistem Billing
SIMPONI yang diterima melalui email.
9. Gunakan Username dan Password yang telah dibuat untuk masuk
kedalam SIMPONI.

E. Pembuatan Kode Billing


Pengguna Sistem BillingK/L yang akan melakukan
pembayaran/penyetoran PNBP harus membuat Kode Billing melalui menu
Pembuatan Billing pada Billing K/L dengan melakukan langkah-langkah
berikut:
1. Melakukan perekaman data pembayaran/setoran PNBP dengan:
2. Memilih kelompok PNBP (fungsional atau umum);
3. Memilih jenis mata uang (rupiah atau mata uang asing);
4. Memilih jenis dan tarif atas jenis PNBP (untuk PNBP fungsional) dan
Memilih jenis PNBP (untuk PNBP umum);
5. Merekam volume layanan atau dasar perhitungan tertentu untuk
6. Periksa kebenaran data setoran Penerimaan Non Anggaran yang
direkam sebelum disimpan.
7. Sistem Billing SIMPONI menerbitkan kode Billing atas data
pembayaran PNBP yang telah direkam oleh pengguna Sistem Billing
dan mengirimkan notifikasi atas kode Billing ke alamat email pengguna
Sistem Billing.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 59 55
Untuk pengguna Sistem Billing Non Anggaran dapat mengakses Billing
Non Anggaran dalam rangka penerbitan kode Billing dengan melakukan
langkah-langkah berikut:
1. Melakukan perekaman data pembayaran/setoran PNBP dengan:
2. Memilih jenis setoran;
3. Memilih Kementerian Negara/Lembaga, unit eselon I, dan satuan kerja;
4. Memilih kode KPPN, fungsi, sub fungsi, program, sumber dana, cara
penarikan dan kewenangan sesuai dengan DIPA;
5. Memilih jenis mata uang (rupiah atau mata uang asing);
6. Memilih kode akun, kegiatan, output;
7. Memilih kode lokasi kabupaten/kota; dan
8. Merekam jumlah setoran Penerimaan Non Anggaran
9. Periksa kebenaran data setoran Penerimaan Non Anggaran yang
direkam sebelum disimpan.

Sistem Billing SIMPONI menerbitkan kode Billing atas data setoran


Penerimaan Non Anggaran yang telah direkam oleh pengguna Sistem
Billing dan mengirimkan notifikasi atas kode Billing ke alamat email
pengguna Sistem Billing.

Kode Billing yang diterbitkan sistem Billing SIMPONI memiliki masa


berlaku sampai dengan 3 hari sejak diterbitkan sehingga wajib bayar/wajib
setor harus melakukan pembayaran/penyetoran PNBP dan Penerimaan
Non Anggaran sebelum masa berlaku habis. Apabila dalam waktu 3 hari
kalender pembayaran/penyetoran belum dilakukan, maka data Billing
secara otomatis akan terhapus, sehingga wajib bayar/wajib setor harus
mengulang perekaman data untuk membuat kode Billing.

F. Pembayaran/Penyetoran Penerimaan Negara


SIMPONI memberi kemudahan bagi Wajib Bayar/Wajib Setor untuk
membayar/menyetor PNBP dan penerimaan non anggaran melalui
berbagai channel pembayaran seperti teller (Over The Counter), ATM
(Automatic Teller Machine), EDC (Electronic Data Capture),
maupun internet banking pada Bank/Pos Persepsi. Pada saat melakukan
transaksi pembayaran/penyetoran PNBP dan penerimaan non anggaran,
wajib bayar/wajib setor cukup menginformasikan kode Billing yang telah
terbit dari sistem Billing SIMPONI.

56 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 60
Pada saat melakukan transaksi pembayaran/penyetoran, wajib bayar/wajib
setor akan mendapatkan Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang tertera
NTB/NTP dan NTPN dalam bentuk struk dan/atau dokumen elektronik dari
Bank/Pos Persepsi Sistem Billing SIMPONI akan menyampaikan notifikasi
ke alamat email Wajib Bayar/Wajib Setor selaku pengguna Sistem Billing.

4.4. Mekanisme Penyelesaian Pekerjaan Yang Tidak Terselesaikan Sampai


Dengan Akhir Tahun Anggaran
1. Pekerjaan dari suatu kontrak tahunan yang dibiayai dari Rupiah Murni, harus
selesai pada akhir masa kontrak dalam Tahun Anggaran berkenaan.
2. Dalam hal tidak selesai, penyelesaian sisa pekerjaan dapat dilanjutkan ke
tahun berikutnya. Hal ini dapat dilakukan tanpa melalui proses lelang yang
baru.
3. Sisa pekerjaan yg dilanjutkan tsb dilaksanakan dg ketentuan:
a. berdasarkan penelitian PPK, penyedia barang/jasa akan mampu
menyelesaian keseluruhan pekerjaan setelah diberikan kesempatan
sampai dengan 90 (Sembilan puluh) hari kalender sejak berakhirnya
masa pelaksanaan pekerjaan;
b. penyedia barang/jasa sanggup untuk menyelesaikan sisa pekerjaan
paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan yang dinyatakan dengan surat pernyataan
kesanggupan yang ditandatangani di atas kertas bermaterai;
c. berdasarkan penelitian KPA, pembayaran atas penyelesaian sisa
pekerjaan dimaksud dapat dilakukan pada tahun anggaran berikutnya
dengan menggunakan dana yang diperkirakan dapat dialokasikan dalam
DIPA Tahun Anggaran berikutnya melalui revisi anggaran.

4. Penyediaan Dana
Pengajuan usul revisi untuk pembayaran sisa pekerjaan yg dilaksanakan
pada tahun berikutnya tsb, dilakukan paling lambat sebelum batas akhir
penyelesaian sisa pekerjaan yang tercantum dalam surat pernyataan
kesanggupan dari penyedia barang/jasa

5. Perubahan/Addedum Kontrak
a. dalam rangka menyelesaikan sisa pekerjaan yang dilanjutkan ke Tahun
Anggaran berikutnya, PPK melakukan perubahan kontrak berkenaan;

Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 61


Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 57
b. perubahan kontrak dilaksanakan dengan ketentuan:
- mencantumkan sumber dana untuk membiayai penyelesaian sisa
pekerjaan yang akan dilanjutkan ke Tahun Anggaran Berikutnya dari
DIPA Tahun Anggaran berikutnya;
- tidak boleh menambah jangka waktu/masa pelaksanaan pekerjaan.
c. perubahan Kontrak tersebut dilakukan sebelum jangka waktu kontrak
berakhir;
d. penyedia barang/jasa memperpanjang masa berlaku jaminan
pelaksanaan pekerjaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai pekerjaan
yang telah disimpan oleh PPK, sebelum dilakukan penandatanganan
Perubahan Kontrak;
e. dalam hal waktu penyelesaian sisa pekerjaan yang tercantum dalam
surat kesanggupan sebagaimana dimaksud mengakibatkan denda lebih
dari 5% (lima perseratus), penyedia barang/jasa menambah nilai jaminan
pelaksanaan sehingga menjadi sebesar 1/1000 dikalikan jumlah hari
kesanggupan penyelesaian pekerjaan dikalikan nilai Kontrak, atau paling
banyak sebesar 9% (Sembilan perseratus) dari nilai Kontrak.

6. Pembayaran Sisa Pekerjaan


a. KPA memberitahukan KPPN atas pekerjaan yg akan dilanjutkan pada
tahun berikutnya paling lambat 5 hari kerja setelah akhir tahun berkenaan
yg dilampiri Surat Pernyataan Kesanggupan dari penyedia barang/jasa;
b. KPPN mengklaim pencairan jaminan sebesar sisa pekerjaan yg belum
diselesaikan;
c. apabila klaim tidak dapat dilakukan, penyedia barang/jasa wajib menyetor
ke Kas Negara sebesar sisa pekerjaan yg akan dilanjutkan;
d. terhadap penyelesaian sisa pekerjaan, penyedia barang/jasa tetap
dikenakan denda keterlambatan sebagaimana diatur dlm ketentuan
pengadaan barang/jasa;
e. dalam hal waktu penyelesaian sisa pekerjaan telah berakhir dan belum
diselesaikan, KPA menghentikan pelaksanaan pekerjaan dan
mengenakan denda maksimum.

4.5. Hibah
Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk
uang, barang, jasa dan/ atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah
yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar

58 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 62
negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut pemerintah mendapat manfaat
secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L atau
diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah.

A. Klasifikasi Hibah
1. Berdasarkan bentuknya, hibah dibagi menjadi:
a. hibah uang terdiri diri:
- uang tunai
- uang untuk membiayai kegiatan.
b. hibah barang jasa
c. hibah surat berharga
2. Berdasarkan mekanisme pencairannya, hibah dibagi menjadi:
a. hibah terencana
b. hibah langsung.
3. Berdasarkan sumbernya, hibah dibagi menjadi:
a. hibah dalam negeri
b. hibah luar negeri

B. Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang


1. Tahapan Pengesahan Hibah Langsung
Dilaksanakan melalui pengesahan BUN/KPA BUN dengan melalui
tahapan sebagai berikut:
a. pengajuan permohonan nomor register;
b. pengajuan persetujuan pembukaan Rekening Hibah;
c. penyesuaian pagu hibah dalam DIPA; dan
d. pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan
belanja yang bersumber dari hibah langsung.

2. Tata Cara Permohonan Nomor Register


a. Menteri/pimpinan lembaga/kepala kantor/Satuan Kerja (Satker)
selaku Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk
uang kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang c.q. Direktur
Evaluasi Akuntansi dan Setelmen.
b. Permohonan nomor register dilampiri:

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 63 59
- Perjanjian hibah (grant agreement) atau dokumen lain yang
dipersamakan; dan
- Ringkasan hibah (grant summary).
c. DJPU memberikan nomor register kepada K/L dengan tembusan
kepada Direktorat Jenderal. Perbendaharaan (DJPB).
d. DJPU menyampaikan rekapitulasi nomor register kepada DJPB
setiap triwulan.
e. surat permohonan nomor register dan ringkasan hibah sesuai format
yang telah ditentukan.

C. Pengelolaan Rekening Hibah


1. Menteri/pimpinan lembaga selaku PA mengajukan permohonan
persetujuan pembukaan Rekening Hibah kepada BUN/Kuasa BUN
dalam rangka pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang.
2. Dalam hal hibah langsung dalam bentuk uang diterima oleh BUN/Kuasa
BUN, maka BUN/Kuasa BUN membuka dan menetapkan rekening
tersebut sebagai Rekening Hibah.
3. Permohonan persetujuan pembukaan rekening dilampiri surat
pernyataan penggunaan rekening sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai pengelolaan rekening milik K/L/Kantor/Satker.
4. Atas dasar persetujuan pembukaan rekening dari BUN/Kuasa BUN,
Menteri/pimpinan lembaga/Kepala Kantor/Satker selaku PA/KPA
membuka Rekening Hibah untuk mendanai kegiatan yang disepakati
dalam Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan.
5. Pengelolaan Rekening Hibah dilaksanakan oleh Bendahara
Pengeluaran Satker berkenaan yang dapat dibantu oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
6. Rekening Hibah yang telah dibuka sebelum berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan ini wajib dilaporkan dan dimintakan persetujuan
kepada BUN/Kuasa BUN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pengelolaan Rekening Milik K/L/kantor/Satker.
7. K/L dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah
langsung tanpa menunggu terbitnya persetujuan pembukaan Rekening
Hibah.
8. Rekening Hibah yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan
pembukaannya wajib ditutup oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala
kantor/Satker dan saldonya disetor ke Rekening Kas Umum Negara

60 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 64
(RKUN), kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau dokumen
yang dipersamakan.
9. Tata cara penyetoran dan pencatatan penyetoran saldo Rekening Hibah
ke RKUN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
10. Jasa giro bunga yang diperoleh dari Rekening Hibah disetor ke Kas
Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), kecuali
ditentukan lain dalam Perjanjian Hibah atau dokumen yang
dipersamakan.

D. Penyesuaian Pagu Hibah Dalam DIPA


1. PA/KPA pada K/L melakukan penyesuaian pagu belanja yang
bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang dalam DIPA K/L
2. DJPU melakukan penyesuaian pagu Pendapatan Hibah dalam DIPA
Bagian Anggaran 999.02 berdasarkan rencana penarikan hibah.
3. Penyesuaian pagu belanja dilakukan melalui revisi DIPA yang diajukan
kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah
(Kanwil) DJPB untuk disahkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan
mengenai tata cara revisi anggaran.
4. Penyesuaian pagu belanja adalah sebesar yang direncanakan akan
dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling
tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.
5. Penyesuaian pagu pendapatan, dilakukan melalui revisi DIPA yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk disahkan
sesuai ketentuan perundang-undangan.
6. Revisi sebagaimana dimaksud menambah pagu DIPA tahun anggaran
berjalan.
7. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan
penyesuaian pagu DIPA diproses melalui mekanisme revisi
8. K/L dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah
langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.
9. Dalam hal terdapat sisa pagu belanja yang bersumber dari hibah
langsung dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan pada DIPA K/L
tahun anggaran berjalan yang akan digunakan pada tahun anggaran
berikutnya, dapat menambah pagu belanja DIPA tahun anggaran
berikutnya.
10. Penambahan pagu DIPA sebagaimana dimaksud setinggi-tingginya
sebesar sisa uang yang bersumber dari hibah pada akhir tahun berjalan.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 65 61
11. Penambahan pagu DIPA dilakukan melalui mekanisme revisi yang
diajukan oleh PA/KPA kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Untuk Pendapatan Hibah Langsung yang bersifat tahun jamak
(multiyears), pelaksanaan revisi penambahan pagu DIPA dapat
digabungkan dengan revisi penambahan pagu DIPA dari rencana
penerimaan hibah langsung tahun berikutnya.

E. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang Dan


Belanja Yang Bersumber Dari Hibah Langsung
1. PA/KPA mengajukan SP2HL atas seluruh Pendapatan Hibah Langsung
yang bersumber dari luar negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah
diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang
bersumber dari luar negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun
anggaran berjalan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.
2. PA/KPA mengajukan SP2HL atas seluruh Pendapatan Hibah Langsung
yang bersumber dari dalam negeri dalam bentuk uang sebesar yang
telah diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang
bersumber dari dalam negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada
tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra kerjanya.
3. Batas waktu penyampaian surat perintah sebagaimana dimaksud diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
4. Atas Pendapatan Hibah Langsung bentuk uang dan/ atau belanja yang
bersumber dari hibah langsung, PA/KPA membuat dan menyampaikan
SP2HL ke KPPN dengan dilampiri:
- copy Rekening atas Rekening Hibah;
- SPTMHL;
- SPTJM; dan
- copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan
SP2HL pertama kali.
5. Atas dasar SP2HL, KPPN menerbitkan SPHL dalam rangkap 3 (tiga)
dengan ketentuan:
- lembar ke-1, untuk PA/KPA;
- lembar ke-2, untuk DJPU dengan dilampiri Copi SP2HL; dan
- lembar ke-3, untuk pertinggal KPPN.

62 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 66
6. Atas dasar SPHL, KPPN membukukan Pendapatan Hibah Langsung
dan belanja yang bersumber dari hibah langsung serta saldo kas di K/L
dari hibah.
7. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, DJPU membukukan
Pendapatan Hibah Langsung.
8. Atas dasar SPHL yang diterima dari KPPN, PA/KPA membukukan
belanja yang bersumber dari hibah langsung dan saldo kas di K/L dari
hibah.

