Anda di halaman 1dari 9

Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1

Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

STANDARISASI STOK OBAT DAN ALAT KESEHATAN


EMERGENSI DI UNIT PERAWATAN RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING
Irham Purnomo
Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia
irham.purnomo@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Pengelolaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit merupakan satu
aspek manajemen yang penting, dimana ketidakefisienan pengelolaan obat dan alat
kesehatan tersebut akan memberikan dampak yang negatif baik secara medis maupun
ekonomis. Kejadian kedaruratan medik dapat terjadi setiap saat dan dimana saja,
terutama di ruang perawatan rumah sakit. Di ruang perawatan RS PKU
Muhammadiyah Gamping sudah tersedia stok obat dan alat kesehatan emergensi
tetapi belum ada standarisasi tentang jenis dan jumlahnya. Tujuan:
Terstandarisasinya stok obat dan alat kesehatan emergensi di ruang perawatan RS
PKU Muhammadiyah Gamping. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan rancangan action research. Upaya pengembangan standarisasi ini
dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, focus
group discussion, uji Delphi dan diskusi kelompok kecil. Hasil: Observasi yang
dilakukan dengan menggunakan ceklist standar Manajemen Pengelolaan Obat (MPO)
sebelum dilakukan intervensi hanya mendapatkan nilai 44%. Sejumlah rencana
tindakan telah diusun untuk menstandarisasi stok obat dan alat kesehatan emergensi.
Daftar obat dan alat kesehatan emergensi yang telah disusun, diusulkan kepada para
pakar melalui uji Delphi. Hasil uji Delphi selanjutnya dilaporkan kepada panitia
Farmasi dan Terapi (PFT) untuk dilakukan penilaian. Hasil penilaian PFT meliputi
disetujuinya 14 item obat dan 18 item alat kesehatan emergensi yang harus distok di
ruang perawatan yang selanjutnya akan diajukan kepada Direktur Rumah Sakit untuk
disetujui dan kemudian disahkan sbagai surat keputusan. Langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikan hasil keputusan direktur Rumah Sakit. Evaluasi dilakukan
setelah implementasi selesai dilakukan dengan menggunakan ceklist standar MPO
dan mendapatkan nilai 80%. Kesimpulan: Evaluasi standar stok obat dan alat
kesehatan emergensi yang dilakukan setelah dilakukan intervensi presentasenya
meningkat.

Kata kunci: Obat Emergensi; Alat Kesehatan Emergensi; Uji Delphi.


©2017 Proceeding Health Architecture. All rights reserved

PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah salah satu kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
sarana kesehatan tempat derajad kesehatan yang optimal bagi
menyelenggarakan upaya kesehatan. masyarakat (Siregar dan Amalia, 2004).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan Pengelolaan obat dan alat kesehatan di
untuk memelihara dan meningkatkan rumah sakit merupakan satu aspek

