Panggung 1:
Dalang : “Damarwulan adalah anak seorang bekas patih Majapahit. Ia dilahirkan dan dibesarkan di desa
di bawah asuhan ibu dan kakeknya Begawan Mustikamaya. Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana
Majapahit mencari pekerjaan. Disana ia mengabdi pada pamannya, Patih Logender”.
(Patih Logender Naik Keatas Panggung, Lalu duduk Sambil Bergaya. Beberapa Saat diikuti Damar wulan
naik sambil menyembah)
Patih logender : jadi kau yang bernama Damarwulan?(Sambil Menunjuk Damar Wulan)
Patih logender : baiklah Damarwulan, apa tujuanmu datang ke Majapahit dan untuk apa kau
menemuiku?
Damarwulan :“hamba sengaja menghadap tuan patih berkat petunjuk eyang Begawan agar menambah
pengalaman hidup dengan menghamba kepada tuan patih.”
Patih logender :“Damarwulan, menghamba di Majapahit tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
apakah kau berkenan dengan pekerjaan yang kuberikan nanti?
Damarwulan : “apakah pekerjaan tersebut, tuan patih? hamba akan berusaha melaksanakannya dengan
baik.
Patih logender : Pekerjaan yang akan kuberikan padamu adalah sebagai pemotong rumput dan penjaga
kuda dirumahku. Bagaimana Damarwulan? (dengan wajah serius dan penasaran akan reaksi
damarwulan)
Damarwulan : (damarwulan merenung sejenak).....Baiklah tuan patih, bila memang harus menjadi
pemotong rumput dan pengurus kuda tak apalah, hamba akan melaksanakan titah tuan.” (menjawab
tanpa ragu-ragu)
Patih logender: Lakukanlah tugasmu yang sesuai saya perintahkan dan ayo kutunjukkan kandangnya...
Dalang : Lalu mereka berdua pergi meninggalkan rumah menuju kandang kuda..
Patih Logender, yang tidak menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya sendiri, akhirnya
menetapkan dia sebagai pemotong rumput dan penjaga kuda istana..
dalam pengabdiannya Damarwulan sangat menderita, meskipun masih kemenakannya sendiri, oleh
Patih Logender, Damarwulan diperlakukan seperti budak dengan segala penderitaan, menerima siksa
dan penghinaan. Apa lagi ditambah dua putra patih Logender, Layang Seto dan Layang Kumitir sangat
membencinya. kecuali Dewi Anjasmoro, anak perempuan Ki Patih Logender, yang menaruh hati kepada
Damarwulan sejak pertama kali melihatnya.
Layang seta: Hey kau pembantu kerajaan yang baru. kenapa kuda kami belum kau beri makan. kau ingin
kuda-kuda kami mati kelaparan ha…???!!! (dengan nada marah sambil mendorong kasar damarwulan)
Damarwulan: Maaf tuan, hamba baru saja memotong rumput dan belum sempat memberi makan kuda-
kuda tersebut.
Layang kumitir: Oh… jadi kau si pembantu kerajaan yang baru itu. kami adalah anak patih logender. jadi
kau juga harus menuruti perintah kami. mengerti?!!!
Damarwulan: Baik tuan,hamba mengerti (layang seta dan layang kumitir pergi meninggalkan
damarwulan)
Siapa pemuda itu? tampan sekali dia (bicara dalam hati dan karena penasaran dewi anjasmoro pun
menghampiri damarwulan)
Dalang : Sejak pertemuan pertama itu,hari demi hari Damarwulan dan Dewi Anjasmoro pun semakin
dekat.dan hingga akhirnya tumbuh bibit cinta diantara mereka berdua. Namun Patih Logender tidak
menyetujui dengan hubungan mereka berdua.
Panggung 2:
Dalang : Sementara itu dibeberapa daerah terjadi perang saudara antara Kerajaan Majapahit di bawah
pimpinan Ratu Ayu Kencana Wungu dan Kerajaan Blambangan di bawah pimpinan Adipati Menak Jinggo.
Perang memperebutkan wilayah dan kekuasaan itu berlangsung berbulan-bulan dengan memakan
korban yang banyak di kedua belah pihak.
Setelah berperang beberapa lama, pasukan Majapahit mulai terdesak. Beberapa panglima perangnya
gugur di medan perang tak kuasa menandingi kesaktian Menak Jinggo.