4.6. Mekanisme Pembukuan Bendahara Pengeluaran


Berdasarkan transaksi yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dan
dokumen sumbernya, aktivitas Bendahara Pengeluaran dapat dibedakan dalam
5 (lima) kelompok :
1. Aktivitas penerbitan SPM UP/TUP oleh Kuasa PA;
2. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari UP;
3. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari Surat Perintah
Membayar Langsung (SPM-LS) Bendahara;
4. Aktivitas penyaluran dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu (LPJ-
BPP)
5. Aktivitas kas lainnya

Berikut petunjuk pembukuan dokumen sumber Bendahara dalam Buku Kas


Umum, Buku-buku Pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja
berdasarkan kelompok aktivitas tersebut diatas.
1. Aktivitas penerbitan SPM UP/TUP oleh Kuasa PA;
a. Pada saat Bendahara Pengeluaran menerima UP dan atau TUP dari
KPPN, baik berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang Persediaan
(SPM-UP) yang telah diterbitkan SP2Dnya maupun dari rekening koran,
Bendahara Pengeluaran melakukan pembukuan sebagai berikut :
1) dibukukan pada BKU sebesar nilai bruto di sisi debet dan sebesar
nilai potongan (jika ada) di sisi kredit;
2) dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP
sebesar nilai netto di sisi debet.
b. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP)
yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan dokumen sumber yang

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 67 63
berfungsi sebagai sarana penisian kembali/revolving UP dimana
pembukuannya dilakukan sebagai berikut :
1) dibukukan pada BKU sebesar nilai bruto di sisi debet dan sebesar
nilai potongan (jika ada) di sisi kredit;
2) dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP
sebesar nilai netto di sisi debet;
3) SPM-GUP Nihil dan atau SPM-PTUP yang dinyatakan sah
merupakan dokumen sumber sebagai bukti pengesahan belanja
yang menggunakan UP/Tambahan UP (TUP) dan dibukukan oleh
Bendahara Pengeluaran sebesar nilai bruto di sisi kredit (in-out)
pada Buku Kas Umum, dan dibukukan di kolom sudah disahkan
pada posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja.

2. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari Uang Persediaan (UP);
a. Pembayaran UP kepada pihak terbayar/pihak ketigabaru bisa dilakukan
setelah kewajiban pihak terbayarpihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya
Bendahara Pengeluaran wajib meminta SPBy ynag ditandatangani oleh
PPK atas nama KPA dengan dilampiri kuitansi/bukti pembayaran sebesar
nilai bruto dan faktur pajak (bila diisyaratkan) serta mengembalikan faktur
pajak yang telah disahkan oleh Bendahara Pengeluaran kepada pihak
terbayar/pihak ketiga. Pembukuan kuitansi/bukti pembayaran dan faktur
pajak diatur sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar nilai bruto di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu UP, dan dicatat di sisi
Bukti Pengeluaran pada posisi UP pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja sesuai akun terkait;
2) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/Surat Setoran Pajak (SSP) di
sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu Pajak.
b. Setoran atas sisa UP ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran dengan
menggunkan SSBP, sedangkan setoran atas pungutan pajak dilakukan
segera setelah dilakukan pungutan/potongan dengan menggunakan
SSP. Pembukuan SSBP dan SSP dilaksanakan sebagai berikut :
1) SSBP penyetoran sisa UP dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP;

64 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 68
2) SSP pembayaran pajak dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP.

3. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari Surat Perintah


Membayar Langsung (SPM-LS) Bendahara;
a. SPM-LS Bendahara yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan realisasi
belanja yang dilakukan oleh Kuasa PA dan mengurangi/membebani pagu
anggaran yang disediakan dalam DIPA. Pelaksanaan pembayaran atas
SPM tersebut dilakukan dari Kas Negara kepada pegawai/pihak ketiga
melalui Bendahara Pengeluaran. Pelaksanaan pembukuannya diatur
sebagai berikut:
1) dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada Buku Kas Umum
dan dicatat di kolom sudah disahkan pada posisi UP pada Buku
Pengawasan Anggaran Belanja sesuai kode akun berkenaan;
2) dibukukan sebesar nilai potongan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum;
3) dibukukan sebesar nilai netto di sisi debet pada Buku Pembantu Kas
dan Buku Pembantu LS Bendahara.
b. Pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukan pada
saat penerbitan SPM-LS Bendahara dimaksud. Oleh karena itu,
pelaksanaan pembayaran dilakukan atas nilai netto berdasarkan daftar
yang sudah dibuat. Demikian juga penyetoran atas sisa SPM-LS
Bendahara ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran
dengan menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB),
apabila masih di tahun bersangkutan dan menggunakan Surat Setoran
Bukan Pajak (SSBP) apabila telah lewat tahun. Pembukuan atas bukti
pembayaran dan SSPB/SSBP dilakukan sebagai berikut :
1) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran di sisi kredit pada
Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu LS
Bendahara;
2) SSPB/SSBP yang dinyatakan sah, dibukukan di sisi kredit pada
Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu LS
Bendahara.
c. Dalam hal SPM-LS Bendahara tidak terdapat potongan pajak pihak
terbayar, Bendahara Pengeluaran wajib melakukan pemotongan pajak
dimaksud pada saat pelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukan
sebagai berikut :

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 69 65
1) dibukukan sebesar nilai potongan pajak/SSP dibukukan di sisi debet
pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu
Pajak;
2) saat dilakukan penyetoran dengan menggunakan SSP yang
dinyatakan sah maka dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
d. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakan
realisasi belanja yang dilakukan oleh Kuasa PA dan
mengurangi/membebani pagu anggaran yang disediakan dalam DIPA.
Pelaksanaan pembayaran atas SPM tersebut dilakukan langsung dari
Kas Negara kepada pihak ketiga/rekanan, sehingga bagi satker yang
hanya melakukan pembayaran dengan menggunakan LS kepada pihak
ketiga/rekanan, tidak perlu ditunjuk Bendahara dan tidak perlu
pembukuan Bendahara. Namun dalam hal Bendahara Pengeluaran yang
memiliki DIPA dengan sistem UP dan LS kepada pihak ketiga maka
SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan langsung dicatat sebagai
pengurang pagu di kolom sudah disahkan pada posisi UP sesuai akun
berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja tanpa perlu
dibukukan dalam BKU dan Buku Pembantu.

4. Aktivitas penyaluran dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)


dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu (LPJ-
BPP)
a. Penyaluran Dana Kepada BPP
Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari
Bendahara Pengeluaran, Penyaluran dana Kepada BPP (Baik yang
bersumber dari UP maupun SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum
merupakan belanja/pengeluaran kas bagi Bendahara
Pengeluaran.Dengan demikian, kas pada BPP dilaksanakan sebesar
tanda terima/bukti transfer kepada BPP di sisi debet dan sisi kredit (in-
out) pada Buku Kas Umum, di sisi Kredit pada Buku Pembantu Kas, dan
Sisi debet pada Buku Pembantu BPP.
b. LPJ-BPP
BPP melakukan Pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam
bentuk LPJ-BPP, Selanjutnya dalam kaitannya dengan Penyaluran dana
kepada BPP, LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi

66 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 70
Bendahara Pengeluaran. Adapun pembukuannya dilaksanakan sebagai
berikut:
1) UP
a) belanja yang dilakukan oleh BPP atas UP, dibukukan sebesar
jumlah nilai pengurangan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu UP, dan dicatat
sebagai Pengurangan pagu di kolom Bukti Pengeluaran pada
Posisi UP sesuai akan Berkenaan pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja;
b) transfer ke Bendahara Pengeluaran (Pengembalian sisa UP dari
BPP ke Bendahara Pengeluaran) dibukukan sebesar jumlah
pengurangan/transfer di sisi debet pada Buku Pembantu Kas,
dan di sisi kredit pada Buku Pembantu BPP.
2) Dana LS Bendahara
a) pembayaran (yang dilakukan oleh BPP) atas dana yang
bersumber dari SPM-LS Bendahara, dibukukan sebesar jumlah
pengurangan/pembayaran di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
b) setoran ke Kas Negara (yang dilakukan oleh BPP atas nama
Bendahara Pengeluaran) atas sisa dana yang bersumber dari
SPM-LS Bendahara, dibukukan sebesar jumlah
pengurangan/setoran di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
3) Pajak
Pungutan Pajak atas belanja/pembayaran yang telah disetorkan ke
kas negara oleh BPP atas nama Bendahara Pengeluaran dibukukan
di sisi debet dan kresit (in-out) pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Pajak.
4) Dana Lain-Lain
a) dibukukan sebesar jumlah penambahan di sisi debet pada Buku
Kas umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu lain-lain.
b) dibukukan sebesar jumlah pengurangan di sisi kredit pada Buku
Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Lain-
lain.
Sebelum melakukan pembukuan atas LPJ-BPP, Bendahara
Pengeluaran Wajib menguji kebenaran LPJ-BPP terkait dengan
penyaluran dana dari BendaharaPengeluaran kepada BPP dan

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 71 67
pengembalian sisa UP dari BPP kepada Bendahara Pengeluaran.
Dalam hal terjadi perbedaan, Bendahara Pengeluaran wajib
mengkonfirmasikan kepada BPP. Berdasarkan metode pembukuan
ini, maka saldo Buku Pembantu BPP merupakan bagian dari saldo
BKU.

5) Aktivitas Kas Lainnya


Bendahara Pengeluaran wajib membukukan dan mempertanggung
jawabkan seluruh uang yang diterimanya dan seluruh uang yang ada
di satker tersebut. Sebab, pada dasarnya, hanya Bendahara yang
berhak mengola uang satker tersebut. Namun, untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya penerimaan di luar aktivitas tersebut di atas,
pembukuan dilakukan sebagai berikut:
a) bukti Penerimaan lainnya dibukukan di sisi debet pada Buku kas
Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Lain-Lain;
b) SSBP yang dinyatakan sah, yang merupakan setoran atas
penerimaan lain-lain dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu kas, dan Buku Pembantu Lain-lain.

Sementara untuk uang yang ada di satker namun tidak langsung dikelola
oleh Bendahara pengeluaran, Seperti: hibah dan/atau bantuan sosial
(bansos), tetap harus dibukukan oleh Bendahara pengeluaran sebagai
berikut:
a. bukti penerimaan (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar
penerimaan yang terjadi di sisi debet pada BUKU Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan buku Pembantu Lain-lain.
b. bukti pengeluaran (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar
pengeluaran yang terjadi di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu kas, dan Buku Pembantu Lain-lain.
c. dalam hal hibah dan/atau bantuan sosial tersebut telah tercantum
dalam DIPA maka jumlah pengeluaran tersebut dicatat sebagai
realisasi anggaran pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja,
kecuali diatur lain.

4.7. Mekanisme Pembukuan Bendahara Penerimaan


1. Pencatatan di BKU Bendahara Penerimaan terdiri atas SSBP disetorkan,
nomor transaksi penerimaan negara (NTPN) atas penyetoran PNBP, dan

68 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 72
nilai yang disetorkan. Pencatatan dilakukan berdasarkan dokumen yang
diterima oleh Bendahara Penerimaan yaitu SSBP, lembar validasi setoran
dan tanda terima permohonan.
2. Menginput data PNBP ke aplikasi SAIBA.
3. Membuat rekap PNBP berdasarkan tanggal, bulan dan tahun.
4. Mengumpulkan data registrasi (softcopy) dari unit layanan perijinan.
5. Melakukan rekonsiliasi (membandingkan data registrasi dengan data PNBP)
dengan unit layanan perijinan.

4.8. Pemeriksaan Kas dan LPJ Bendahara


1. Pemeriksaan dilakukan oleh KPA/PPK atas nama KPA/PPK
2. Pemeriksaan kas dilakukan dalam hal: terjadi pergantian bendahara,
dilakukan rekonsiliasi dan sewaktu-waktu
3. Hasil pemeriksaan kas dituangkan dalam Berita Acara dan memuat:
kesesuaian kas tunai di brankas dan rekening dengan pembukuan,
penyetoran penerimaan negara/pajak, penjelasan atas selisih
4. Pemeriksaan Kas dilakukan minimal sekali dalam sebulan
LPJ Bendahara disusun berdasarkan pembukuan yang dilakukan Bendahara
dan ditandatangani olek Bendahara dan KPA/PPK.
LPJ Bendahara menyajikan:
1. Keadaan pembukuan;
2. Keadaan kas akhir bulan;
3. Hasil rekonsiliasi internal;
4. Penjelasan atas selisih.
Penyampaian LPJ Bendahara ke KPPN paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya dengan dilampiri:
1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
2. Salinan rekening koran
3. Daftar Saldo Rekening
4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara
Dalam hal tanggal 10 hari libur maka penyampaiannya pada hari kerja
sebelumnya.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 73 69
BAB V
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2017

5.1. Ruang Lingkup Dan Batasan Revisi Anggaran


1. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah
Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah berupa perubahan
rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan Pagu
Anggaran, termasuk pergeseran rincian anggarannya, meliputi:
a. perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP;
b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri dan dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman/hibah;
c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasuk
penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada
tahun 2016;
d. perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu untuk
pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri
yang telah closing date;
e. perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan anggaran sebagai
akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter, tambahan kewajiban,
dan/atau pemenuhan kewajiban; dan/atau
f. perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap


Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap berupa pergeseran rincian
anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, meliputi:
a. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/L atau antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari rupiah
murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional;
c. pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang
sumber dananya berasal dari PNBP;
d. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal
dari instansi penghasil;
e. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang
melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan;
f. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan
Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri;
g. pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru dalam
rangka penyelesaian administrasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
sepanjang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat;

70 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 74
h. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyediaan
dana untuk penyelesaian restrukturisasi Kementerian/Lembaga;
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka
memenuhi kebutuhan selisih kurs;
j. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka
penyelesaian tunggakan tahun tahun sebelumnya;
k. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak
dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;
l. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar lokasi
dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan
bersama, dan/atau dekonsentrasi;
m. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
n. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
o. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);
p. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar
tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;
q. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran
Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1
(satu) Program yang sama;
r. pergeseran anggaran dalam rangka pemenuhan kewajiban negara
sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi
internasional;
s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan dalam
DIPA BUN;
t. pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas
penggunaan anggaran;
u. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman IV DIPA
berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan anggaran,
penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/atau tunggakan;
v. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/atau
w. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi
penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan
penghematan anggaran tahun 2016.

Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap dapat dilakukan dalam
1 (satu) Keluaran (Output) yang sama atau antar Keluaran (Output),
dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan, dalam 1 (satu)
Satker yang sama atau antar Satker, dan/atau dalam 1 (satu) Program
yang sama atau antar Program, sesuai dengan ketentuan masing-
masing.

3. Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi,


perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/atau revisi
lainnya yang ditetapkan sebagai revisi administrasi

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 75 71
Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi meliputi:
a. ralat kode kewenangan;
b. ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;
c. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda antara
RKA-K/L dan Rencana Kerja Pemerintah atau hasil kesepakatan Dewan
Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah;
d. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi
sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang
mengakibatkan perubahan jenis belanja;
e. ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
f. ralat ko de lokasi Satker dan/atau lokasi Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara;
g. perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam
halaman III DIPA;
h. ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman;
i. ralat cara penarikan SBSN;
j. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/atau
k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian
atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA.

Revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak


terkait dengan anggaran meliputi:
a. perubahan /penambahan nomor register pinjaman dan/atau hibah luar
negeri;
b. perubahan /penambahan nomor register SBSN;
c. perubahan /penambahan cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk
Pemberian Pinjaman;
d. perubahan /penambahan cara penarikan SBSN;
e. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L DIPA;
f. perubahan pejabat penandatangan DIPA;
g. perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/Kegiatan, dan/atau
Satker; dan/atau
h. perubahan pejabat perbendaharaan.

4. Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan


alokasi anggaran terhadap:
a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk
pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang
sama dan/atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang
melekat pada gaji pada Satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak
mengakibatkan pagu minus;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut
(on-going); dan/atau
d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan
dananya sehingga dananya menjadi minus.

72 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 76
5. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mengubah sasaran Program;
b. tidak mengubah Keluaran (Output) kegiatan yang sudah terdapat
realisasi anggaran;
c. tidak mengurangi volume Keluaran (Output);
dikecualikan bagi usul Revisi Anggaran yang disebabkan oleh adanya
kebijakan pemotongan dan/atau penghematan anggaran, pengurangan
pinjaman proyek/hibah, perubahan prioritas penggunaan anggaran,
atau Keadaan Kahar.
d. tidak menyebabkan volume Keluaran (Output) yang telah ditetapkan
menjadi tidak tercapai.

6. Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai


petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk
penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA dan/atau tata
cara perencanaan, penelahaan dan penetapan alokasi anggaran BA BUN
dan pengesahan DIPA BUN sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara perencanaan, penelahaan, dan penetapan
alokasi anggaran BA BUN, dan pengesahan DIPA BUN.

7. Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah DIPA Petikan dan/atau DIPA BUN
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan.

8. Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP yang bersifat


menambah alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh
Kementerian/Lembaga termasuk Satker Badan Layanan Umum, dapat
dilakukan sebagai akibat dari:
a. kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat
digunakan kembali) yang direncanakan dalam APBN atau APBN
Perubahan;
b. adanya PNBP yang berasal dari kontrak/kerjasama/nota kesepahaman;
c. adanya Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis PNBP
baru;
d. adanya Satker PNBP baru;
e. adanya persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP baru atau
peningkatan persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP;
f. adanya penetapan status pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum pada suatu Satker;
g. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu
APBN untuk Satker Badan Layanan Umum dan/atau penggunaan saldo
Badan Layanan Umum dari tahun sebelumnya; dan/atau
h. adanya perkiraan PNBP dari kegiatan pendidikan dan pelatihan
berdasarkan surat pernyataan KPA untuk menambah volume Keluaran
(Output).

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 77 73
9. Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP yang bersifat
mengurangi alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh
Kementerian/Lembaga termasuk Satker Badan Layanan Umum dapat
dilakukan sebagai akibat dari:
a. penurunan atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat digunakan
kembali) yang tercantum dalam APBN atau APBN Perubahan sebagai
akibat dari adanya perubahan kebijakan Pemerintah atau Keadaan
Kahar;
b. penurunan besaran persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP; dan/atau
c. pencabutan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada
suatu Satker.

10. Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP dapat diikuti
dengan perubahan rincian.

11. Usul revisi terkait dengan perubahan anggaran belanja K/L yang bersumber
dari PNBP ditelaah bersama-sama antara Kementerian/Lembaga dengan
Direktorat teknis mitra Kementerian/Lembaga dan Direktorat Penerimaan
Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan.

12. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar


negeri dan dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman/hibah yang
bersifat menambah Pagu Anggaran belanja berupa:
a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 yang dananya bersumber
dari PHLN dan/atau PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman/hibah;
b. percepatan penarikan PHLN dan/ atau PHDN, termasuk Pemberian
Pinjaman/hibah;
c. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana yang
diterima oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan setelah Undang-
Undang mengenai APBN/APBN Perubahan Tahun Anggaran 2017
ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga,
termasuk hibah luar negeri terencana yang diterushibahkan; dan/atau
d. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri langsung yang
diterima setelah Undang-Undang mengenai APBN/APBN Perubahan
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan secara
langsung oleh Kementerian/Lembaga.

13. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar


negeri dan dalam negeri yang bersifat mengurangi Pagu Anggaran belanja
berupa pengurangan alokasi pinjaman kegiatan, dan/atau pengurangan
alokasi hibah luar negeri dan dalam negeri, dilakukan dalam hal:

a. paket kegiatan/proyek yang didanai dari pinjaman kegiatan atau dari


pemberian pinjaman atau hibah luar negeri atau hibah dalam negeri

74 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 78
telah selesai dilaksanakan, target kinerj anya telah tercapai, dan sisa
alokasi anggarannya tidak diperlukan lagi;
b. adanya keterlambatan pelaksanaan Kegiatan yang menyebabkan
terjadinya penyesuaian rencana pencairan (disbursement plan) proyek;
c. terjadi perubahan penjadwalan pembiayaan (cost table) yang disetujui
oleh pemberi pinjaman;
d. adanya pembatalan alokasi pinj aman luar negeri;
e. adanya pembatalan/pengurangan pemberian hibah luar negeri atau
hibah dalam negeri; atau
f. sudah dibebankan pada DIPA tahun sebelumnya.

5.2. Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Anggaran


1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran meliputi Revisi
Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah termasuk pergeseran rincian
anggarannya, pergeseran anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, dan
revisi administrasi.

2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran diproses melalui


penelaahan atau tanpa melalui penelahaan.

3. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran yang memerlukan


penelaahan meliputi:

A. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah termasuk


perubahan rinciannya, terdiri atas:
1) perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP, tidak
termasuk revisi terkait dengan Satker Badan Layanan Umum;
2) percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, termasuk Pemberian
Pinjaman;
3) penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana
yang diterima oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan setelah
Undang-Undang mengenai APBN atau Undang-Undang mengenai
APBN Perubahan ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga;
4) pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk pengurangan
alokasi Pemberian Pinjaman, pengurangan alokasi hibah luar negeri
dan dalam negeri terencana termasuk hibah luar negeri atau hibah
dalam negeri yang diterushibahkan, dan/atau pinjaman yang di
teruspinjamkan;
5) lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yang dananya bersumber
dari sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun
sebelumnya;
6) perubahan anggaran Kegiatan Kementerian/Lembaga yang sumber
dananya berasal dari pinjaman atau hibah luar negeri sebagai akibat
dari penyesuaian kurs;
7) tambahan alokasi anggaran belanja pegawai sebagai akibat dari
selisih kurs;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 79 75
8) penambahan alokasi anggaran pembayaran kewajiban utang;
9) penambahan alokasi anggaran Subsidi Energi;
10) penambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan pokok utang;
11) penambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN;
12) perubahan Pagu Anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah;
dan/atau
13) perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

B. Pergeseran anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, terdiri atas:


1) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi
kebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
2) pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/L;
3) pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BA BUN);
4) pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/L atau antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN) terkait dengan pemberian
penghargaan dan pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran
belanja Kernenterian/Lembaga dan/atau pembayaran kurang salur
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai dampak dari kebij akan
penghematan dan/atau pemotongan anggaran dan kurang salur
subsidi;
5) pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal
dari instansi penghasil;
6) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda
atau antar Program dalam 1 (satu) Bagian Anggaran yang
bersumber dari rupiah murni dalam rangka memenuhi kebutuhan
Biaya Operasional;
7) pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang
melewati tahun anggaran sesuai hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan;
8) pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru
dalam rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah
disetujui Dewan Perwakilan Rakyat;
9) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam
rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi
Kernenterian/Lembaga;
10) pergeseran anggaran belanja Kementerian/Lembaga dalam 1 (satu)
Program dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda dalam rangka memenuhi kebutuhan
selisih kurs;

76 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 80
11) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda
dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya;
12) pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai
dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;
13) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) provinsi/kabupaten/kota yang
sama atau antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam
rangka tugas pembantuan dan urusan bersama;
14) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) provinsi atau antar provinsi
untuk Kegiatan dalam rangka dekonsentrasi;
15) pergeseran anggaran antar kewenangan untuk Kegiatan dalam
rangka tugas pembantuan dan urusan bersama, dan/atau
dekonsentrasi;
16) pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
17) pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
18) pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);
19) pergeseran anggaran Kegiatan kontrak tahun jamak dalam rangka
rekomposisi pendanaan antar tahun;
20) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program sepanjang
pergeseran anggaran merupakan Sisa Anggaran Kontraktual atau
Sisa Anggaran Swakelola un tuk mendanai prioritas nasional yang
dananya belum dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun
sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan
dan/atau Renja K/L tahun berkenaan;
21) pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan
sebagai anggota organisasi internasional;
22) penggunaan angaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan
dalam DIPA BUN;
23) perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk
Pemberian Pinjaman;
24) perubahan rincian yang dituangkan dalam RKA-K/L dan DIPA terkait
penghapusan/perubahan/ pencantuman halaman IV DIPA;
25) penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam halaman IV
DIPA terkait dengan penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan
dan/atau terkait dengan BA BUN yang masih memerlukan
penelaahan dan/atau harus dilengkapi dokumen terkait;
26) penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan;
27) pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi
penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan
penghematan anggaran tahun 2016;
28) perubahan prioritas penggunaan anggaran yang berdampak pada
perubahan volume Keluaran (Output) dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
29) perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L
DIPA;

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 81 77
30) perubahan anggaran sebagai akibat dari Perubahan atas APBN
Tahun Anggaran 2017; dan/atau
31) perubahan anggaran sebagai akibat dari perubahan atas Kebijakan
Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan dalam Undang-Undang
mengenai APBN atau Undang-Undang mengenai APBN Perubahan,
termasuk perubahan anggaran sebagai akibat dari kebijakan
penghematan dan/atau pemotongan anggaran.

4. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran yang tidak


memerlukan penelaahan meliputi:
a. perubahan anggaran belanja Pemerintah Pusat berupa pagu untuk
pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri
yang telah closing date;
b. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka pengesahan yang
dilakukan dengan pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran
(Output) yang sama atau antar Keluaran (Output) , dalam 1 (satu)
Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan, antar Satker, antar lokasi,
dan/atau antar kewenangan dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
c. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam halaman IV
DIPA;
d. ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara berupa
perubahan kantor bayar pada wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda sepanjang DIPA belum
direalisasikan;
e. ralat kode kewenangan;
f. ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;
g. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda antara
RKA-K/L dan Rencana Kerja Pemerintah atau hasil kesepakatan Dewan
Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah;
h. revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak
terkait dengan anggaran selain perubahan nomenklatur satker untuk
kegiatan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan; dan/atau
i. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian
atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA.

5.3. Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan


Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang didelegasikan
kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan meliputi revisi
terkait dengan:
1. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN
dan/atau PHDN;
2. penambahan dan/atau pengurangan penerimaan hibah langsung;
3. penetapan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada
suatu Satker;
4. pencabutan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada
suatu Satker;

78 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 82
5. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu
APBN untuk Satker Badan Layanan Umum;
6. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka perubahan prioritas
penggunaan anggaran sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran
(Output) , yang dilakukan dengan:
a. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama,
dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan dalam 1 (satu) Satker yang
sama dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
b. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan
yang sama, dan dalam 1 (satu) Satker yang sama dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
c. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama,
dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
d. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan
yang sama, dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
e. pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu) Satker yang
sama, dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan; atau
f. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar
Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
7. pergeseran anggaran terkait detil belanja pegawai dalam komponen 001
dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional Satker;
8. pergeseran anggaran belanja Kementerian/Lembaga dalam 1 (satu)
Program dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih
kurs;
9. pergeseran anggaran Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran
Swakelola dalam 1 (satu) Satker;
10. ralat karena kesalahan administrasi;
11. perubahan pejabat perbendaharaan;
12. perubahan nomenklatur Satker untuk Kegiatan dekonsentrasi dan/ atau
tugas pembantuan; dan/atau
13. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA
terkait dengan penyelesaian tunggakan tahun lalu.

5.4. Revisi Anggaran Pada Kuasa Pengguna Anggaran


1. Revisi Anggaran dapat dilakukan pada KPA dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) komponen yang sama
dan dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, kecuali pergeseran
detil Belanja Pegawai dalam komponen 001; dan
b. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) jenis belanja yang
sama.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 83 79
2. Revisi Anggaran dilakukan dengan mengubah petunjuk operasional
Kegiatan dan ditetapkan oleh KPA, serta mengubah arsip data komputer
RKA-K/L berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-K/L.
3. Dalam rangka pemutakhiran data petunjuk operasional Kegiatan:
a. KPA menyampaikan usul revisi administrasi perubahan rencana
penarikan dan/atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA
kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
b. Dalam hal tidak menyebabkan perubahan pada halaman III DIPA, KPA
mengajukan permintaan penyamaan data arsip data komputer atas
revisi Petunjuk Operasional Kegiatan kepada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
c. KPA mengubah arsip data komputer RKA Satker tahun berkenaan
melalui aplikasi RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional
Kegiatan dan KPA menetapkan perubahan Petunjuk Operasional
Kegiatan.

5.5. Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat


1. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
meliputi:
a. tambahan pinjaman proyek luar negeri/pinjaman dalam negeri baru
setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2017
ditetapkan;
b. pergeseran anggaran an tar fungsi/unit organisasi yang dipimpin oleh
Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab Program yang memiliki
alokasi anggaran (portofolio), dalam 1 (satu) Kementerian/Lembaga;
dan/atau
c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:
1) memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sepanjang dalam bagian
anggaran yang sama;
2) pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) bagian
anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas
Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
3) penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker sepanjang
likuidasi Satker sudah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat;
dan/atau
4) penyelesaian administrasi DIPA baru dalam 1 (satu) Satker bagi
Kementerian/Lembaga yang mengalami perubahan
nomenklatur/struktur organisasi sepanj ang total pagu
Kementerian/Lembaga tetap, dan pagu Program lama dan Program
baru sudah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris
Kernenterian/Lembaga kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapat persetujuan
3. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I
Kementerian/ Lembaga mengajukan usulan Revisi Anggaran kepada
Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan persetujuan dari Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat

80 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 84
5.6. Batas Akhir Penerimaan Usul Dan Penyampaian Pengesahan Revisi
Anggaran
1. Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran ditetapkan sebagai berikut:
a. tanggal 30 Oktober 2017, untuk Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Anggaran; dan
b. tanggal 30 November 2017, untuk Revisi Anggaran pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan:
a. pergeseran anggaran untuk belanja pegawai;
b. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/ L;
c. Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, pinjaman luar negeri,
hibah luar negeri terencana, dan hibah dalam negeri terencana,
pinjaman dalam negeri, serta SBSN;
d. Kegiatan Kementerian/Lembaga yang merupakan tindak lanjut dari hasil
sidang kabinet yang ditetapkan setelah Undang-Undang mengenai
Perubahan atas Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2017,
dan/atau
e. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus
mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, persetujuan Menteri Keuangan,
hasil audit eksternal, dan sejenisnya, batas akhir penerimaan usul
Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling
lambat pada tanggal tanggal 15 Desember 2017.
3. Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
lingkup Bagian Anggaran 999 (BA BUN) yang memerlukan persetujuan
Menteri Keuangan atau mensyaratkan adanya Peraturan Pemerintah untuk
pencairan anggaran, revisi DIPA K/L yang bersumber dari Bagian Anggaran
999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya), pergeseran anggaran untuk
bencana alam dan revisi dalam rangka pengesahan, batas akhir
penerimaan usul Revisi Anggaran dan penyelesaiannya oleh Direktorat
Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat pada tanggal 30 Desember
2017.
4. Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pengesahan anggaran
belanja yang dibiayai dari hibah langsung, batas akhir penerimaan usul
Revisi Anggaran dan penyelesaiannya oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan ditetapkan paling lambat pada tanggal 30 Desember
2017.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 85 81
5.7. Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan Direktorat Jenderal
Anggaran Dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

No Uraian Revisi DJA Kanwil


DJPBN
1 Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari
PNBP.
a. kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional √
(PNBP yang dapat digunakan kembali) yang
direncanakan dalam APBN atau APBN Perubahan.
b. adanya PNBP yang berasal dari √
kontrak/kerjasama/nota kesepahaman.
c. adanya Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan √
tarif atas jenis PNBP baru.
d. adanya Satker PNBP baru. √

e. adanya persetujuan penggunaan sebagian dana √


PNBP baru atau peningkatan persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan mengenai persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP.
f. adanya penetapan status pengelolaan keuangan √
Badan Layanan Umum pada suatu Satker.
g. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari √
PNBP di atas pagu APBN untuk Satker Badan
Layanan Umum dan/atau penggunaan saldo Badan
Layanan Umum dari tahun sebelumnya.
h. adanya perkiraan PNBP dari kegiatan pendidikan dan √
pelatihan berdasarkan surat pernyataan KPA untuk
menambah volume Keluaran (Output).
i. penurunan atas target PNBP fungsional (PNBP yang √
dapat digunakan kembali) yang tercantum dalam
APBN atau APBN Perubahan sebagai akibat dari
adanya perubahan kebijakan Pemerintah atau
Keadaan Kahar.
j. penurunan besaran persetujuan penggunaan √
sebagian dana PNBP berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan
sebagian dana PNBP.
k. pencabutan status pengelolaan keuangan Badan √
Layanan Umum pada suatu Satker.
2 Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk
Pemberian Pinjaman/hibah.
a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 yang √
dananya bersumber dari PHLN dan/atau PHDN.
b. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun lalu yang √
dananya bersumber dari Pemberian Pinjaman/hibah.
c. percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, √
termasuk Pemberian Pinjaman/hibah.
d. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam √
negeri te rencana yang diterima oleh Pemerintah c.q.
Kementerian Keuangan setelah Undang-Undang
mengenai APBN Tahun Anggaran 2017/APBN
Perubahan Tahun Anggaran 2017 ditetapkan dan
kegiatannya dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga.