Page | 130
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

manajemen yang penting, dimana halnya dengan perawat pelaksana di


ketidakefisienan pengelolaan obat dan ruang perawatan yang akan terbebani
alat kesehatan tersebut akan dengan situasi seperti ini.
memberikan dampak yang negatif Berdasarkan uraian tersebut di
terhadap rumah sakit baik secara medis atas, peneliti merasa tertarik untuk
maupun ekonomis (Yusmainita, 2002). melakukan penelitian tentang sistem
Kedaruratan medik dapat terjadi pengelolaan obat dan alat kesehatan
pada seseorang maupun sekelompok emergensi untuk unit perawatan yang
orang pada setiap saat dan dimana saja. akan diusulkan ke Direktur RS PKU
Keadaan ini selain membutuhkan Muhammadiyah Gamping dalam rangka
pengetahuan dan keterampilan yang tercapainya pengelolaan yang
baik dari penolong dan sarana yang terstandar.
memadai, juga dibutuhkan
pengorganisasian yang sempurna TINJAUAN PUSTAKA
(Purwadianto & Sampurna, 2000).
Rumah sakit harus dapat 1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan
menyediakan lokasi penyimpanan obat Farmasi Rumah Sakit
dan alat kesehatan emergensi untuk Siklus kegiatan pengelolaan
kondisi kegawatdaruratan. Tempat obat dalam instalasi farmasi menurut
penyimpanan harus mudah diakses dan Management Sciences for Health (2012)
terhindar dari penyalahgunaan serta meliputi empat fungsi utama : seleksi
pencurian (Permenkes Tahun 2014). (selection), pengadaan (procurement),
Terselenggaranya pelayanan di RS distribusi (distribution), dan penggunaan
PKU Muhammadiyah Gamping tidak (use).
terlepas dari penyediaan obat dan alat
kesehatan. Instalasi Farmasi Rumah 2. Sistem Distribusi Obat Ruang
Sakit (IFRS) adalah satu-satunya Perawatan
bagian/divisi di rumah sakit yang Ada empat sistem distribusi obat
bertanggung jawab penuh atas rawat inap di rumah sakit yang
pengelolaan dan pengendalian seluruh diterapkan yaitu : Floor stock system,
sediaan farmasi dan perbekalan Individual drug order system, gabungan
kesehatan lain yang beredar dan individual drug order dengan floor stock
digunakan di rumah sakit. Di ruang system dan Unit dose dispensing.
perawatan RS PKU Muhammadiyah Pemilihan sistem distribusi obat sangat
Gamping sudah tersedia stok obat dan tergantung pada kondisi dan kebutuhan
alat kesehatan emergensi tetapi belum masing-masing rumah sakit (Quick et al.,
ada standarisasi tentang jenis dan 1997).
jumlahnya. Dengan tidak adanya
standarisasi, maka kemungkinan akan 3. Focus Group Discussion
terjadi permintaan stok obat dan alat Focus group discussion adalah
kesehatan tersebut akan terjadi suatu proses pengumpulan informasi
berulang-ulang dengan item obat dan mengenai suatu permasalahan tertentu
alat kesehatan yang tidak terbatas dan yang sangat spesifik melaui diskusi
permintaan yang tidak sesuai dengan kelompok. Permasalahan tertentu yang
kebutuhan, akan menyebabkan petugas sangat spesifik menunjukkan bahwa
gudang farmasi kewalahan, begitupun diskusi dilaksanakan untuk memenuhi

131
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

tujuan penelitian yang sudah sangat penelitian adalah stok obat dan alat
jelas. Oleh karena itu, pertanyaan kesehatan emergensi, perawat dan
peneliti harus jelas dan spesifik (Irwanto, dokter di ruang perawatan serta staf
1998). farmasi RS PKU Muhammadiyah
Gamping. Data dianalisis secara
4. Wawancara kualitatif dengan cara deskriptif. FGD
Wawancara adalah percakapan dan wawancara dengan analisa isi yaitu
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dengan mengembangkan coding.
dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanyaan dan terwawancara yang Identifikasi masalah stok obat dan
memberi jawaban atas pertanyaan itu alat kesehatan emergensi di unit
(Grbich, 1999). perawatan RS PKU Muhammadiyah
Gamping harus dilakukan secara
5. Metode Uji Delphi komprehensif dan menggunakan multi
Metode uji Delphi merupakan method, dengan harapan agar
proses dalam group yang terdiri dari para didapatkan data yang lengkap dan
pakar (expert/judge) untuk mendapatkan, komprehensif baik data yang bersifat
memeriksa dan membandingkan serta opini maupun fakta yang ada di
mengarahkan informasi menuju lapangan. Hal ini sejalan dengan
konsensus bersama para pakar tentang pernyataan Grbich (1999) tujuan dari
suatu topik yang spesifik (Delp, 1997). digunakannya multi method adalah untuk
6. Diskusi Kelompok Kecil (DKK) menangani masalah inkonsistensi hasil
Diskusi kelompok kecil dilakukan analisis keterkaitan antar sektor yang
untuk membicarakan suatu topik yang berbeda sehingga mendapatkan hasil
menjadi permasalahan, terdiri 5-10 orang analisis kunci yang lebih akurat dengan
dengan peserta memiliki banyak mengeliminasi kelemahan masing-
kesamaan (homogeny), misal : usia, masing metode.
jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, jenis Metode yang digunakan oleh
kelamin, pengalaman dalam suatu hal peneliti dalam mengidentifikasi masalah
dan sebagainya (Quick et al., 1997). meliputi:
1. Metode wawancara mendalam
METODE PENELITIAN (indepth interview) dengan Kepala
Penelitian ini merupakan penelitian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
kualitatif dengan rancangan action (IFRS). Hal ini sesuai dengan
research. Upaya pengembangan dengan fungsi utama dari IFRS yaitu
standarisasi ini dilakukan dengan pengelolaan mulai dari perencanaan,
menggunakan metode observasi, pengadaan, penyimpanan,
wawancara mendalam, focus group penyiapan, peracikan, pelayanan
discussion, uji Delphi dan diskusi langsung kepada pasien sampai
kelompok kecil. Lokasi penelitian dengan pengendalian semua
dilaksanakan di ruang perawatan dan perbekalan kesehatan yang beredar
instalasi farmasi RS PKU dan digunakan semua unit rumah
Muhammadiyah Gamping. Penelitian ini sakit (Siregar dan Amalia, 2003)
dilaksanakan pada bulan Februari 2015 2. Metode focus group discussion
sampai dengan bulan April 2015. Subjek (FGD) dengan dokter jaga, petugas

