Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

CINCIN NEWTON

DISUSUN OLEH
NAMA : RADO PUJI WIBOWO
NIM : 15/380118/PA/16720
PRODI : GEOFISIKA
NO. URUT PAKTIKUM : 56B

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAR MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cahaya merupakan salah satu unsur yang merupakan bagian dalam kehidupan kita sehari-
hari. Cahaya itu sendiri banyak mempunyai sifat yang bisa dipelajari secara fisika, misalnya bisa
dibiaskan, bisa dipantulkan, dan lain-lain. Untuk mempelajarinya, kita butuh alat untuk
memantulkannya ataupun misal untuk interferensinya. Salah satunya adalah lensa, yang
merupakan sebuah alat optic yang mempunyai titik fokus. Beberapa sifat cahaya yang akan
dipelajari praktikan kali ini adalah pemantulan dan interferensi, dengan menggunakan lensa
cembung dan gelas datar (cermin datar).
Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh pemantulan
cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan permukaan datar
yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar monokromatis akan terlihat rangkaian pola
konsentris (sepusat) berselang-seling antara pola terang dan pola gelap. Jika diamati dengan
cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni pelangi karena cahaya
dengan berbagai panjang gelombang berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin
terang terjadi akibat interferensi destruktif.

B. Tujuan
Menentukan panjang gelombang suatu sumber cahaya dengan interferensi.

BAB II. DASAR TEORI


Suatu lapisan tipis udara dapat diperoleh antara lain dengan susunan lensa dan gelas datar
seperti pada gambar. Lapisan udara pada persinggungan sangat tipis, tetapi bila lapisan ini semakin
menjauhi persinggungan, maka akan bertambah tebal sedikit demi sedikit. Pada jarak yang sama,
dihitung dari titik persinggungan p, tebal lapisan udara juga sama tebalnya. Dengan begitu,
lapisan-lapisan sama tebal ini membentuk lingkaran-lingkaran sepusat (konsentris).
Jika seberkas sinar jatuh tegak lurus pada permukaan datar lensa l, maka sebagian akan
dipantulkan dan sebagian akan lagi diteruskan. Sinar yang diteruskan mengenai permukaan
lengkung lensa, sebagian dipantulkan lagi, dan sebagian dibiaskan menembus lensa, keluar melalui
lapisan tipis udara dan jatuh pada permukaan gelas g, berkas ini akan dipantulkan kembali dengan
sesuatu pergeseran fasa sesuai dengan tebal lapisan udara.
Bagian sinar yang dipantulkan oleh permukaan cekung lensa dan sinar yang dipantulkan
oleh gelas setelah melalui lapisan tipis akan berinterferensi sehingga membentuk lingkaran gelap
dan terang yang sepusat, (pusat adalah gelap), lingkaran inilah yang disebut dengan cincin newton.
Cincin newton sebenarnya adalah pola interferensi yang berupa lingkaran-lingkaran gelap dan
terang yang konsentris. Pola fringes ini dihasilkan oleh interfe-rensi cahaya yang dipantulkan oleh
lapisan udara yang terletak di antara gelas datar dan lensa cembung seperti yang telah dijelaskan
tadi.
Untuk mengukur ruji lingkaran-lingkaran ini dipakai mikroskop geser. Kalau diukur ruju
dari lingkaran gelap, maka λ dapat dihitung dengan rumus :
Dengan = ruji lingkaran orde ke-m, sedang r adalah ruji kelengkungan lensa. Panjang gelombang
λ dapat dihitung dengan m yang berbeda-beda. Ruji kelengkungan lensa (lensa datar cembung)
diukur dengan spherometer.
H = kenaikan kaki tengah, terbaca pada mikrometer
A = jarak antara 2 kaki sudut
𝑎 𝑎2
R = ruji (radius / ruji-ruji) lingkaran yang melalui 3 kaki, r = atau r2 =
√3 3
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan

- Mikroskop Geser
- Lensa Cembung Datar
- Sumber Cahaya Monochromatis
- Spherometer
B. Skema Percobaan

a. Mengukur Jarak Cincin hingga Cincin ke-8 pada Sebuah Lensa Cembung

Foto 1. Skema percobaan mengukur jarak cincin


b. Mengukur H (kenaikan kaki tengah pada spherometer) pada lensa cembung

Foto 2. Skema percobaan 2 mengukur R (ruji kelengkungan lensa) dengan spherometer


C. Tata Laksana

1. Lampu diposisikan agar berkas cahaya yang datang horizontal.

2. Lensa cembung ditaruh diatas sebuah gelas datar kemudian dipasang pada obyek vernier
microscope.

3. Kaca plan dipasang paralel sedemikian hingga cahaya yang datang terpantul vertikal,
sehingga dengan mata terlihat cincin yang tidak begitu jelas.

4. Lensa obyek dari mikroskop ditempatkan hampir menyentuh lensa cembung, kemudian
jauhkan sampai terlihat cincin-cincin dengan jelas.

5. Tanda plus (+) pada mikroskop diposisikan sedemikian rupa dengan memutar skrup geser
pada mikroskop hingga berada tepat ditengah cincin 1, selanjutnya tanda plus digeser
kekanan tepat pada cincin ke-1 hingga ke 7.

6. Kemudian dicatat jarak masing-masing cincin dari posisi tengah ke posisi cincin paling
luar (Xm). Hingga didapat 8 buah data Xm (jarak cincin ke-m).

7. Selanjutnya untuk mengukur R (ruji kelengkungan lensa cembung), diperlukan alat


spherometer yang memiliki 1 kaki tengah dan 3 kaki sudut. Untuk mendapatkan nilai R,
putar skrup pada ujung spherometer hingga semua kaki menyentuh lensa cembung. Nilai
R adalah nilai ditunjukan pada skala vertikal dan skala radial yang ada pada spherometer.

D. Analisa Data
𝑎 𝑎2
r= atau r2 = didapat dari:
√3 3

Rumus untuk grafik:


rm2 = λR . m

y m x
1 𝑟2 2 𝑟 2
∆R= √[[(2 + 2ℎ2 ) ∆ℎ] + (ℎ ∆𝑟) ]

1 2 −𝑚 2
∆λ = √[(𝑅 ∆𝑚) + ( 𝑅2 ∆𝑅) ]

Sehingga didapat panjang gelombang


λ ± ∆λ = ...
Dengan rumus regresi:
𝐍 ∑(𝐱𝐲) −∑ 𝐱 ∑ 𝐲
m= 𝟐
𝐍 ∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)

𝟏 ∑ 𝐱 𝟐 . (∑ 𝐲)𝟐 − 𝟐 . ∑ 𝐱 . ∑ 𝐱𝐲 . ∑ 𝐲 + 𝐍 . (∑ 𝐱𝐲)𝟐
Sy2 = 𝐍−𝟐 [∑ 𝐲 𝟐 − 𝟐 ]
𝐍 ∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)

𝐍
∆m = 𝐒𝐲√ 𝟐
𝐍 ∑ 𝐱𝟐 − (∑ 𝐱)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data
Xo= 103.7 x 10-3m

Orde Xm1 (x Xm2 (x rm (x 10-3m) rm2 (10-6 m2)


(m) 10-3m) 10-3m)
1 103.1 103.1 -0,6 0.36
2 102.85 103.04 -0,755 0.57
3 102.7 102.85 -0,925 0.86
4 102.64 102.8 -0,98 0.96
5 102.51 102.65 -1,12 1.25
6 102.38 102.55 -1,235 1.52
7 102.25 102.52 -1,315 1.73
8 102.15 102.45 -1,4 1.96

h = 1,81 x 10-3m a = 40 x 10-3m


∆h = 0,05 x 10-3m ∆a = 0,5 x 10-3m
B. Perhitungan
𝑎 0,04
r= = = 0,023094 m
√3 √3

∆𝑎 0,0005
∆r = = = 0,000289 m
√3 √3

h = 1,81 x 10-3m
∆h = 0,05 x 10-3m

(0,00181)2 +0,000533
= = 0,148 m
0,00362

1 𝑟 𝑟 2 2 2
∆R = √[[(2 + 2ℎ2 ) ∆ℎ] + (ℎ ∆𝑟) ]

1 (0,023094)2 2 0,023094 2
= √[[( + ) 0,00005] + ( 0,000289) ]
2 2(0,00181)2 0,00181

= √0,0016641 + 0,00001359

= 0,0409 m

X Y X2 Y2 XY
1 0.36 1 0.1296 0.36
2 0.57 4 0.32493 1.14005
3 0.86 9 0.73209 2.56688
4 0.96 16 0.92237 3.8416
5 1.25 25 1.57352 6.272
6 1.53 36 2.32631 9.15135
7 1.73 49 2.99022 12.10458
8 1.96 64 3.8416 15.68
∑ 36 9.2149 204 12.84064 51.11645
𝐍 ∑(𝐱𝐲) −∑ 𝐱 ∑ 𝐲
m= 𝟐
𝐍 ∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)

= 0.2297 m
𝟏 ∑ 𝐱 𝟐 . (∑ 𝐲)𝟐 − 𝟐 . ∑ 𝐱 . ∑ 𝐱𝐲 . ∑ 𝐲 + 𝐍 . (∑ 𝐱𝐲)𝟐
Sy2 = 𝐍−𝟐 [∑ 𝐲 𝟐 − 𝟐 ]
𝐍 ∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)

= 3,9708 . 10-11 m
Sy = 0.07 m

𝐍
∆m = 𝐒𝐲√ 𝟐
𝐍 ∑ 𝐱𝟐 − (∑ 𝐱)

= 1,3 x 10-6 m

m ± ∆m= (0.2297 ± 0.0017) m

𝑚 0.2297
λ = = = 1.552 x 10 -5 m
𝑅 0.148

1 2 −𝑚 2 1 2 −2,94 .10−5 2
∆λ = √[(𝑅 ∆𝑚) + ( 𝑅2 ∆𝑅) ] = √[(0,324 0,13.10−5 ) + ( 1,72 x 10−2 ) ]
0,3242

= √0,161 . 10−10 + 0,232 . 10−10

= 0, 63 x 10 -5 m

λ ± ∆λ = (1.552 ± 0.21) 10-5 m

C. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan cincin newton untuk mengetahui
panjang gelombang suatu cahaya melalui interferensi cincin newton. Ada dua percobaan yang
praktikan lakukan untuk mendapatkan data yang nantinya akan diolah untuk menghasilkan
panjang gelombang dari sumber cahaya. Percobaan pertama yaitu mengukur jari-jari cincin sebuah
lensa cembung yang berperan sebagai objek pada mikroskop geser. Pengukuran dilakukan hingga
pada cincin ke-8. Dalam percobaan 1 ini, praktikan menemui sedikit kesulitan, yaitu kesulitan
dalam pembacaan skala yang menyatakan panjang /jarak dari cincin tertentu ke cincin terluar.
Perbedaan yang ditunjukan pada masing-masing cincin tidak terlalu jauh (sangat tipis sekali)
sehingga adanya data yang tidak digunakan dalam perhitungan. Hal ini diperkirakan karena adanya
kerusakan pada bagian sekrup geser pada mikroskop sehingga pergeserannya menjadi kecil.
Sedangkan pada percobaan 2, praktikan mendapatkan data a (jarak antara 2 kaki sudut pada alat
spherometer) dan h (kenaikan kaki tengah akibat kelengkungan lensa cembung pada alat
spherometer).

Berdasarkan analisis data untuk mencari nilai panjang gelombang cahaya dalam lensa
didapat hubungan, semakin besar rm ruji kelengkungan lensa orde ke-m maka akan semakin besar
pula panjang gelombang yang dihasilkan. Namun sebaliknya jika R besar maka panjang
gelombang akan semakin pendek. R (ruji lensa) didapat dari perhitungan besaran panjang antara 2
kaki sudut dan kenaikan kaki tengah pada alat spherometer akibat dari kelengkungan suatu lensa.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah praktikan dapatkan melalui metode regresi linier
didapatkan nilai panjang gelombang (λ) cahaya yang jatuh pada lensa yang menimbulkan cincin
newton adalah

λ ± ∆λ = (1.552 ± 0.21) 10-5 m

BAB V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah praktikan kemukakan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:

1. Dalam mencari suatu nilai panjang gelombang dari suatu sumber cahaya di pengaruhi oleh
beberapa besaran panjang, seperti ruji kelengkungan lensa orde ke-m, kenaikan kaki tengah
pada spherometer, jarak antara 2 kaki sudut pada spherometer, yang semuanya praktikan
buat kedalam satuan meter.
2. Semakin besar rm (ruji kelengkungan lensa orde ke-m) maka akan semakin besar pula
panjang gelombang yang dihasilkan. Namun sebaliknya jika R (ruji lensa) besar maka
panjang gelombang akan semakin pendek.
3. Berdasarkan analisa data dan metode yang praktikan gunakan, didapatkan besar panjang
gelombang cahaya dalam lensa adalah:

λ ± ∆λ = (1.552 ± 0.21) 10-5 m


BAB VI. DAFTAR PUSTAKA
Staff Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UGM.2016.Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar II.
Yogyakarta : FMIPA UGM
Halliday & Resnick.1990.Fisika Jilid 2 Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga
Yogyakarta, 26 Mei 2016,

Praktikan,

Rado Puji Wibowo

Anda mungkin juga menyukai