Pasukan Blambangan : Hai, Orang - Orang Majapahit majulah kesini, Hadapi aku Orang Blambangan,
jangan sembunyi terus seperti perempuan!
Pasukan Majapahit : (Masuk ke pentas dengan berlari) Hai prajurit Blambangan, Jangan sok gagah kamu,
saya orang Majapahit. Aku gak akan mundur menghadapi kalian semua.
(Adegan perkelahian antara prajurit Majapahit dan prajurit Blambangan yang diakhiri dengan gugurnya
panglima perang Majapahit.)
Dalang : Setelah panglima perangnya gugur, prajurit Majapahit terpaksa mundur dari medan
pertempuran. Mereka melaporkan kejadian ini kepada Ratu Ayu Kencana Wungu.
Panggung 3:
Dalang : Lalu di Kraton Majapahit, Ratu Ayu Kencana Wungu memanggil Patih Logender dan para pejabat
kerajaan untuk mengadakan pertemuan. Mereka membicarakan perkembangan peperangan yang
sedang mereka hadapi melawan Kerajaan Blambangan.
(Ratu Ayu Kencono wungu memasuki panggung lalu duduk diikuti Patih Logender dan para pejabat
kerajaan lainnya)
Kencono Wungu : Gimana Kabar Para Prajurit yang sedang berperang? Menang atau kalah, Patih??
Patih Logender : Mohon Maaf Kanjeng Ratu, Sampai saat ini belum ada kabar lagi dari medan perang.
Tapi kabar sebelumnya membuat kita cemas, karena Banyak Prajurit kita yang terluka di medan perang.
Kencono Wungu : Ada apa prajurit? Apa yang ingin kau sampaikan, Bicaralah yang benar,..
Prajurit1 : Siap Kanjeng Ratu, Senapati Kebo Winarang Mati Ditangan Menak Jinggo,!!
Prajurit2 : Siap Gusti. (Dua orang prajurit membawa mayat prajurit yang meninggal keluar)
Patih Logender : Mohon Maaf Kanjeng. Menurut Saya, sebaiknya Kanjeng Ratu mengadakan Sayembara,
siapa yang bisa membunuh Menak Jinggo, nanti Kanjeng Ratu Kasih Hadiah!!!
Kencono Wungu : Ya, Sudah. Saya setuju denganmu Kakang Patih. Sekarang Cepat Kamu Umumkan
sayembara ini kepada seluruh penduduk Majapahit!!! Siapa yang bisa mengalahkan Menak Jinggo, Kalau
Pria Akan Saya Jadikan Raja, Kalau Wanita Saya jadikan Saudara..
Patih Logender : Siap Kanjeng Ratu! Kalau begitu, Saya Permisi. (Sambil menyembah terus pergi)
Panggung 4:
Patih Logender : Pengumuman..!! hai, Para Penduduk Majapahit,. Kanjeng Ratu Kencana Wungu
Mengadakan Sayembara. Siapa saja yang bisa mengalahkan Adipati Menak Jinggo, Kalau Pria akan
dijadikan Raja, kalau Wanita akan dijadikan saudara. Makanya, ayo ikutilah sayembara ini!
Penduduk : Mohon Maaf Gusti, saya tidak bisa ikut, saya tidak mungkin kuat menandingi kesaktian
Menak Jinggo.
Patih Logender : Ya sudah sana, mencangkul saja diladang, Ayo-ayo, siapa yang mau ikut segera
mendaftar..
Damar Wulan : Mohon Maaf Gusti, bolehkah saya mengikuti sayembara. Saya Siap Menghadapi Menak
Jingga.
Patih Logender : Lho, kamu Damar Wulan kan? Yang Menjadi pemotong rumput dan pengurus kuda
dirumahku.
Dalang : “Sayembara sudah diumumkan kepada seluruh rakyat majapahit. Namun tak ada satupun yang
mampu mengalahkan Menak Jingga.”
Patih Logender : dia berpikir sejenak... “mungkin inilah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Damar
Wulan yang kian hari makin dekat dengan anaknya si Anjasmara dan sekaligus kesempatan agar kedua
anakku Layang Seta dan Layang Kumitir bisa menjadi raja” Sudah pasti saya ijinkan.! Kamu ingin
membawa berapa Prajurit? Damar Wulan...?
Damar Wulan : Tidak usah banyak – banyak Gusti, cukup dua saja.
Prajurit : Siap!
