Anda di halaman 1dari 16

STUDI KOMPUTASI AB INITIO DAN SINTESIS SENYAWA NITROEUGENOL

BAIQ NURHIKMAH SEPTIANA


G1C013009

ABSTRAK
Pengembangan senyawa obat baru sekarang dapat dioptimalkan dengan menggunakan
pemodelan molekul menggunakan teknik kimia komputasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui hasil studi komputasi mekanisme reaksi nitratasi senyawa eugenol menjadi
nitroeugenol yang dilakukan dengan pendekatan menggunakan benzena, serta untuk
membandingkan hasil analisis secara komputasi dengan eksperimen. Penelitian ini terdiri dari
2 tahapan utama yaitu komputasi dan sintesis. Tahapan komputasi meliputi pembuatan
struktur awal eugenol dan nitroeugenol, optimasi struktur awal, perhitungan deskriptor
elektronik (berat molekul, potensial elektrostatik, dan energi molekular orbital dengan melihat
selisih energi LUMO-HOMO) serta IRC (Instrinsic Reaction Coordinate). Tahapan sintesis
meliputi reaksi nitratasi eugenol dan identifikasi nitroeugenol hasil sintesis. Hasil optimasi
geometri struktur awal eugenol dan nitroeugenol dengan metode Ab Initio (HF/3-21G) telah
optimal, yaitu tidak ditemukannya frekuensi bernilai imaginer. Hasil potensial elektrostatik
eugenol dan nitroeugenol diketahui kecenderungan nitroeugenol sebagai tempat terjadinya
serangan elektrofilik lebih besar dari eugenol. Dari nilai selisih energi LUMO-HOMO
nitroeugenol lebih kecil (10,531 eV) daripada eugenol (12,245 eV) yang menandakan bahwa
nitroeugenol lebih reaktif dari eugenol. Hasil IRC diperoleh energi transisi sebesar 90,634
kJ/mol (basis set 3-21G) dan 108,989 kJ/mol (basis set 6-31G(d)) yang menunjukkan struktur
transisi berhasil dibentuk dan menghasilkan produk berupa nitrobenzena. Hasil tersebut
berkorelasi baik dengan eksperimen yakni pada hasil sintesis senyawa nitroeugenol dengan
mengadopsi metode Bagherenjad didapatkan persentase rendemen nitroeugenol (90,71%).
Hasil sintesis dianalisis menggunakan KLT menunjukkan nilai Rf nitroeugenol dengan
eugenol murni memiliki nilai yang sama (Rf = 0,55). Analisis keberadaan senyawa
nitroeugenol dilakukan menggunakan GC-MS, yakni diperoleh puncak sebesar 209 m/z yang
menunjukkan berat molekul dari senyawa nitroeugenol dengan rumus molekul C10H11NO4.

Kata Kunci: Pemodelan Molekul, Eugenol, Nitroeugenol, Ab Initio, IRC, LUMO-HOMO.

ABSTRACT
The development of new drug compounds has been optimized by molecular
approaches using computational chemistry. The objectives of this study are to know the result
of computational study of nitration reaction mechanism of eugenol into nitroeugenol
compound by using benzene approaches and to compare the results between computational
and experimental analyses. This study was divided into two main steps, which are
computation and synthesis. The computation process consisted of making an initial structure
of eugenol and nitroeugenol; optimizing both initial structures; calculating the electronic
descriptors (molecular weight, electrostatic potential, and orbital molecular energy by
observing the energy gaps of LUMO-HOMO); and IRC (Intrinsic Reaction Coordinate). The
synthesis process includes the synthesis of eugenol nitrate and identification of nitroeugenol
from the synthesis. The result of optimizing molecular geometry of eugenol and
nitroeugenol’s initial structures using Ab Initio (HF / 3-21G) method, there was no frequency
with imaginary value. Based on the electrostatic potential of eugenol and nitroeugenol, it was
found that the tendency of nitroeugenol as a site of electrophilic attack was greater than
eugenol. Furthermore, the analysis of orbital molecular energy obtained a smaller energy gap
of LUMO-HOMO of nitroeugenol (10.531 eV) than eugenol (12.245 eV) indicating that
nitroeugenol was more reactive than eugenol. IRC result obtained a transition energy is
90.634 kJ/mol (basis set 3-21G) and 108.989 kJ/mol (basis set 6-31G(d)) showing the
transition structure succesfully formed and producing a product of nitrobenzene. These result
correlate well with the experiment in the result of synthesizing nitroeugenol adobting
Bagherenjad method attained 90.71% of the yield. The yield was then analyzed using TLC
and the Rf of the yield and nitroeugenol from pure eugenol were the same (R f = 0.55). The
presence of nitroeugenol compounds was continue to be analysed by using GC-MS, which
obtained a peak of 209 m/z showing the particular molecular weight of the nitroeugenol with
molecular formula of C10H11NO4.

Keywords: Molecular Modeling, Eugenol, Nitroeugenol, Ab Initio, IRC LUMO-HOMO.


