Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 1, April 2010, 17-23

PENGAMATAN VISUAL TAHAP-TAHAP


PEMBENTUKAN KRISTAL SISTEM
EUTEKTIKUM ASETAMINOFEN -
PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
Ilma Nugrahani, Sukmadjaja Asyarie, Sundani Nurono Soewandhi,
Slamet Ibrahim
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung

ABSTRACT
The aim of this research was to observ the recrystallization process of two component,
acetaminophen-pseudoephedrine hydrochloride in ethanol and the thermal profiles.
The visual data resulted from polarization microscope observation confirmed with
thermograph DSC showed that the crystal habit was represented to the intrinsic cha-
racter representative by thermodynamic properties of the binary system.The visualiza-
tion process proved that in different molar ratios, the binary system formed crystals
habit with different and step by step showed inhibit, to form polycrystalline until at
molar ratio 6:4 formed the fines single crystals mixture which was smaller than before
co-recrystallization. Acetaminophen was observed as monoclinic hexagonal crystals
while pseudoephedrine hydrochloride was observed monoclinic/orthorombic forms.
Keywords: acetaminophen, crystals habit, ethanol, pseudoephedrine HCl.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengamati bentuk hasil rekristalisasi sistem dua komponen
asetaminofenpseidoefedrin HCl dengan etanol dikaitkan dengan profil termalnya. Data
visual yang diperoleh dari pengamatan dengan mikroskop polarisasi dikonfirmasi
dengan data DSC membuktikan bahwa habit kristal berkaitan dengan karakter intrinsik
yang direpresentasikan dengan profil termalnya. Data visual menunjukkan bahwapada
berbagai pebandingan molar sistem dua komponen membentuk kristal dengan habit
yang berbeda-bedadan secara tahap demi tahap menunjukkan hambatan pembentukan
polikristalin bersama dan menghasilkankristal halus pada perbandingan molar 6:4
dengan ukuran yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kristaldari masing-masing
komponen sebelum dikristalkan bersama. Asetaminofen termati dalam bentuk
monoklinik/heksagonal sedangkan pseudoefedrin hcl teramati dalam bentuk monoklinik/
ortorombik.
Kata kunci: asetaminofen, habit kristal, etanol, pseudoefedrin-HCl.
Corresponding author : E-mail : ilma_nugrahani@yahoo.com

Vol. VII, No.1, April 2010 17


PENDAHULUAN fisik dan menghasilkan sistem
campuran eutektikum dengan titik
Pada proses pembuatan sediaan lebur bersama pada perbandingan
padat, beberapa tahap seperti pen- molar 6:4. Pembuktian telah dila-
campuran serbuk dan granulasi akan kukan dengan metode peleburan
melibatkan energi termik dan meka- (metode panas) maupun pelarutan
nik yang secara sengaja maupun (metode dingin) dari sistem biner
tidak, dapat mengubah aspek termo- asetaminofen-pseudoefedrin hidro-
dinamika dari materi obat yang klorida yang diagram fasenya di-
diolah. Demikian juga penambahan tunjukkan pada gambar 1 di bawah
berbagai bahan pengikat dan pelarut ini (Nugrahani, Asyarie, Soewandhi,
tanpa disadari dapat mengubah 2006-a, 2006-b, 2007).
perilaku fisik dari bahan aktif yang Pada proses rekristalisasi leburan
diproses menjadi sediaan. atau larutansistem eutektikum akan
Asetaminofen dan pseudo- dihasilkan kristal-kristal yang lebih
efedrin HCl umum dijumpai di dalam kecil dari bahan baku masing-masing.
sediaan obat flu. Kasus faktual Akibatnya, hasil rekristalisasi ter-
diindustri menunjukkan timbulnya sebut dapat terdisolusi lebih cepat.
kesulitan dalam menjaga kestabilan Fenomena pencampuran eutektikum
massa tablet dan kekerasan tablet telah banyak digunakan untuk dasar
selama pencetakan sediaan yang pembuatan disperi padat. Pemben-
mengandung dua komponen obat tukan kristal yang lebih kecil ke-
tersebut. Pada penelitian sebelumnya mungkinan disebabkan oleh pening-
telah dibuktikan bahwa asetami- katan viskositas leburan/larutan
nofen dan pseudoefedrin hidro- serta pembatasan ruang gerak
klorida saling berinteraksi secara molekul yang mengakibatkan ter-

Gambar 1. (a) Kurva eutektikum hasil rekristalisasi asetaminofen-pseudoefedrin


hidroklorida dengan etanol ;(b) kurva eutektikum campuran bahan baku
tanpa perlakuan rekristalisasi(3).