82 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 86
e. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam √
negeri langsung yang diterima setelah Undang-
Undang mengenai APBN/APBN Perubahan APBN
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan dan kegiatannya
dilaksanakan secara langsung oleh
Kementerian/Lembaga.
f. pengurangan alokasi pinjaman kegiatan Kegiatan √
dan/atau pengurangan alokasi hibah luar negeri dan
dalam negeri, termasuk pengurangan alokasi
Pemberian Pinjaman, hibah luar negeri atau hibah
dalam negeri yang diterushibahkan, dan/atau
pinjaman yang diteruspinjamkan.
3 Penggunaan Rupiah Murni Pendamping untuk membiayai √
Kegiatan/proyek lain.
4 Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, √
termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang
tidak terserap pada tahun 2016.
5 Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa √
pagu untuk penge sahan belanja yang bersumber dari
pinjaman / hibah luar negeri yang telah closing date.
6 Perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan
anggaran sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan
parameter, tambahan kewajiban, dan/atau pemenuhan
kewajiban.
a. perubahan anggaran Kegiatan Kementerian/Lembaga √
yang sumber dananya berasal dari pinjaman dan/atau
hibah luar negeri.
b. penambahan al okasi anggaran belanja pegawai √
berupa penyesuaian besaran nilai rupiah belanja
pegawai yang ditempatkan di luar negeri.
c. penambahan alokasi anggaran pembayaran √
kewajiban utang.
d. penambahan alokasi anggaran Subsidi Energi. √

e. penambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan √


pokok utang.
f. penambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN. √

g. perubahan pagu anggaran kewajiban penjaminan √


Pemerintah.
7 Perubahan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. √

8 Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN √


Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar
subbagian anggaran dalam BA 999 (BA BUN), termasuk
yang terkait dengan pemberian penghargaan dan
pengenaan sanksi atas pelaksan aan anggaran belanja
Kementerian/Lembaga dan/atau pembayaran kurang salur
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai dampak dari
kebijakan penghematan dan/atau pemotongan anggaran,
dan/atau pembayaran kurang bayar subsidi.
9 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama √
yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi
kebutuhan Biaya Operasional dalam wilayah kerja Kanwil
DJPB.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 87 83
10 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama
dalam wilayah kerja Kanwil DJPB yang berbeda atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber
dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya
Operasional. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I dalam hal pergeseran
anggaran antar program.
11 Pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan √
Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP.

12 Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP √


yang berasal dari instansi penghasil.
13 Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa √
kewajiban pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai
melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sesuai
dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
14 Pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) √
Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible
Expenditure atas kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I.
15 Pergeseran anggaran antara Program lama dan Program √
baru dalam rangka penyelesaian administrasi DIPA
sepanjang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.
16 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama √
atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran
dalam rangka penyediaan dana untuk penyelesaian
restrukturisasi Kernenterian/Lembaga.
17 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam √
rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs dalam wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
yang berbeda.
18 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam √
rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs dalam wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
19 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama √
dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun
sebelumnya dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
20 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam √
rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
21 Pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang √
sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen
pembiayaan utang.
22 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama √
atau antar lokasi dan/atau antar kewenangan dalam
rangka tugas pembantuan, urusan bersama, dan/atau
dekonsentrasi. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I.
23 Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor √
baru.
24 pergeseran anggaran penanggulangan bencana. √

84 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 88
25 pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan √
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(inkracht).
26 Pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi √
pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak
tahun jamak. *)
*) Dengan penetapan dari Menteri K/L pengusul.
27 pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa √
Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang
dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama untuk
mendanai prioritas nasional yang dananya belum
dialokasikan dalam DIPA.
28 pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa √
Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang
digunakan untuk meningkatkan volume Keluaran (Output).
29 pergeseran anggaran dalam rangka pemenuhan √
kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan
sebagai anggota organisasi internasional.
30 penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum √
dialokasikan dalam DIPA BUN.

31 pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari peru √


bahan prioritas penggunaan anggaran yang berdampak
pada perubahan volume Keluaran (Output).
32 pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari √
perubahan prioritas penggunaan anggaran sepanjang
tidak berdampak pada pengurangan Keluaran (Output).
33 penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman √ √
IV DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan
pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output)
cadangan, dan/atau tunggakan.
34 penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan. √
35 pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama √
atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran
dalam rangka memenuhi penyelesaian Kegiatan yang
ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran
tahun 2016.
36 Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan
administrasi.
a. ralat kode kewenangan. √
b. ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker. √
c. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) √
yang berbeda antara RKA-K/L dan Rencana Kerja
Pemerintah atau hasil kesepakatan Dewan
Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah.
d. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan √
akuntansi sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran
yang sama, termasuk yang mengakibatkan
perubahan jenis belanja.
e. ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan √* √
Negara.
*) berupa perubahan kantor bayar pada Kanwil DJPB
yang berbeda sepanjang DIPA belum direalisasikan.
f. ralat kode lokasi Satker dan/atau lokasi Kantor √
Pelayanan Perbendaharaan Negara.
g. perubahan rencana penarikan dana/atau rencana √
penerimaan dalam halaman III DIPA.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 89 85
h. ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk √
Pemberian Pinjaman.
i. ralat cara penarikan SBSN. √

j. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui √


SBSN.
k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak √* √
berfungsinya se bagian atau seluruh fungsi matematis
aplikasi RKA-K/L DIPA.
*) sesuai dengan kasus per kasus kesalahan aplikasi
yang terjadi.
37 Revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan
rumusan yang tidak terkait dengan anggaran.

a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman √


dan/atau hibah luar negeri.
b. perubahan / penambahan nomor register SBSN. √

c. perubahan /penambahan cara PHLN/PHDN, √


termasuk Pinjaman. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I.
d. perubahan /penambahan cara SBSN. *) √
*) Dengan persetujuan Eselon I.

e. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database √


RKA-K/L DIPA. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I.
f. perubahan pejabat penandatangan DIPA. √

g. perubahan nomenklatur bagian anggaran, √ √*


Program/Kegiatan, dan/atau Satker
*) khusus Satker untuk dekonsentrasi dan/atau
Kegiatan tugas pembantuan.
h. perubahan pejabat perbendaharaan. √

38 Perubah an atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun √


Anggaran 2017.

39 Perubahan atas Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah √


ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APBN Tahun
Anggaran 2017 dan/atau Undang-Undang mengenai
Perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun
Anggaran 20 17, termasuk kebijakan pemotongan
dan/atau penghematan anggaran.
40 Revisi otomatis. √ √
41 Revisi dalam rangka pengesahan Kegiatan/Keluaran √
(Output) tahun sebelumnya yang dananya bersumber dari
PHLN atau Pemberian Pinjaman.
42 Pagu minus tahun 20 17.
a. dipenuhi dari pergeseran anggaran dalam 1 (satu) √
Program.
b. pergeseran anggaran antar Program. √
43 Pagu minus tahun 20 16.
a. dipenuhi dari pergeseran anggaran dalam 1 (satu) √
Program.
b. pergeseran anggaran antar Program. √

86 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 90
BAB VI
TEKNIS PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN

6.1. Perjalanan Dinas


A. Penggolongan Perjalanan Dinas Jabatan
a. perjalanan dinas jabatan yang melewati batas kota (khusus untuk Provinsi
DKI Jakarta meliputi kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan);
b. perjalanan dinas jabatan didalam kota, terdiri dari :
- Perjalanan dinas jabatan didalam kota yang dilaksanakan lebih dari 8
(delapan) jam.
- Perjalanan dinas jabatan didalam kota yang dilaksanakan sampai
dengan 8 (delapan) jam.
B. Tingkatan Dalam Perjalanan Dinas dan Fasilitas Transpor
a. Perjalanan Dinas Dalam Negeri
MODA TRANSPORTASI
TINGKAT

NO PELAKSANA SPD BIAYA


PESAWAT KAPAL KERETA LAINNYA
PERJALANAN
UDARA LAUT API/BUS
DINAS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Ketua/Wakil Ketua dan A Bisnis VIP/Kelas Spesial/ Sesuai
Anggota pada MPR, IA Eksekutif kenyataan
DPR, DPD, BPK, MA,
MK, dan Menteri, Pejabat
setingkat Menteri,
Gubernur, Wakil
Gubernur,
Bupati/Walikota,
Ketua/Wakil Ketua/
Anggota Komisi, Pejabat
Eselon I, serta Pejabat
lainnya yang setara
2 Pejabat Negara Lainnya, B Ekonomi Kelas IB Eksekutif Sesuai
Pejabat Eselon II, dan kenyataan
Pejabat Lainnya yang
setara
3 Pejabat Eselon III/PNS C Ekonomi Kelas IIA Eksekutif Sesuai
Golongan IV, Pejabat kenyataan
Eselon IV/PNS Golongan
III, PNS Golongan II dan
I

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 91 87
b. Perjalanan Dinas Luar Negeri
MODA TRANSPORTASI
TINGKAT

NO PELAKSANA SPD BIAYA


PESAWAT ANGKUTAN
PERJALANAN
UDARA *) DARAT/AIR ****)
DINAS
(1) (2) (3) (4) (5)
1 a. Ketua dan Wakil Ketua A First/Eksekutif Bisnis
Lembaga Tinggi Negara
b. Menteri, Gubernur/ Wakil A Bisnis Bisnis
Gubernur, Bupati / Wakil
Bupati, Walikota/Wakil
Walikota, Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa
Penuh/Kepala Perwakilan,
dan pejabat negara lainnya
yang setara termasuk
Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non
Kementerian dan
Pimpinan Lembaga lain
yang dibentuk berdasarkan
peraturan
perundang-undangan,
Anggota Lembaga Tinggi
Negara, Pejabat Eselon I,
dan pejabat lainnya yang
setara .
2 Duta Besar, Pegawai Negeri Sipil B Bisnis Bisnis
Golongan IV/ c ke atas, Pejabat
Eselon II, Perwira Tinggi TNI/Polri,
utusan khusus Presiden (special
envoy), dan pejabat lainnya yang
setara
3 Pegawai Negeri Sipil Golongan C Published/ Bisnis
III/c sampai dengan Golongan IV/b Ekonomi**)
dan Perwira Menerigah TNI / Polri.
4 Pegawai Negeri Sipil dan anggota D Published/ Bisnis
TNI / Polri selain Ekonomi***)
yang dimaksud pada
Golongan B dan Golongan C.
Keterangan :
*) : Moda transportasi pesawat udara diberikan dalam batas tertinggi

**) dan ***) : Apabila lama perjalanan melebihi 8 (delapan) jam penerbangan (tidak
termasuk waktu transit), dapat diberikan Klasifikasi Bisnis
****) : Moda transportasi angkutan darat dan air diberikan dalam batas
terendah

88 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 92
C. Komponen Perjalanan Dinas Jabatan
a. komponen Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri terdiri atas :
1) biaya Transportasi;
2) uang harian (terdiri atas uang makan, uang trasportasi lokal dan uang
saku);
3) biaya penginapan;
4) uang representasi;
5) sewa kendaraan dalam kota; dan/atau;
6) biaya menjemput/mengantar jenazah.

I. Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas Kota


Biaya
Jumlah
Biaya Pemetian
Uang Biaya Hari
Jenis Perjalanan Dinas Jabatan Transpor dan
Harian Penginapan yang
Pegawai Angkutan
Dibayarkan
Jenazah
a. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
dalam rangka pelaksanaan Penugasan
tugas dan fungsi yang
melekat pada jabatan
b. Perjalanan Dinas Jabatan √1) √1) √1) Sesuai -
untuk mengikuti rapat, Penugasan
seminar dan sejenisnya.
c. Perjalanan Dinas Jabatan √ √2) √3) Maksimal 90 -
dalam rangka (sembilan
Pengumandahan puluh) hari
(detasering).
d. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ 2 (dua) hari -
untuk menempuh ujian dinas/
ujian jabatan.
e. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
untuk menghadap Majelis Penugasan
Penguji Kesehatan Pegawai
Negeri atau menghadap
seorang dokter penguji
kesehatan yang ditunjuk,
untuk mendapatkan surat
keterangan dokter tentang
kesehatannya guna
kepentingan jabatan.
f. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
untuk memperoleh Penugasan
pengobatan berdasarkan
surat keterangan dokter
karena mendapat cedera
pada waktu/karena

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 93 89
melakukan tugas.
g. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
untuk mendapatkan Penugasan
pengobatan berdasarkan
keputusan Majelis Penguji
Kesehatan Pegawai Negeri.
h. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal -
untuk mengikuti 2 (dua) hari
pendidikan setara
Diploma/S1/S2/S3.
i. Perjalanan Dinas Jabatan √4) √5) √ Sesuai -
untuk mengikuti Penugasan
pendidikan dan pelatihan.
j. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal √
untuk menjemput / 3 (tiga) hari
mengantarkan ke tempat
pemakaman jenazah
pejabat negara/pegawai
negeri yang meninggal dunia
dalam melakukan perjalanan
dinas.
k. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal √
untuk menjemput / 3 (tiga) hari
mengantarkan ke tempat
pemakaman jenazah
pejabat negara/pegawai
negeri yang meninggal dunia
dari Tempat Kedudukan
yang terakhir ke kota
tempat pemakaman.
Keterangan :
1. √1) : Rincian biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti kegiatan rapat, seminar, dan
sejenisnya berdasarkan Lampiran tersendiri sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. √2) : Biaya Penginapan diberikan dalam hal selama masa Pengumandahan (Detasering) tidak
tersedia rumah dinas.
3. √3) : Biaya transpor pegawai diberikan untuk transpor pada saat kedatangan dan kepulangan.
4. √4) : Uang Harian diberikan berupa uang saku sesuai standar biaya selama mengikuti kegiatan.
5. √5) : Biaya Penginapan diberikan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada saat
kepulangan.
6. Jenis Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf j dan huruf k: uang harian, biaya transpor
pegawai/keluarga, dan biaya penginapan diberikan paling banyak untuk 4 (empat) orang.

II. Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Di Dalam Kota Lebih Dari
8 (Delapan) Jam
Jenis Perjalanan Dinas Uang Biaya Biaya Jumlah Biaya
Jabatan Harian Penginapan Transpor Hari Pemetian
Pegawai yang dan
Dibayarkan Angkutan
Jenazah
a. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
dalam rangka pelaksanaan Penugasan

90 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 94
tugas dan fungsi yang melekat
pada jabatan
b. Perjalanan Dinas Jabatan √1) √1) √1) Sesuai -
untuk mengikuti rapat, seminar Penugasan
dan sejenisnya.
c. Perjalanan Dinas Jabatan √ √2) √3) Maksimal -
dalam rangka Pengumandahan 90
(detasering). (sembilan
puluh) hari
d. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ 2 (dua) hari -
untuk menempuh ujian dinas/
ujian jabatan.
e. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
untuk menghadap Majelis Penugasan
Penguji Kesehatan Pegawai
Negeri atau menghadap
seorang dokter penguji
kesehatan yang ditunjuk, untuk
mendapatkan surat keterangan
dokter tentang kesehatannya
guna kepentingan jabatan.
f. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Sesuai -
untuk memperoleh Penugasan
pengobatan berdasarkan
surat keterangan dokter karena
mendapat cedera pada
waktu/karena melakukan
tugas.
g. mendapatkan pengobatan √ √ √ Sesuai -
berdasarkan keputusan Penugasan
Majelis Penguji Kesehatan
Pegawai Negeri.
h. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal -
untuk mengikuti 2 (dua) hari
pendidikan setara
Diploma/S1/S2/S3.
i. Perjalanan Dinas Jabatan √4) √5) √ Sesuai -
untuk mengikuti Penugasan
pendidikan dan pelatihan.
j. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal √
untuk menjemput / 3 (tiga) hari
mengantarkan ke tempat
pemakaman jenazah
pejabat negara/pegawai
negeri yang meninggal dunia
dalam melakukan perjalanan
dinas.
k. Perjalanan Dinas Jabatan √ √ √ Maksimal √
untuk menjemput / 3 (tiga) hari
mengantarkan ke tempat

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 95 91
pemakaman jenazah
pejabat negara/pegawai
negeri yang meninggal dunia
dari Tempat Kedudukan yang
terakhir ke kota tempat
pemakaman.
Keterangan :
1. √1) : Rincian biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti kegiatan rapat, seminar, dan
sejenisnyaberdasarkan Lampiran tersendiri sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. √2) : Biaya Penginapan diberikan dalam hal selama masa Pengumandahan (Detasering) tidak
tersedia rumah dinas.
3. √3) : Biaya transpor pegawai diberikan untuk transpor pada saat kedatangan dan kepulangan.
4. √4) : Uang Harian diberikan berupa uang saku sesuai standar biaya selama mengikuti kegiatan.
5. √5) : Biaya Penginapan diberikan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada
saat kepulangan.
6. Biaya Transpor Pegawai diberikan sesuai Biaya Riil. Dalam hal tidak diperoleh bukti
pengeluaran riil, diberikan berupa biaya transpor kegiatan dalam kota yang dibayarkan secara
lumpsum sesuai standar biaya.
7. Biaya Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai
dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin.
8. Jenis Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf j dan huruf k: uang harian, biaya transpor
pegawai/keluarga, dan biaya penginapan diberikan paling banyak untuk 4 (empat) orang.
9. Lama pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf d dan huruf h adalah sesuai waktu
yang ditempuh menuju tempat pendidikan/ujian.

III. Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Di Dalam Kota


Sampai Dengan 8 (Delapan) Jam
Jenis Perjalanan Dinas Biaya Transpor Jumlah yang Biaya Pemetian
Jabatan Kegiatan Dalam Kota Dibayarkan dan Angkutan
Jenazah
a. Perjalanan Dinas Jabatan Biasa. √ Sesuai -
Penugasan
b. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √1) √1) -
mengikuti rapat, seminar dan
sejenisnya.
c. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Keberangkatan -
menempuh ujian dinas/ujian dan Kepulangan
jabatan.
d. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Sesuai -
menghadap Majelis Penguji Penugasan
Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter
penguji kesehatan yang ditunjuk,
untuk mendapatkan surat
keterangan dokter tentang
kesehatannya guna kepentingan
jabatan.
e. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Sesuai -
memperoleh pengobatan Penugasan
berdasarkan surat keterangan
dokter karena mendapat cedera
pada waktu/karena melakukan
tugas.
f. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Sesuai -

92 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 96
mendapatkan pengobatan Penugasan
berdasarkan keputusan Majelis
Penguji Kesehatan Pegawai
Negeri.
g. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Keberangkatan -
mengikuti pendidikan setara dan Kepulangan
Diploma/S1/S2/S3.
h. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Sesuai
mengikuti pendidikan dan Penugasan -
pelatihan.
i. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Dibayarkan 1
menjemput/mengantarkan ke (satu) kali √
tempat pemakaman jenazah
pejabat negara/pegawai negeri
yang meninggal dunia dalam
melakukan perjalanan dinas.
j. Perjalanan Dinas Jabatan untuk √ Dibayarkan 1 √
menjemput/mengantarkan ke (satu) kali
tempat pemakaman jenazah
pejabat Negara/pegawai negeri
yang meninggal dunia dari Tempat
Kedudukan yang terakhir ke kota
tempat pemakaman.
Keterangan :
1. √1) : Rincian biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti kegiatan rapat, seminar, dan
sejenisnya berdasarkan Lampiran tersendiri sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. Biaya Transpor Kegiatan Dalam Kota dibayarkan secara Lumpsum sesuai Standar Biaya dan
tidak diberikan kepada Pelaksana SPD yang melakukan rapat dalam komplek perkantoran yang
sama.
3. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan biaya sepanjang tidak menggunakan
kendaraan dinas, disertai dengan Surat Tugas, dan tidak bersifat rutin.
4. Jenis Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf i dan huruf j diberikan biaya transpor
pegawai/keluarga paling banyak untuk 4 (empat) orang.
5. Lama pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf c dan huruf g adalah sesuai waktu
yang ditempuh menuju tempat pendidikan/ujian.

b. komponen Perjalanan Dinas Jabatan Luar Negeri terdiri atas:


1) biaya transportasi;
2) uang harian (terdiri atas biaya penginapan, uang makan, uang
trasportasi lokal dan uang saku);
3) uang representasi;
4) biaya asuransi perjalanan; dan/atau
5) biaya pemetian dan angkutan jenazah.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 97 93
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan
Biaya
Jumlah
Biaya Pemetian
Jenis Perjalanan Dinas Uang Hari
No Transpor dan
Jabatan Harian *) yang
Pegawai Angkutan
Dibayarkan
Jenazah
1 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Sesuai hari -
rangka pelaksanaan tugas dan pelaksanaan
fungsi yang melekat pada jabatan. kegiatan
2 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Lama -
rangka mengikuti tugas belaj ar di Perjalanan
luar negeri dalam rangka
menempuh perididikan formal
Setingkat Strata 1, Strata 2, Strata
3 , dan post doctoral.
3 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Maksimal 14 -
rangka mendapatkan pengobatan (empatbelas)
di luar negeri berdasarkan hari
keputusan Menteri/ Pimpinan
Lembaga.
4 Perj alanan Dinas Jabatan dalam √ √ Maksimal 5 √
rangka menjemput atau mengantar (lima) hari
jenazah Pejabat Negara, PNS,
PPPK, anggota TNI, anggota
POLRI , Pejabat Lainnya, dan
Pihak Lain yang meninggal dunia
di luat negeri karena menjalankan
tugas Negara.
5 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Sesuai hari -
rangka mengikuti kegiatan pelaksanaan
magang di luar negeri. kegiatan
6 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Maksimal 90 -
rangka melaksanakan (Sembilan
pengumandahan (Detasering). puluh) hari
7 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Sesuai hari -
rangka mengikuti pelaksanaan
konferensi/sidang internasional, kegiatan
seminar, lokakarya, studi banding,
dan kegiatan-kegiatan yang sej
enis .
8 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Sesuai hari -
rangka mengikuti dan/ atau pelaksanaan
melaksanakan pameran dan kegiatan
promosi.
9 Perjalanan Dinas Jabatan dalam √ √ Sesuai hari -
rangka mengikuti training, pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan, kursus kegiatan
singkat (short course), penelitian
atau kegiatan sejenis.
Keterangan :

94 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 98
*) 1. Paling tinggi 30 % (tiga puluh persen) dari tarif uang harian selama masa perawatan, bagi
Pelaksana SPD yang dalam rnelakukan Perjalanan Dinas jatuh sakit dan perlu dirawat di
rumah sakit.
2. Paling tinggi 80 % (delapan puluh persen) dari uang harian suami/ istri, bagi istri/suami
Pejabat Negara, PNS, anggota TNI, anggota Polri, dan Pejabat Lainnya, yang diizinkan
untuk ikut serta dalam Perjalanan Dinas Jabatan .
3. Paling tinggi 80 % (delapan puluh persen) dari tarif terendal, bagi pegawai setempat (local
staff) yang melakukan Perjalanan Dinas Jabatan .
4. Paling tinggi 30 % (tiga puluh persen) dari tarif diberikan kepada Pelaksana SPD yang
melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan pada huruf g, huruf h, dan huruf i, dalam hal
biaya akomodasi disediakan oleh pengundang/pihak penyelenggara/pihak di luar negeri.
Jenis Perjalanan Dinas Jabatan pada angka 4 diberikan uang harian dan biaya transportasi paling
banyak untuk 4 (empat) orang.

c. Komponen Perjalanan Dinas Jabatan Luar Negeri terdiri atas :


1) biaya transportasi
2) uang harian (terdiri atas biaya penginapan, uang makan, uang
trasportasi lokal dan uang saku)
- Uang harian diberikan juga untuk waktu perjalanan paling
tinggi sebesar 40% (empat puluh persen) dari tarif uang harian
- Uang harian diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari tarif
uang harian dalam hal:
a) diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak
ditanggung oleh penyedia Moda Transportasi; dan/atau
b) diperlukan penginapan setibanya di Tempat Tujuan di Luar
Negeri.
3) uang representasi
4) biaya asuransi perjalanan; dan/atau
5) biaya pemetian dan angkutan jenazah

d. Perhitungan waktu perjalanan Dinas Jabatan Luar Negeri (pergi-pulang)


1) lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam
dihitung 1 (satu) hari.
2) lama perjalanan 25 (dua puluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) jam dihitung 2 (dua) hari.
3) lama perjalanan 49 (empat puluh sembilan) sampai dengan 72 (tujuh
puluh dua) jam dihitung 3 (tiga) hari.

D. Rincian Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Untuk Mengikuti Kegiatan


Rapat, Seminar, dan Sejenisnya
a. Yang Dilaksanakan Di Dalam Kantor (Ruang Rapat/Aula/Serbaguna Dan
Sejenisnya).
Uang
Komponen Biaya Uang Saku Uang Biaya
Transpor
Perjalanan Dinas Rapat Harian Penginapan
Pegawai
I. Melewati Batas Kota
1. Peserta - √ √1) √
2. Panitia/Moderator - - - -

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 99 95
3. Narasumber - - √1) √
II. Dalam Kota Lebih Dari 8 Jam
1. Peserta √2) - √3) √4)
2. Panitia/Moderator - - - -
3) 4)
3. Narasumber - - √ √
III. Dalam Kota Sampai Dengan 8 Jam
1. Peserta √2) - √3) -
2. Panitia/Moderator - - - -
3)
3. Narasumber - - √ -
Keterangan :
1. √1) : Biaya transpor kepulangan Pelaksana SPD dalam rangka mengikuti rapat, seminar, dan
sejenisnya dapat dibayarkan sebesar biaya transpor kedatangan tanpa menyertakan bukti
pengeluaran transpor kepulangan.
2. √2) : Uang Saku Rapat diberikan untuk rapat di luar jam kerja sesuai ketentuan yang diatur
dalam standar biaya.
3. √3) : Uang Saku Transpor Pegawai diberikan sesuai Biaya Riil. Dalam hal tidak diperoleh
bukti pengeluaran riil, diberikan berupa biaya transpor kegiatan dalam kota yang
dibayarkan secara lumpsum sesuai standar biaya.
4. √4) : Biaya Penginapan diberikan apabila terdapat kesulitan transportasi sehingga
5. memerlukan waktu untuk menginap.
6. Uang Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai
dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin serta tidak diberikan kepada Pelaksana SPD yang
melakukan rapat dalam komplek perkantoran yang sama.

b. Yang Dilaksanakan Di Luar Kantor Penyelenggara (Hotel/Tempat Lain).


Uang Saku
Uang Saku Uang
Komponen Biaya Paket Biaya Uang
Paket Transpor
Perjalanan Dinas Fullday/ Penginapan Harian1)
Fullboard Pegawai
Halfday
I. Melewati Batas Kota
1. Peserta √3) - √2) √ √
3)
2. Panitia/Moderator √ - √2) √ √
2)
3. Narasumber - - √ √ √
II. Dalam Kota Lebih Dari 8 Jam
1. Peserta √3) √3) √ √4) √
2. Panitia/Moderator √3) √3) √ √4) √
4)
3. Narasumber - - √ √ √
III. Dalam Kota Sampai Dengan 8 Jam
1) Peserta - √3) √ - -
3)
2) Panitia/Moderator - √ √ - -
3) Narasumber - - √ - -
Keterangan :
1. √1) : Uang Harian diberikan 1 (satu) hari pada saat kedatangan dan 1 (satu) hari pada saat
kepulangan.
2. √2) : Biaya transpor kepulangan Pelaksana SPD dalam rangka mengikuti rapat, seminar, dan
sejenisnya dapat dibayarkan sebesar biaya transpor kedatangan tanpa menyertakan bukti
pengeluaran transpor kepulangan.

96 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 100
3. √3) : Uang Saku Fullboard/Fullday/Halfday diberikan sesuai dengan paket rapat, seminar, dan
sejeninsnya yang diatur dalam Standar Biaya.
4. √4) : Biaya Penginapan diberikan apabila memerlukan waktu untuk menginap 1 (satu) hari pada
saat kedatangan dan/atau 1 (satu) hari pada saat kepulangan.
5. Uang Saku Fullboard/Fullday/Halfday mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Biaya.
6. Uang Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai
dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin.

E. Biaya Penginapan Bagi Pegawai


Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di hotel
atau di tempat menginap lainnya.
Apabila pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan, maka
pelaksana SPD diberikan biaya penginapan 30% (tiga puluh persen) dari tarif
hotel di kota tempat tujuan.

F. Uang Representasi
Selama melakukan perjalanan dinas, pejabat negara diberikan uang
representasi perhari masing-masing :
Dalam Kota
No. Uraian Luar Kota Lebih Dari
8 (Delapan) Jam
(1) (2) (3) (4)
1 Pejabat Negara (ketua/wakil ketua dan anggota 250.000 125.000
lembaga tinggi negara, Menteri serta setingkat
Menteri)
2 Pejabat Eselon I 200.000 100.000

3 Pejabat Eselon II 150.000 75.000

G. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Jabatan


a. biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum Perjalanan Dinas
Jabatan dilaksanakan;
b. dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan harus segera dilaksanakan, biaya
Perjalanan Dinas dapat dibayarkan setelah Perjalanan Dinas selesai.

H. Tambahan dan Kelebihan Hari


a. dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang
ditetapkan dalam Surat Tugas/SPD dan tidak disebabkan oleh kesalahan/
kelalaian Pelaksana SPD dapat diberikan tambahan uang harian, biaya
penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 101 97
b. tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa
kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud dapat dimintakan kepada
PPK untuk mendapat persetujuan dengan melampirkan dokumen berupa:
1) surat keterangan kesalahan/kelalaian dari Syahbandar/Kepala
Bandara/Penyedia Jasa Transportasi Lainnya; dan/atau
2) surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas.
c. tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa
kendaraan dalam Kota tersebut tidak dapat dipertimbangkan untuk
perjalanan dinas sbb:
1) menghadap Majelis Penguji Kesehatan;
2) memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan;
3) mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis Penguji
Kesehatan Pegawai Negeri;
4) mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
5) mengikuti pendidikan dan pelatihan;
6) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah;
7) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah.
d. dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas kurang dari jumlah hari yang
ditetapkan dalam SPD, Pelaksana SPD harus mengembalikan kelebihan
uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan
dalam Kota yang telah diterimanya kepada PPK.
e. ketentuan pengembalian kelebihan uang harian, biaya penginapan, uang
representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota tersebut tidak berlaku
untuk menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah.

I. Pelaksanaan Dan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas


a. pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam batas pagu
anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan kerja berkenaan;
b. pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana SPD paling cepat
5 (lima) hari kerja sebelum Perjalanan Dinas dilaksanakan;
c. pada akhir tahun anggaran, menyesuaikan dengan ketentuan yang
mengatur mengenai langkah-langkah menghadapi akhir tahun anggaran;
d. pengajuan biaya Perjalanan Pindah, diatur sebagai berikut:
1) untuk pemulangan pegawai tidak tetap berlaku untuk jangka waktu 1
(satu) tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian atau meninggal
dunia;

98 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 102
2) untuk pemulangan pegawai pensiun/meninggal dunia dan keluarganya,
berlaku paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal dibayarkan
pensiun pertama.

J. Mekanisme Pembayaran
a. pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui mekanisme UP
dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS);
b. pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS dilakukan
melalui:
1) perikatan dengan penyedia jasa;
2) Bendahara Pengeluaran; atau
3) pelaksana SPD.
c. perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan perikatan dengan pihak
penyedia jasa meliputi:
1) perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
yang melekat pada jabatan; dan
2) perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan
sejenisnya.

K. Mekanisme UP
a. pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP dilakukan
dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD oleh Bendahara
Pengeluaran;
b. pemberian uang muka tersebut berdasarkan persetujuan pemberian uang
muka dari PPK dengan melampirkan:
1) Surat Tugas atau surat keputusan pindah;
2) fotokopi SPD;
3) kuitansi tanda terima uang muka; dan
4) rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.

L. Mekanisme Melalui Penyedia Jasa


a. penyedia jasa untuk pelaksanaan Perjalanan Dinas dapat berupa event
organizer, biro jasa perjalanan, penyedia jasa transportasi, dan
perusahaan jasa perhotelan/penginapan.
b. penetapan penyedia jasa tersebut dilakukan sesuai ketentuan yang
mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 103 99
c. komponen biaya Perjalanan Dinas yang dapat dilaksanakan dengan
perikatan meliputi biaya transpor termasuk pembelian/pengadaan tiket
dan/atau biaya penginapan.
d. kontrak/perjanjian dengan penyedia jasa dapat dilakukan untuk 1 (satu)
paket kegiatan atau untuk kebutuhan periode tertentu.
e. nilai satuan harga dalam kontrak/perjanjian tidak diperkenankan melebihi
tarif tiket resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa transportasi atau
tarif penginapan/hotel resmi yang dikeluarkan oleh penyedia jasa
penginapan/hotel.
f. pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada penyedia jasa didasarkan
atas prestasi kerja yang telah diselesaikan sebagaimana diatur dalam
kontrak/ perjanjian.
g. atas dasar prestasi kerja yang telah diselesaikan, pihak ketiga
mengajukan tagihan kepada PPK.

M. Kelebihan/Kekurangan Pembayaran
a. pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS
dilakukan melalui transfer dari Kas Negara ke rekening Bendahara
Pengeluaran, pihak ketiga atau Pelaksana SPD;
b. dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada
Pelaksana SPD melebihi biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang
seharusnya dipertanggungjawabkan, kelebihan biaya Perjalanan Dinas
Jabatan tersebut harus disetor ke Kas Negara melalui PPK;
c. penyetoran kelebihan pembayaran tersebut dilakukan dengan:
1) menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk
tahun anggaran berjalan; atau
2) menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun
anggaran lalu.
d. dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada
Pelaksana SPD kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan
kekurangannya;
e. Pembayaran kekurangan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dimaksud dapat
dilakukan melalui mekanisme UP atau LS.

N. Pembatalan Perjalanan Dinas


a. dalam hal terjadi pembatalan pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan,
biaya pembatalan dapat dibebankan pada DIPA satuan kerja berkenaan;

100 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 104
b. dokumen yang dilampirkan dalam rangka pembebanan biaya pembatalan,
meliputi:
1) Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas Jabatan dari
atasan Pelaksana SPD, atau paling rendah Pejabat Eselon II bagi
Pelaksana SPD di bawah Pejabat Eselon III ke bawah, yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII PMK;
2) Surat Pernyataan Pembebanan Biaya Pembatalan Perjalanan Dinas
Jabatan yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VIII PMK;
3) Pernyataan/Tanda Bukti Besaran Pengembalian Biaya Transpor
dan/atau biaya penginapan dari perusahaan jasa transportasi dan/atau
penginapanyang disahkan oleh PPK.
c. biaya pembatalan yang dapat dibebankan pada DIPA satuan kerja
tersebut meliputi:
1) biaya pembatalan tiket transportasi atau biaya penginapan; atau
2) sebagian atau seluruh biaya tiket transportasi atau biaya penginapan
yang tidak dapat dikembalikan/ refund.

O. Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas


a. pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas
kepada pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan;
b. pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas, disertai dengan:
1) Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD;
2) SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat
pelaksanaan Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi tempat
tujuan perjalanan dinas;
- apabila perjalanan dinas peserta daerah dibiayai oleh DIPA
penyelenggara, maka SPD ditandatangani oleh PPK
penyelenggara;
- apabila perjalanan dinas dalam rangka menghadiri undangan
kegiatanlintas sektor antar unit Eselon I yang biayanya dibebankan
kepada DIPA masing-masing satker, maka SPD ditandatangani
oleh panitia penyelenggara atau Dinas Kesehatan setempat;
- apabila perjalanan dinas dalam rangka menghadiri undangan
kegiatan/konsinyasi didalam lingkungan unit Eselon I Ditjen Binfar
dan Alkes yang biayanya dibebankan kepada DIPA masing-masing

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 105 101
satker, maka SPD ditandatangani oleh pihak hotel/panitia
penyelenggara;
- apabila perjalanan dinas dalam rangka menghadiri undangan
kegiatan yang melibatkan panitia daerah setempat (Dinas
Kesehatan Daerah Provinsi/Kab/Kota), dan biaya dibebankan
kepada DIPA masing-masing satker, maka SPD ditandatangani
oleh Dinas Kesehatan Daerah Provinsi/Kab/Kota Setempat;
- apabila perjalanan dinas dalam rangka bimbingan
teknis/monitoringkeProvinsi/Kab/Kota, maka SPD ditandatangani
oleh Pejabat Dinas Provinsi/Kab/Kota yang menjadi tempat tujuan
perjalanan dinas.
3) tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti
pembayaran moda transportasi lainnya;
4) Daftar Pengeluaran Riil;
5) bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh badan
usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan
6) bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya;
7) khusus untuk perjalanan dinas luar negeri dilampirkan Surat
Persetujuan Sekretariat Negara.
c. dalam hal bukti pengeluaran transportasi dan/atau penginapan/hotel tidak
diperoleh, pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan dapat
hanya menggunakan Daftar Pengeluaran Riil;
d. pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Pindah dengan melampirkan
dokumen berupa:
1) fotokopi surat keputusan pindah;
2) SPD yang telah ditandatangani pihak yang berwenang;
3) kuitansi/bukti penerimaan untuk uang harian;
4) kuitansi/bukti penerimaan untuk biaya transpor; dan
5) kuitansi/bukti penerimaan untuk biaya pengepakan dan angkutan
barang.
e. PPK melakukan Perhitungan Rampung seluruh bukti pengeluaran biaya
Perjalanan Dinas dan disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran;
f. PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya-biaya
yang tercantum dalam Daftar Pengeluaran Riil;
g. PPK mengesahkan Bukti Pengeluaran Riil dan menyampaikan kepada
Bendahara Pengeluaran sebagai pertanggungjawaban UP atau bukti

102 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 106
pengesahan Surat Permintaan Membayar/Surat Permintaan Pencairan
Dana (SPM/ SP2D) LS Perjalanan Dinas.

P. Pengajuan Biaya Uang Saku Rapat Di Dalam Kantor Di Luar Jam Kerja
Satuan biaya uang saku rapat di dalam kantor adalah Rp.300.000.-
Uang saku rapat di dalam kantor merupakan kompensasi bagi pegawati
negeri/non pegawai negeri yang melakukan kegiatan rapat yang dilaksanakan
di dalam kantor.
Uang saku rapat di dalam kantor dapat dibayarkan sepanjang :
a. rapat melibatkan eselon I lainnya;
b. dilaksanakan minimal 3 jam di luar jam kerja;
c. tidak diberikan uang lembur dan uang makan lembur;
d. dilengkapi dengan surat undangan yang ditandatangani oleh pejabat
setingkat eselon II/kepala satuan kerja;
e. surat tugas bagi peserta dari unit penyelenggara yang ditandatangani oleh
pejabat setingkat eselon II/kepala satuan kerja;
f. surat pernyataan pelaksanaan kegiatan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab kegiatan (pejabat minimal setingkat eselon III/Kepala
Satuan Kerja).

Catatan :
- uang saku rapat didalam kantor dapat dibayarkan sepanjang 6 (enam)
kriteria telah dipenuhi.
- dalam hal struktur organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga paling
tingggi eselon I, maka satuan biaya uang saku rapat di dalam kantor dapat
diberikan untuk rapat yang melibatkan eselon II lainnya.
- satuan biaya uang saku rapat didalam kantor belum termasuk konsumsi
rapat.

R. Pengajuan Biaya Uang Saku Rapat Di Dalam Kantor Di Luar Jam Kerja
Satuan biaya uang saku rapat di dalam kantor diberikan sesuai dengan
golongan pegawai.

Golongan I dan II Rp.300.000.-/Orang/Kali


Golongan III Rp.350.000.-/Orang/Kali
Golongan IV Rp.400.000.-/Orang/Kali

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 107 103
Uang saku rapat di dalam kantor merupakan kompensasi bagi pegawati
negeri/non pegawai negeri yang melakukan kegiatan rapat yang dilaksanakan
di dalam kantor.
Uang saku rapat di dalam kantor dapat dibayarkan sepanjang :
1. Rapat melibatkan eselon II lainnya/eselon I lainnya/Kementerian
Negara/Lembaga lainnya/Instansi Pemerintah/masyarakat.
2. Dilaksanakan minimal 3 jam di luar jam kerja pada hari kerja.
Catatan:
a. Satuan biaya uang saku rapat didalam kantor belum termasuk
konsumsi rapat.
b. Tidak diberikan uang lembur dan uang makan lembur.
c. Bagi peserta yang berasal dari luar unit penyelenggara dapat diberikan
uang transpor sepanjang kriteria pemberian uang transpor terpenuhi

S. Lembur dan Uang Makan Lembur


1. Pegawai Aparatur Sipil Negara
Harga Satuan
NO. Kriteria
Gol. I Gol. II Gol. III Gol IV
1 Lembur (OJ) Rp 13,000 Rp 17,000 Rp 20,000 Rp 25,000
2 Uang Makan Lembur (OH) Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 32,000 Rp 36,000

2. Pegawai Non Aparatur Sipil Negara


Uang Makan
Lembur
NO. Kriteria Lembur
(OJ)
(OH)
I Pegawai Non Aparatur Sipil Negara Rp 20,000 Rp 31,000
II Satpam, Pengemudi, Petugas Kebersihan Rp 13,000 Rp 30,000
dan Pramubakti

104 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 108
BAB VII
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang perpajakan, pihak yang


melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak atas pengeluaran yang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah Bendahara Pemerintah. Termasuk dalam pengertian
bendahara pemerintah antara lain Bendahara Pengeluaran, Pemegang Kas dan
Pejabat Lain yang menjalankan fungsi yang sama.
Secara umum, kewajiban perpajakan bagi Bendahara Pemerintah adalah
mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak, melakukan pemotongan dan/atau
pemungutan PPh, PPN dan Bea Materai, serta melakukan penyetoran dan
pelaporan pajak yang telah dipotong/dipungut.

7.1. PPh Pasal 21


Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah cara pelunasan pajak
dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan. Bendahara Pemerintah yang membayar gaji,
upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lainnya dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan wajib melakukan pemotongan PPh
Pasal 21.
A. Tarif PPh
a) Bersifat tidak final
Tarif PPh atas penghasilan yang dikenai PPh yang tidak bersifat final,
sesuai dengan Pasal 17 UU PPh adalah sebagai berikut:

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


1. Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2. > Rp.50.000.000,00 s.d Rp.250.000.000,00 15%
3. > Rp.250.000.000,00 s.d Rp.500.000.000,00 25%
4. > Rp.500.000.000,00 30%

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 109 105
b) Bersifat final
Tarif PPh atas penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat final berupa
honorarium atau imbalan tidak tetap dan teratur lainnya yang menjadi
beban APBN atau APBD dan dibayarkankepada PNS (termasuk CPNS)
adalah sebagai berikut:
No. Golongan Tarif
1. PNS Golongan I dan Golongan II 0%
2. PNS Golongan III 5%
3. PNS Golongan IV 15%

Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Sistem


Perbendaharaan Nomor S-2408/PB.7/2017 Tanggal 6 Maret 2017 hal
Penjelasan terkait perlakuan Pajak atas Uang Saku Rapat dalam kantor.
Uang Saku Rapat dalam kantor diluar jam kerja bukan untuk membiayai
kegiatan perjalanan dinas, sehingga bukan merupakan komponen biaya
perjalanan dinas, tetapi merupakan kompensasi berupa pemberian tambahan
kemampuan ekonomis bagi yang menerimanya. Oleh karena itu uang saku
RDK diluar jam kerja dipotong PPh Pasal 21.

106 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 110
B. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran

C. Tata Cara Pelaporan

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 111 107
7.2. PPh Pasal 22
Pemungutan Pajak Penghasilan PPh Pasal 22 dilakukan sehubungan dengan
pembayaran atas pembelian barang seperti: komputer, mebel, mobil dinas, ATK
dan barang lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak penjual barang.

A. Tarif PPh
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut adalah:
1,5 % x harga beli (tidak termasuk PPN)
Jika rekanan tidak memiliki NPWP maka tarifnya 100% lebih tinggi.

Pemungutan PPh Pasal 22 atas belanja barang tidak dilakukan dalam hal:
a. Pembayaran atas penyerahan barang yang jumlahnya paling banyak
Rp.2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
dilakukan otomatis tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, dan Benda-Benda Pos dilakukan otomotis tanpa SKB.
c. Pembayaran kepada wajib pajak rekanan yang termasuk kategori dengan
peredaran usaha tertentu < 4,8 M dengan menyertakan SKB.

B. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran

108 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 112
C. Tata Cara Pelaporan

7.3. PPh Pasal 23


Pemotongan PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan ang dibayarkan oleh bendahara kepada
pihak lain. Penghasilan yang dibayarkan tersebut antara lain:
1. Royalty, hadiah/penghargaan.
2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
3. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan
dan jasa lain

A. Tarif PPh
Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah:
a. 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas hadiah dan
penghargaan, deviden, bunga dan royalti
b. 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
1) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
2) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konsultan dan jasa lain
Jika rekanan tidak memiliki NPWP maka tarifnya 100% lebih tinggi.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 113 109
Yang tidak dikenakan Pemotongan PPh Pasal 23:
a) Yang dapat menunjukkan SKB Pemotongan PPh Pasal 23.
b) Yang melaksanakan proyek Pemerintah yang didanai Hibah atau
Pinjaman Luar Negeri.

Biaya hotel atas paket fullboard dan paket fullday tidak dipotong PPh 23
dengan dasar hukum PMK No.141/PMK.03/2015.

B. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran


Pemotongan dilakukan pada saat membayarkan penghasilan oleh
Bendahara dan Badan, Bukti Pemotongan lembar ke-1 untuk rekanan,
lembar ke-2 sebagai lampiran SPT masa PPh Pasal 23/26 dan lembar ke-3
untuk arsip bendahara.

110 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 114
C. Tata Cara Pelaporan

7.4. Pajak Pertambahan Nilai


Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak
yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari
pihak ketiga.

A. Tarif PPh
Pemungutan PPN
10 % x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Pembayaran yang tidak dipungut PPN oleh Bendahara yaitu:


a. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut dan/atau
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
c. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan
Bakar Minyak oleh PT. Pertamina (Persero).
d. Pembayaran atas rekening telepon.
e. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 115 111
f. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.
B. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran
Rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara disertai SSP dan
Faktur Pajak. SSP diisi oleh dan atas nama rekanan dan ditandatangani oleh
Bendahara. PPn yang dipungut Bendahara disetorkan dengan
menggunakan SSP, Kode MAP yang digunakan akun 411211 910.

C. Tata Cara Pelaporan


Pelaporan PPN selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir. Dalam hal akhir bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir jatuh pada hari libur pelaporan dilakukan pada hari kerja berikutnya.

112 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 116
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN

Sehubungan dengan tingkat penyerapan anggaran yang tidak merata sepanjang


tahun dan adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan anggaran yang dialami
satker pusat dan/atau satker di daerah, maka Kementerian Keuangan mengeluarkan
Surat Menteri Keuangan Nomor: S-137/MK.05/2016 tanggal 3 Maret 2016 hal Kinerja
Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga.

Kementerian Keuangan melakukan pengukuran kinerja pelaksanaan anggaran


Kementerian Negara/Lembaga bertujuan:
a. Melaksanakan fungsi monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran yang
berkelanjutan.
b. Mengindentifikasi kendala/permasalahan pelaksanaan anggaran yang dialami
oleh satuan kerja K/L dan memberikan solusi teknis atas permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat kewenangannya.
c. Memberikan rekomendasi terkait penyelesaian permasalahan pelaksanaan
anggaran yang penyelesaiannya melibatkan institusi lain.
d. Meningkatan kualitas pelaksanaan anggaran K/L serta perbaikan penyerapan
anggaran di periode yang sama pada tahun anggaran berikutnya.

Kinerja Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga diukur dalam 12


indikator yaitu:
a. Penyerapan Anggaran
b. Pengelolaan UP
c. Penyelesaian Tagihan
d. Deviasi Hal III DIPA
e. Data Kontrak
f. LPJ Bendahara
g. Revisi DIPA
h. Pengembalian/Kesalahan SPM
i. Retur SP2D
j. Deviasi Renkas/RPD Harian
k. Dispensasi SPM
l. Pagu minus

Penilaian indikator kinerja Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga


dilakukan tiap semester oleh Kementerian Keuangan.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 117 113
A. Penyerapan anggaran
Kementerian Keuangan akan memotret capaian realisasi anggaran setiap satker.

B. Pengelolaan UP
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 43
Ayat (8) tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN,
pengelolaan UP/Penggantian UP (revolving) dapat dilakukan apabila UP telah
dipergunakan paling sedikit 50%. Revolving GUP selanjutnya dapat dilakukan
dalam waktu 30 hari setelah revolving GUP terakhir.

C. Penyelesaian Tagihan
Penyelesaian tagihan sesuai batas waktu penagihan yang ditetapkan dalam PMK
Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 41, paling lambat tagihan diajukan s.d. 17 hari
kerja.

D. Deviasi Hal III DIPA


Evaluasi yang menyandingkan data perencanaan (Rencana Penarikan Dana) Hal
III DIPA dan realisasi penyerapan anggaran.

E. Data Kontrak
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen.
Pembuatan komitmen sebagaimana di maksud dapat dilakukan dalam bentuk
perjanjian kontrak untuk pengadaan barang/jasa dan atau penetapan keputusan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Pasal 36
Ayat (1) tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN,
Data perjanjian/kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam
Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.

F. LPJ Bendahara
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara merupakan salah satu kewajiban
pelaporan satker dalam mempertanggungjawabkan keadaan keuangan di satker
tersebut. Sesuai Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 Pasal 10
Ayat (7) LPJ Bendahara Pengeluaran harus disampaikan ke KPPN paling lambat
tanggal 10 setelah bulan yang bersangkutan berakhir.

114 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 118
G. Revisi DIPA
Frekuensi revisi DIPA dapat mengindikasikan kurang akuratnya perencanaan
yang disusun saat proses penyusunan anggaran, khususnya untuk revisi DIPA
yang bersifat pergeseran anggaran (tidak menambah/mengurangi pagu
anggaran). Disamping itu banyaknya revisi DIPA juga mencerminkan adanya
hambatan dalam pelaksanaan anggaran yang dapat berpengaruh pada
efektivitas pelaksanaan kegiatan.

H. Pengembalian/Kesalahan SPM
Kesalahan SPM dipergunakan sebagai salah satu indikator mengingat
pengembalian SPM dapat menyebabkan terlambatnya proses pencairan dana
sehingga akan mempengaruhi tingkat realisasi anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga.

I. Retur SP2D
Retur SP2D adalah penolakan/pengembalian dana atas pemindahbukuan
dan/atau transfer pencairan APBN dari Bank/Kantor Pos Penerima kepada
Bank/Kantor Pos Pengirim. Berdasarkan surat pemberitahuan retur dari KPPN,
KPA/ Satker melakukan perbaikan data supplier dan/atau data kontrak pada
aplikasi SPM/GPP. Sesuai Perdirjen Nomor Per-30/PB/2014 Pasal 10 Ayat (2)
Satker menyampaikan surat ralat/perbaikan rekening ke KPPN paling lambat 7
hari kerja sejak surat pemberitahuan retur diterima. Kementerian Keuangan
menilai kinerja satker dari banyaknya retur SP2D dan mengklasifikasikan
sebab/alasan retur SP2D (rekening supplier tidak aktif, salah nama bank/nomor
rekening).

J. Deviasi Renkas/RPD Harian


Sesuai dengan PMK 277/PMK.05/2014 pada Pasal 2, RPD, Rencana
Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas bertujuan:
a. Memperbaiki informasi RPD dan Rencana Penerimaan Dana yang tercantum
dalam DIPA;
b. Memperbaiki Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk mendukung pencapaian
target kinerja;
c. Memberikan informasi bagi BUN/Kuasa BUN dalam rangka pengelolaan
likuiditas; dan
d. Memberikan sumber informasi mengenai target penerimaan dan
meningkatkan kepastian atas tercapainya target penerimaan tersebut.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 119 115
KPPN akan menghitung deviasi antara RPD Harian dengan data realisasinya.
Perhitungan deviasi antara RPD Harian dengan data realisasinya:

Kementerian Keuangan akan merekapitulasi jumlah satker yang menyampaikan


perencanaan kas dan mengelompokkan deviasi renkas/RPD harian.

K. Dispensasi SPM (akhir tahun)


Setiap akhir tahun Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan terkait Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan
Pengeluaran Negara pada Akhir Tahun Anggaran, namun tidak sedikit satker
terlambat menyampaikan SPM LS sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan sehingga satker mengajukan Dispensasi SPM. Kementerian
Keuangan akan merekapitulasi jumlah Dispensi SPM LS dan nilai SPM yang
didispensasikan.

L. Pagu minus
Dalam rangka menghindari terjadinya pagu minus, maka satuan kerja harus
melakukan kendali atas usulan pencairan anggaran, namun apabila terdapat
pagu minus, maka harus dilakukan revisi dengan melaksanakan mekanisme
yang terdapat pada Permenkeu No. 10/PMK.02/2017 Tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2017.

116 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 120
BAB IX
LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas


pelaksanaan APBN berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,
laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan saldo anggaran
lebih, dan catatan atas laporan keuangan.
Kementerian Negara/Lembaga menyusun dan menyampaikan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga kepada:
a. Presiden melalui Menteri Keuangan sebagai pertanggungjawaban keuangan serta
dalam rangka konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
b. Badan Pemeriksa Keuangan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan.

9.1. Akuntansi Berbasis Akrual


Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan
berdasarkan pengaruh transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Dengan kata lain, basis
akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice dalam
pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan prinsip New Public
Management (NPM) yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan.
Akrual basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1. Pengakuan pendapatan
Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat pemerintah
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan pemerintah.
Dalam konsep basis akrual, mengenai kapan kas benar-benar diterima
menjadi hal yang kurang penting. Oleh karena itu, dalam basis akrual
kemudian muncul estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah
diakui padahal kas belum diterima.
2. Pengakuan beban
Pengakuan beban dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi,
maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya
meskipun beban tersebut belum dibayar.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 121 117
9.2. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Berbasis Akrual
Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran adalahlaporan yang menyajikan informasi
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode pelaporan.
Manfaat Laporan Realisasi Anggaran adalah:
a. menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja,
transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan
yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi
tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas
dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
- Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi.
- Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruhyang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
b. menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber
dayaekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah
pusatdan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporansecara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat
menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi
perolehan danpenggunaan sumber daya ekonomi:
- telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat.
- telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD).
- telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Manfaat dari Neraca adalah Menyediakan informasi mengenai posisi sumber
daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas pemerintah pada tanggal tertentu.
3. Laporan Operasional
Laporan Operasional adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu

118 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 122
periode pelaporan.
Manfaat dari Laporan Operasional (LO) adalah Menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Manfaat dari Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) adalah Menyediakan
informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi
tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Manfaat dari Catatan atas Laporan Keuangan (Calk) adalah Memudahkan
pengguna dalam memahami laporan keuangan

Proses Akuntansi Pada Entitas Akuntansi

Standar Dan Sistem Akuntansi

Input Process Output


- LRA
Proses Akuntansi - Relevan
Dokumen - LO
- Analisa Transaksi - Andal
Sumber - Neraca
- Jurnal/Entries - Dapat dibandingkan
Transaksi - LAK
- Posting - Dapat dipahami
- CaLK

Transaski Transaksi
Saldo Awal
Anggaran Berjalan
Transaksi Transaksi
Akrual Lainnya

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 123 119
9.3. Buku Besar Kas
Dalam rangka menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, maka dalam basis
akrual tetap disediakan buku besar kas. Hal ini dikarenakan APBN disusun
berdasarkan basis kas. Buku besar ini menampung data-data yang akan tersaji
dalam Laporan Realisasi Anggaran, yaitu: Estimasi Pendapatan yang
Dialokasikan, Allotment Belanja termasuk revisi DIPA, realisasi Pendapatan
LRA, realiasasi Pengembalian Pendapatan, realisasi Belanja, dan realisasi
Pengembalian Belanja. Dengan demikian buku besar kas pada satuan kerja
hanya digunakan untuk menyusun LRA selanjutnya akun tersebut akan ditutup
pada akhir tahun.

9.4. Buku Besar Akrual


Dalam rangka Perubahan Ekuitas dan menghasilkan Laporan Operasional,
Laporan Neraca disediakan buku besar akrual. Buku besar ini menampung
semua transaksi akrual yang akan tersaji ke dalam laporan keuangan selain
Laporan Realiasi Anggaran. Buku besar akrual akan memuat akun nominal yang
ada di Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas, Serta akun riil
yang ada di neraca. Dengan demikian termasuk di dalamnya transaksi kas dan
non kas. Transaksi kas misalnya yang berkaitan dengan kas di bendahara
penerimaan dan kas di bendahara pengeluaran, dan transaksi non kas misalnya
penyusutan, amortisasi dantransaksi akrual lainnya.
Sebelum laporan keuangan disusun dilakukan penyesuaian terhadap transaksi
pendapatan akrual maupun beban akrual, sehingga prinsip periodesitas dapat
terpenuhi untuk penyajian pos-pos dalam laporan keuangan.

Proses Pelaporan

Jurnal Buku Besar


Penyesuaian
Akrual Akrual
Formulir
Dokumen
Sumber
Jurnal Buku Besar Laporan
LRA Kas Keuangan

LRA LO LPE Neraca CaLK

120 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 124
9.5. Struktur Organisasi Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pada
Kementerian Negara/Lembaga
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran
(UAKPA), termasuk UAKPA Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan / Urusan
Bersama.
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah (UAPPA-W), termasuk UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan/ Urusan Bersama.
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran
Eselon I (UAPPA-El).
d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA).