PENDAHULUAN Kesemuanya itu harus dilalui sebelum
Perkembangan pesat teknologi sampai pada tahap uji aktivitas.
mikroprosesor telah mempengaruhi Kelemahannya adalah jika semua tahap
perkembangan ilmu kimia. Penggunaan tersebut telah dikerjakan, namun hasil yang
komputer sebagai peralatan kerja diperoleh (senyawa yang diteliti) ternyata
laboratorium dikembangkan menjadi suatu mempunyai aktivitas yang tidak lebih baik,
aspek kajian yang disebut dengan kimia maka waktu, biaya dan tenaga yang telah
komputasi (Prasetya, 2010). dikeluarkan dalam serangkaian kerja
laboratorium menjadi terbuang. Dalam hal
Penelitian-penelitian kimia dengan
inilah aplikasi kimia komputasi dapat
menggunakan komputer sebagai alat bantu
berperan penting dalam bidang khususnya
terus dilakukan dan dikembangkan.
kimia medicinal terutama dalam hal
Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh
perancangan obat, prediksi teoritis tentang
(Rahman, 2012) yakni untuk mengetahui
sifat-sifat kimia dan aktivitas suatu molekul
rasionalisasi jalur sintesis laevifonol dari
(Sardjoko, 1993). Hal ini dapat membantu
trans-resveratrol dengan menggunakan teori
mengurangi kegagalan riset eksperimental di
fungsional kerapatan (DFT), (Armunanto,
laboratorium serta dapat mengefisiensikan
2004) dengan penelitiannya yaitu untuk
tenaga, waktu, biaya riset dan dapat
memprediksi hubungan struktur elektronis
mengurangi hewan uji yang digunakan serta
dengan aktivitas antimalaria pada senyawa
untuk melindungi lingkungan dari toksisitas.
turunan artemisinin, dan (Prianto, 2008) yang
mempelajari mekanisme reaksi proses Salah satu senyawa yang dapat
elektrolisis NaCl menjadi NaClO4. Di digunakan sebagai starting material dalam
negara-negara maju seperti Amerika dan pengembangan obat baru adalah senyawa
Eropa komputasi kimia yang mereka lakukan eugenol. Senyawa eugenol merupakan
telah sampai ke tahap-tahap yang cukup senyawa yang banyak dibutuhkan oleh
rumit, sebagai contoh penelitian mengenai berbagai industri yang saat ini sedang
rekayasa genetika, membuat desain-desain berkembang (Kardinan, 2005).
obat baru, baik senyawa organik maupun
Eugenol merupakan turunan guaiakol
anorganik (Kendal, 1995).
yang dapat dikelompokkan dalam golongan
Dalam pengembangan obat baru alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol dan
secara laboratorium ada beberapa langkah dapat digunakan sebagai parfum, penyedap,
eksperimen yang perlu dilakukan, seperti: pembuatan vanillin, pembius lokal, pestisida,
desain, sintesis, purifikasi dan identifikasi. dan komponen dalam rokok kretek
(Sudarma, 2009). Selain itu, senyawa starting material agar memudahkan proses
eugenol diketahui mempunyai aktivitas komputasi. Digunakannya metode Ab Initio
farmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi, dalam penelitian ini karena merupakan
antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, metode yang keakuratannya paling baik
antispamosdik, antiemetik, stimulan, dan daripada metode yang lain, dimana hasil
anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak perhitungannya mendekati hasil eksperimen.
dimanfaatkan dalam industri farmasi
METODE PENELITIAN
(Pramod et al., 2010).
Jenis Penelitian
Pada prinsipnya eugenol dapat diubah Penelitian ini bersifat eksploratif
menjadi bahan dasar untuk pembuatan eksperimental yang dibagi ke dalam 2
senyawa-senyawa yang lebih berguna dengan tahapan yaitu tahapan komputasi dan tahapan
reaksi transformasi. Salah satu bentuk sintesis.
modifikasi dari senyawa eugenol tersebut Waktu dan Tempat Penelitian
yaitu nitroeugenol. Senyawa ini diperoleh Penelitian ini dilakukan dari bulan
melalui reaksi nitrasi eugenol yang Januari s/d Desember 2017 di Laboratorium
menyebabkan terjadinya penambahan gugus Fisika, Laboratorium Kimia dan
fungsi nitro pada cincin benzenanya. Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas
Senyawa ini memiliki kereaktifan dan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
aktifitas biologis yang lebih tinggi Universitas Mataram.
dibandingkan dengan senyawa eugenol Alat dan Bahan Penelitian
dalam peranannya sebagai penghambat Adapun alat-alat dan perangkat lunak
pembentukan sel kanker pada manusia yang digunakan untuk tahapan komputasi
(Carrasco, 2008). antara lain: Avogadro 1.1.1, Gaussian 09,
Gaussian 98 for Linux, GaussView 05,
Dari pemaparan di atas perlu
Komputer berbasis Windows dan Linux
dilakukannya studi komputasi mekanisme
dengan System Model: DELL, BIOS: Inside
reaksi nitratasi senyawa eugenol menjadi
dan Linux Version, Processor: Intel (R) Core
nitroeugenol menggunakan metode Ab initio
(TM) 2, Quad CPU Q9400, ~2.66 GHz,
dengan jenis perhitungan Hartree Fock, basis
Memory: 2.00 GB, Available OS Memory:
set 3-21G dan 6-31G(d) sebelum dilakukan
1642 MB RAM, Molden dan PC berbasis
eksperimen tersebut untuk mengetahui alur
Windows dengan System Model: HP
reaksinya. Dalam penelitian ini, dilakukan
EliteBook 2760p, BIOS: Default System,
pendekatan dengan menggunakan senyawa
Processor: Intel (R) Core (TM) i5-2410M
benzena pada perhitungan IRC sebagai
CPU, 4 CPUs, ~2,3GHz, Memory: 4096 MB GaussView 05 dalam bentuk 3D yang
RAM. kemudian disimpan dalam bentuk *.com dan
Sedangkan alat-alat yang digunakan *.gjf.
untuk tahapan sintesis antara lain: aluminium
Optimisasi Struktur Eugenol dan
foil, batang pengaduk, bejana kromatografi
Nitroeugenol
lapis tipis, botol vial, corong, corong pisah
Sebelum dilakukan optimasi geometri,
500 mL, erlenmeyer (50 dan 250 mL), GC-
perangkat lunak GaussView 05 diatur terlebih
MS (GCMS-QP2010 SHIMADZU), gelas
dahulu menggunakan jenis perhitungan HF
arloji, gelas kimia (100, 250 dan 600 mL),
dengan basis set 3-21G melalui menu
gelas ukur (10, 50 dan 100 mL), hot plate,
Method. Selanjutnya dipilih menu Job Type,
kromatografi kolom, labu alas bulat (round
Optimization dan Title kemudian diklik
bottom flask) 100 mL, labu alas datar 250
Submit. GaussView 05 akan langsung
mL, lampu UV (Spectroline Model CM-10),
tersambung dengan Gaussian 09 untuk
magnetic stirrer, neraca analitik, pinset, pipet
proses kalkulasinya. Setiap akan melakukan
kapiler, pipet tetes, pipet volume (5, 10 dan
perhitungan apapun dibuat log files untuk
25 mL), plastic wrap, rubber bulb, sendok,
mencatat proses yang terjadi.
seperangkat alat reflux, set alat rotary
evaporator, termometer 100 ºC dan tutup Perhitungan Deskriptor Elektronik
bejana.
Perhitungan deskriptor elektronik ini
Bahan-bahan yang digunakan adalah meliputi berat molekul, muatan potensial
eugenol murni, aquades, dikhlorometana elektrostatik, energi HOMO (High Occupied
(DCM) (merk), n-heksan (Riedel de Haen), Molecular Orbital) dan LUMO (Low
Na2SO4 anhidrat (Unilab), Asetonitril (Merk), Unoccupied Molecular Orbital). Seluruh
NH4NO3 (Merk), KHSO4 (Merk), kertas perhitungan ini menggunakan HF/3-21G dan
saring biasa, kertas saring whatman no. 42, menggunakan GaussView 05 sebagai Builder
silika (SiO2) 60 Mesh (Merk), plat KLT struktur senyawa eugenol dan nitroeugenol
(silica gel 60 F254). serta Gaussian sebagai aplikasi kalkulasinya.