18 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


batasnya pertumbuhan ruang kristal Elmer,USA), dryer (Phillips, Japan),
(Parikh (ed), 1997, Swarbrick, Boylan pengayak bertingkat (Retsch, USA).
(ed.), 1994, Varma, Pandi, 2005).
Tujuan penelitian berikut ini Bahan
adalah mengamati tahap-tahap Asetaminofen (batch no. KLB
pembentukan kristal berdasar per- 0511520, eks Changshu Huagang
bedaan komposisi dari perbandingan Pharm.Co., China) dan Pseudo-
terendah hingga perbandingan efedrin hidroklorida (batch no.
tertinggi dikaitkan dengan profil 204105, eks Mongolia Ertok Qianqi
termik sistem dua komponen dan Ephedrine Factory, China)dari PT
membuktikan terbentuknya kristal- Kalbe Farma, etanol p.a., larutan
kristal yang lebih kecil pada titik dapar fosfatpH 6,8.
eutektikum, yaitu pada perban-
dingan 6:4. Melalui proses rekris- Cara kerja
talisasi dengan etanol yang belum Asetaminofen dan pseudoefe-
pernah dipaparkan pada penelitian- drin dibuat campuran dengan per-
penelitian sebelumnya. bandingan molar = 1:9; 2:8; 3:7; 4:6;
Pengamatan visual dilakukan 5:5; 6:4; 7:3; 8:2; dan 9:1. Masing-
dengan mengkristalkan sistem dua masing bahan baku tunggal diayak,
komponen dengan etanol dan meng- diambil fraksi yang melewati 100
amati habit kristal yang terbentuk mesh. Masing-masing bahan tunggal
dengan mikroskop polarisasi (Nu- dan campurannya dilarutkan dengan
grahani, Asyarie, Soewandhi, 2006). etanol, diteteskan di atas kaca objek,
Hasil pengamatan dikonfirmasi pelarut diuapkan dengan bantuan
dengan profil termik yang tergambar pengering dan diamati pembentukan
dalam termogram DSC. Hasil pene- kristalnya di bawah mikroskop
litian diharapkan dapat memberikan polarisasi. Masing-masing komposisi
gambaran secara visual tahap-tahap dianalisis dengan DSC untuk men-
perubahan habit kristal versus dapatkan gambaran hubungan antara
komposisi dari sistem interaksi dua bentuk kristal campuran dengan
komponen asetaminofen-pseudo- profil termiknya (Cartensen, 2001,
efedrin HCl, sekaligus memberikan Giordano, 2000, Davis, 2004, Car-
gambaran bentuk kristal pada titik tensen, 1980).
eutektikum. Asetaminofen dan pseudoefe-
drin hidroklorida mudah larut di
METODE dalam etanol, sistem larutannya
Alat stabil, dan menunjukkan proses
Timbangan milligram digital rekristalisasi yang cepat, akurat dan
(Mettler, USA), mikroskop polarisasi reprodusibel. Percobaan pengamatan
(Olympus, Germany), kameradigital bentukkristal masing-masing dila-
(Exilim-Casio, Japan), DSC (Perkin kukan sebanyak 3x.

Vol. VII, No.1, April 2010 19


HASIL DAN PEMBAHASAN sibel. Percobaan pengamatan bentuk
kristal masing-masing dilakukan
Asetaminofen dan pseudoefe- sebanyak 3x. Pengamatan dengan
drin hidroklorida mudah larut di mikroskop polarisasi terhadap
dalam etanol, sistem larutannya stabil bentuk kristal dari masing-masing
dan menunjukkan proses rekristali- komposisi campuran menunjukkan
sasi yang cepat, akurat dan reprodu- hasil sebagai berikut :

Gambar 2. (a) Asetaminofen (b) Termogram DSC asetaminofen

Gambar 3. (a) Pseudoefedrin hcl (b) Termogram pseudoefedrin hcl

Dari gambar-gambar tersebut adalah 1840C. Pada keadaan tunggal


ditunjukkan bahwa bentuk dari terbentuk kristal yang cepat mem-
kristal sistem dua komponen sangat bentukpolikristalin yang memenuhi
terkait dengan sifat intrinsiknya yang wilayah pengamatan (gambar 2a dan
digambarkan dengan profil termal 3a).
DSC. Pada gambar 2b dan 3b ditun- Pada kristal bahan tunggal di-
jukkan bahwa suhu transisi asetami- tunjukkan terbentuknya polikristalin
nofen 169dan pseudoefedrin HCl yang penuh tanpa rongga. Selanjut-

20 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Gambar 4. Bentuk kristal sistem dua komponen asetaminofen-pseudoefedrin
hcl = (a)2:8 (40x); (b) 5:5 (40x);(c) 6:4 (40x); (d) 6:4 (200x); (e) 6:4 (800x);
(f) asetaminofen – eutektik / monoklinik dan heksagonal (1000x) (g) pseudoefedrin
eutektik / ortorombik (1000x); (h) 2:8 (40x); (i) 1:9 (40x)

Gambar 5. Termogram hasil rekristalisasi sistem dua komponen asetaminofen-


pseudoefedrin HCl pada perbandingan molar : (a) 3:7; (b) 6:4 (c) 7:3.

nya pada sistem campuran 1:9 – 1:3 Pada perbandingan 5:5 dan 4:6
dan 3:7– 9:1 ditunjukkan hambatan- dihasilkan polikristalin terbuka
hambatan proses rekristalisasi berupa dengan kristal-kristal kecil yang
rongga-rongga dari polikristalin. tersebar di sekitarnya. Pada per-

Vol. VII, No.1, April 2010 21


bandingan 6:4 yang dinyatakan farmakologis yang berbeda (Car-
sebagai perbandingan eutektikum tensen, 1993, Byrn, Pfeiffer, Stowell,
ditunjukkan kristal-kristal tunggal 2000).
kecil monoklin dan Heksagonal dari Fenomena yang teramati dari
parasetamol sedangkan pseudo- proses kristalisasi bersama asetami-
efedrin hidroklorida berbentuk nofen dengan pseudoefedrin hidro-
ortorombus (gambar 4c-4g). klorida dapat dilanjutkan dengan
Dihubungkan dengan bentuk pengukuran ukuran partikel secara
termogram pada 5a dan 5c, per- lebih rinci dilanjutkan dengan uji
bandingan 3:7 dan 7:3 sistem belum disolusi untuk membuktikan sejauh
mencapai 1 titik lebur bersama secara mana proses rekristalisasi eutek-
total sehingga bentuk kristal (3:7) tikum tersebut dapat meningkatkan
masih mirip dengan polikristal laju disolusi. Fenomena ini juga
pseudoefedrin HCl sebagai fraksi menarik untuk didalami lebih lanjut
yang lebih besar sedangkan bentuk sebagai wacana lain dari formulasi
kristal (7:3) mirip polikristal ase- sistem dispersi padat yang tidak
taminofen. Semakin jauh dari 6:4, hanya dapat dilakukan antara bahan
rongga-rongga kembali menyempit aktif dengan bahan pembantu namun
dan polikristalin akan terbentuk juga dapat dilakukan antara bahan
dengan cepat dan padat. Pada per- aktif dengan bahan aktif (Swarbrick,
bandingan molar 6:4 telah terjadi Boylan(ed.), 1994). Di samping itu
sistem interaksi berkesitambangan hasil penelitian ini diharapkan dapat
yang menyebabkan pembentukan memberi jawaban kepada pihak
polikristalin terhambat oleh pem- industri atau peracik obat di lapangan
bentukan kristal komponen yang lain jika menemukan permasalahan pada
dan masing-masing kristal cenderung pencampuran obat asetaminofen-
untuk mempertahankan bentuk pseudoefedrin HCl sehingga dapat
tunggalnya. Hal ini yang menye- dilakukan langkah-langkah untuk
babkan terbentuknya kristal-kristal mengatasinya.
yang lebih kecil dari kristal asalnya.
Interaksi físika yang irreversible KESIMPULAN
dikhawatirkan dapat menyebabkan
perubahan aktivitas farmakologis, Tahap-tahap pembentukan kris-
namun interaksi jenis eutektikum tal sistem eutektikum asetaminofen-
pada umumnya bersifat reversible dan pseudoefedrin HCl dapat teramati
hanya mengubah ukuran kristal dengan mikroskop polarisasi dan
sehingga diperkirakan hanya akan analisis DSC.Bentuk kristal sistem
mengubah kecepatan disolusi. dua komponen asetaminofen pseu-
Asetaminofen dan pseudoefedrin doefedrinhcl hasil rekristalisasi
HCl memiliki struktur yang sangat dengan etanol berkaitan dengan
mirip meskipun memiliki aktivitas energi termik sistem dua komponen

22 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


tersebut. Pada titik eutektikum akan Nugrahani I, Asyarie S, Soewandhi
terbentuk kristal-kristal tunggal kecil SN. 2006-a. Metode Kontak
heksagonal asetaminofen dan mono- Dingin untuk Mendeteksi
klinik / ortorombik dari pseudo- Interaksi Fisika Pseudoefedrin
efedrin HCl. hidroklorida -Asetaminofen dan
Antalgin – Fenilbutason (I).
DAFTAR ACUAN Artocarpus,6.
Nugrahani I, Asyarie S, Soewandhi
Brittain HG.1993. Analytical Profiles of SN, Ibrahim S. 2007. Characteriza-
Drug Substances & Excipient, tion Eutecticum Crystal Para-
(8):489, (11):483, (14) :551, Aca- cetamol-Pseudoephedryne HClby
demic Press, Inc. SanDiego. Cali- DSC, XD, and FTIR as Cold Con-
fornia. tact Method Development, Seminar
Byrn SR., Pfeiffer RR., Stowell JG. ICNX-2007.ITB. Bandung.
2000. Solid State Chemistry of Nugrahani I, Asyarie S, Soewandhi
Drugs, 2nded. SSCLInc., West SN. 2006-b. Konfirmasi Metode
Labosette. Indiana, 69-79, 280- Kontak Dingin dengan DSC dan
303. XRD untuk Penentuan Jenis
Cartensen JT. 1980. Solid Pharmaceu- Interaksi Fisika Pseudoefedrin
tics: Mechanical Properties and Rate hidroklorida – Asetaminofen
Phenomena. Academic Press. dan Antalgin – Fenilbutason (II).
New York. 102-108. Artocarpus,7.
Cartensen JT. 1993. Pharmaceutical Parikh DM.(ed). 1997. Handbook of
Principles of Solid Dosage Forms. Pharmaceutical Granulation Tech-
Technomic Publ. Co. Inc., nology. Marcel Dekker. New
Lancaster, 204-205. York. 1-23.
Cartensen JT. 2001. Advanced Pharma- Swarbrick, J. And Boylan, J.C.
ceutical Solids. Marcel Dekker. (ed.).1994. Encyclopedia of Phar-
New York. 80. maceutical Technology,Vol.3.
Davis RE, et.al. 2004. Studies Phase Marcel Dekker Inc. New York &
Relationshipsin Co-crystal Sys- Basel, 337-344.
tems, American Crystallographic Varma MM, Pandi JK. 2005. Dissolu-
Associa-tion, ACATransaction, 39: tion, Solubility, XRD, DSC Stud-
41-61. ies on Flurbiprofen-Nicotina-
Drugbank: Acetaminophen, Pseu- mide Solid Dispersions. Drug
doephedrine. 2006. Drugbank, Development and Industrial Phar-
http://en.wikipedia.org/wiki/ macy, 31 (4-5): 417-423.
DrugBank.
Giordano F, Rossi A. 2000. Phase Dia-
grams inthe Binary System, Boll.
Chim. Farm, 139(4):345-349.

Vol. VII, No.1, April 2010 23

Anda mungkin juga menyukai