132
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

farmasi dan perawat di ruang dititikberatkan pada kesiapan


perawatan. Kegiatan diskusi ini tempat penyimpanan, kondisi ruang
dihadiri oleh 7 orang peserta yang penyimpanan yang sesuai
terdiri dari 1 orang dokter jaga, 5 persyaratan, penataan obat dan
orang perawat ruangan dan 1 orang alat kesehatan yang memudahkan
petugas farmasi. Menurut Istijanto akses pengambilan di saat
(2006) FGD adalah diskusi kelompok emergensi dan mencegah
kecil yang terdiri dari 6-10 orang. kesalahan pengambilan obat,
Dari FGD diharapkan muncul ide keamanan obat dan alat kesehatan
spontan dari para peserta, yaitu dari pengambilan oleh orang yang
peserta tidak memanipulasi tidak berhak dan tidak sesuai
pendapat yang diberikan. prosedur, kejelasan standar jenis
Hasil wawancara mendalam dan dan jumlah stok obat dan alat
FGD dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan, pencegahan terhadap
dalam stok obat dan alat kesehatan kerusakan obat selama
emergensi di ruang perawatan RS PKU penyimpanan, inspeksi berkala oleh
Muhammdiyah Gamping adalah: penanggung jawab ruangan serta
a. Belum ada standarisasi stok tidak tercampurnya obat emergensi
obat dan alat kesehatan dengan obat pasien.
emergensi di ruang perawatan Dari hasil observasi dapat
b. Prosedur terkait permintaan, disimpulkan bahwa sistem pengelolaan
pelaporan dan penggantian obat obat dan alat kesehatan emergensi di
dan alat kesehatan emergensi ruang perawatan Rumah Sakit PKU
belum terstandar Muhammadiyah Gamping masih belum
c. Permintaan obat dan alat sesuai standar. Presentase kepatuhan
kesehatan emergensi sering terhadap standar hanya sebesar 44%.
dilakukan secara mendadak Capaian ini tentu sangat kecil mengingat
ketika terjadi kejadian emergensi pentingnya kepatuhan terhadap standar
d. Pelaporan untuk penggunaan pengelolaan obat dan alat kesehatan
obat dan alat kesehatan emergensi di ruang perawatan.
emergensi belum dilakukan Rencana tindakan yang akan
secara berkesinambungan. dilakukan untuk menstandarisasi stok
obat dan alat kesehatan emergensi di
3. Observasi di ruang perawatan ruang perawatan adalah:
menggunakan ceklist yang 1. Penyusunan draft awal tentang stok
mengacu pada standar akreditasi obat dan alat kesehatan emergensi
Rumah Sakit terkait Manajemen berdasarkan referensi.
Pengelolaan Obat (MPO) dan Penyusunan draft awal standar
Peraturan Menteri Kesehatan No. obat dan alat kesehatan emergensi
58 Tahun 2014 tentang Standar ini disusun oleh peneliti berdasarkan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah referensi obat dari WHO kemudian
Sakit. Observasi dilakukan di lima menyesuaikan dengan regulasi
ruang perawatan, meliputi: Ruang tentang obat yang bersifat nasional
Firdaus, Ruang Na’im, Ruang dan lokal Rumah Sakit agar dapat
Arroyan, Ruang Wardah dan Ruang diaplikasikan. Adapun beberapa
Zaitun. Adapun materi observasi