(Damar Wulan pergi diikuti oleh 2 orang prajurit menuju ke Kerajaan Blambangan)
Panggung 5:
Dalang : Sementara itu, di keraton Blambangan, Menak Jinggo sedang mengadakan pertemuan dengan
para pembantunya. Mereka bergembira karena berhasil menewaskan panglima perang dan memukul
mundur pasukan Majapahit.
Menak Jinggo : Saya senang, Saya senang Dayun. Senopati Majapahit satu demi satu sudah mati.
Menak Jinggo : Ha..ha..ha.. Sebentar lagi Majapahit menjadi kekuasaanku. Apa artinnya Dayun?
Dalang : (Tiba-tiba ada orang melemparkan panah berisi surat ke dalam tempat pertemuan Menak
Jinggo. Menak Jinggo segera membacanya dengan tidak sabar)
Menak Jinggo : (Membaca surat) Hai, Menak Jinggo kurang ajar, saya penduduk Majapahit. Kalo kamu
bener-bener jantan, ayo keluar..!! hadapi aku satu lawan satu. Kalo berani tak tunggu di perempatan
pasar sapi. Kalo takut, menyerahlah kamu saya ikat dan saya serahkan pada Kanjeng Ratu Kencana
Wungu di Majapahit.
Kurang ajar..!!!, beraninya orang Majapahit datang di Blambangan. Jangan mengira Menak Jinggo takut
pada orang Majapahit. Dayun!
Menak Jinggo : Siapkan senjataku, biar saya hadapi sendiri orang Majapahit yang sok gaya ini.
Dalang : Menak Jinggo keluar membawa senjata gada wesi kuning diikuti oleh Dayun
(Di panggung Damar Wulan tampak bersiaga menghadapi Menak Jinggo dengan memegang sebuah
pedang)
Menak Jinggo : (Masuk ke panggung dengan wajah penuh amarah) Hai, kurang ajar, apa kamu orang
majapahit yang berani menantangMenak Jinggo?
Damar Wulan : Bener banget. Aku Damar Wulan, orang Majapahit yang akan memotong lehermu dan
membawa kepalamu ke Majapahit.
Menak Jinggo : (Tertawa terbahak-bahak) Besar omonganmu Damar Wulan, apa yang kamu andalkan
untuk melawan aku. Apa kamu tidak takut, sudah berapa senopati Majapahit yang mati ditanganku?
Dalang : Mereka terlibat perkelahian satu lawan satu dengan sengit. Setelah beberapa lama, akhirnya
Damar Wulan kalah. Ia jatuh pingsan terkena pukulan Menak Jinggo. Karena dikira sudah tewas, Damar
Wulan dibiarkan saja tergeletak di perempatan pasar sap. Tiba-tiba datanglah seorang kakek menemui
Damar Wulan.
Kakek : Cucuku Damar Wulan, bangunlah nak! Aku Embah Buyutmu. Kalau kamu kepingin mengalahkan
Menak Jinggo, dekati saja istri selirnya yang bernama Dewi Waita lan Dewi Puyengan. Mintalah tolong
mengambilkan senjata Menak Jingga yang berupa Gada Wesi Kuning. Cuma itu yang bisa mengalahkan
Menak Jinggo.
Panggung 6:
Waita : Diajeng Puyengan, Kita ini menjadi istri Kakangmas Menak Jinggo Sudah cukup lama. Tapi Selama
ini, kita seperti tidak dianggap istri.
Waita : Kalo ada orang yang mau menolong saya keluar dari sini, saya akan menuruti apapun
permintaannya
Damar Wulan : Sabar, sabar Gusti Putri. Saya adalah Damar Wulan. Saya tadi dengar percakapan Gusti
Putri, siapa yang bisa menolong Gusti Putri keluar dari sini, akan menuruti apapun permintaannya. Saya
bisa membantu, Gusti....
Damar Wulan : Saya minta tolong Gusti Mengambilkan Gada wesi Kuning miliknya Menak Jinggo..
Waita : Waduh, lha Nanti kalo Kakang Menak Jinggo tau gimana?
Waita : Yaudah. Kalau begitu saudara tunggu saja, saya ambilkan Gada Wesi Kuning Itu.. Ayo Diajeng
Puyengan.
Dalang : Dewi Waita dan Dewi Puyengan pergi untuk mengambil gada wesi kuning, sementara Damar
Wulan menunggu sambil duduk dan berbicara sendiri. Tidak lama kemudian, Waita dan Puyengan
kembali sambil membawa gada wesi kuning.
Waita : Saudara, apa ini yang kamu minta?
Damar Wulan : Ya benar, itu yang saya minta. Terima kasih. Gusti Berdua tunggu saja disini. Saya pamit
dulu.(Terus pergi diikuti oleh Waita dan Puyengan)
(Damar Wulan naik lagi ke panggung sambil menantang Menak Jinggo untuk bertarung lagi.)
Damar Wulan : Hai Menak Jinggo, keluar kamu. Hadapi saya, Damar Wulan, rakyat Majapahit. Sekarang
saya tidak akan mundur menghadapimu.
Menak Jinggo : (Keluar dengan wajah marah diikuti oleh Dayun) Oh, kamu Damar Wulan, bukankah tadi
kamu sudah aku bunuh?
Damar Wulan : Ya, Seperti yang kamu liat. Saya masih sehat wal’afiat.
Menak Jinggo : Ha..ha..ha.. Ngimpi kamu Damar Wulan, Punya nyawa berapa kamu, berani menantang
aku lagi?
Damar Wulan : Tidak usah banyak cingcong, sekarang, terimalah pusakaku ini. Ciaat....!
Panggung 7:
Dalang : Lalu Damar wulan kembali ke majapahit serta mengajak Dewi waita dan Dewi puyengan, serta
kepala Menak jinggo juga senjata Gada Wesi Kuning untuk dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencana
Wungu.
Dalam perjalanan menuju Majapahit, Damarwulan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir.
mereka hendak merebut kepala Minakjingga agar diakui sebagai pemenang sayembara.
Layang seta : “Hai, Damarwulan! Serahkan kepala Minak jingga itu kepada kami!”
Damarwulan : Tidak akan kuserahkan kepala Minak jingga ini untuk kalian.
Dalang : Pertarungan pun tak terelakkan. Layang Seta dan Layang Kumitir mengeroyok Damarwulan dan
berhasil merebut kepala Minakjingga. Kepala itu kemudian mereka bawa ke Majapahit.
Panggung 8:
Dalang : Pada saat mereka hendak mempersembahkan kepala itu kepada sang Ratu, tiba-tiba
Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran.
Damarwulan : “Ampun, Gusti! Hamba telah berhasil menjalankan tugas dengan baik. Namun, di tengah
jalan, tiba-tiba Layang Seta dan Layang Kumitir menghadang hamba dan merebut kepala itu dari tangan
hamba,”
Layang kumitir : “Ampun, Gusti! Perkataan Damarwulan itu bohong belaka. Kamilah yang telah
memenggal kepala Minakjingga,”
“Sekarang aku ingin bukti yang jelas. Bertarunglah kalian, siapa yang berhasil menjadi pemenangnya
pastilah ia yang telah membinasakan Minakjingga.”
Dengan disaksikan oleh sang Ratu dan seluruh rakyat Majapahit, pertarungan itu pun berlangsung sangat
seru. Kedua belah pihak mengeluarkan seluruh kekuatan masing-masing demi memenangkan
pertandingan. Pertarungan itu akhirnya dimenangkan oleh Damarwulan. Layang Seta dan Layang Kumitir
pun mengakui kesalahan mereka dan dimasukkan ke penjara.
Kencana Wungu : Ternyata sudah terbukti kalau kau lah yang berhasil mengalahkan Minak jinggo.
dengan demikian ku angkat kau menjadi raja majapahit sekligus untuk medampingiku sesuai sayembara
tersebut.
Damarwulan : Tetapi mohon maaf sebelumnya Gusti Ratu, bagaimana dengan Dewi Anjasmara, Dewi
waita dan dewi puyengan?
Kencana Wungu : Tenang Damarwulan. kuijinkan kau untuk tetap menikahi mereka dan menjadi istri
selirmu. karena mereka seudah berjasa padamu
Panggung 9:
Dalang : Akhirnya, Damar Wulan berhasil mengalahkan Adipati Menak Jinggo dari Blambangan. Sejak
saat itu permusuhan antara Majapahit dan Blambangan pun berhenti. Sebagai hadiahnya, Damar Wulan
pun menjadi Raja Majapahit. Dia menjadikan Dewi Anjasmoro sebagai istrinya serta Dewi waita dan
Dewi puyengan. Dan pesta pernikahan mereka digelar gelar secara meriah di Majapahit. Damar Wulan
Mensejajarkan Keempat Wanita Itu Dan Menikahi Keempat – empatnya.
TAMAT