9.6. Penanggung Jawab Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan


a. Penanggung Jawab UAKPA adalah Kepala Satuan Kerja. Untuk UAKPA
Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan / Urusan Bersama penanggung jawab
nya adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
b. Penanggung Jawab UAPPA-W adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala
Satuan Kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA-W. untuk UAPPA-W
Dekonsentrasi Penanggung jawabnya Kepala Dinas Pemerintah Provinsi.
Sedangkan untuk UAPPA-W Tugas Pembantuan/ Urusan Bersama
penanggung jawabnya adalah Kepala Dinas Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota).
c. Penanggung Jawab UAPPA-El adalah pejabat Eselon I.
d. Penanggung Jawab UAPA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

9.7. Tata Cara Penyusunan Dan Penyampaian Laporan Keuangan


Kementerian Negara/Lembaga
A. Jenis dan Periode Pelaporan
1. Laporan Keuangan
2. Laporan selain Laporan Keuangan yang disajikan dengan jenis dan
periode penyampaian diatur sebagai berikut:
a. Penyampaian Laporan Tingkat UAKPA ke KPPN
Periode Tingkat Penyampaian
No. Jenis Laporan Keterangan
Pelaporan Laporan
1. Laporan 1) LRA Belanja- 1) Tingkat UAKPA ke  ADK
Bulanan Bulanan KPPN  Softcopy
2) LRA laporan

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 125 121
Pengembalian dalam
Belanja- bentuk
Bulanan PDF
3) LRA
Pendapatan-
Bulanan
4) LRA
Pengembalian
Pendapatan-
Bulanan
5) Laporan
Operasional-
Bulanan
6) Laporan
Perubahan
Ekuitas-
Bulanan
7) Neraca-
Bulanan
8) Neraca
Percobaan-
Bulanan
Laporan 1) LRA Belanja- 1) Tingkat UAKPA ke  ADK
Bulanan Bulanan UAPPA-W/UAPPA  Softcopy
- Januari 2) LRA E1 laporan
- Februari Pengembalian 2) Tingkat UAPPA-W dalam
- April Belanja- ke Tingkat UAPPA- bentuk
- Mei Bulanan E1 PDF
- Juli 3) LRA 3) Tingkat UAPPA-E1
- Agustus Pendapatan- ke tingkat UAPA
- Oktober Bulanan
- November 4) LRA
Pengembalian
Pendapatan-
Bulanan
5) Laporan
Operasional-
Bulanan
6) Laporan
Perubahan
Ekuitas-
Bulanan
7) Neraca-
Bulanan

122 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 126
8) Neraca
Percobaan-
Bulanan
2. Laporan 1) LRA Belanja- 1) Tingkat UAKPA ke  ADK
Triwulan I dan Triwulanan KPPN  Cetakan
Laporan 2) LRA 2) Tingkat UAKPA ke
Triwulan III Pengembalian UAPPA-W/UAPPA
(Khusus Belanja- E1
Satker yang Triwulanan 3) Tingkat UAPPA-W
menerapkan 3) LRA ke Kanwil Ditjen
pola Pendapatan- Perbendaharaan
pengelolan Triwulanan 4) Tingkat UAPPA-W
4) LRA ke Tingkat UAPPA-
Pengembalian E1
Pendapatan- 5) Tingkat UAPPA-E1
Triwulanan ke tingkat UAPA
5) Laporan 6) Tingkat UAPA ke
Operasional- Kementerian
Bulanan Keuangan c.q.
6) Laporan Ditjen
Perubahan Perbendaharaan
Ekuitas-
Bulanan
7) Neraca-
Bulanan
8) Neraca
Percobaan-
Bulanan
3. Laporan Laporan 1) Tingkat UAKPA ke  ADK
Semesteran Keuangan- KPPN  Cetakan
Semesteran 2) Tingkat UAKPA ke
UAPPA-W/UAPPA
E1 (Semester I)
3) Tingkat UAPPA-W
ke Kanwil Ditjen
Perbendaharaan
4) Tingkat UAPPA-W
ke Tingkat UAPPA-
E1 (Semester I)
5) Tingkat UAPPA-E1
ke tingkat UAPA
(Semester I)
6) Tingkat UAPA ke
Kementerian

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 127 123
Keuangan c.q.
Ditjen
Perbendaharaan
(Semester I)
4. Laporan Laporan 1) Tingkat UAKPA ke  ADK
Tahunan Keuangan KPPN  Cetakan
Tahunan 2) Tingkat UAKPA ke
UAPPA-W/UAPPA
E1
3) Tingkat UAPPA-W
ke Kanwil Ditjen
Perbendaharaan
4) Tingkat UAPPA-W
ke Tingkat UAPPA-
E1
5) Tingkat UAPPA-E1
ke tingkat UAPA
6) Tingkat UAPA ke
Kementerian
Keuangan c.q.
Ditjen
Perbendaharaan

b. Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan


No. Jenis Laporan Uraian
1. LRA/LO/LPE/Neraca Kementerian hasil penggabungan
Negara/Lembaga Semesteran LRA/LO/LPE/Neraca UAPPA-E1
(semesteran/tahunan) pada lingkup
Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan
2. LRA/LO/LPE/Neraca UAPPA-E1 hasil penggabungan
LRA/LO/LPE/Neraca UAKPA
(semesteran/tahunan) di bawah
wilayah kerja eselon I masing-masing
3. LRA/LO/LPE/Neraca UAPPA-W Hasil penggabungan
LRA/LO/LPE/Neraca UAKPA
(semesteran/tahunan) pada lingkup
wilayah yang bersangkutan
4. LRA/LO/LPE/Neraca UAPPA-W hasil penggabungan
Dekonsentrasi/Tugas LRA/LO/LPE/Neraca UAKPA
Pembantuan/Urusan Bersama (semesteran/tahunan) pada lingkup
wilayah yang bersangkutan.

124 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 128
c. Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga disampaikan
kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan dengan ketentuan sebagai berikut:
No. Laporan Batas Waktu Penyampaian
1. Laporan Triwulan I Paling lambat tanggal 07 Mei tahun
anggaran berjalan
2. Laporan Keuangan Semester I Paling lambat tanggal 31 Juli tahun
anggaran berjalan
3. Laporan Triwulan III Paling lambat tanggal 07 November
tahun anggaran berjalan
4. Laporan Keuangan Tahunan
a. LK Unaudited a. Paling lambat tanggal terakhir di
bulan Februari setelah tahun
b. LK Tahunan Asersi Final anggaran berjalan
b. Akan ditentukan waktunya sesuai
dengan kesepakatan antara
Pemerintah dengan BPK

d. Jadwal Penyusunan dan Pengiriman Laporan Keuangan Kementerian


Negara/Lembaga
1) Laporan Triwulan I
Unit Waktu
Terima Proses Kirim
Organisasi Pengiriman

UAKPA - 12 April 2XX1


2 hari

UAPPA-W 14 April 6 hari 20 April 2XX1


2XX1 2 hari

UAPPA-E1 4 hari 26 April 2XX1


22 April 2 hari
2XX1
UAPPA 8 hari 07 Mei 2XX1
-
28 April
Menkeu c.q 2XX1 -
Dirjen PBN

07 Mei 2XX1

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 129 125
2) Laporan Keuangan Semester I
Unit Waktu
Terima Proses Kirim
Organisasi Pengiriman

UAKPA - 12 Juli 2XX1


2 hari

UAPPA-W 14 Juli 2XX1 6 hari 20 Juli 2XX1


2 hari

UAPPA-E1 22 Juli 2XX1 3 hari 25 Juli 2XX1


2 hari

UAPPA 27 Juli 2XX1 4 hari 31 Juli 2XX1


-

Menkeu c.q 31 Juli 2XX1 -


Dirjen PBN

3) Laporan Triwulan III


Unit Waktu
Terima Proses Kirim
Organisasi Pengiriman

UAKPA - 12 Oktober 2XX1


2 hari

UAPPA-W 14 Oktober 2XX1 6 hari 20 Oktober 2XX1


2 hari

UAPPA-E1 22 Oktober 2XX1 5 hari 27 Oktober 2XX1


2 hari

UAPPA 29 Oktober 2XX1 9 hari 07 November


2XX1 -

Menkeu c.q 07 November -


Dirjen PBN 2XX1

126 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 130
4) Laporan Keuangan Tahunan (Audited)
Unit Waktu
Terima Proses Kirim
Organisasi Pengiriman

UAKPA - 20 Januari 2XX2


2 hari

UAPPA-W 22 Januari 2XX2 7 hari 29 Januari 2XX2


2 hari

UAPPA-E1 01 Februari 7 hari 08 Februari


2XX2 2XX2 2 hari

UAPPA 17 hari
10 Februari Tanggal -
2XX2 Terakhir
Menkeu c.q - Februari 2XX2
Dirjen PBN
Tanggal Terakhir
Februari 2XX2

9.8. Sistematika Laporan Keuangan


Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, hasil operasi, dan perubahan ekuitas
suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepada
entitas.
A. Sistematika Laporan Keuangan Pokok
1. Pernyataan Telah Direviu (hanya untuk penyajian Laporan Keuangan
Tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran)
2. Pernyataan Tanggung Jawab
3. Ringkasan Laporan Keuangan
4. Laporan Realisasi Anggaran
5. Neraca
6. Laporan Operasional

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 131 127
7. Laporan Perubahan Ekuitas
8. Catatan atas Laporan Keuangan

B. Lampiran Pendukung-Laporan Keuangan Pokok


1. Rincian laporan yang dihasilkan dari aplikasi, antara lain:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Realisasi Anggaran Belanja melalui KPPN dan BUN;
c. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah
Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/ Lembaga melalui
KPPN dan BUN;
d. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Penclapatan Negara dan Hibah
Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/ Lembaga melalui
KPPN dan BUN;
e. Laporan Realisasi Anggaran Belanja melalui KPPN dan
BUN-Menurut Jenis Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian
Negara/ Lembaga, Eselon I dan Wilayah);
f. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Belanj a melalui KPPN dan
BUN-Menurut Jenis Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian
Negara/ Lembaga, Eselon I clan Wilayah);
g. Neraca;
h. Neraca Percobaan.
2. Laporan Pengguna Barang.
3. Daftar Rekening Pemerintah (dapat dengan soft copy).
4. Daftar atau tabel yang diperlukan dalam rangka penyajian
laporankeuangan yang andal.
5. Rencana dan Tindak Lanjut Kementerian Negara/ Lembaga atas
TemuanPemeriksaan BPK terhadap Laporan Kementerian
Negara/Lembaga.
6. Ikhtisar Laporan Badan Lainnya.
7. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh penyusun laporan keuangan.

9.9. Kebijakan Akuntansi


A. Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara
(KUN). Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah

128 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 132
nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan-
LRA disajikan sumber pendapatan.
B. Pendapatan-LO
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Badan Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Jasa Pelatihan diakui setelah pelatihan selesai
dilaksanakan
2. Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional antara nilai dan
periode waktu sewa.
3. Pendapatan dikeluarkannya Denda diakui pada saat dikeluarkannya
keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan.

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu


dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah
nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan
disajikan menurut sumber pendapatan.
C. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari BUN.
D. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsiaset;
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
E. Aset
Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, aset tetap, piutang jangka
panjang dan aset lainnya.
1. Aset Lancar
a. Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Kas disajikan
dineraca dengan menggunakan nilai nominal.
b. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yangtimbul
berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan
penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan diterima
pengembaliannya dalam waktu12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan.
c. Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat
direalisasikan. Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan
piutang tak tertagih.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 133 129
Perhitungan penyisihan piutang
Kualitas
Uraian Penyisihan
Piutang
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d 0.5%
tanggal jatuh tempo
Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal 10%
Surat Tagihan Pertama tidak
dilakukan pelunasan
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal 50%
Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan
pelunasan
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal
Surat Tagihan Ketiga tidak 100%
dilakukan pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada
Panitia Urusan Pitang
Negara/DJKN

2. Aset Tetap
a. Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan
oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
b. Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga
wajar.
c. Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuanminimum
kapitalisasi sebagai berikut:
1) Pengeluaran untuk per satuan peralatan danmesin dan
peralatan olah raga yang nilainya samadengan atau lebih dari
Rp300.000,00 (tiga ratus riburupiah);
2) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yangnilainya sama
dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
3) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasannilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaranuntuk tanah, jalan/ irigasi/ jaringan, dan aset
tetaplainnya berupa koleksi perpustakaan dan barangbercorak
kesenian.
4) Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:

130 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 134
- Tanah
- Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP)
- Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen
sumber sah atau dalam kondisi rusakberat dan/ atau usang
yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk
dilakukan penghapusan.
5) Penyusutan Aset Tetap dilakukan denganmenggunakan
metode garis lurus yaitu denganmengalokasikan nilai yang
dapat disusutkan dariAset Tetap secara merata setiap semester
selamaMasa Manfaat.
6) Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat


Peralatan dan Mesin 2 s.d 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s.d 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik 4 tahun
Modern)

3. Piutang Jangka Panjang


Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan
akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan
setelahtanggal pelaporan.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan
nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan.

4. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap,
dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah
asset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih
dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga
(kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.
Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu
sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 135 131
F. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalamkewajiban jangka pendek
(diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan) dan kewajiban jangkapanjang (diharapkan untuk
dibayar atau jatuh tempo lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan)

G. Ekuitas
Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam
satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam
Laporan Perubahan Ekuitas.

9.10. Pengaturan Pencatatan Barang Persediaan


Sesuai dengan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-
6478/PB.6/2015 tanggal 03 Agustus 2015 tentang Penggunaan Akun Belanja
yang menghasilkan Persediaan, dalam rangka pelaksanaan akuntansi
Pemerintah Pusat berbasis akrual, ketentuan mengenai penggunaan akun
belanja yang menghasilkan persediaan sebagai berikut:
a. sesuai dengan Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-9070/PB/2014
tanggal 29 Desember 2014 dan Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-
311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Gambar Akun
Standar, terdapat pemisahan akun belanja yang menghasilkan persediaan
dan yang tidak menghasilkan persediaan.
b. pada prinsipnya, Persediaan tidak dapat dilihat dari bentuk barangnya,
melainkan niat awal (intention) pada saat penyusunan perencanaan
kegiatan dan penyusunan RKAKL-nya, sehingga untuk barang-barang
yang memang direncanakan habis pada satu kegiatan tidak dialokasikan
dari Belanja Barang Persediaan dan tidak menjadi persediaan. Suatu
barang dapat digolongkan sebagai barang persediaan apabila
perencanaan pengadaan barang tersebut bersifat kontinu atau
berkelanjutan, tidak hanya untuk satu kali kegiatan saja.
c. suatu barang dapat dikategorikan sebagai persediaan bukan terbatas
hanya pada satu Output Layanan Perkantoran saja, namun bisa terdapat

132 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 136
pada output lain sepanjang memenuhi kriteria sebagaimana tersebut pada
huruf b.

Ilustrasi Penggunaan Akun Belanja yang menghasilkan Persediaan


No. Uraian Klasifikasi Keterangan

1 Pengadaan Belanja Barang  Perencanaan pengadaan secara


seminar kit untuk Persediaan Konsumsi kontinu/berkelanjutan
peserta diklat oleh (521811)  tidak habis dalam sekali kegiatan diklat
Badan Pendidikan
dan Pelatihan
Keuangan yang
dapat dipakai untuk
beberapa kali
kegiatan.
2 Pengadaan Belanja Bahan  perencanaan pengadaan hanya untuk satu
seminar kit untuk (521211) kali kegiatan saja
kegiatan Sosialisasi  habis dalam sekali kegiatan sosialisasi
Aplikasi SAIBA oleh
KPPN Jakarta II.
3 Pengadaan Belanja Barang  tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya
perlengkapan Persediaan untuk cadangan atau berjaga-jaga
gedung seperti Pemeliharaan Gedung
engsel pintu, kunci, dan Bangunan
lampu, dll untuk (523112)
pemeliharaan
gedung kantor oleh
KPPN Klaten.
4 Service rutin dan Belanja Pemeliharaan  habis dalam sekali pakai
ganti oli untuk Peralatan dan Mesin
kendaraan dinas di (523121)
bengkel resmi oleh
Sekretariat Ditjen
SDPPI.
5 Pembelian oli Belanja Barang  tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya
pelumas dan BBM Persediaan untuk cadangan atau berjaga-jaga
untuk peralatan Pemeliharaan
genset oleh Peralatan dan Mesin
pengelola Gedung (523123)
Kantor BPS
Propinsi.

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 137 133
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan


Pajak.
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tetang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah.
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas
Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem
Penerimaan Negara Secara Elektronik.
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.05/2014 Tentang Pelaksanaan
Anggaran Dalam Rangka Penyelesaian Pekerjaan Yang Tidak Terselesaikan
Sampai Dengan Akhir Tahun Anggaran sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.05/2015.
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana
Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas.
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2017
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri

134 Petunjuk
Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 138
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2017 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2017.
17. Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Nomor PER-1/AG/2014 tentang Tata Cara
Penyetoran/Pembayaran PNBP & Penerimaan Non Anggaran Secara Elektronik.
18. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2013 Tentang
Pengelolaan Data Supplier Dan Data Kontrak Dalam Sistem Perbendaharaan
Dan Anggaran Negara.
19. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 Tentang
Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban
Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
20. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Unit Layanan Pengadaan.
21. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Unit Layanan Pengadaan.
22. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-6478/PB.6/2015 Tanggal 3
Agustus 2015 Tentang Penggunaan Akun Belanja yang menghasilkan
Persediaan.
23. Surat Edaran Ketua LKPP Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui E-Purchasing.
24. Direktorat Jenderal Pajak. 2016. Bendahara Mahir Pajak (Edisi Revisi) Buku III
2016, Tim Penyusun Direktorat Peraturan Perpajakan II 2016

Petunjuk
PetunjukPelaksanaan
PelaksanaanAnggaran
AnggaranTahun
Tahun2017
2017 139 135
136 Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai