ULKUS ATEROMATOSA
Oleh :
Preseptor :
2016
Bab 1
Pendahuluan
Gambar1Kornea
Gambar2LapisanKornea
Persarafan kornea berasal dari safaf siliar longus, saraf nasosiliar, sarafke
V siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma, menembus
membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.2
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humouraquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen
sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh
strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.3
2.1 Definisi
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat
terjadi dari epitel sampai stroma.1 Ulkus ateromatosa adalah tukak yang terjadi
pada jaringan parut kornea. Jaringan parut kornea atau sikatrik pada kornea
sangat rentan terhadap serangan infeksi. Ulkus ini berkembang secara cepat ke
segala arah yang sering terjadi perforasi dan diikuti dengan panoftalmitis.
2.4 Klasifikasi
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya
gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat
subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna
abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi
dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai
dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini
dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu
dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit
atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk
dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin
dengan benjolan diujungnya
Ulkus kornea ini terletak di sentral dan bilateral, bewarna kelabu dan indolen,
disertai kehilangan kilau kornea di sekitarnya. Kornea melunak dan nekrotik dan
sering perforasi. Epitel konjungtiva mengalami keratinisasi yang tampak sebagai
bercak Bitot (daerah berbuih berbentuk baji) pada sisi temporal konjuntiva.
2.7 Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea
1. Penatalaksanaan non-medikamen-tosa:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;
b. Jangan memegang atau meng-gosok-gosok mata yang mera-dang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin
dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang
proses penyembuhan luka.8
2. Penatalaksanaan medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang
tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme
penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:
A. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit,
Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg,
Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg,
Polimisin B 10.000 unit.
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan
pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :4
Infiltrasi stroma
- batas
- dalam
Menurun Meningkat
- ukuran
Reaksi sel darah putih pada Lebih jelas Kurang jelas
Menurun Meningkat
Obat-obatan penunjang :4
1. Sikloplegi
2. Kortikosteroid
3. Inhibitor enzim
4. lensa kontak lunak
5. antioksidan
1. reepitelisasi
2. infiltrat seluler yang berkurang
3. stroma supurasi menjadi kasar
4. edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang
B. Anti jamur
Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:
a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol;
b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes
mata
c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
C. Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder,
analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3%
tiap 4 jam.
D. Anti acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep
klorheksidin glukonat 0,02%.
Obat-obatan lainnya yang dapat diberikan yaitu:
a. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropin
karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin:
1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
2. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
3. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga
mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang ada dapat terle-pas dan dapat
mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.
b. Skopolamin sebagai midriatika.
c. Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering
Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemberian nerve growth factor
(NGF) secara topikal menginisiasi aksi penyembuhan luka pada ulkus kornea
yang disebabkan oleh trauma kimia, fisik dan iatrogenik serta kelainan autoimun
tanpa efek samping 9
3. Penatalaksanaan bedah:
a. Flap Konjungtiva
Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal,
kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap
konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit
permukaan mata persisten.
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea
yang terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk
penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.
Penipisan kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama
kornea tidak terlalu menipis.
b. Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi
keratoplasti:
1. Dengan pengobatan tidak sembuh;
2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;
3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perfo-rasi.
Ada dua jenis keratoplasti yaitu:
A. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuh-nya.
B. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari kornea.10
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis;
2. Prolaps iris;
3. Sikatrik kornea;
4. Katarak;
5. Glaukoma sekunder.11
6. Perforasi kornea
7. Iritis dan ridosiklitis
8. Descematoke
2.9 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar,
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik.12
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 35 tahun dirawat di Bangsal Mata RS. Dr. M.
Djamil Padang tanggal 19 Agustus 2016 dengan:
Keluhan Utama:
Mata kiri semakin kabur dan merah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Konjungtiva bulbi
Fundus:
- media bening Tidak tembus
- papil Bulat, batas tegas
- pembuluh darah aa:vv= 2:3
- retina perdarahan (-), eksudat
(-)
- macula refleks fovea (+)
Tekanan bulbus okuli N(palpasi) N(Palpasi)
Pemeriksaan lainnya
Gambar
Dari anamnesa didapatkan keluhan utama mata kiri pasien tampak merah
dan nyeri sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan bagian hitam di mata
tampak semakin memutih sejak ± 2 minggu yang lalu. Pasien pada tahun 2010
dan 2012 pernah dirawat dengan keluhan yang sama dan bagian hitam pada mata
sudah memutih sejak saat itu. Satu minggu yang lalu tampak nanah pada mata.
Dari pemeriksaan fisik pada mata kiri terdapat penurunan visus (3/60),
Injeksi konjungtiva dan silier (+), pada kornea didapatkan ulkus di sentral
berukuran diameter 5 mm, infiltrate, sikatrik, hipopion, warna putih keabuan.
Terdapat gambaran hipopion pada mata kiri pasien, COA cukup dalam. Iris,pupil,
dan lensa sukar dinilai.. Tekanan bulbus okuli normal dengan palpasi.
Pemeriksaan pada mata kanan didapatkan dalam batas normal.
Saat ini pasien diberikan pengobatan anti jamur untuk mengobati dan
mencegah terjadinya infeksi yang meluas. Pemberian antibiotik spektrum luas
juga dilakukan karena mungkin saja infeksi disebabkan oleh bakteri dan
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Prognosis pasien ini, quo ad vitam adalah
bonam, karena tanda-tanda vitalnya masih dalam batas normal, sedangkan quo ad
functionam adalah dubia ad malam karena walaupun dengan pengobatan yang
tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan bekas berupa
sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan.
Daftar Pustaka
1. American Academy of Ophtalmology, BSCS 2011-2012 Section 2:
Pundamental and Principles of Opthalmology
2. Ilyas, Sidharta. 2010. IlmuPenyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI.
3. Vaughan dan Asbury. 2010. OftalmologiUmum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
4. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 14th Ed. Alih
bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012: 220
5. Sitompul R, dkk. Arah penatalaksanaan ulkus kornea bakteri dalam
Understanding okulator infection and inflamation. Jakarta. Perdami Jaya,
1999, 25-35
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
8. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. Effects of tobacco smoking on human
corneal wound healing. Cornea. 2014 May;33(5):453-6.
9. Kunwar M, Adhikari, R.K., Karki, D.B. Microbial flora of corneal ulcers
and their drug sensitivity. MSJBH.2013;12(2):14-16.
10. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear
Film 1st Edition. Elsevier. USA. 2013
11. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito
Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari
www.tempo.co.id. 2007.