Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN

“PROSES ADMINISTRATIF”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

DISUSUN OLEH :

1. I Gede Yudistira Putra Perbawa NIM. 1711021025


2. Dwi Ayu Tantri NIM. 1811021018
3. Dina Athala NIM. 1811021019

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Prof. Dr. A.A. Gede Agung, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
TAHUN 2019

1
1. KONSEP UMUM ADMINISTRASI
Apa yang dimaksud dengan administrasi? Pengertian Administrasi adalah sebuah
bentuk usaha dan aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan kebijakan agar
dapat mencapai target/ tujuan organisasi. Jadi, boleh dibilang bahwa administrasi
punya peranan yang sangat krusial dalam semua aktivitas sebuah organisasi.
Selain itu, pengertian administrasi secara sempit dapat diartikan sebagai bentuk
aktivitas yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan sederhana,
ketik-mengetik, dan kegiatan lain yang sifatnya teknis ketatausahaan. Sedangkan
pengertian administrasi secara luas adalah semua proses kerjasama antara dua
orang atau lebih yang bertujuan untuk mencapai target dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.

Dari definisi administrasi tersebut kita dapat mengetahui 3 hal penting berikut ini:

Administrasi adalah sebuah seni sekaligus proses. Sebagai seni, administrasi


membutuhkan kiat khusus yang sifatnya kondisional dan situasional karena selalu
terkait dengan situasi, kondisi, waktu, dan tempat.

Dalam administrasi terdapat unsur-unsur tertentu, diantaranya; terdapat dua atau


lebih orang di dalamnya, terjadi kerjasama antar orang tersebut yang sifatnya
formal dan hirarkis, memiliki tujuan, terdapat tugas, ketersediaan sarana dan
prasarana.

Administrasi muncul secara bersamaan dengan munculnya peradaban manusia


dimana administrasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Administrasi
pendidikan terdiri dari dua kata yang masing-masing punya pengertian tersendiri
yaitu administrasi dan pendidikan. Administrasi secara etimologis berasa! dari
bahasa latin ad dan ministrare. Ad artinya intensif, sedang ministrare berarti
melayani, membantu, atau mengarahkan. Jadi secara etimologis administrasi
adalah melayani secara intensif. Administrare terbentuk kata benda administro dan
kata administravus yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris yakni
administration (Nawawi, 1982: 5), dalam bahasa Indonesia administrasi.

2
Administrasi memiliki arti yang sempit dan luas, dalam arti sempit administratie
(bahasa Belanda) terbatas pada kegiatan ketatausahaan yaitu suatu kegiatan daiam
penyusunan dan pencatatan keterangan yang diperoleh secara sistematis.
Administrasi dalam arti yang luas tidak hanya sekedar kegiatan tata usaha tetapi
juga membentuk/mencipta dan mengembangkan organisasi, dan mencipta serta
mengembangkan sistem manajemen (Pradjudi Admosudirdjo, 1982: 36).
Administrasi dapat diartikan sebagai keseluruhan proses dari aktivitas-aktivitas
pencapaian tujuan secara efisien dengan dan melalui orang lain (Robbins, 1998:
63). Herbert A. Simon (1989) mendefinisikan kegiatan-kegiatan kelompok
kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, secara sederhana ciri pokok untuk dapat
disebut sebagai administrasi adalah 1) kerjasama dila|i sekelompok orang, 2)
kerjasama dilakukan berdasarkan pembaca secara terstruktur, 3) kerjasama
dimaksudkan untuk mencapai untuk mencapai tujuan memanfaatkan sumber daya.
Dengan demikian administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan kerjasama yang
dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana
ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumber daya untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
Ciri umum atau unsur umum dalam pendidikan antara lain adalah: 1) pendidikan
mengandung unsur tujuan, yaitu individu yang kemampuan dirinya berkembang
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga
negara atau warga masyarakat, 2) untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi
(materi), strategi kegiatan teknik penilaian yang sesuai, 3) kegiatan tersebut dapat
diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan formal
dan pendidikan non formal (Ditjen Dikti, 1984: 20).
Dari konsep administrasi dan pendidikan tersebut maka terbentuklah
administrasi pendidikan. Berikut ini disampaikan pendapat beberapa ahli
tentang administrasi pendidikan
(1) Hadari Nawawi (1982: 11) mengartikan bahwa administrasi pendidikan adalah
"serangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan

3
sistematis yang diselenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama berupa
lembaga pendidikan formal".
(2) Engkoswara (1987: 56) mengartikan bahwa administrasi pendidikan adalah
"ilmu yang mempelajari penataan sumberdaya yaitu manusia, kurikulum, atau
sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan
penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam mencapai
tujuan pendidikan yang disepakati".
(3) Ngalim Purwanto (1989: 50) mengartikan bahwa administrasi pendidikan
"segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personal,
spiritual dan material, yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan".
(4) Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997: 4) mengartikan bahwa
administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam
bidang pendidikan yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaporan, pengkordinasian, pengawasan, dan pembiayaan dengan menggunakan
atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik personel, material, maupun
spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
(5) Knezevich (1999:9) mengartikan administrasi pendidikan sebagai berikut:
Educational administration is a specialized set of organizational functions whose
primary purpose are to insure the efficient and effective delivery of relevant
educational service as well as implementation of legislative policies through
planning, decision making and leadershif behavior that keeps the organizations
focused on predeterminded objectives, provides for optimum allocation and
most prudent care of resources to insure their most productive uses, stimulates and
coordinated professional and other personnel to produce acoherent social system
and desirable organizational climate and facilitates determination of essential
changes to satisfy future and emerging needs of student and society.
(6) Chester Haris dalam Idochi anwar (2000: 107) mendefinisikan bahwa
administrasi pendidikan " is the process of integrating the efforts of personel and
utilizing appropriate material in such away as to promote effectively the
development of human qualities".
Dari konsep administrasi, pendidikan, dan administrasi pendidikan tersebut di atas
administrasi pendidikan adalah 1) merupakan proses keseluruhan dan kegiatan-

4
kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang ada sangkut
pautnya dengan tugas-tugas pendidikan, 2) mencakup kegiatan-kegiatan luas,
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan,
khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah, 3)
bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha seperti yang dilakukan di kantor-kantor
tata usaha sekolah atau kantor-kantor inspeksi pendidikan lainnya.

2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PERENCANAAN

Pembuatan keputusan adalah salah satu proses manajemen terpenting dalam suatu
organisasi. Setiap pelaksanaan fungsi manajemen tidak lepas dari keputusan yang
diambil para manajer. Pembuatan keputusan dapat dikatakan kunci dalam setiap
kegiatan manajerial.

Proses pembuatan keputusan:


1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah;
2. Mengidentifikasi kriteria keputusan;
3. Mempertimbangkan kriteria;
4. Mengembangkan alternatif;
5. Membandingkan dan mengevaluasi semua alternatif pemecahan;
6. Menilai resikonya;
7. Memilih alternatif terbaik;
8. Mengimplementasikan keputusan;
9. Mengevaluasi hasil-hasil keputusan.
Pembuatan keputusan dapat didefinisikan sebagai penentuan serangkaian kegiatan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan tidak hanya
dilakukan oleh manajer puncak, tetapi juga para manajer menengah dan lini
pertama. Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai
perbedaan kondisi dan situasi yang ada.
Ada dua jenis tipe keputusan yaitu:
- KEPUTUSAN YANG DIPROGRAM
- KEPUTUSAN YANG TIDAK DIPROGRAM

5
Ada 4 gaya dalam pengambilan keputusanYaitu:
gaya mengarahkan;
gaya analitis;
gaya konseptual;
gaya perilaku.
Pembuatan suatu keputusan diwarnai sejumlah hambatan mental yang
menghampiri semua manusia termasuk para manajer, diantara hambatan tersebut
ada empat hambatan mental yang sering muncul, yaitu: penyakit Hamlet;
dorongan berlebihan; kecemasan memikirkan akibat; berdiam diri.

Berbagai tindakan jika keputusan gagal dilaksanakan: menyadari; melangkah


mundur; mengganti; mengubah. Apabila kita tidak mampu memecahkan
keputusan dalam pelaksanaan maka tentu saja kita tidak harus menyalahkan diri
sendiri. Cara terbaik untuk memperoleh jalan keluar adalah berkonsultasi.

Penyebab terjadinya kesulitan disaat kita harus mengambil keputusan dan


melaksanakan keputusan bisa disebabkan oleh hal-hal lain yang berasal dari luar
kemampuan kita sebagai pengambil keputusan. Ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya kesulitan ketika mengambil keputusan adalah: kurang
lengkapnya informasi dan data yang kita perlukan; kesulitan menggunakan tolok
ukur; munculnya tujuan ganda; adanya lebih dari satu orang yang berwenang
mengambil keputusan.

Kunci pokok keberhasilan pencapaian tujuan organisasi terdapat pada manusia-


manusia yang terlibat didalammya. Menurut Brincloe (1983), seperti dikutip oleh
Salusu (1996), menyatakan bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik dalam
mencapai tujuan, apabila, perhatian lebih banyak diberikan kepada manusia dalam
organisasi, seperti dalam pembuatan keputusan.
Ada empat teknik dalam pembuatan keputusan yaitu :
Teknik curah pendapat temu muka
Teknik kelompok nomonal
Teknnik Delphi

6
Teknik curah pendapat elektronnik

2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PERENCANAAN


Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan serta
sasaran yang ingin dicapai dengan mengambil langkah-langkah strategis guna
mencapai tujuan tersebut.

Kebutuhan akan perencanaan ada di semua tingkat dan pada kenyataannya


meningkat dimana tingkatan tersebut mempunyai dampak potensial terbesar
sukses organisasi atu manajemen tingkat atas.

Hasil suatu proses perencanaan yang baik harus memiliki sejumlah kemampuan
organisasi yang berasal dari kekuatannya sendiri seperti: kemampuan
memprediksi; kemampuan menghitung biaya; kemampuan komunikasi;
kemampuan menguasai teknik-teknik manajemen; kemampuan pengukuran
kinerja.

Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan, proses


pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam
proses perencanaan.

Menurut Drucker (1982) ada lima langkah yang dibutuhkan untuk menyusun
perencanaan.
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
2. Merumuskan keadaan saat ini;
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan;
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan;
5. Mempertahankan pengendalian.

7
Pada dasarnya perencanaan adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah
pilihan, untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Perencanaan pada
umumnya harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur
pokok yaitu: tujuan akhir yang dikehendaki. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk
mewujudkannya; jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut; masalah-
masalah yang dihadapi; modal atau sumber daya yang akan digunakan untuk
pengalokasian; kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melakukannya; orang,
organisasi, atau badan pelaksanyanya dan; mekanisme pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan pelaksanaannya.

Mengapa perencanaan itu penting? .....Kita tidak dapat memprediksi masa depan,
karena terdapat kondisi ketidakpastian (unpredictable).....berbagai variabel seperti
tingkat inflasi, fluktuasi pendapatan masyarakat, kemajuan teknologi, perubahan
iklim, perubahan selera konsumen, gejolak politik, dan sistem keamanan yang
tidak terjamin, sangat mempengaruhi ketidakpastian masa depan, yang tentunya
secara langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian, terjadinya
perubahan harga-harga, kenaikan ongkos produksi, upah buruh dan sebagainya...
Perencanaan organisasi haruslah bersifat adaptif, dinamis, berkesinambungan, dan
kreatif, agar manajemen tidak hanya akan bereaksi terhadap lingkungannya, tetapi
lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.

Perencanaan merupakan tugas pokok dalam administrasi atau manajemen.


Perencanaan diperlukan karena biasanya kebutuhan organisasi lebih besar dari
pada sumber daya yang tersedia.

PERENCANAAN
Proses Perencanaan:
1. Mengembangkan visi yang jelas;
2. Merumuskan misi ke dalam suatu pernyataan;
3. Prakiraan perkembangan organisasi;
4. Analisis persaingan;
5. Penetapan sasaran dan tujuan;

8
6. Pengembangan rencana kegiatan;
7. Mobilisasi dana organisasi
8. Penyiapan sumber daya manusia;
9. Sumber daya teknologi.

Fungsi perencanaan adalah tempat bergantung fungsi-fungsi manajemen lainnya.


Jika fungsi ini direncanakan dengan baik dan benar maka fungsi-fungsi lain akan
dengan mudah dilaksanakan.