133
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

referensi yang digunakan oleh Uji Delphi tahap I dilakukan melalui


peneliti, meliputi: penyebaran kuesioner kepada 6 orang
a. Formularium Rumah Sakit narasumber dan mendapatkan respon
PKU Muhammadiyah dari 4 orang narasumber (67%) yang
Yogyakarta Tahun 2015 terdiri dari 2 orang Dokter Spesialis
b. Formularium Nasional Emergensi dan 2 orang Dokter Dokter
Tahun 2015 Spesialis Anestesi. Hal ini sejalaan
c. Referensi dari Departemen dengan apa yang diungkapkan oleh
Kesehatan RI Tahun 2014, Campbell (2002) bahwa tidak ada jumlah
tentang Standar Pelayanan optimal untuk jumlah sampel Uji Delphi,
Kefarmasian di Rumah Sakit namun kisarannya adalah 4 sampai 3000
d. Daftar Obat Esensial sampel (Campbell, 2002).
Nasional Tahun 2014 Dari Uji Delphi tahap I terhadap
e. Emergency Drug Guidelines draft obat emergensi, didapatkan 8 item
dari WHO Tahun 2007. obat yang memiliki presentase
Draft awal berisikan item persetujuan 100%, 2 item obat dengan
stok yang meliputi 20 item presentase 75%, 2 item obat dengan
obat dan 15 item alat presentase persetujuan 50%, 7 item obat
kesehatan. Daftar stok obat dengan presentase 25% dan 1 item obat
terdiri dari 2 jenis obat dengan persetujuan 0%. Hasil
sediaan tablet, 1 jenis obat persetujuan 0% pada tahap selanjutnya
sediaan gel dan 17 obat tidak dapat disetujui untuk diuji kembali
sediaan injeksi. pada Uji Delphi tahap II.
2. Melakukan Uji Delphi kepada Dari hasil Uji Delphi terhadap draft
narasumber ahli dalam bidang alat kesehatan emergensi didapatkan 12
emergensi yang terdiri dari item alat kesehatan yang memiliki
dokter spesialis emergensi dan presentase persetujuan 100% dan 3
dokter spesialis anestesi. item alat kesehatan yang memiliki
persetujuan 75%. Hal ini menunjukkan
Tabel 1 Daftar Narasumber bahwa hampir semua narasumber
No. Bidang Keahlian Jumlah memiliki pandangan yang sama tentang
1 Dokter Spesialis Emergensi 2 Orang alat kesehatan emergensi yang harus di
2 Dokter Spesialis Anestesi 4 Orang stok di ruang perawatan.
Total 6 Orang Beberapa narasumber juga
memberikan usulan tambahan stok obat
Uji Delphi dilakukan sebanyak dua dan alat kesehatan emergensi di ruang
tahap dengan mengajukan kuesioner perawatan. Usulan tambahan obat
kepada para narasumber. Uji Delphi emergensi yang diberikan oleh
dilakukan dua kali putaran untuk narasumber berjumlah item 12 obat yang
memenuhi syarat validitas dari metode terdiri dari sediaan obat tablet, injeksi
Delphi dengan responden dibidang hingga spray. Usulan tambahan alat
keahlian yang relatif homogen. kesehatan emergensi yang diberikan
Kuesioner berisi persetujuan dan oleh narasumber berjumlah 9 item alat
komentar terbuka atas item obat dan alat kesehatan yang terdiri dari alat
kesehatan yang telah disusun oleh kesehatan habis pakai, alat monitor vital
peniliti. sign, alat bantu pemberian obat dan alat

134
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

kejut jantung. Keterangan alasan melakukan diskusi untuk menyepakati


mengapa obat tersebut diusulkan juga daftar stok obat dan alat kesehatan
diberikan oleh narasumber. emergensi di ruang perawatan. Pada
Pada Uji Delphi tahap II, diajukan group interview ini peneliti
kembali kuesioner kepada 6 narasumber mempresentasikan hasil penelitian di
dan mendapat respon dari 4 narasumber tahapan sebelumnya. Setelah peneliti
(67%). Tingkat partisipasi narasumber selesai mempresentasikan hasil
ahli pada Uji Delphi tahap II penelitian, para anggota PFT berdiskusi
menunjukkan nilai yang sama membahas apa yang telah di
dibandingkan Uji Delphi tahap I. Item presentasikan sehingga didapatkan
obat dan alat kesehatan yang telah kesepakatan diantara anggota PFT yang
disetujui pada survey sebelumnya meliputi:
diajukan kembali. Uji Delphi tahap II ini a. Disepakatinya 14 item obat
secara umum lebih sedikit mendapatkan dan 18 item alat kesehatan
komentar terbuka dan usulan tambahan. emergensi beserta jumlah
Hal ini karena narasumber sudah yang harus distok di ruang
merasa banyak memberikan komentar perawatan.
dan usulan tambahan pada survey b. Ditetapkannya Standard
sebelumnya. Item obat yang diajukan Operating Procedure (SOP)
kembali pada Uji Delphi tahap II permintaan, pelaporan serta
sebanyak 19 item. Dari Uji Delphi tahap penggantian obat dan alat
II terhadap draft obat emergensi kesehatan emergensi di
didapatkan 8 item obat yang memiliki ruang perawatan.
presentase persetujuan 100%, 2 item 4. Hasil kesepakatan draft stok obat
obat dengan presentase 75%, 2 item dan alat kesehatan emergensi oleh
obat dengan presentase persetujuan PFT selanjutnya akan diajukan
50% dan 7 item obat dengan presentase kepada Direktur Rumah Sakit untuk
25%. disetujui kemudian disahkan
Untuk item alat kesehatan yang sebagai surat keputusan sehingga
diajukan kembali pada tahap uji Delphi dapat diterapkan di ruang
tahap II ini sebanyak 15 item. Dari hasil perawatan
Uji Delphi tahap II terhadap draft alat 5. Mengimplementasikan hasil
kesehatan emergensi didapatkan 12 item keputusan Direktur Rumah Sakit
alat kesehatan yang memiliki presentase tentang standar stok obat dan alat
persetujuan 100% dan 3 item alat kesehatan emergensi di ruang
kesehatan yang memiliki persetujuan perawatan.
75%. Hasil uji Delphi tahap II ini tidak Setelah hasil pembahasan oleh
mengandung perbedaan yang signifikan PFT disahkan sebagai surat keputusan
dengan uji tahap I. Direktur Rumah Sakit maka langkah
3. Melakukan Group interview dengan selanjutnya adalah pengadaan obat dan
ketua dan anggota PFT, terkait alat kesehatan emergensi serta sarana
hasil Uji Delphi. dan prasarana yang mendukung
Group interview ini sendiri dilakukan terlaksananya surat keputusan tersebut.
untuk mendengar respon dan tanggapan Peneliti bersama petugas farmasi
dari peserta atas hasil Uji Delphi di tahap melakukan pendataan kekurangan obat
sebelumnya. Disamping itu juga dan alat kesehatan emergensi di masing-

135
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

masing ruang perawatan. Setelah dilaksanakan setelah 3 bulan


pendataan kekurangan selesai dilakukan implementasi obat dan alat kesehatan
maka pengadaan obat dan alat emergensi dilakukan.
kesehatan emergensi dapat dilakukan. Dari hasil evaluasi dapat
Setelah pengadaan selesai disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
dilakukan, maka langkah selanjutnya standar dalam pengelolaan obat dan alat
adalah implementasi dari obat dan alat kesehatan emergensi di ruang
kesehatan yang telah tersedia. Obat dan perawatan RS PKU Muhammadiyah
alat kesehatan ditempatkan pada tempat Gamping. Peningkatan yang terjadi
portable yang lebih luas sehingga sebesar 36%, dimana sebelum dilakukan
semuanya dapat tertampung di dalam intervensi presentasenya hanya 44%
satu tempat. Obat dan alat kesehatan dan setelah dilakukan intervensi menjadi
ditata sesuai dengan nama dan jenis. 80%.
Suhu penyimpanan obat emergensi Peningkatan dari hasil intervensi
tertentu yang sesuai dan dimonitor terdiri dari:
secara rutin. Penguncian tempat obat a. Sudah terstandarnya daftar stok
dan alat kesehatan emergensi dengan obat dan alat kesehatan
menggunakan segel, apabila akan emergensi di ruang perawatan
digunakan maka harus merusak segel b. Obat dan alat kesehatan
dan melaporkannya ke bagian farmasi emergensi tertata dengan baik
untuk melakukan penggantian dan sesuai nama dan jenis.
mendapatkan segel pengganti. Membuat c. Tempat obat dan alat kesehatan
daftar stok tertulis yang tertempel di emergensi yang terkunci
tempat obat dan alat kesehatan. d. Ada daftar stok tertulis yang
Memastikan tidak ada obat emergensi tertempel di tempat obat dan alat
yang tercampur dengan obat pasien. kesehatan emergensi
Urutan rencana tindakan e. Tidak ada obat yang melampaui
standarisasi sejalan dengan apa yang batas kadaluwarsa
diungkapkan dalam buku Management
Sciences for Health (2012), bahwa siklus KESIMPULAN
kegiatan pengelolaan obat dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
instalasi farmasi meliputi empat fungsi pembahasan maka dapat diambil
utama : seleksi (selection), pengadaan kesimpulan bahwa:
(procurement), distribusi (distribution), 1. Identifikasi masalah stok obat dan
dan penggunaan (use). alat kesehatan emergensi di ruang
Evaluasi merupakan suatu tahapan perawatan RS PKU Muhammadiyah
untuk mengukur atau mengetahui tingkat Gamping adalah sebagai berikut:
keberhasilan atau perubahan dari suatu a. Belum ada standarisasi stok
tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi obat dan alat kesehatan
dalam penelitian ini menggunakan ceklist emergensi di ruang perawatan
observasi yang mengacu pada standar b. Prosedur terkait permintaan,
akreditasi Rumah Sakit terkait pelaporan dan penggantian obat
Manajemen Pengelolaan Obat (MPO) dan alat kesehatan emergensi
dan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun belum terstandar.
2014 tentang Standar Pelayanan c. Permintaan obat dan alat
Kefarmasian di Rumah Sakit. Evaluasi kesehatan emergensi sering

136
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

dilakukan secara mendadak a. Disetujuinya 14 item obat dan 18


ketika terjadi kejadian emergensi alat kesehatan emergensi yang
d. Pelaporan untuk penggunaan harus distok di ruang perawatan
obat dan alat kesehatan b. Ditetapkannya prosedur
emergensi belum dilakukan permintaan, pelaporan serta
secara berkesinambungan penggantian obat dan alat
2. Observasi standar stok obat dan alat kesehatan emergensi di ruang
kesehatan emergensi yang dicapai perawatan.
sebelum dilakukan intervensi Evaluasi standar stok obat dan
presentasenya hanya 44%. alat kesehatan emergensi yang
3. Rencana tindakan yang telah dilakukan setelah dilakukan
dilakukan untuk menstandarisasi intervensi presentasenya
stok obat dan alat kesehatan sebesar 80%, meningkat 36%
emergensi di ruang perawatan dibandingkan sebelum dilakukan
adalah: intervensi.
a. Penyusunan draft stok obat dan
alat kesehatan emergensi yang SARAN
kemudian dilakukan Uji Delphi 1. Untuk manajemen RS PKU
kepada narasumber ahli dalam Muhammadiyah Gamping
bidang emergensi a. Diharapkan standar stok obat dan
b. Melaporkan hasil Uji Delphi alat kesehatan emergensi yang
kepada Panitia Farmasi dan telah diterapkan dapat
Terapi (PFT) Rumah Sakit untuk dipertahankan dan secara rutin
dilakukan penilaian apakah dilakukan evaluasi serta
daftar stok obat dan alat perbaikan bila didapati
kesehatan emergensi tersebut kekurangan dalam
sudah sesuai jika diterapkan di pelaksanaannya
ruang perawatan b. Upaya peningkatan kesadaran
c. Hasil pembahasan oleh PFT perawat di ruang perawatan
selanjutnya akan diajukan terkait ketersediaan serta kondisi
kepada Direktur Rumah Sakit penyimpanan dan monitoring
untuk disetujui kemudian kadaluwarsa dari obat dan alat
disahkan sebagai surat kesehatan emergensi.
keputusan sehingga dapat
diterapkan di ruang perawatan KETERBATASAN PENELITIAN
d. Mengimplementasikan hasil Penelitian ini hanya meneliti
keputusan Direktur Rumah Sakit tentang stok obat dan alat kesehatan
tentang standar stok obat dan emergensi, sedangkan pada efektivitas
alat kesehatan emergensi di dan pengelolaan yang lain belum
ruang perawatan. dilakukan.
4. Hasil pembahasan oleh PFT
meliputi:

137
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Data obat di indonesia, Edisi Jocobowicz, PB., Rainhorn, JD., & Reich,
X, Grafidian Medipress, Jakarta. MR., 1994, Indicators for Monitoring
Australian Council for Safety and Quality National Drug Policies, World Health
Health Care, 2002, Second National Organization, Geneva.
Report On Patient Safety: Improving Linstone, A.H., Turroff,M., ed, 2002, The
Medication Safety, Delphi Method: Technique and
www.safetyandquality.org Applications, available at
Campbell S.M, Brasbenning I, Hutchinson A, www.is.njet.edu/pubs/delphibook/delph
Marshall M, 2002, Research methods ibook.pdf.
used in developing and applying quality Management Sciences for Health, 2012,
indicators in primary care, Qual. Saf. MDS-3: Managing Access to Medicines
Health Care, 11:358-364. and Health Technologies, VA:
Delph, P., Thesen, A., Mottiwalla, J., Management Sciences for Health,
Seshadri, N., 1977, Systems tools for Arlington.
project planning, Library of Congress Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Cataloging in Publication Data, New Indonesia, 2014, Standar Pelayanan
York. Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta.
DepKes RI, 2001, Informatorium Obat Pudjaningsih, D., 1996, ‘Pengembangan
Nasional Indonesia 2000, Departemen Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Farmasi Rumah Sakit’, Tesis,
Devkaran, Subashine, Parsons, Howard., Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Van Dyke, Murray., Drennan, Jonathan Purwadianto, Agus & Sampurna, Budi.,
dan Rajah, Jaishen. 2009, The Impact 2000, Kedaruratan Medik, Binarupa
of a Fast Track Area on Quality and Aksara, Jakarta.
Effectiveness Outcomes: A Middle Quick, JD., Rankin, JR., Laing, RO.,
Eastern Emergensi Department O’Connor, RW., 1997, Managing Drug
Perspective. BMC Emerg med. 9: 11. Supply, 2nd edition, Kumarian Press,
Doi: 10.1186/1471-227x-9-11. Connecticut, USA.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Siregar, C.J.P dan Amalia, L., 2004, Farmasi
Alat Kesehatan Departemen Rumah Sakit Teori dan Penerapan,
Kesehatan RI, 2006, Standar Farmasi Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Rumah Sakit, Jakarta. Jakarta.
Food Drug and Administration, 2004, Sugiono.1998, Metode Penelitian
Advisory Commite for Pharmaceutical Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Science, FDA available at Santoso, B., Suryawati, S., Prawitasari, J,E.,
http:/www.gov/ohrms/dockets/ac/04/tra 1996, Small Group Intervention vs
nscripts/4034.pdf. Formal Seminar For Improving
Grbich C,1999, Qualitative Research In Aprropriate Drug Use, Social Science
Health, Sage, London. Medicine; 42 (8) : 1163-1168.
Hanafiah, Y. dan Amir, A., 2008, Etika Yusmainita, 2002, Pemberdayaan Instalasi
kedokteran dan Hukum Kesehatan Farmasi Rumah Sakit, diakses 1 Mei
Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran 2015,
EGC, Jakarta. http://tempo.co.id/medika/arsip/122002
Istijanto, 2006, Riset Sumber Daya Manusia, /top-1.htm
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

138

Anda mungkin juga menyukai