Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Supercritical CO2 Extraction merupakan salah satu metode ekstraksi
paling aman untuk berbagai macam sampel dan juga merupakan metode ekstraski
senyawa bioaktif yang ramah lingkungan dengan selektivitas dan kemurnian yang
tinggi, serta meminimalisir degradasi produk. CO 2 merupakan pelarut yang sudah
di validasi keamanannya oleh Food and Drug Administration America Serikat
dengan sifat yang non-toxic, murah, melimpah, dan tidak mudah terbakar.
Metode ekstraksi tersebut umumnya digunakan untuk mengekstrak senyawa non
polar. Akan tetapi, CO2 sebagai pelarut non polar tidak dapat mengekstrak
senyawa polar, seperti senyawa fenolik. Sehingga dibuthkan cosolvent seperti
etanol, untuk memodifikasi polaritas dan kekuatan pelarut pada metode ekstraksi
SC-CO2, untuk meningkatkan efisiensi dalam mengekstrak senyawa polar.
Keuntungan dari metode ekstraksi superkritis adalah pelarut terpisah dengan
sampel, mengurangi oksidasi, dan mencegah degradasi senyawa bioaktif yang
termolabil, sehingga dapat memaksimalkan hasil ekstraksi. Pada beberapa
penelitian, penggunaan air sebagai cosolvent meningkatkan kekuatan pelarutan
sampel pada ekstraksi superkritis dalam mengekstrak senyawa polar pada
bonggol jagung dan meningkatkan hasil ekstraksi dari senyawa fenoliknya, saat
peningkatan rasio air pada campuran cosolvent etanol-air (Monroy, 2016).
Peningkatan rasio air menjadi 50% (v/v) pada cosolvent meningkatkan hasil
ekstraksi senyawa fenolik dan flavonoid secara signifikan.
Selain metode ekstraksi superkritis, terdapat metode ekstraksi modern
yang juga memiliki prinsip green extraction, yaitu metode Solvent Free
Microwave Extraction. Metode tersebut dapat meningkatkan hasil ekstraksi dan
kualitas minyak atsiri pada tumbuhan, serta mengurangi penggunaan energy
(Yang et al., 2022). SFME juga lebih efisien dan metode yang lebih rama
lingkungan, karena hanya menggunakan uap yang terkandung dalam bahan
bakunya sendiri tanpa tambahan pelarut (Wei et al., 2022). Beberapa metode
ekstraksi lain memiliki beberapa kekurangan, yaitu: waktu ektraksi yang lama,
berpotensi merusak komponen volatile pada sampel, dan degradasi senyawa
bioaktifnya. Sehingga SFME merupakan alternatif untuk mengekstrak kandungan
minyak atsiri pada tumbuhan.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses ekstraksi superkritis dengan cosolvent etanol-air?
2. Prinsip yang digunakan pada Solvent Free Microwave Extraction?
3. Tujuan dari metode Solvent Free Microwave Extraction?
4. Prosedur kerja metode Solvent Free Microwave Extraction?

III. Tujuan
1. Mengetahui proses ekstrasi Supercritical C02 Extraction,
2. Mengetahui prinsip Solvent Free Microwave Extraction.
3. Mengetahui tujuan dari Solvent Free Microwave Extraction.
4. Mengetahui prosedur kerja Solvent Free Microwave Extraction.
BAB II
PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan oleh Gondo et al., ketika kandungan CO2 pada
campuran pelarut dalam Ekstraksi Superkritis Cairan kurang dari 50 mol%, teknik
ekstraksi yang digunakan adalah CO2 – expanded liquid extraction. Metode ekstraksi
tersebut telah digunakan untuk mengekstraks β-carotene, γ-tocopherol, dan quercetin dari
ekstraksi buah beri (Hippophae rhamnoides), dengan penambahan beberapa cosolvent
pada CO2. Suhu yang digunakan dalam metode ekstraksi tersebut adalah pada rentang
40–80°C, dengan waktu ekstraksi 40 menit. Hasil yang didapatkan dalam penelitian
menunjukan bahwa ekstraksi dengan pelarut CO2 yang mengandung cosolvent 5% EtOH
dan sedikit rasio air memiliki kemampuan ekstrak dan selektif yang tinggi, dalam
mengekstrak senyawa non polar seperti β-carotene dan γ-tocopherol. Lalu, pelarut
tersebut kemudian dimodifikasi dengan menambahkan air (7-15%). Hasilnya,
kemampuan ekstrak pelarut untuk senyawa polar meningkat. Akan tetapi, mengurangi
kemampuan selektivitasnya.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sumanjot dan Ubeyitogullari, air
digunakan bersamaan dengan etanol untuk membuat campuran pelarut yang lebih polar,
agar meningkatkan konsentrasi fenolik pada hasil ekstraksi sekam padi. SC-CO2 yang
dimodifikasi dengan tambahan etanol-air terbukti meningkatkan hasil ekstraksi senaywa
fenolik dari anggur, bonggol jagung, biji anggur, daun bambu, dan Bungan rosella. Pada
penelitian, sistem dirancang dengan kondisi yang menyesuaikan suhu; tekanan; dan
konsentrasi cosolvent, dengan waktu ekstraksi selama 20 menit. Etanol dan air dipompa
kedalam sistem dengan pompa cosolvent. Percobaan SC-CO2 yang dimodifikasi dengan
etanol-air menggunakan berbagai rasio etanol-air (25/75, 50/50, 75/25, v/v), serta
berbagai suhu yang digunakan (among 50–95 ◦C). Dihasilkan bahwa kenaikan suhu yang
digunakan dapat menurunkan hasil ekstraksi karena adanya reduksi pada densitas dan
kekuatan pemecahan pada cairan pelarut.
Seperti yang telah diketahui, metode ekstraksi dengan SC-CO2 murni tidak dapat
mengekstrak senyawa fenolik dari sekam padi. Etanol-air sebagai cosolvent membantu
membawa dan melarutkan senyawa polar melalui perusakan ikatan kimia dengan
meningkatkan keasaman dan reduksi kemampuan selektivitas pelarut 1. Paes et al., juga
menemukan adanya dua fase yang dihasilkan oleh cosolvent etanol-air. Akan tetapi, 10%
dari cosolvent meningkatkan kelarutan dan hasil ekstraksinya. Air sebagai cosolvent
meningkatkan pemecahan ikatan hydrogen untuk melarutkan fenol dan transport massal
melalui difusi molecular2. Meskiun penggunaan air menyebabkan terbentuknya dua fase
(lapisan superkritis dan caiaran), campuran pelarut terbukti dapat lebih banyak
melarutkan senyawa polar. Kelarutan oleh cosolvent air juga meningkat dengan

1
J. Paes, R. Dotta, G.F. Barbero, J. Martínez, Extraction of phenolic compounds and anthocyanins
from blueberry (Vaccinium myrtillus L.) residues using supercritical CO2 and pressurized liquids, J.
Supercrit. Fluids 95 (2014) 8–16, https://doi.org/10.1016/j.supflu.2014.07.025.
2
S.A. Radzali, M. Markom, N.M. Saleh, Co-solvent selection for supercritical fluid extraction (SFE)
of phenolic compounds from labisia pumila, Molecules 25 (2020),
https://doi.org/10.3390/molecules25245859.
penambahan etanol pada SC-C02, karena adanya ikatan hydrogen yang kuat anatar air
dan etanol3.
Metode green extraction lainnya adalah metode Solvent Free Microwave
Extraction (SFME). Metode SFME merupakan metode ekstraksi modern yang tidak
menggunakan pelarut dalam proses pengekstrakan. Akan tetapi, metode tersebut
memanfaatkan panas gelombang mikro pada tekanan atmosfer untuk pengambilan
senyawa bioaktif pada sampel yang digunakan. Prinsip yang digunakan pada metode
ekstraksi ini adalah kandungan air yang terdapat didalam sel tumbuhan distimulasi agar
berotasi dibawah radiasi gelombang mikro karena adanya peningkatan tekanan didalam
sel, sehingga terjadi perubahan susunan sel tumbuhan. Hal tersebut dapat menyebabkan
pecahnya dinding sel, sehingga senyawa bioaktif yang diinginkan dapat terambil (Li et
al., 2013). Gelombang mikro yang digunakan selama proses ekstraksi memberikan energi
panas, tanpa adanya kontak langsung dengan sampel. Pada SFME, uap yang dihasilkan
dikondensasi dan distilat yang berupa campuran minyak dan air yang kemudian
dipisahkan menggunakan corong pemisah. Alat yang diperlukan untuk melakukan
metode SFME adalah microwave, kondensor, corong pemisah, distiller, dan Erlenmeyer.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma et al. yang menggunakan
sampel daun basil segar, ada beberapa langkah untuk melakukan metode Solvent Free
Microwave Extraction. Siapakan bahan atau sampel yang akan digunakan, dengan
metode pembuatan simplisia. Sampel daun basil yang segar dimasukkan pada labu alas
bulat, kemudian labu tersebut diletakkan didalam microwave. Microwave yang digunakan
merupakan microwave dapur yang dimodifikasi, agar dapat digunakan untuk ekstraksi.
Atur parameter ekstraksi seperti suhu, waktu, dan daya yang dibutuhkan oleh microwave.
Dalam penelitian ini, ekstraksi minyak daun basil di optimalisasi dengan menggunakan
Box-Behnken Design (BBD). BBD merupakan alat statistik yang berdasarkan permukaan
respons metodologi yang digunakan untuk memprediksi hubungan antara hasil
eksperimental dan hasil perhitungan (Giri & Mishra, 2023). Hasil ekstraksi kemudian
hasil ektraksi berupa minyak atsiri, dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi
gas-massa (GC-MS).
Pengekstrakan minyak atsiri dari daun basil menggunakan metode SFME yang
dilakukan oleh Kusuma et al., tidak menggunakan pelarut apapun, sehingga sesuai
dengan ketentuan prinsip green extraction modern saat ini. Penggunaan metode ekstraksi
tersebut juga tidak memakan banyak energy listrik dan juga tidak menghasilkan emisi
CO2 yang banyak, seperti metode ekstraksi minyak atsiri pada umumnya, yaitu metode
destilasi.

3
I. De Marco, E. Reverchon, Supercritical carbon dioxide+ethanol mixtures for the antisolvent
micronization of hydrosoluble materials, Chem. Eng. J. 187 (2012) 401–409,
https://doi.org/10.1016/j.cej.2012.01.135.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam beberapa penelitian, ekstraksi Superkritis Cairan telah terbukti efektif


untuk mengekstraksi senyawa-senyawa bioaktif seperti β-carotene, γ-tocopherol,
quercetin, dan senyawa fenolik dari berbagai sumber tumbuhan. Ketika CO2
dikombinasikan dengan cosolvent seperti etanol dan air, ekstraksi menjadi lebih selektif
dan efisien. Penambahan air dalam campuran pelarut meningkatkan kemampuan ekstraksi
senyawa polar, meskipun mengurangi selektivitas pelarut. Meskipun demikian, metode
ini membuka peluang untuk mengambil senyawa-senyawa yang sulit larut dalam
ekstraksi superkritis. Meskipun terdapat pembentukan dua fase dalam campuran pelarut
etanol-air, hal ini ternyata meningkatkan kelarutan senyawa polar.
Penggunaan metode Solvent Free Microwave Extraction (SFME) adalah
alternatif yang menjanjikan dalam green extraction, karena tidak menggunakan pelarut
dan mengurangi konsumsi energi listrik serta emisi CO2. Metode SFME memanfaatkan
gelombang mikro untuk merusak dinding sel tumbuhan dan mengambil senyawa bioaktif
dari sampel dengan efisien. Penggunaan metode ini telah terbukti sukses dalam
mengekstraksi minyak atsiri dari daun basil segar tanpa memerlukan pelarut tambahan.
Dengan demikian, metode-metode ekstraksi yang disebutkan di atas memberikan solusi
yang ramah lingkungan untuk memperoleh senyawa-senyawa bioaktif dari bahan alam
DAFTAR PUSTAKA

J. Paes, R. Dotta, G.F. Barbero, J. Martínez. (2014). Extraction of phenolic


compounds and anthocyanins from blueberry (Vaccinium myrtillus L.) residues using
supercritical CO2 and pressurized liquids, J. Supercrit. Fluids 95 (2014) 8–16,
https://doi.org/10.1016/j.supflu.2014.07.025.
S.A. Radzali, M. Markom, N.M. Saleh. (2020). Co-solvent selection for
supercritical fluid extraction (SFE) of phenolic compounds from labisia pumila,
Molecules 25, https://doi.org/10.3390/molecules25245859.
I. De Marco, E. Reverchon. (2012). Supercritical carbon dioxide+ethanol
mixtures for the antisolvent micronization of hydrosoluble materials, Chem. Eng. J. 187,
401–409, https://doi.org/10.1016/j.cej.2012.01.135.
Thamani Freedom Gondo, Madeleine Jönsson, Eva Nordberg Karlsson,
Margareta Sandahl, Charlotta Turner. (2023). Extractability, selectivity, and
comprehensiveness in supercritical fluid extraction of seaweed using ternary mixtures of
carbon dioxide, ethanol, and water. Journal of Chromatography A, Volume 1706,
464267, https://doi.org/10.1016/j.chroma.2023.464267.
Sumanjot Kaur, Ali Ubeyitogullari. (2023). Extraction of phenolic compounds
from rice husk via ethanol-water-modified supercritical carbon dioxide, Heliyon, Volume
9, Issue 3, https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e14196.
Heri Septya Kusuma, Fini Widya Lestari, Tia Ambar Sari, Fadhil Mukhlisin,
Mahfud Mahfud, Sanjay K. Sharma, Handoko Darmokoesoemo. (2023). Extraction of
essential oil from fresh basil leaves (Ocimum basilicum L.) using solvent-free microwave
extraction method: Extraction parameter optimization, electric consumption, and CO2
emission study. Food and Humanity, Volume 1, Pages 1055-1063,
https://doi.org/10.1016/j.foohum.2023.08.025.

Anda mungkin juga menyukai