Anda di halaman 1dari 11

pembuatan BBM dari limbah Plastik dengan metode pirolisis

penanganan sampah plastik yang efektif adalah memutus rantai polimer (fraksinasi).
Metode pemecahan rantai polimer yang sudah dikenal adalah pirolisis, gasifikasi, degradasi termal
maupun katalitik. Pengolahan sampah plastik yang paling memungkinan adalah dengan proses
pirolisis.
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organic melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Pirolisis dilakukan di dalam sebuah pengurangan atmosfer
(hampa udara) pada temperatur hingga 800oC. Limbah plastik melalui proses pirolisis mampu
diubah menjadi feedstock petrokimia seperti nafta, liquid dan wax seperti hidrokarbon dan gas
serta minyak dasar untuk pelumas. Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di
Jerman untuk peningkatan residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan/pelelehan batubara.
Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran (incineration), yaitu dapat
mereduksi gas buang hingga 20 kali. Disisi lain, produk pirolisis dapat dimanfaatkan lebih
fleksibel dan penanganannya lebih mudah. Proses pirolisis sampah plastik merupakan teknologi
konversi termokimia yang masih perlu dikembangkan. Selain itu, keterbatasan data-data kinetik
untuk penentuan persamaan laju termal dekomposisi secara menyeluruh. Data - data itu diperlukan
untuk rancang bangun reaktor pirolisis. Pyrolytic oil sebagai produk cair mengandung nafta dan
komponen lain yang relatif potensial untuk diolah kembali menjadi fraksi yang dapat memberikan
nilai tambah. Beberapa penelitian seputar konversi sampah plastik menjadi produk cair berkualitas
bahan bakar telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup prospektif untuk dikembangkan.
Pemanfaatan hasil fraksinasi sampah plastik telah banyak dikembangkan, yaitu pengubahan
produk tar (pyrolytic oil) menjadi minyak pelumas menggunakan metode hydroisomerisasi, tetapi
masih memerlukan langkah yang cukup panjang. Sistem kerja yang digunakan adalah pirolisis
atau destilasi kering. Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi
uap.Proses pemanasan ini menyebabkan perekahan pada molekul polimer plastik menjadi
potongan molekul yang lebih pendek. Selanjutnya, molekul-molekul ini didinginkan jadi fase
cair.Cairan yang dihasilkan jadi bahan dasar minyak atau minyak mentah. Dengan destilasi ulang
menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap, minyak mentah diproses menjadi
premium atau solar. Jika suhu pemanasan yang digunakan di atas 100 derajat celsius, yang
dihasilkan adalah zat yang mendekati atau memiliki unsur sama dengan premium. Tinggal
mengembunkan lagi uapnya makadidapat premium. Konsep dasarnya mengambil unsur karbon
(C) dari polimer penyusun plastik. Polimer tersusun dari hidrokarbon, yakni rangkaian antara atom
karbon (CO2) dan hidrogen (H2O). Untuk menghasilkan premium perlu rantai hidrokarbon
dengan molekul lebih pendek, yakni C6-C10. Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar perlu
rantai hidrokarbon dengan molekul lebih panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20
(solar). Pada proses akhir perlu refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak
siap digunakan. Caranya, dengan mencuci, penambahan aditif, mereduksi kandungan gum atau zat
beracun, dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan berdasarkan panjang rantai hidrokarbon
Adapun parameter yang terlibat pada pengolahan plastik menjadi BBM adalah :
1. Landfill diosposal
Pemulung pada perusaan ini nantinya berguna untuk memilih sampah plastik dan menyortir
plastik yang akan digunakan pada pembuatan BBM.dimana nantinya pemulung akan digaji per kg
sampah yang mereka dapatkan dan di setor ke perusahaan.

2. Waste treatment
Karena bahan baku kita merupakan plastik limbah dari perkotaan dan plastik yang ada pada
TPA terdiri dari berbagai ukuran maka perlu diseragamkan ukurannya dengan menggunakan alat
pemotong sejenis double roll cutter.

3. Dryer/preheater
Yaitu alat yang berguna untuk mengeringkan plastik yang sudah kita cuci serta supaya
kandungan air pada produk minyak nantinya sedikit sehingga kualitas produk juga bagus.
Pengeringan dan preheater disini juga berguna untuk mengurangi konsumsi panas pada
reaktor/distilasi nantinya.

4. intake manipul (besi).


Fungsinya memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas tungku pembakar. Bahan
bakarnya bisa limbah kayu bekas atau gas elpiji. Bahkan, juga gas metan hasil pembakaran sampah
sehingga lebih ekonomis.
5. tangki reaktor (kolom destilasi)
reaktor yang digunakan adalah reaktor jenis destilasi vacum dimana menggunkan suhu lebih
dari 400 OC.

6. Condensor
Untuk memperoleh uap reaktor dihubungkan dengan kondensor atau pengembun yang berada
di atas tangki. Diperlukan minimal dua kondensor untuk memisahkan uap yang mengandung rantai
molekul pendek dengan uap yang mengandung rantai molekul panjang. Penyaluran uap ini
menggunakan pipa besi sehingga tahan suhu tinggi atau panas. Selanjutnya, pada setiap kondensor
dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan. Tetes demi tetes
embun ditampung dalam botol sebelum proses refinery. Begitulah rangkaian proses pembuatan
minyak berbahan limbah plastik. Satu kg limbah plastik menghasilkan 1 liter bahan dasar minyak
atau minyak mentah. Ketika diolah jadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Kotoran
yang melekat pada plastik turut memengaruhi. Demikian pula kualitas plastik yang dipakai. Makin
bagus kualitas plastik yang diolah, makin tinggi pula hasil yang didapat.
Dari kondensor ini didapatkan 3 macam produk yaitu :
a. Bensin
b. Solar dan kerosene
c. Residu/oli/gomok

Fraksi Jumlah Titik Kegunaan


atom C didih (oC)
Bensin C4– C7 30 – 100 Bahan bakar kendaraan bermotor.
(Gasolin)
Kerosin C10 - C16 165– 280 Digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara
(avtur)dan bahan bakar kompor parafin.
Minyak C12 - C19 215 – 340 Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
Solar/ bermesin diesel; minyak solar untuk kendaraan
diesel mesin diesel dengan rotasi tinggi, sedangkan
minyak diesel untuk rotasi sedang/rendah,
disamping sebagai bahan bakar tungku di industri.
Minyak C16 - C28 290 – 440 Digunakan sebagai minyak pelumas. Hal ini terkait
pelumas dengan kekentalan (viskositas) yang cukup besar.

PEMBUATAN ALAT DESTILASI SEDERHANA


I.TUJUAN

Dapat membuat alat destilasi yang sederhana dan efesien

II. DASAR TEORI

Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen


yang ada di dalam campuran. Distilasi biasa dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki
perbedaan titik didih yang cukup besar. Sedangkan distilasi uap dilakukan untuk pemisahan campuran
yang memiliki perbedaan tekanan uap jenuh yang cukup antara komponen-komponen yang ada pada
campuran. Pada distilasi uap, uap yang digunakan biasanya berupa uap air. Selain itu distilasi juga dapat
dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfer. Metode ini dikenal sebagai distilasi pengurangan
tekanan. Distilasi pengurangan tekanan dilakukan apabila komponen akan mengalami dekomposisi pada
titik didihnya. Bila selisih titik didih komponen-komponen yang ada pada campuran kecil maka komponen
alat distilasi ditambah dengan kolom vigreux. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada titik didihnya.

III. ALAT DAN BAHAN

1) Selang tahan panas , berukuran 60 cm


2) Botol tahan panas 1 buah
3) Kaleng bekas 1 buah
4) Tempat makan 1 buah
5) Triplek sekucupnya
6) Linlin dan korek 1 buah
7) Panci
8) Heater

IV. CARA KERJA

1) Persiapkan alat alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan alat destilasi sederhana
2) Lubangi tempat makan yang akan dijadikan pendingin/kondensator di bagian samping kanan dan kiri
menggunakan lilin dan api (sesuaikan dengan diameter pipa yang terdapat diselang tahan panas)
3) Lubangi kaleng yang akan dijadikan penampung bahan awal dibagian tutupnya(sesuaikan dengan
diameter pipa)
4) Masukkan selang tahan panas kedalam tempat makan/kondensator
5) Tambal lubang yang telah dimasukkan selang dengan menggunakan triplek secukupnya dan aquaproof
agar tidak bocor, diamkan hingga perekat tersebut kering
6) Hubungkan kedua ujung selang/pipa ke dalam botol plastik dan kaleng yang sudah dibolongkan tadi
7) Tambal juga lubang yang terdapat pada kaleng dan tutup botol plastic
8) Diamkan hingga perekat tersebut kering
V. PEMBAHASAN

Alat destilasi sederhana ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya ; Pada pengujian alat
destilasi mengalami permasalahan pada bagian lubang kondensor , aquaproof yang digunakan untuk
menutup lubang tersebut agar tidak terjadi kebocoran tidak berfungsi dengan baik . Maka pada saat
pengujian air tape air yang keluar dari kondensor cukup banyak , mungkin itu bisa dikarenakan juga
karena aquaproof yang belum kering . Tetapi alat ini masih bisa digunakan untuk proses destilasi .

VI. SARAN

Jika ingin menggunakan/membuat alat ini , sebaiknya lem yang digunakan untuk menutup lubang
kondensor menggunakan lem besi/lem-lem yang kuat.

Terobosan SMK Negeri 3 Kimia Kota Madiun yang berhasil mengubah sampah plastik jadi bahan
bakar minyak.

Berawal dari kegelisahan Tri Handoko, guru kimia di Sekolah Menengah Kejuruan tersebut
melihat timbunan sampah plastik saat baru pulang dari kegiatan mengajar. Ia tercekat, dalam
benaknya, sampah plastik yang dibuat dari minyak bumi ini akan menjadi masalah bila tak bisa di
daur ulang.

Sejak itu, Tri mulai melakukan beragam percobaan untuk mengolah sampah plastik yang selama
ini merupakan limbah beracun dan menjadi pencemar lingkungan. Percobaan demi percobaan
dilaluinya. Bersama dengan anak didiknya di SMKN 3 Madiun, Tri tak lelah melakukan uji coba
untuk merubah plastik kembali ke asalnya yakni dari minyak.

Menjelang akhir 2010, uji coba Tri mulai membuahkan hasil. Dengan berbekal alat sederhana
yakni memanfaatkan bekas tabung gas kemasan 3 kilogram (kg) yang disulap menjadi tempat
pembakaran limbah plastik. Nah di ujung tabung itu dilengkapi dengan alat destilasi atau
penyulingan sederhana.
Ketika limbah plastik dipanaskan akan meleleh dan menghasilkan uap. Uap inilah yang menjadi
bahan bakar setelah sebelumnya didestilasi hingga menjadi cair.

Alat bisa dibangun dari material bekas, disesuaikan kemampuan pembuat dan kapasitas limbah
yang akan diolah. Alat yang dipakai bisa berbiaya Rp 650.000 hingga Rp 100 juta, tergantung
kebutuhan.

Prosesnya

Kepala SMKN 3 Kimia Kota Madiun, Sulaksono Tavip Rijanto menerangkan proses pengolahan
limbah plastik menjadi BBM ini melalui beberapa tahap.

Proses

“Pertama melalui pembakaran hingga 600 derajat Celcius, lalu disuling (firolisis) dan
penjernihan.Uap hidrokarbon hasil pembakaran inilah yang menjadi minyak yang bisa digunakan
untuk bahan bakar,” ucapnya.

Alat pembakaran dibuat dari tabung gas elpiji yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)
ukuran 3 kilogram. Tabung elpiji dilubangi dan dipasang corong besi dengan cara dilas.Corong ini
untuk memasukkan bahan plastik yang dibakar dalam tabung.

Setelah itu,tabung pembakaran dihubungkan dengan pipa penyulingan yang terhubung dengan
tabung penadah uap atau hidrokarbon yang mencair jadi minyak. Segala jenis plastik bisa diolah
dengan cara ini.

Plastik yang dimasukkan ke dalam tabung dipanaskan dengan gas elpiji sehingga terurai dan
uapnya mengendap menjadi minyak.

Satu kilogram plastik bisa menghasilkan sekitar satu liter minyak.

Agar efisien dan bernilai ekonomis,untuk pembakaran plastik selanjutnya menggunakan minyak
plastik hasil penyulingan. Proses pembakaran dan penyulingan minyak dari limbah plastik ini
ramah lingkungan.
“Dalam pembakaran, sama sekali tidak ada asap yang keluar karena setelah disuling,uap
ditampung dalam tabung yang tertutup sehingga asapnya tidak membahayakan,”kata Tavip.

Soal unsur kimia dalam BBM limbah plastik ini,ujar Tavip,memang belum diteliti lebih lanjut.
Sejauh ini, penelitiannya belum sampai pada unsur yang ada seperti timbal atau Pb (Plumbum)
yang terkandung dalam BBM alternatif ini. “Kemungkinan ada karena ini dari minyak bumi juga,”
katanya.

Dari percobaaan tambahan diperoleh hasil bahwa bila plastik yang digunakan sebagai bahan baku
berasal dari bekas botol minuman mineral, maka hasil minyaknya lebih bagus yakni lebih jernih
ketimbang minyak yang berasal dari tas kresek bekas.

Dari hasil ini bisa disimpulkan bahwa semakin jernih dan bersih bentuk limbahnya semakin bagus
minyak yang dihasilkan.

Hasil Uji

Hasil uji laboratorium SMKN 3 Kota Madiun menunjukkan, solar limbah plastik menghidupkan
mesin pemotong rumput. Premium limbah plastik telah diuji kromatografi gas pada laboratorium
PT Sucofindo.

Nilai oktan BBM dari limbah plastik ini masih sekitar 84-85.Sedikit di bawah nilai oktan premium
yang berada di angka 87-88 dan agak jauh dari pertamax yang rata-rata 91-92.

“Memang kualitasnya masih di bawah premium dan pertamax, tapi kami sempurnakan terus.Dulu
hanya bisa untuk membersihkan noda karet lalu berkembang untuk mengoperasikan mesin potong
rumput. Sekarang dicoba di mobil yang juga sedang diuji coba,” jelas Tavip.

Saat ditest di sekolah tetangga, BBM limbah plastik diterapkan pada mesin mobil Toyota keluaran
tahun 1980-an yang sering dipakai praktik siswa SMKN 1.
Kepala SMK Negeri 1 Kota Madiun Sigit Dewantoro mengatakan BBM dari limbah plastik sudah
bisa digunakan pada mini truk Esemka rakitan siswanya. “Namun rpm-nya (rotation perminute)
atau putaran mesinnya naik turun, belum bisa stabil. Jadi masih diisikan di mesin praktik
saja,”ujarnya.

Bank sampah

Karena kebutuhan sampah plastik yang tinggi, siswa semakin sulit memperoleh sampah plastik.
Karena itu, sekarang SMKN 3 ini bekerja sama dengan para pemulung agar bersedia menjual
sampah plastiknya ke sekolah. Untuk menampung pasokan sampah plastik, rencananya akan
dibuat bank sampah plastik di sekolah.

”Sekolah kami fokus ke upaya menjaga lingkungan dengan mengelola limbah. Sudah jadi tradisi
di sini,” kata Tavip.

Untuk mengajak masyarakat mengelola sampah plastik, sekolah yang memiliki Program Keahlian
Kimia Analis, Kimia Industri, dan Pengawasan Mutu Pangan itu membuat 15 alat pengolah model
terbaru. Sebelumnya, para siswa telah membuat lima model yang terus dimodifikasi dan
disempurnakan. Ke-15 alat itu telah dibagikan Gubernur Jatim ke SMK lain di Jawa Timur,

Siapa sangka sampah anorganik seperti plastik bekas yang biasa dibuang ke tempat penampungan
dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif di saat harga bahan bakar minyak terus
melambung.

Inovasi Sidi Muhammad Afdal (30) warga Desa Pakasai, Kecamatan Pariaman Timur, Kota
Pariaman, Sumatera Barat itu mampu mengubah sampah plastik menjadi minyak yang dapat
diaplikasikan ke motor dan mesin lainnya.

Teknologi yang diterapkan Afdal adalah pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak
(BBM) menggunakan metoda destilasi sederhana.

Hasil proses tersebut terdiri atas bensin yang memiliki oktan tinggi dan beberapa fraksi lain dengan
oktan yang lebih rendah. Bahkan dengan proses destilasi lebih lanjut, metoda tersebut juga dapat
menghasilkan minyak tanah.

Sedangkan residu atau hasil samping dari proses itu adalah berupa lilin yang juga bernilai
ekonomis.

Afdal mengungkapkan, penelitiannya dimulai pada 21 Desember 2011 dengan pemikiran bahwa
pada kebanyakan benda mengandung gas metan (CH4) dan zat bakar lainnya.

“Maka perhatian saya tertuju pada sampah plastik yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan
bahan bakar yang biasanya sangat murah dimana kuantitas gas dan minyak bakarnya lebih tinggi,”
katanya.
Untuk lebih memastikan, ia membuat tabung reaksi dengan ukuran 60 centimeter dan diameter 40
centimeter dengan memasukkan bahan baku sampah anorganik (plastik) sebanyak 2 kilogram.

Selanjutnya, sampah di dalam tabung dipanaskan dengan suhu mencapai lebih kurang 400 derajat
celcius. Hasil pemanasan itu mampu menghasilkan gas yang diujicobakan ke kompor gas jumbo
dan dapat menyala hingga tiga jam.

“Jika gas tersebut disalurkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, maka diperkirakan dapat
menempuh perjalanan dengan jarak lebih kurang 300 kilometer,” ungkapnya.

Afdal mengatakan, bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan sampah plastik mulai
dari kantong plastik, botol minuman kemasan, sampai ke plastik jarum suntik bekas pakai.

Menurut dia, jika bahan baku yang digunakan berupa plastik jarum suntik, maka dapat
menghasilkan bensin dengan oktan tinggi.

Sedangkan alat yang digunakannya dalam proses penelitian itu merupakan alat rancangannya
sendiri. Afdal mendesain dan merakit sendiri tabung pemanas untuk menampung sampah plastik
tersebut.

“Karena saya punya bengkel las, jadi saya bisa mendesain, merakit dan memodifikasi peralatan
untuk eksperimen itu,” katanya.

Sementara untuk menyalurkan hasil pembakaran, ia menggunakan selang yang pada bagian
tertentu diberi tabung pendingin berisi air. Fungsinya, agar keluaran dari hasil pemanasan sampah
plastik dapat menjadi minyak dan sebagian menjadi gas.

“Hasil pembakaran ditampung di tabung gas elpiji yang saya modifikasi sehingga dapat
menampung gas dan minyak hasil olahan,” katanya.

Ia mengatakan, jika bahan baku yang digunakan pada proses pengolahan di tabung pembakaran
tidak satu jenis, maka minyak yang dihasilkan pun terdiri atas minyak campuran (kompleks), yang
bisa berupa bensin atau pun minyak tanah.

Dalam proses tersebut, biaya yang dikeluarkan Afdal untuk satu kali pengolahan diluar biaya alat
dan jasa hanya sekitar Rp2.000 untuk membeli kayu bakar.

Bukan Eksperimen Pertama

Hasil inovasi itu bukanlah eksperimen pertama yang dilakukannya terkait pemanfaatan sampah
anorganik menjadi bahan bakar alternatif.

Sebelumnya, pada 3 November 2011, pemuda yang hanya lulusan SMP itu melakukan eksperimen
dengan mencampur Natrium Hidroksida (NaOH) dengan Air (H2O) pada sebuah botol yang
ternyata menghasilkan reaksi panas.
Setelah itu, ia memasukkan serbuk sisa potongan Aluminium (al) ke dalam botol, sehingga
menghasilkan gelembung Hydrogen (H2) dan endapan Aluminium Hidroksida (alOH).

“Saat disulut dengan api, ternyata menghasilkan menyala beberapa menit,” ungkapnya.

Eksperimen tersebut tidak sampai di sana. Ia melanjutkannya dengan melakukan percobaan pada
tabung gas elpiji kosong yang dimodifikasi.

Afdal memasukkan 1 kilogram serbuk aluminium ditambah seperempat kilogram Natrium


Hidroksida (NaOH) dan ditambahkan 2 liter air. Hasil reaksi berupa gas Hydrogen itu
diaplikasikan ke sepeda motor yang ternyata mampu menempuh perjalanan sejauh 6 kilometer.

Ia berkesimpulan dari eksperimen itu tidak menunjukkan penghematan bahan bakar, bahkan justru
lebih mahal 10 kali dibanding penggunaan bensin.

“Biaya eksperimen itu mencapai Rp16 ribu dengan rincian harga 1 kilogram aluminium Rp10 ribu
dan seperempat kilogram Natrium Hidroksida seharga Rp6 ribu,” katanya.

Tidak terhenti di situ, pada 20 November 2011 Afdal terus melakukan eksperimen lain dengan
mencampur Asam Sulfat (H2SO4) dengan Seng (Zn). Hasil eksperimen tersebut juga dapat
menghasilkan Hydrogen tapi tetap membutuhkan biaya yang relatif mahal.

Hingga kemudian ia menemukan ide untuk memanfaatkan sampah anorganik berupa plastik. Afdal
tetap “ngotot” untuk berinovasi dan menghasilkan alternatif anergi yang murah dan berdampak
positif terhadap lingkungan.

Inovasi tersebut tentunya sangat berguna, bukan saja sebagai energi alternatif, namun juga
berdampak positif untuk mengurangi tumpukan sampah di lingkungan sekitar.

Afdal mengatakan, jika produksi sampah organik dan anorganik di Kota Pariaman mencapai 50
kubik per hari, maka sampah organik dapat diolah menjadi kompos dan sampah anorganik yang
tidak terkelola dapat diolah menjadi bahan bakar.

Baik dampaknya terhadap ekonomi maupun kelestarian lingkungan, hasil penemuan Afdal
tersebut memang harus melewati uji laboratorium sehingga dapat dipastikan tingkat keamanan dari
sisi pengguna maupun terhadap lingkungan sekitar.

Uji Laboratorium

BBM yang dihasilkan dari sampah hasil inovasi Afdal kini masih dalam proses uji laboratorium
oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pariaman.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pariaman Definal mengatakan, pengujian
laboratorium terhadap eksperimen yang dilakukan Afdal, diuji mulai dari tingkat keamanan, baik
bagi pengguna maupun lingkungan sekitar hingga nilai ekonomis yang dihasilkan.
“Jika penemuan Afdal itu terbukti berdampak positif baik dari segi ekonomis dan pelestarian
lingkungan, Pemkot Pariaman berencana akan mengembangkannya,” katanya.

Ia menilai penemuan tersebut sangat bagus, khususnya untuk mengurangi produksi sampah di
wilayah Kota Pariaman yang mencapai 50 kubik per hari.

Ia menyebutkan, di Pariaman terdapat lima Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang
biasanya digunakan sebagai lokasi pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.

Dari eksperimen Afdal tersebut, BLH Pariaman akan membuat proyek percontohan di TPST Pasar
Produksi Desa Jati untuk penelitian lebih mendalam, dari segi penggunaan dan pengadaan bahan
baku, alat destilasi yang digunakan, minyak yang dihasilkan, hingga hasil samping/ residu seperti
lilin.

“Jika penelitian itu berhasil, maka Pemkot Pariaman berencana menerapkan pengelolaan sampah
menjadi energi alternatif di setiap TPST,” katanya.

Ia menambahkan, melalui itu juga, volume sampah di TPS Tungka Selatan Pariaman yang
mencapai 50 kubik per hari, bisa dikurangi dan diharapkan dapat menghemat APBD untuk alokasi
pembuangan sampah di Kota Pariaman.

Anda mungkin juga menyukai