Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KELOMPOK 3 INDUSTRI KIMIA BERKELANJUTAN

Proses Dekafeinasi dengan Metode Superkritik CO2

Disusun oleh:
Ivander Edo - 2015620004 / F
Silvia Bertha - 2015620012 / F
Alan Kurniawan – 2015620048 / F
Devina Affriani Reyga Riswandi – 2015620066 / F
Jenny Wijaya - 2015620078 / F
Arlene - 2015620092 / F

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

2019
I.PROSES DEKAFEINASI MENGGUNAKAN SUPERKRITIK CO2

Dekafeinasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi kadar kafein


dalam bahan pangan (Boot, 2005). Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan menggunakan air (water decaffeination), pelarut (solvent
decaffeination), dan superkritik CO2 (carbon dioxide decaffeination) (Boot, 2005).
Superkritik CO2 pada umumnya banyak digunakan dalam industri kimia, namun dalam
industri pangan seperti proses dekafeinasi, superkritik CO2 digunakan sebagai food
grade. Proses dekafeinasi menggunakan ekstraksi superkritik ini pertama kali
dikembangkan tahun 1960 di Eropa dan Amerika, kemudian di tahun 1980 negara
seperti Jerman, Inggris, dan Amerika mulai membangun unit-unit ekstraksi dengan
skala besar, yaitu sebesar 60.000 ton/tahun untuk proses dekafeinasi kopi. Gambar 1.1
disajikan proses dekafeinasi biji kopi menggunakan superkritik CO2.

Gambar 1.1 Proses Dekafeinasi Biji Kopi menggunakan Superkritik CO2

Proses dekafeinasi dengan fluida superkritik CO dalam industi dibagi menjadi


2

tiga tahap utama, yaitu:

a. Proses steaming: Pada proses ini biji kopi akan di kontakkan dengan superheated
steam sampai kadar air meningkat 30% berat dan biji kopi mengalami swelling atau
membengkak.
b. Supercritical CO2: Setelah itu biji kopi akan dimasukan ke dalam tangki ekstraktor
dan dipompakan superkritik CO2 sampai tekanan 80 bar. Proses ini terjadi selama 11-
22 jam tergantung dari jenis kopi yang di decaffeinasi.
c. Caffein recovery: pada proses ini aliran CO2 yang telah tercampur dengan kafein akan
dialirkan menuju kolam pencucian. Dalam kolam ini aliran tersebut akan dikontakan
dengan air secara counter-current. Air yang dikontakan ini dapat menghilangkan kafein
dari CO2 sebesar 99,5% sehingga CO2 ini dapat digunakan kembali dalam proses
ekstraksi.
d. Selanjutnya air dan kafein dipisahkan dengan proses pemurnian air sehingga dapat
digunakan kembali untuk proses steaming.

Proses dekafeinasi menggunakan pelarut CO2 superkritik dapat dilakukan dengan cara
lain selain proses diatas seperti yang disajikan pada Gambar 1.2 sebagai berikut:

Gambar 1.2 Proses Dekafeinasi Biji Kopi menggunakan Superkritik CO2

Pelarut CO2 dipompakan menuju tangki penyimpanan CO2 (TK-201), kemudian CO2
dipanaskan dalam heat exchanger sampai kondisi superkritiknya. Setelah itu CO2 superkritik
ini akan menuju tangki ekstrasi (T-201). Green bean coffee sebagai bahan baku mentah
dialirkan menuju tangki ekstraksi untuk diekstraksi dengan pelarut CO2 superkritik. Proses ini
berjalan selama 7-10 jam dan mampu mengekstrak caffein sampai 97%. Kemudian CO2 yang
mengandung caffein tersebut akan menuju vessel dengan tekanan rendah untuk memisahkan
CO2 dan caffein menggunakan liquid gas separator. Setelah terpisah CO2 akan dikompresi dan
didinginkan dengan heat exchanger menuju tangki penyimpanan CO2 untuk digunakan
kembali.

II. Seleksi Proses


Proses dekafeinasi menggunakan superkritik CO2 lebih baik dibandingkan proses
lainnya. Fluida superkritik CO2 memiliki nilai komersial yang tinggi di masyarakat karena
memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan proses ekstraksi dengan pelarut lainnya,
antara lain:
1. Aspek Ekonomi
Dekafeinasi dengan menggunakan fluida superkritik CO2 adalah proses ekstraksinya
dilakukan pada temperatur mendekati temperatur ruang sehingga mudah dicapai dan tidak
memerlukan bantuan alat lain untuk mencapai temperatur tersebut , yaitu dengan nilai Pc=7.4
MPa (sekitar 7.3 kali tekanan atmosfer) dan Tc= 30°C. Hal ini menguntungkan dalam aspek
ekonomi karena dapat mengurangi biaya alat. Selain itu, kafein yang dihasilkan melalui proses
ini lebih banyak dibandingkan dengan proses lainnya, dimana kafein mudah larut dalam pelarut
organik dan dapat larut dalam air. Hal ini akan menambah nilai ekonomi karena caffein
tersebut dapat dijual pada industri lain, seperti industri obat-obatan, makanan, dan minuman.
2. Aspek Keamanan dan Kesehatan
Ekstraksi dengan fluida superkritik ini tidak meninggalkan residu pelarut yang
berbahaya pada biji kopi sehingga aman bagi kesehatan. Selain itu, pelarut CO2 merupakan
pelarut non toksik dan tidak mudah terbakar sehingga aman bagi lingkungan.
3. Kandungan Produk
Proses ekstraksi dengan fluida superkritik ini dinilai lebih baik dalam menghasilkan
produk biji kopi dibandingkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut air. Hal ini dikarenakan
penggunaan pelarut air dapat menghilangkan beberapa komponen larut air, seperti karbohidrat
dan asam klorogenat (kadar asam klorogenat menurun dari 7,6% menjadi 1%).

4. 1 Principles of green chemistry


Dari 12 principles of green chemistry, yaitu prevention, atom economy, less hazardous
chemical syntheses, designing safer chemicals, safer solvents and auxuliaries, design for
energy efficiency, use of renewable feedstocks, reduce derivatives, catalysis, design for
degradation, real-time analysis for pollution prevention, dan inherently safer chemistry for
accident prevention, terdapat beberapa prinsip yang terpenuhi untuk proses decaffeinasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Prevention
Pengertian dari prinsip ini adalah lebih baik mencegah adanya limbah daripada
mengolah atau membersihkan limbah. Hal tersebut sudah terpenuhi karena dalam proses
dekafeinasi menggunakan superkritik CO2 tidak ada limbah yang perlu diolah atau
dibersihkan karena CO2 yang diumpakan ke dalam proses akan di-recycle kembali
sehingga dalam proses ini dapat disebut dengan proses zero waste.
2. Less hazardous chemical syntheses
Dalam proses dekafeinasi superkritik CO2 tidak menggunakan dan
menghasilkan zat-zat yang memiliki toksisitas bagi kesehatan manusia dan lingkungan
sehingga dapat dinyatakan telah memenuhi prisnip less hazaedous chemical syntheses.
Superkritik CO2 merupakan pelarut yang tidak mudah terbakar, inert, dan tidak
toksisitas.
3. Designing safer chemical
Produk yang dihasilkan dari dekafeinasi superkritik CO2 sudah dirancang untuk
mencapai fungsi yang diinginkan dengan meminimalkan ataupun menghilangkan
toksisitasnya. Hal ini dikarenakan ekstraksi dengan CO2 tidak akan meninggalkan
residu pelarut yang berbahaya sehingga aman bagi kesehatan.
4. Safer solvents and auxillaries
Dalam proses dekafeinasi superkritik CO2 tidak menggunakan pelarut tambahan
selain CO2 itu sendiri, di mana CO2 tidak menimbulkan masalah lingkungan karena
tidak bersifat toksik dan mudah terbakar sehingga prinsip ini telah terpenuhi.
5. Use of renewable feedstocks
Bahan-bahan yang digunakan pada proses dekafeinasi menggunakan
superkritik CO2 terbilang mudah diperbarui, yaitu air dan CO2.
6. Design for degradation
Dalam proses ini, produk yang dihasilkan merupakan produk degradasi yang
tidak berbahaya dan dapat terurai dilingkungan, yaitu cafein dan biji kopi sehingga
dapat dikatakan aspek ini sudah terpenuhi
7. Inherently safer chemistry for accident prevention
Zat dan bentuk zat yang digunakan dalam proses kimia harus dipilih untuk
meminimalkan potensi kecelakaan kimia, termasuk pelepasan dan ledakan, dalam hal
ini adalah superkritik CO2 itu sendiri, yang terbentuk dengan menggunakan kondisi
operasi 80 bar. Oleh karena itu diperlukan engineering control untuk meminimalkan
tingkat risiko sehingga dapat dinyatakan acceptable.
4.2 Principles of green engineering
Dari 12 prinsip green engineering terdapat beberapa prinsip yang terpenuhi yaitu
sebagai berikut:
1. Inherently Non-Hazardous
Penggunaan bahan yang memiliki sifat toksik cenderung memiliki hazard yang
beresiko besar sehingga penggunaan bahan-bahan yang berbahaya membutuhakan waktu dan
biaya tambahan untuk mengolah, memantau, atau mengendalikan. Dalam proses Supercritic
fluid extraction (SFE) menggunakan CO2 di mana merupakan pelarut non toksik dan tidak
mudah terbakar sehingga aman bagi lingkungan jika terdapat kebocoran pada tangki
penyimpanan CO2.
2. Melakukan pencegahan lebih baik daripada pengobatan
Penanganan limbah menghabiskan waktu, tenaga, dan uang khususnya limbah yang
berbahaya menuntut investasi tambahan yang lebih besar untuk pemantauan dan kontrol
sehingga prinsip ini menyatakan lebih baik mencegah limbah daripada mengolah limbah.
Dalam proses SFE menggunakan CO2, tidak ada limbah yang perlu diolah karena CO2 akan
dipisahkan dan digunakan kembali sehingga proses ini sangat relevan dengan prinsip tersebut.
3. Renewables rather than depleting
Sifat asal bahan dan input energi dapat menjadi pengaruh besar pada keberlanjutan
produk, proses dan sistem. Semakin lama setiap zat atau unit yang digunakan secara
komsumtif, maka akan semakin habis juga ketersediaan zat atau unit tersebut sehingga sumber
daya yang terbarukan dapat digunakan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang
berkelanjutan. Produk samping atau limbah dari suatu proses yang dapat dimurnian dan
digunakan sebagai bahan baku alternatif dan memiliki nilai yang dianggapkan sebagai produk
yang terbarukan, contohnya adalah gas CO2 sangat banyak tersedia di alam; hasil dari gas yang
dilepaskan ke atmosfer dari sisa hasil pembakaran atau limbah industri pembakaran batubara.

4.3 Inherently Safer Design (ISD)


Terdapat empat strategi dari ISD, yaitu minimazation, substitution, moderation, dan
simplification. Penggunaan superkritik dengan pelarut CO2 dan water yang kurang berbahaya
sudah merupakan salah satu strategi dari ISD itu sendiri, yaitu substituion yang berarti,
penggantian bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya. Akan tetapi, kelemahan
utama dari proses ini adalah operasi pada tekanan tinggi yang dimana terdapat risiko kerusakan
yang tinggi seperti pelepasan gas dan ledakan.
BLEVEs (boiling liquid expanding vapor explosions) merupakan peristiwa yang terjadi
pada penyimpanan dan proses dengan tekanan yang tinggi. Untuk meminimalkan konsekuensi
pelepasan gas, perlu diperhatikan sarana untuk mengendalikan bahaya kebakaran dan vapor
cloud. Karena bekerja dalam tekanan tinggi, salah satu caranya adalah memasang safety valve,
yang secara otomatis melepaskan tekanan dari boiler, ketika tekanan melebihi batas yang telah
di tentukan, selain itu dapat juga memasang rupture disc yang merupakan sebuah sensor
tekanan (yang biasanya dilengkapi pressure gauge) yang didesain untuk pecah dan merelief
tekanan dalam batas toleransi yang telah ditentukan.

4.4 Pollution Prevention


Seperti yang sudah dijelaskan pada prinsip prevention di bagian Principle of Green
Chemistry, proses dekafeinasi menggunakan superkritik CO2 dan air. Superkritik CO2 serta air
ini diumpakan kembali ke dalam proses dan akan di-recycle kembali sehingga dalam proses
ini dapat disebut dengan proses zero waste. Proses dekafeinasi dengan menggunakan
superkritik CO2 sudah memenuhi prinsip pollution prevention karena memperhatikan
lingkungan, tidak menghasilkan limbah dan polusi yang dapat mencemari lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budisa, N. (2014). Supercritical Carbon Dioxide and Its Potential as a. Life Journal, 1-
3, 8.
2. Marco, I. D. (2017). Supercritical Carbon Dioxide Decaffeination Process: a Life.
Chemical Engineering Transaction (CET), 2-6.
3. Widagdyo, D. R. (2013). Ekstraksi Kafein dari Biji Kopi Robusta. Medianeliti, 6.
4. Marteel-Parrish, A. E., M.A. Abraham, Green Chemistry and Engineering: A Pathway
to sustainability, 2013, Wiley AIChe, pp.24 - 31.
5. Ivankovic, A., Dronjic, A., Bevanda, A.M., dan Talic, S., 2017, Review of 12 Principles
of Green Chemistry in Practice, Internation Journal as Sustainable and Green Energy,
6(3), pp. 40-48.
6. Kletz, T., dan Amyotte, P., 2010, Process Plants: A Handbook for Inherently Safer
Design, edisi 2, CRC Press Taylor & Francis Group, New York, pp. 1-4
7. Anastas, P. T., & Zimmerman, J. B. (2003). Through the 12 Principles Green
Engineering. Environmental Science & Technology.
8. Lloyd, A., & Grierson, H. (n.d.). Sustainable Design Through The Twelve Principles
of Green Engineering.
9. Mulholland, Kenneth L., Dyer, James A, Pollution Prevention: Methodology,
Technologies and Practices, 1999, American Institute of Chemical Engineers
10. Ruiz-Mercado, Gerardo dan H Caberaz, Sustainability in The Design, Synthesis and
Analysis of Chemical Engineering Process, 2016, Elsevier
11. Waste Management Report Center, Implementing a Pollution Prevention Program,
1998, Illinois Sustainable Technology Center, University of Illinois

Anda mungkin juga menyukai