FInaCS
Hukum Kesehatan
Arsip Blog
TETANUS
NOV 2
Posted by herrysyu
TETANUS
SMF BEDAH
Pendahuluan
Oleh sebab itu pencegahan penyakit ini sangat penting dan perlu mendapat
perhatian yang utama. Usaha yang ditempuh mengatasi penyakit ini adalah :
b. Melakukan tindakan pro�laksis tetanus terhadap orang yang luka secara
benar dan tepat.
Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka besar maupun luka
kecil, luka nyata maupun tersembunyi. Tetanus merupakan penyakit akut
yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang menghasilkan eksotoksin
bersifat anaerob. Clostridium tetani merupakan hasil gram positif, dan bersifat
anaerob.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 54 hari, rata – rata 8 hari. Semakin
lambat debrimen dan penanganan antitoksin, semakin pendek masa
inkubasinya dan semakin buruk pula prognosisnya. Kuman masuk ke dalam
luka melalui tanah, debu atau kotoran.
Ciri khas kejang pada tetanus yaitu kejang tanpa penurunan kesadaran. Dan
awitan penyakit (waktu dari timbulnya gejala pertama sehingga terjadi kejang)
adalah 24 – 72 jam.
(https://herrysetyayudha.�les.wordpress.com/2011/11/800px-
neonatal_tetanus_6374.jpg)Gambar : Spasme otot akibat masuknya toksin
dari kuman Clostridium tetani
Patogenesis dan Pato�siologi
(https://herrysetyayudha.�les.wordpress.com/2011/11/tetanus-
pathogen2.jpg)
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik
dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat
Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka, diikuti trismus (kaku rahang,
sukar membuka mulut lebar – lebar), rhisus sardonicus (wajah setan).
Kemudian diikuti kaku buduk, kaku otot perut, gaya berjalan khas seperti
robot, sukar menelan, dan laringospasme. Pada keadaan yang lebih berat
terjadi epistothonus (posisi cephalic tarsal), di mana pada saat kejang badan
penderita melengkung dan bila ditelentangkan hanya kepada dan bagian tarsa
kaki saja yang menyentuh dasar tempat berbaring.
Dapat terjadi spasme diafragma dan otot – otot pernapasan lainnya. Pada saat
kejang penderita tetap dalam keadaan sadar. Suhu tubuh normal hingga
subfebris. Sekujur tubuh berkeringat.
(https://herrysetyayudha.�les.wordpress.com/2011/11/tetanus.jpg)
Karakteristik Penyakit
Kejang – kejang bertambah beram selama tiga hari pertama, menetap selama 5
– 7 hari. Setelah 10 hari, frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu
kejang menghilang. Dan kaku otot hilang paling cepat mulai minggu ke-4.
Stadium Tetanus
Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus dibagi menjadi
stadium klinis pada anak dan stadium klinis pada orang dewasa.
Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang
rangsang, dan belum ada kejang spontan.
Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang, dan
belum ada kejang spontan.
Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang, dan
kejang spontan.
DPT (Dephteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada anak. Diberikan pada
usia 2 – 6 bulan dengan dosis sebesar 0,5 cc IM, 1 x sebulan selama 3 bulan
berturut – turut. Booster diberikan pada usia 12 bulan, 1 x 0,5 cc IM, dan
antara umur 5 – 6 tahun 1 x 0,5 cc IM.
Tetanus toksoid. Imunisasi dasar dengan dosis 0,5 cc IM, yang diberikan 1 x
sebulan selama 3 bulan berturut – turut. Booster (penguat) diberikan 10 tahun
kemudian setelah suntikan ketiga imunisasi dasar, selanjutnya setiap 10 tahun
setelah pmberian booster di atas.
Setiap penderita luka harus mendapat tetanus toksoid IM pada saat cedera, baik
sebagai imunisasi dasar maupun sebagai booster, kecuali bila penderita telah
mendapatkan booster atau menyelesaikan imunisasi dasar dalam 5 tahun,
terakhir.
Imunisasi Pasif. ATS (Anti Tetanus Serum), dapat merupakan
antitoksin bovine (asal lembu) maupun antitoksin equine (asal kuda). Dosis
yang diberikan untuk orang dewasa adalah 1500 IU per IM, dan untuk anak
adalah 750 IU per IM.
Pemberian imunisasi pasif tergantung dari sifat luka, kondisi penderita, dan
status imunisasi.
Pasien yang belum pernah mendapat imunisasi aktif maupun pasif, merupakan
keharusan untuk diimunisasi. Pemberian imunisasi secara IM, jangan sekali –
kali secara IV.
Tindakan pro�laksis
Berat, bersih, ATS 1500 IU Toks. 0,5cc Toks. 0,5 cc ATS 1500
atau cenderung IU
tetanus Toks. 0,5 cc
Toks. 0,5cc
Keterangan :
ATS 1500 IU setara dengan HTIG (Humane Tetanus Immunoglobuline) 250 IU.
ABT = antibiotika dosis tinggi yang sesuai untuk Clostridium tetani
Penatalaksanaan tetanus
Terdiri atas :
Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot (musclerelaxant)
ditambah alat bantu pernapasan (ventilator). Cara ini hanya dilakukan di
ruang perawatan khusus (ICU = Intesive Care Unit) dan di bawah pengawasan
seorang ahli anestesi.
Perawatan penunjang. Yaitu dengan tirah baring, diet per sonde, dengan
asupan sebesar 200 kalori / hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100
kalori/kg BB/hari untuk anak – anak, bersihkan jalan nafas secara teratur,
berikan cairan infus dan oksigen, awasi dengan seksama tanda – tanda vital
(seperti kesadaran, keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan
pernapasan), trisnus (diukur dengan cm setiap hari), asupan / keluaran
(pemasukan dan pengeluaran cairan), temperatur, elektrolit (bila fasilitas
pemeriksaan memungkinkan), konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah : pneumonia, terutama karena aspirasi
: as�ksi, terutama pada saat kejang, status konvulsivus, fraktur vertebra, akibat
kejang.
Beberapa pertimbangan
Pengobatan dengan ATS hingga saat ini belum jelas hasilnya, karena itu ada
ahli yang menggunakan dan ada yang tidak menggunakannya. Bila
digunakan, keberatannya adalah mengenai harga, tetapi bila digunakanpun
tidak berbahaya kecuali pada penderita yang hipersensitif. Kemampuan
perlindungan ATS ini hanya berlangsung selama 2 – 3 minggu saja.
Tes kulit. Sering dilakukan (lebih disukai dari pada tes mata). Caranya yaitu
0,1 cc serum diencerkan dengan akuades atau cairan NaC1 0,9 % menjadi 1
cc. Suntikkan 0,1 cc dari larutan yang telah diencerkan tadi pada lengan
bawah sebelah voler secara intrakutan, tunggulah selama 15 menit. Reaksi
positif (penderita hipersensitif terhadap serum) bila terjadi in�ltrat / indurasi
dengan diameter lebih besar dari 10 mm (1 cm), yang dapat disertai rasa
panas dan gatal.
Tes mata. Caranya yaitu dengan meneteskan 1 tetes cairan serum pada mata,
tunggulah 15 menit. Reaksi positif bila mata merah dan bengkak.
1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 % disuntikkan secara
subkutanm tunggulah selama 30 menit.
2. Sesudahnya, suntikkan 0,5 cc serum + 0,5 cc serum +0,5 cc akuades atau
NaC1 0,9 % secara subkutan, tunggulah 30 menit. Perhatikan reaksi. Bila
tampak tanda – tanda penderita hipersensitif (tanda profromalsyok
ana�laktik), hentikan pemberian, dan berikan antihistamin serta
kortikosteroid. Rawat penderita sesuai keadaannya.
3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa serum dapat disuntikkan
secara intramuskuler.
Desensitisasi ini bertahan selama 2 – 3 minggu, jadi bila keesokan harinya atau
hari – hari berikutnya (dalam masa 2 – 3 minggu tersebut) perlu dilakukan
suntikan ulangan, maka cara Bersredka tak perlu diiulangi. Pada cara
Besredka, sebaiknya perlengkapan P3K yaitu obat yag diperlukan untuk
menanggulangi syok ana�laktik tetap tersedia.
Yang dimaksud dengan semua orang di sini mulai dari bayi sampai orang tua
berumur puluhan tahun, bahkan bayi sebelum lahirpun sudah harus diberi
kekebalan melalui ibu yang sedang hamil.
Untuk immunisasi dasar 3 kali berturut – turut dengan interval antara suntikan
pertama dengan kedua 4 – 6 minggu, antara kedua dengan ketiga 6 bulan.
Immunisasi dasar sudah boleh dimulai waktu anak berumur sekitar 4 bulan
yang dapat diberikan bersama vaksin diphteri, pertusis dalam bentuk vaksin
DTP atau DT atau diberikan terpisah – pisah. Kalau seseorang belum pernah
mendapatkannya maka imunisasi dasar dapat dilakukan kapan saja sepanjang
hidupnya, dengan dosis dan interval yang sama seperti di atas. Seseorang
yang telah mendapat immunisasi dasar lengkap (3 kali suntikan) maka dalam
jangka waktu 10 tahun setelah suntikan terakhir, kandungan antitoksin tetanus
dalam serum darahnya berada di atas garis perlindungan minimal (=minimum
protective level) yaitu garis 0,01 i.u/ml, jadi orang itu dianggap sudah
terlindung terhadap tetanus.
a. Orang – orang yang telah mendapat suntikan vaksin tetanus sebanyak 3
kali, tetapi suntikan terakhir sudah lebih dari 10 tahun.
b. Orang – orang yang telah mendapat vaksin tetanus 2 kali dan waktunya
telah lebih dari 5 tahun.
B. Melakukan pro�laksi tetanus terhadap orang yang luka secara benar
dan tepat
Pemberian ini ditujukan sebagai booster terhadap pasien yang luka yang telah
mendapat vaksinasi tetanus sebelumnya, tujuannya untuk menaikkan titer
antitoksin dan akan memberikan perlindungan yang efektif dalam jangka
waktu yang lama.
Pemberian vaksin tetanus pada saat luka terhadap pasien yang sama sekali
belum pernah divaksinasi terhadap tetanus, tidaklah dapat menjamin
perlindungan terhadap tetanus, karena untuk mendapatkan antitoksin dalam
serum sampai di garis proteksi minimal dibutuhkan waktu 2 – 3 minggu,
sedangkan masa inkubasi tetanus ada yang lebih cepat. Dalam hal inilah
diperlukan pemberian antitoksin (immunisasi pasif) bersamaan dengan
pemberian toksodi tetanus tadi.
2. Perawatan luka secaa bedah yang benar
2. Teknik aseptik dengan memakai sarung tangan steril, mencuci kulit sekitar
luka dengan cairan yang cukup sebelum tindakan bedah.
3. Menutup luka dengan kasa steril waktu mencuci luka tadi.
4. Cahaya haruslah cukup agar secara cermat mengidenti�kasi jaringan yang
vital seperti saraf dan pembuluh darah.
5. Instrumen harus lengkap, pembantu cukup agar penarikan jaringan secara
halus untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih besar.
6. Perdarahan dikontrol dengan instrumen yang tepat dan benang yang cukup
kecil agar jaringan nekrotik minimum yang tinggal di dalam luka.
8. Diberikan secara komplit dengan memakai pisau untuk meratakan pinggir
luka yang compang – camping, mengangkat jaringan yang sudah diragukan
vitalitasnya, mengangkat benda asing sampai tidak ada yang tertinggal.
Antitoksin serum kuda (ATS) diberikan bila human antitoksin tidak ada,
dosisnya untuk pro�laksis 1500 – 3000 unit bagi orang dewasa, anak – anak
sesuai umur. ATS bertahan dalam darah 7 – 14 hari. Untuk pengobatan
penderita tetanus dosis ATS adalah 20.000 – 40.000 unit. Antitoksin untuk
pro�laksis diberikan secara simultan dengan vaksin tetanus tetapi dengan spuit
dan jarum yang berbeda, juga tempat penyuntikan harus berbeda, gunanya
agar jaringan terjadi aglutinasi antara keduanya.
Gra�k titer antitoksin dalam serum sesudah pemberian toksoid saja, antitoksin
saja, toksoid dan antitoksin secara simultan.
Pemberian :
INDIKASI IMMUNISASI
Apakah penderita perlu dirawat dalam kamar isolasi ? Sebetulnya tidak perlu
karena spora ada di mana – mana sekitar kita, bukan luka penderita tetanus
itu. Jelas penangan penderita harus multidisipliner.
Perawatan penunjang. Yaitu dengan tirah baring; diet per sonde, dengan
asupan sebesar 2000 kalori/hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100
kalori/KgBB/hari untuk anak-anak; bersihkan jalan nafas secara
teratur;berikan cairan infus dan oksigen;awasi dengan seksama tanda-tanda
vital.
Pencegahan komplikasi. Mencegah anoksia otak dengan pemberian anti
kejang, sekaligus mencegah laringospasme, jalan nafas yang memadai, bila
perlu lakukan intubasi atau lakukan trakeotomi berencana, pemberian
oksigen. Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan nafas yang
teratur, pengaturan posisi penderita berbaring, pemberian antibiotika.
Mencegah fraktur vertebra dengan pemberian antikejang yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. The Mystique Theme.