Tahap Komputasi Perangkat lunak GaussView diatur terlebih


dahulu dengan memilih menu Job Type,
Pembuatan Struktur Awal Eugenol dan Frequency untuk perhitungan berat molekul
Nitroeugenol dan Opt+Freq untuk menghitung muatan

Struktur dasar eugenol dan nitroeugenol potensial elektrostatik dan energi HOMO-

digambar menggunakan Avogadro 1.1.1 dan


LUMO. Hasil perhitungannya kemudian sebanyak 32 dan 42. Keseluruhan
divisualisasi menggunakan GaussView. perhitungan tersebut menggunakan HF dan
Intrinsic Reaction Coordinate (IRC) basis set 3-21G dan 6-31G(d) pada
Calculation GaussView 05 dan Gaussian 09.
Perhitungan IRC ini menggunakan Tahap Eksperimen
benzena sebagai pendekatan dalam Reaksi Nitratasi Eugenol
menghitung alur reaksi eugenol menjadi
Reaksi nitrasi yang dilakukan ini
nitroeugenol, dimana diasumsikan bahwa
mengadopsi metode dari Bagherenjad et al.,
yang bereaksi hanya karbon pada cincin
aromatik eugenol yang bereaksi dengan ion (2009), yakni 1,5 gram eugenol dilarutkan

+
dengan 20 mL asetonitril. Kemudian ke
NO2 . Ada 4 tahapan utama yang dilakukan
dalam campuran ditambahkan secara
pada perhitungan ini. Tahapan pertama yaitu
perlahan-lahan (NH4NO3) dan kalium
menentukan koordinat awal struktur benzena
hidrogen sulfat (KHSO4) yang telah
+
dan ion NO2 sebagai reaktan, nitrobenzena ditimbang sebanyak 1,4 g dan 0,64 gr.
- Campuran diaduk dengan perputaran konstan
sebagai produk, dan struktur HSO4 sebagai
struktur katalisnya. Tahapan kedua yakni pada temperatur kamar selama 30 menit.
optimisasi struktur-struktur tersebut untuk Hasil yang diperoleh direfluks⁰ selama 5 jam
mendapatkan struktur yang paling stabil dengan suhu (T=82 C). Campuran diatas
disaring sehingga diperoleh filtrat (A) yang
dengan menggunakan Optimization pada
telah terpisah dengan endapan. Endapan
menu Job Type. Tahapan ketiga yakni dicuci dengan 20 ml asetonitril sehingga
dihitung potential energy surface scan dari dihasilkan filtrat (B). Filtrat (B) yang telah
struktur transisi dan struktur katalis yang diperoleh digabung dengan filtrat (A). Filtrat
telah optimal untuk mencari struktur-struktur yang diperoleh diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh minyak
transisi dari reaksi nitratasi benzena
berwarna kemerah-merahan. Liquor ini diuji
menggunakan menu Scan pada menu Job
KLT. Liquor yang diperoleh dikolom untuk
Type dan memastikan struktur transisi yang memperoleh nitroeugenol murni. Proses
didapat dengan melakukan optimasi TS pemisahan dengan kromatografi kolom ini
Berny pada menu Job Type, Optimization TS menggunakan 2 jenis pelarut sebagai eluen
(Berny) dan menghitung frekuensinya yaitu yakni n-Heksan 100% dan DCM 100%.
Fraksi-fraksi dimasukkan dalam botol vial
memilih Job Type, Frequency. Tahapan
dan di uji KLT. Fraksi yang spotnya sejajar
terakhir yakni menghitung alur reaksi akhir
dari nitratasi benzena menghasilkan
nitrobenzena dengan memillih menu Job
Type, IRC dengan step yang digunakan
digabung dan dievaporasi. Hasil diuji KLT, pada eugenol, dan identifikasi senyawa hasil
dianalisis menggunakan lampu UV dan sintesis.
ditandai spot yang terbentuk.
Tahap Komputasi
Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis
Pembuatan Struktur Awal Eugenol dan
Identifikasi senyawa hasil sintesis Nitroeugenol
dilakukan menggunakan KLT dan instrument
Pembuatan struktur awal ini dilakukan untuk
GC-MS.
memperoleh input file dari strukur eugenol
HASIL DAN PEMBAHASAN dan nitroeugenol, dimana input file ini akan
Penelitian yang telah dilakukan terdiri digunakan untuk perhitungan optimasi dan
atas 2 tahapan, tahap pertama yaitu deskriptor elektronik. Didapatkan struktur
komputasi meliputi pembuatan struktur awal awal eugenol dan nitroeugenol pada Gambar
eugenol dan nitroeugenol, optimasi struktur 1
awal eugenol dan nitroeugenol, perhitungan
deskriptor elektronik, dan perhitungan IRC
untuk menentukan jalur reaksinya. Proses
komputasi pada optimasi struktur awal dan
perhitungan deskriptor elektronik eugenol
dan nitroeugenol dihitung menggunakan
metode Ab Initio dengan jenis perhitungan
Hartree Fock dan basis set 3-21G, sedangkan
pada perhitungan IRC basis set yang
digunakan ada 2 macam yaitu 3-21G dan 6-
31G(d). Digunakannya metode, jenis
perhitungan dan basis set tersebut karena
merupakan salah satu metode komputasi
sederhana yang memberikan tingkat
keakuratan paling baik dibandingkan metode
yang lain, tidak membutuhkan waktu lama
pada saat proses perhitungannya dan hasil
yang didapatkan mendekati hasil eksperimen.
Gambar 1 Struktur senyawa (a) eugenol dan
Kemudian pada tahap kedua yaitu
(b) nitroeugenol
eksperimen (sintesis) meliputi reaksi nitratasi
Optimasi Struktur Awal Eugenol dan sesudah dioptimasi serta perubahan bentuk
Nitroeugenol struktur. Tujuan dari optimasi ini adalah
untuk menghitung energi terendah dan gaya
Pada tahap optimasi ini, struktur awal
atomik terkecil serta untuk menampilkan
eugenol dan nitroeugenol yang telah
struktur molekul, sedemikian rupa sehingga
diperoleh input filenya kemudian dioptimasi
mendekati struktur yang sebenarnya
untuk mendapatkan struktur eugenol dan
(Prasetya, 2010). Kedua struktur senyawa
nitroeugenol yang paling stabil. Setelah
tersebut sudah optimal, dimana kondisi ini
dilakukan perhitungan didapatkan hasil
ditandai dengan tidak ditemukannya
optimasi kedua struktur senyawa tersebut
frekuensi bernilai imaginer pada hasil
pada Gambar 2
perhitungan (tidak terdapat nilai negatif pada
frekuensi) (Male, 2015).

Perhitungan Deskriptor Elektronik

Perhitungan deskriptor elektronik


pada penelitian ini bertujuan untuk
memperkirakan berat molekul, potensial
elektrostatik, dan energi molekular orbital
dengan melihat selisih energi LUMO
(Lowest Unoccupied Molecular Orbitals) dan
HOMO (Highest Occupied Molecular
Orbitals).
Massa Molekul Relatif

Massa molekul relatif didapatkan dari hasil


perhitungan frekuensi struktur eugenol dan
nitrougenol yang telah dioptimasi. Adapun
massa molekul relatif yang didapat dari
perhitungan komputasi dan secara teoritis
Gambar 2 Hasil optimasi struktur senyawa
terdapat pada Tabel 1
(a) eugenol dan (b) nitroeugenol
Dari hasil optimasi tersebut, dapat
dilihat bahwa terdapat perbedaan panjang
ikatan dan sudut ikatan antara struktur
eugenol dan nitroeugenol sebelum dan Tabel 1 Massa molekul relatif eugenol dan
nitroeugenol
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa Dari warna kerapatan elektron untuk
nilai massa molekul relatif eugenol dan senyawa eugenol diketahui bahwa potensial
nitroeugenol yang didapat dari hasil elektrostatik berharga negatif pada atom –O
perhitungan komputasi hampir sama dengan dalam gugus –OH dan gugus metoksi (-
massa molekul relatif kedua senyawa tersebut OCH3). Sedangkan potensial elektrostatik
secara teoritis. Hal ini menandakan bahwa berharga positif pada atom –C dalam gugus
metode yang digunakan sudah tepat, karena alkena. Hal ini menandakan bahwa pada
hasil yang didapatkan sudah mendekati hasil daerah sekitar gugus –OH dan –OCH3 lebih
secara teoritis. memungkinkan terjadinya serangan elektrofil.
Sedangkan untuk senyawa nitroeugenol
Potensial Elektrostatik
diketahui bahwa potensial elektrostatik
Hasil perhitungan potensial berharga negatif pada atom –O dalam gugus
elektrostatik eugenol dan nitroeugenol nitro (-NO2), gugus –OH dan gugus metoksi
dipetakan dalam bentuk kerapatan elektron (-OCH3). Sedangkan potensial elektrostatik
dengan menggunakan warna untuk berharga positif pada atom –C dalam gugus
menyatakan nilai potensialnya. Adapun peta alkena dan benzena. Hal ini menandakan
potensial elektrostatik eugenol dan bahwa daerah sekitar gugus nitro, gugus
nitroeugenol dengan skala warnanya hidroksi, dan gugus metoksi lebih
ditunjukkan pada Gambar 3 memungkinkan terjadinya serangan elektrofil.

Dari pemetaan tersebut juga diketahui


bahwa warna kerapatan elektron
menunjukkan distribusi elektron pada
molekul. Untuk eugenol, warna merah lebih
banyak terdapat pada gugus –OH dengan
sedikit warna kuning pada gugus –OCH3 dan
benzena, hal ini berarti bahwa distribusi
elektron lebih banyak ke arah gugus -OH
daripada kedua gugus tersebut sebagai akibat
dari perbedaan keelektronegatifan atom-atom
penyusunnya sehingga kerapatan elektron
pada gugus –OH menjadi lebih tinggi.
Sedangkan untuk nitroeugenol, warna merah
Gambar 3 Kerapatan elektron eugenol (a)
dan nitroeugenol (b)
lebih banyak terdapat pada gugus –OH dan – lebih banyak senyawa turunan eugenol yang
OCH3 dengan warna sedikit jingga pada dapat dibuat dari nitroeugenol. Menurut
gugus –NO2, hal ini berarti bahwa distribusi Carrasco (2008), nitroeugenol memiliki
elektron lebih banyak ke arah 2 gugus kereaktifan dan aktivitas biologis yang lebih
tersebut sebagai akibat dari besarnya tinggi daripada eugenol.
perbedaan keelektronegatifan atom-atom
Visualisasi orbital molekul HOMO
penyusunnya sehingga kerapatan elektronnya
dan LUMO untuk senyawa eugenol dan
menjadi lebih tinggi pada daerah kedua
nitroeugenol ditunjukkan pada Gambar 4 dan
gugus tersebut dibandingkan pada gugus
5
nitro. Oleh karena itu, diketahui bahwa
senyawa nitroeugenol kurang stabil dan lebih
reaktif daripada senyawa eugenol.

Energi Orbital Molekul (HOMO-LUMO)

Energi orbital molekul yang


dimaksud adalah selisih energi HOMO dan
LUMO untuk masing-masing senyawa
Gambar 4 Orbital HOMO (a) dan LUMO
eugenol dan nitroeugenol. Setelah dilakukan
(b) pada eugenol
perhitungan didapatkan nilai selisih energi
HOMO dan LUMO untuk eugenol dan
nitroeugenol yang ditunjukkan pada Tabel 2

Nama E E Selisih
(HOMO) (LUMO)
Senyawa (eV)
(eV) (eV)
Eugenol -8,082 4,163 12,245
Nitroeugenol -9,034 1,497 10,531
Tabel 2 Selisih Energi HOMO-LUMO Gambar 5 Orbital HOMO (a) dan LUMO
(b) pada nitroeugenol
Dari tabel selisih energi LUMO-
HOMO, eugenol memiliki selisih energi yang Perhitungan Intrinsic Reaction Coordinate

lebih besar dari nitroeugenol, sehingga (IRC)

eugenol kurang reaktif namun lebih stabil.


Pada penelitian ini perhitungan IRC
Sedangkan nitroeugenol yang memiliki
menggunakan 2 macam basis set yakni 3-
selisih energi yang lebih kecil lebih reaktif
21G dan 6-31G(d) dengan senyawa benzena
namun kurang stabil. Hal ini mengakibatkan
sebagai pendekatan reaksi nitratasi eugenol
menjadi nitroeugenol. Digunakannya 2 Prediksi struktur transisi yang
macam basis set ini untuk mengetahui diperoleh digabungkan dengan struktur
perbedaan hasil IRC yang didapat. -
katalisnya (HSO4 ) yang sudah dioptimasi
Adapun digunakannya benzena dan dihitung potensial energy surface (PES)
sebagai pendekatan karena reaksi nitratasi scan untuk memudahkan pencarian struktur
pada senyawa eugenol terjadi pada karbon transisi. Dari hasil perhitungan ini diperoleh
cincin aromatik. Sehingga dapat kurva seperti yang ditunjukan pada Gambar 7
diasumsikan, gugus fungsi yang ada pada menggunakan basis set 3-21 G.
eugenol tidak ikut bereaksi. Asumsi ini sesuai
dengan Purba (2009) bahwa posisi para pada
eugenol telah terikat gugus alil sehingga
posisi orto yang merupakan posisi subtitusi
yang paling tepat untuk ion nitronium
sebagai elektrofil.
Tahap pertama pada perhitungan ini
adalah ditentukan koordinat awal dan
dilakukan optimasi struktur benzena dan ion
+
NO2 sebagai reaktan serta nitrobenzena Gambar 7 Kurva hasil perhitungan
sebagai produk untuk mendapatkan struktur potential energy surface scan
yang paling stabil. Tahap selanjutnya yaitu (basis set 3-21G)
struktur reaktan yang telah optimal
digabungkan dan dioptimasi kembali untuk Pada kurva tersebut, didapatkan

mendapatkan perkiraan struktur transisi yang beberapa titik yang menunjukkan struktur-

akan terbentuk dari reaksi benzena dengan struktur transisi yang didapat. Dari kurva
+ tersebut diambil struktur transisi pada titik
ion NO2 . Perkiraan struktur transisi yang
(1,4) karena struktur tersebut berada di
telah optimum pada penelitian ini
tengah puncak kurva dengan energi transisi
ditunjukkan pada Gambar 6
sebesar -20,355 kJ/mol. Sedangkan jika
menggunakan basis set 6-31G(d) diperoleh
kurva potential energy surface scan seperti
pada Gambar 8

Gambar 6 Struktur transisi nitrobenzena


Gambar 10 Struktur transisi nitrobenzena-
-
HSO4 (basis set 6-31G(d))
Gambar 8 Kurva hasil perhitungan
Struktur transisi tersebut dioptimasi
potential energy surface scan
kembali dan dihitung frekuensinya untuk
(basis set 6-31G(d))
memastikan struktur transisi tersebut
Pada kurva tersebut struktur transisi memiliki satu bilangan imaginer. Hal ini
terbentuk pada titik (1,5) karena pada titik sesuai dengan Rahman (2012) dimana
tersebut struktur transisi berada di tengah struktur transisi yang tepat ditandai dengan
puncak kurva dengan energi transisi sebesar adanya satu bilangan imaginer pada
37,715 kJ/mol. Perbedaan bentuk kurva dan perhitungan frekuensi. Struktur transisi
energi yang dihasilkan dikarenakan pada tersebut dilakukan perhitungan IRC untuk
basis set 3-21G, orbital (d) tidak dihitung mengetahui alur reaksi dan energi
sedangkan pada basis set 6-31G(d), orbital pembentukan produk menjadi nitrobenzena.
(d) juga dihitung sehingga mempengaruhi Dari hasil perhitungan IRC diperoleh kurva
hasil scan potensial energy yang dilakukan. yang ditunjukkan pada Gambar 11
Adapun struktur transisi yang dihasilkan dari menggunakan basis set 3-21G
basis set 3-21G dan 6-31G(d) yang
digunakan untuk perhitungan selanjutnya
ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10

Gambar 9 Struktur transisi nitrobenzena- Gambar 11 Kurva hasil perhitungan IRC


- (basis set 3-21G)
HSO4 (basis set 3-21G)
Pada kurva di atas diperoleh energi Struktur akhir dari produk pada reaksi ini
transisi sebesar 90,634 kJ/mol dan energi ditunjukkan pada Gambar 14
pembentukan produk sebesar -21,686 kJ/mol.
Struktur akhir dari produk pada reaksi ini
ditunjukkan pada Gambar 12

Gambar 14 Struktur produk nitrobenzena


dan H2SO4

Gambar 12 Struktur produk nitrobenzena Adapun perbedaan hasil energi transisi


dan H2SO4 dan energi pembentukan produk dikarenakan
adanya penambahan perhitungan orbital (d)
Sedangkan hasil perhitungan IRC
pada basis set 6-31G(d). Dari kurva tersebut
menggunakan basis set 6-31G(d) diperoleh
pemodelan mekanisme reaksi nitratasi
kurva pada Gambar 13
eugenol menjadi nitroeugenol dapat
dilakukan dengan benzena sebagai
pendekatan. Dimana gugus nitro tersubstitusi
pada karbon ring aromatik benzena seperti
yang terjadi pada nitroeugenol.

Tahap Eksperimen

Reaksi Nitratasi Eugenol

Hasil dari reaksi transformasi eugenol


membentuk nitro eugenol yang telah
Gambar 13 Kurva hasil perhitungan dipurifikasi dengan kromatografi kolom,
IRC (basis set 6-31G(d)) menggunakan komponen eluen DCM : n-
heksan (1:1). Selanjutnya dievaporasi untuk
Pada kurva di atas diperoleh energi
memperoleh nitroeugenol yang bebas dari
transisi sebesar 108,989 kJ/mol dan energi
pelarut dan dianalisis dengan kromatografi
pembentukan produk sebesar -5,615 kJ/mol.
lapis tipis (KLT), diperoleh spot nitroeugenol
yang ditunjukkan pada Gambar 15
Persentase hasil yang telah diperoleh
dari reaksi nitratasi pada penelitian ini, lebih
banyak dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hizmi (2012) sebesar 74%,
Wazni (2012) sebesar 68%, dan Kusnandini
(2013) 55%. menggunakan metode yang
sama. Persentase yang berbeda ini
dipengaruhi oleh ketelitian dan kehati-hatian
dalam melaksanakan reaksi nitratasi tersebut.

Gambar 15 Spot eugenol murni (a), spot Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis

nitroeugenol setelah dikolom Analisis keberadaan senyawa


(b), spot nitroeugenol sebelum nitroeugenol dilakukan menggunakan
disinari UV 254 nm (c) analisis GC-MS (Carrasco, 2008). Hasil GC-

Berdasarkan hasil KLT, Rf spot eugenol MS nitroeugenol hasil sintesis ditunjukkan

dan nitroeugenol ini memiliki nilai yang pada Gambar 17 dengan puncak tertinggi

sama. Untuk spot eugenol murni memiliki pada peak ketiga dengan % area sebesar

nilai Rf 0,55 sedangkan untuk senyawa 73,24 %.

nitroeugenol memiliki nilai Rf 0,55. Hal ini


menunjukkan bahwa kedua senyawa ini
memiliki kepolaran yang hampir sama.
Berdasarkan reaksi nitrasi dari
eugenol murni membentuk nitroeugenol
yang telah dilakukan pada penelitian ini,
diperoleh rendemen hasil sebesar 90,71%.
Nitratasi yang telah dilakukan terhadap
209 m/z
senyawa eugenol, menghasilkan senyawa
nitroeugenol yang disajikan pada Tabel 3
Nitrasi Massa Persentase Warna
Eugenol
ke- Hasil (%) SenyawaGambar 16 Hasil analisis GC-MS
(gram)
1 1,5 68 Orange nitroueugenol hasil sintesis
kemerahan
2 3 90,71 Orange Dari hasil analisis tersebut diperoleh
kemerahan
Tabel 3 Hasil reaksi transformasi nitratasi puncak sebesar 209 m/z yang menunjukkan
berat molekul dari senyawa nitroeugenol untuk mengetahui efek pengarah reaksi
dengan rumus molekul C10H11NO4. pada sintesis senyawa nitroeugenol
menggunakan komputasi.
PENUTUP
2. Perlu dilakukannya perhitungan mengenai
Kesimpulan
reaksi senyawa turunan eugenol yang lain
Berdasarkan hasil penelitian yang
seperti aminoeugenol dan basa Schiff.
didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa :
3. Perlu ditambahkan parameter-parameter
1. Studi komputasi mekanisme reaksi perhitungan yang lain untuk mengetahui
sintesis senyawa eugenol menjadi lebih banyak sifat dan karakteristik
nitroeugenol dapat dilakukan dengan senyawa yang dikomputasikan.
pendekatan menggunakan benzena. Hal
DAFTAR PUSTAKA
ini dibuktikan dengan berhasilnya
Armunanto, R. dan Sri, S. 2004. Hubungan
perhitungan Intrinsic Reaction Struktur Elektronis dengan Aktivitas
Coordinate (IRC) yaitu terbentuknya Anti Malaria pada Senyawa Turunan
Artemisinin. Indonesian Journal of
+
struktur transisi benzena+NO2 dengan Chemistry, 2004, 4 (3), 212 – 217.
energi transisi sebesar 90,634 kJ/mol Baghernejad, Bita, H, A, Oskooie, M, M,
untuk basis set 3-21G dan diperoleh Heravi, and Y, S, Beheshtiha. 2009.
An Efficient and Regioselektive
energi transisi sebesar 108,989 kJ/mol
Nitration of Phenols Using NH4NO3,
untuk basis set 6-31G(d). KHSO4, Tehran, Iran Journal of
Chemistry, Vol. 22, No. 3, pp, 169–
2. Hasil analisis secara komputasi dengan
173, 2009.
eksperimen berkorelasi baik yakni pada
Bailey, Jr. P. S. dan Christina, A. B. 1995.
sintesis senyawa eugenol menjadi Organic Chemistry : A Brief Survey
nitroeugenol menghasilkan persentase of Concepts and Applications Fifth
Edition. Prentice Hall, Englewood
rendemen sebesar 90,71% dengan Rf Cliffts, New Jersey.
yang terbentuk pada analisis
Carrasco A.H., dkk. 2008. Eugenol and Its
menggunakan KLT sebesar 0,55 dan hasil Synthetic Analogues Inhibit Cell
analisis GC-MS yang memberikan peak Growth of Human Cancer Cells (Part
I). Printed in Brazil Sociedade
209 m/z menandakan terbentuknya Brasileira de Química J. Braz. Chem.
nitroeugenol dengan rumus kimia Soc., Vol (19), No (3), 2008, 543-548.

C10H11NO4.
Fessenden, R. J. dan Joan S. F. 1987. Kimia
Saran Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
1. Perlunya menggunakan pendekatan selain
senyawa benzena seperti senyawa fenol
Hizmi, S. 2012. Studi Reaksi Asilasi Amino Sardjoko. 1993. Rancangan
Eugenol. Skripsi, Program Studi Obat.
Kimia Fakultas MIPA Universitas Yogyakarta : UGM Press.
Mataram.
Sudarma, I.M. 2009. Kimia Bahan Alam.
Kardinan. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Mataram : FMIPA Press.
Atsiri Komoditas Wangi Penuh
Potensi. Jakarta: Penerbit Agro Media Tuslinah, L. 2013. Uji Reaktivitas Antioksidan
Pustaka. Senyawa S-Allyl Cysteine dan S-Allyl-
Mercapto-L-Cysteine dengan Metode
Kendal, R.A. 1995. High Performance Kimia Komputasi PM3. Jurnal
Computing in Computational Kesehatan Bakti Tunas Husada Vol. 9
Chemistry : Methods and Mechanics, No. 1 Februari 2013.
in : Review of Computational
Chemistry, Lipkowitz K. B. and D.B. Wazni, N. 2012. Perbandingan
Boyd (eds), VCH Verlagsgesellschaft Metode
mbH, Vol 6, Weinheim, hal 209-211. Reaksi Nitratasi Eugenol Hasil
Isolasi Dari Daun Cengkeh Kering.
Kusnandini, A. 2013. Introduksi Atom S pada Skripsi Program Studi Kimia Fakultas
Aminoeugenol dengan Karbon MIPA Universitas Mataram.
Disuldifa (CS2). Mataram :
Universitas Mataram.
Seminar Nasional Kimia XV Yogyakarta, 9
Oktober 2004.

Pramod, K., S.H. Ansari dan J. Ali. 2010.


Eugenol : A Natural Compound with
Versatile Pharmacological Actions.
Natural Product Communications
5(12) : 1999-2006.
Prasetya, A.T., M. Alauhdin, dan Nuni, W.
2010. Simulasi Efektivitas Senyawa
Obat Eritromisin F dan 6,7
Anhidroeritromisin F dalam
Lambung Menggunakan Metode
Semiempiris Austin Model 1 (AM1).
Semarang : UNNES.
Prianto, B. 2008. Peran Kimia Komputasi
dalam Mempelajari Mekanisme
Reaksi Proses Elektrolisis NaCl
Menjadi NaClO4. Berita Dirgantara
Vol. 9 No. 4 Desember 2008:79-82.
Rahman, A. Z. dan I Gusti, M. S. 2012.
Rasionalisasi Jalur Sintesis
Laevifonol dari Trans-Resveratrol
dengan Menggunakan Teori
Fungsional Kerapatan (DFT).
Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1,
May 2012.

Anda mungkin juga menyukai