Perencanaan dapat digolongkan berdasarkan ruang lingkup, durasi, tujuan yang


ditetapkan organisasi, terdiri atas: Perencanaan menurut fungsi; perencanaan
menurut ruang lingkup kewilayahan; perencanaa menurut jangka waktu;
perencanaan menurut objek; perencanaan tetap; perencanaan dengan maksud
tertentu.

Berbagai pendekatan yang bisa dimanfaatkan dalam proses penyusunan


perencanaan: Pengekatan Managemen by Objective; pendekatan perencanaan
inside- out/outside-in, pendekatan perencanaan top-down dan bottom-up;
pendekatan perencanaan contingency; pendekatan social demand; pendekatan man
power; pendekatan rate of return atau cost benefit ratio.

3. PIMPINAN
Pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah organisasi baik
organisasi formal maupun organisai non formal. Terdapat banyak definisi
mengenai pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pemimpin
memiliki kata dasar “pimpin” yang sering disebut sebagai pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, penggerak,ketua, kepala, penuntun, raja atau tua-
tua yang dalam konteks perannya berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara dalam sistem tertentu.
Sunindhia (2003) menyatakan bahwa pemimpin merupakan seseorang yang
diberikan kepercayaan untuk memberikan arahan kepada masyarakatdalam sistem
tertentu. Teori ini sejalan menurut McShane (2004) yang menyatakan bahwa

9
pemimpin adalah seseorang yang mampu memberi arahan dan mempengaruhi
aktivitas terkait dengan tugas dari anggota kelompok. Selanjutnya, peneliti
berfokus pada pengertian pemimpin menurut Kartono (1994), bahwa pemimpin
ialah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial
dengan mengorganisir, mengarahkan usaha atau upaya orang lain sehingga
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Dari berbagai
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang
menjadi panutan dalam memberikan arahan kepada masyarakat atau individu,
bertindak memimpin dengan cara memprakarsai tingkah laku sosial dan bersama-
sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu atau beberapa
tujuan bersama.

4. PENGELOLAAN KONFLIK
Dalam sebuah organisasi apapun bentuk dan jenisnya merupakanhimpunan
sejumlah manusia (dua atau lebih) yang bekerja sama selalu terjadi benturan-
benturan, baik antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompokdengan
yang disebut konflik dalam bekerja. Dengan kata lain dalam kehidupan organisasi
yang didalamnya terlibat interaksi sejumlah manusia sebagai karyawan/anggota
organisasi, terjadi konflik merupakan fakta yang tak dapat dihindari. (Nawawi,
2006: 332). Oleh karena itu apapun bentuk konflik yang terjadi di dalam suatu
organisasi, secara pasti berakibat pada pelaksanaan pekerjaan yang tidak efektif
dan tidak efesien. Untuk itulah setiap pemimpin harus mampu menyelesaikan atau
sekurang-kurangnya membantu penyelesaian konflik yang terjadi dalam
organisasi. Dengan bentuk manajemen konflik secara maksimal. Konflik menurut
kartini kartono (dalam Nawawi, 2006: 333) mengatakan bahwa konflik adalah
oposisi interaktif berupa antagonisme (pertentangan), benturan paham,
perselisihan, kurang mufakat, pergeseran,perkelahian, tawuran, benturan senjata
dan perang. Konflik adalah pergesekan atau friksi yang terekspresikan di antara
dua pihak atau lebih, di mana masing-masing mempersepsikan adanya intervensi
dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran.

10
Konflik hanya terjadi bila semua pihak yang terlibat, mencium adanya
ketidaksepakatan. Menurut Robins dalam Wirawan (2009:5) “Konflik adalah
suatu proses dimana A melakukan usaha yang sengaja dibuat untuk menghalangi
sehingga mengakibatkan frustasi pada B dalam usahanya untuk mencapai tujuan
atau meneruskan kepentingannya. Menurut Digilamo dalam Wirawan (2009:5)
“Konflik adalah suatu proses yang dimulai ketika individu atau kelompok merasa
ada perbedaan dan oposisi antara dirinya sendiri dan orang lain atau kelompok
tentang kepentingannya dan sumber daya, kepercayaan, nilai-nilai, atau kebiasaan
itu berarti bagi mereka”. Sedarmayanti (2000:137) mengemukakan “konflik
merupakan perjuangan antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan atau
pihak saling bertentangan, sebagai akibat dari adanya perbedaan sasaran (goals);
nilai (values); pikiran (cognition); perasaan (affect); dan perilaku (behavior)”.
Beberapa defenisi tentang konflik tersebut, dapat disimpulkan bahwa konflik
adalah suatu proses yang terjadi antara manusia dalam interaksinya dengan orang
lain disebabkan perbedaan kebutuhan, perbedaan aktivitas dan perbedaaan
pandangan dalam suatu masalah. Berkaitan dengan pengertian konflik di atas
maka dapat diartikan bahwa konflik diawali dengan persaingan, sehingga selama
ada individu maupunkelompok yang dinamis dan memiliki vitalitas besar untuk
mengembangkan diri, kelompok atau organisasi, maka selama itu pula terdapat
potensi konflik di lingkungan sebuah organisasi.
Menurut Fren Luthans konflik berarti suatu kondisi pertentangan antar tujuan
berdasarkan nilai-nilai dan sasaran-sasaran di dalamnya, yang berdampak
timbulnya perilaku dan emosi yang tidak sama dan mengarah pada permusuhan
dan pertikaian. (dalam Nawawi, 2006: 333). Istilah konflik sendiri diterjemahkan
dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan
beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin
mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus
ke arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang
bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan

11
bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa
permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada
dalam keadaan konflik.
Dengan demikian manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi
antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik
termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan
pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang
diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena
komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap
pihak ketiga (Ardi Maulidy Navastara, 2007).
Menurut James A.F.Stoner dan Charles Wankel (dalam Goleman, 2002:98)
mengemukakan bahwa ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal,konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi. Jenis-jenis konflik ini juga terjadi dalam
dunia pendidikan. Secara detailnya dapat diuraikan seperti dibawah ini :
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik
intrapersonal yaitu:
1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama menarik.
2. Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada
dua pilihan yang sama menyulitkan.
3. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada
satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain
karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.

12
c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok (Intergroub)
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-
tekanan oleh kelompok kerja mereka.
d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama (Intraorganisasi)
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-
organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen
merupakandua macam bidang konflik antar kelompok.
e. Konflik antara organisasi (Interorganisasi)
Dalam pendidikan konflik semacam ini dapat terjadi seperti konflik antara satu
sekolah dengan sekolah lainnya. Semua bentuk-bentuk konflik tersebut dapat
menimbulkan konsekuensi, baik positif maupun negatif. Menurut Veithzal Rivai
(2004: 174-175) ada tiga faktor yang menentukan apakah suatu konflik akan
berimbang, bermanfaat atau merusak:, yaitu: (a) tingkat pertikaian/konflik; (b)
susunan dan
iklim dalam organisasi; dan (c) cara mengelola konflik.

5. KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara
epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki
makana “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan
untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam
komunikasi ini adalah manusia. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut
dijelaskan secara efektif oleh Effendy bahwa para ahli komunikasi sering
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyannya,
The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel to Whom with
What Effect? Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:

13
• Komunikator (siapa yang mengatakan?)
• Pesan (mengatakan apa?)
• Media (melalui saluran apa?)
• Komunikan (kepada siapa?)
• Efek (efek apa?)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya
melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek
tertentu.

B. Proses komunikasi
Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing sebagai
media.
Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti
komunikator memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambing
(bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian, komunikan
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan
menafsirkan lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman
dan pengertian yang diperoleh komunikan. Kemudian Schramm juga
menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan lancara apabila bidang

14
pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman komunikan.
Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi
si A tentunya akan sangat mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal
tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa. Seandainya si A
membicarakan hal tersebut dengan si C yang seorang pemuda desa tamatan SD
tentunya proses komunikasi tidak akan berjalan lancar.

b. Proses komunikasi secara sekunder


Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang
komunikator menggunakan media ke daola dua komunikasi karena komunikan
sebagai sarana berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon fax, radiao, majalah, dll merupakan media yang sering digunakan dalan
komunikasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cibeurum, 1996.


Pimpinan
http://digilib.unila.ac.id/10928/4/bab%202.pdf
Kepemimpinan
http://dosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=KEPEMIMPINAN%20TM2.pdf
Pengelolaan Konflik
http://eprints.ung.ac.id/2334/6/2012-1-86204-131408187-bab2-
27082012081104.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai