Chapter II PDF
Chapter II PDF
2.1 Konsep
dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak
bahasa sebagai "the product of a subconscious process very similar to the process
children undergo when they acquire their first language. Dengan kata lain
pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses
Pemerolehan bahasa pada anak usia dua sampai tiga tahun terjadi secara
alamiah. Pemeroleh bahasa biasanya secara natural artinya pemerolehan bahasa yang
terjadi secara alamiah tanpa disadari bahwa seorang anak tengah memperoleh bahasa,
tetapi hanya sadar akan kenyataan bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk
bahasa secara alamiah dari lingkungannya tanpa proses belajar secara formal di
bangku sekolah. Pemerolehan bahasa secara alamiah ini tidak dikaitkan secara ketat,
tetapi pemerolehan bahasa itu diperoleh sesuai dengan perkembangan otak dan fisik
ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan
target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi.
Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta
Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika anak belum pernah belajar bahasa apapun,
lalu memperoleh bahasa. Pemerolehan ini dapat satu bahasa atau monolingual FLA
(First Language Acquisition), dapat juga dua bahasa secara bersamaan atau berurutan
(bilingual FLA). Bahkan dapat lebih dari dua bahasa (multilingual FLA). Sedangkan
dengan lingkungannya, walaupun anak sudah memiliki potensi dasar atau piranti
pemerolehan bahasa yang oleh Chomsky disebut language acquisition device (LAD),
potensi itu akan berkembang secara maksimal setelah mendapat stimulus dari
lingkungan.
misteri perbuatan belajar berasal dari dua fakta utama tentang penggunaan bahasa,
yakni bahasa itu taat asas dan kreatif. Lanjut Chomsky, penutur yang mengetahui
begitu juga pengamat tidak dapat berharap mampu membuat daftar konstituen, dan
dengan suatu bahasa, dan belajar adalah seperangkat prosedur penemuan yang dengan
Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua
proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses
Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir,
berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan
(Simanjuntak, 1986).
kalimat baru yang tidak terhitung jumlahnya dan membuat seseorang mengerti
seorang individu mengenai bahasa ibunya (native languange). Intuisi linguistik ini
tidak begitu saja ada, tetapi dikembangkan pada anak sejalan dengan
kompetensi.
memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama
berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan
neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang
menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di
samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara
anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik:
mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala.
Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.
Sebagai wujud dari reaksi keras atas Behaviorisme pada akhir era 1950-an,
Chomsky yang merupakan seorang nativis menyerang teori Skinner yang menyatakan
bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh lingkungan.
Chomsky berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena
menurutnya ketika anak dilahirkan ia telah dengan dibekali dengan sebuah alat
tertentu yang membuatnya mampu mempelajari suatu bahasa. Alat tersebut disebut
universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses
kecakapan alami untuk menguasai bahasa apabila anak sudah sampai pada peringkat
Semua perbaikan atas kesalahan yang dibuatnya akan mempertegas lagi aturan-aturan
ditentukan oleh alam lingkungan) tetapi pada nature. Artinya anak memperoleh
bahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak
dilahirkan sebagai tabularasa, tetapi telah dibekali dengan Innate Properties (bekal
kodrati) yaitu Faculties of the Mind (kapling minda) yang salah satu bagiannya
khusus untk memperoleh bahasa, yaitu Language Acquisition Device. LAD ini
dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk mengolah masukan
(input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih dahulu seperti bunyi, kata, frasa,
kalimat, dan seterusnya. Meskipun kita tidak tahu persis tepatnya dimana LAD itu
Anak dalam memperoleh bahasa pertama bervariasi, ada yang lambat, sedang,
bahkan ada yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
yang dikemukakan oleh Chomsky, Piaget, Lenneberg dan Slobin berikut ini:
prosedur dan aturan bahasa yang dinamakan oleh Chomsky Language Acquisition
Divice (LAD). Potensi dasar itu akan berkembang secara maksimal setelah mendapat
stimulus dari lingkungan. Proses pemerolehan melalui piranti ini sifatnya alamiah.
Karena sifatnya alamiah, maka kendatipun anak tidak dirangsang untuk mendapatkan
bahasa, anak tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di sekitarnya. Slobin
mengatakan bahwa yang dibawa lahir ini bukanlah pengetahuan seperangkat kategori
aturan-aturan yang dibawa sejak lahir itulah yang memungkinkan seorang anak untuk
sosial.
hingga usia pubertas, otak manusia itu masih sangat lentur yang memungkinkan
seorang anak untuk memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat. Lanjut
oleh selesainya fungsi-fungsi otak tertentu, khususnya fungsi verbal di bagian otak
sebelah kiri.
Piaget (1955) memandang anak dan akalnya sebagai agen yang aktif dan
konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus
pemikiran yang secara kualitatif berbeda, yaitu menjadi meningkat lebih kuat. Piaget
lingkungan.
adalah faktor penentu pemerolehan bahasa. Seorang anak belajar atau memperoleh
bahasa pertama dengan mengenal dan mengetahui cukup banyak struktur dan fungsi
pemerolehan bahasa anak (Vygotsky, 1978). Semakin tinggi tingkat interaksi sosial
sebuah keluarga, semakin besar peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa.
Sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin kecil
pula peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Hal lain yang turut
berpengaruh adalah status sosial. Anak yang berasal dari golongan status sosial
dengan keadaan keluarganya. Misalnya, seorang anak yang berasal dari keluarga
yang sederhana hanya mengenal lepat, ubi, radio, sawah, cangkul, kapak, atau pisau
dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang
memiliki status ekonomi yang lebih tinggi akan memahami kosakata seperti mobil,
televisi, komputer, internet, dvd player, laptop, game, facebook, ataupun KFC, karena
kehidupannya sehari-hari.
Kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang dapat dipahami
penting intinya untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang mampu berkomunikasi
dengan baik akan diterima lebih baik oleh kelompok sosial dan mempunyai
d. Faktor Keturunan.
1. Intelegensia.
dimiliki anak. Ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam mencerna
sesuatu melalui pikirannya. Setiap anak memiliki struktur otak yang mencakup IQ
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin
bahasa-anak.html)
bahasa, daya bertutur dan bertingkah laku yang menjadi kepribadian seseorang turut
Seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam
dengan beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari
dalam tujuh tahapan, yaitu. (a) Tahap Meraban (Pralinguistik 0,0-0,5) Pertama, (b)
Tahap Meraba (Pralinguistik 0,5-1,0) Kedua: Kata Nomsens, (c) tahap Liguistik I
Holoprastik; Kalimat satu Kata (1,0-2,0), (d) Tahap Linguistik II Kalimat Dua Kata
(2,0-3,0), (e) Tahap Linguistik III. Pengembangan Tata Bahasa (3,0-4,0), (f) Tahap
secara normal, pada tahap pralinguistik yang kedua anak sudah dapat mengoceh atau
membabel dengan pola suku kata yang diulang-ulang. Bahkan menjelang usia 1 tahun
anak sudah mulai mengeluarkan pola intonasi dan bunyi-bunyi tiruan. Pada tahap
menghasilkan bunyi ujaran tunggal yang bermakna. Pada tahap linguistik II kosa-kata
anak mulai berkembang dengan pesat, ujaran yang diucapkan terdiri atas dua kata dan
mampu menggunakan lebih dari dua kata, kalimat yang diungkapkan biasanya
menyatakan makna khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada tahap
linguistik IV anak sudah mampu menyusun kalimat yang cukup lengkap meskipun
masih ada kekurangan pada penggunaan infleksi dan kata fungsi. Dan pada tahap
linguistik yang terakhir anak sudah memiliki kompetensi penuh dalam berbahasa.
Bawah Lima Tahun atau yang biasa disebut balita adalah bayi yang berada
pada rentang usia dua sampai lima tahun. Pada usia ini otak anak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat, yang dikenal dengan istilah golden age atau masa
emas. Golden age yang terjadi selama usia balita adalah masa-masa yang sangat
penting dalam fase pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada masa ini otak
anak berkembang pesat dan kritis. Periode emas penting bagi anak dan tidak dapat
diulang kembali. Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk menyerap informasi
- AGE)
Anak usia dua tahun dan tiga tahun pada umumnya memiliki karakteristik
sebagai berikut:
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/atien-nur-chamidah
dr/pentingnya-stimulasi-dini-bagi-tumbuh-kembang-otak-anak.pdf)
atau PPB (Piranti Pemeroleh Bahasa) adalah sebuah skill yang pada dasarnya sudah
dan memanfaatkannya.
1. Setiap anak dilahirkan dengan potensi biologis untuk bahasa dan hanya
biologis tersebut dan juga adanya lingkungan bahasa yang mendorong, serta
seperti PPB. PPB menerima masukan berupa ujaran-ujaran dari orang-orang dalam
bahan masukan itu diolah oleh PPB untuk menemukan kaidah-kaidah bahasa yang
kematangan biologis. Pada jenjang permulaan, misalnya, anak baru dapat mengatakan
"ma-ma", ketika melihat ibunya. Ujaran sederhana ini sesungguhnya sudah didasari
oleh kaidah-kaidah yang ada dalam pikiran anak itu, dan karana itu dapat mempunyai
makna seperti ujaran orang dewasa. Ujaran itu misalnya, mungkin berarti "ibu
datang" atau "itu ibu". Walaupun pemahaman pada dasarnya juga termasuk
bahasa, karena melalui kegiatan ini data-data objektif bahasa diperoleh, dan data-data
2.2.5 Sintaksis
Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
bersama dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi, sintaksis berarti menempatkan
Dalam setiap bahasa ada seperangkat kaidah yang sangat menentukan apakah
Perangkat kaidah ini sering disebut sebagai alat-alat sintaksis, yaitu urutan kata,
bahasa yang lebih mementingkan urutan kata daripada bentuk kata. Ada pula bahasa
yang lebih mementingkan intonasi daripada bentuk kata. Bahasa Latin sangat
mementingkan bentuk kata daripada urutan kata. Sebaliknya, bahasa Indonesia lebih
pemerolehan sintaksis adalah pemerolehan yang bermula pada saat seorang anak
mulai menggabungkan dua kata atau lebih yang memiliki arti. Hal ini terjadi pada
anak yang berusia dua tahun ke atas. Oleh karena itu, peringkat satu kata (holofrase)
apa yang sebenarnya yang ingin diungkapkan seorang anak. Oleh karena itu, ada
berasal dari data hasil penelitian mereka. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
pada situasi dan lingkungan di mana holofrase ini diucapkan untuk menafsirkan
artinya. Lagipula, ucapan-ucapan holofrase ini sangat terbatas dan susah untuk
sudah mencapai peringkat dua kata atau lebih, ucapan-ucapan pun semakin banyak
dan semakin mudah ditafsirkan, sehingga peneliti lebih cenderung memulai penelitian
sebagai satu kalimat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa anak dalam usia dua
pikiran, ide atau gagasan yang dimilikinya. Dengan demikian, ujaran pada peringkat
2.2.7 Kalimat
Banyak definisi tentang kalimat telah dibuat orang. Kalimat yang dimaksud di
sini adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi
Berdasarkan definisi di atas, maka pada intinya kalimat terdiri atas konstituen
dasar dan intonasi final, sebab konjungsi ada hanya apabila diperlukan. Konstituen
dasar biasanya berupa klausa. Kata dan frase juga bisa dianggap sebagai konstituen
dasar, yaitu pada kalimat ”jawaban singkat” atau kalimat minor yang tentu saja bukan
kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik),
intonasi interogatif (dalam bahasa ragam tulis diberi tanda tanya), intonasi imperatif
(dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru), dan intonasi interjektif (dalam bahasa
ragam tulis diberi tanda seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan
menjadi sebuah kalimat. Namun, kalimat yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah satuan sintaksis yang terdiri dari satu kata atau lebih yang memiliki satu atau
lebih unsur kalimat yang berupa subjek, predikat atau objek yang telah memiliki
makna sehingga dapat dimengerti oleh orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
Secara formal kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya dan
sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah
berdasarkan isi atau amanat yang ingin disampaikan kepada pendengar (Chaer, 2009).
pernyataan yang ditujukan kepada orang lain (Chaer, 2009:187). Kalimat dalam
modus deklaratif ini tidak memerlukan jawaban baik secara lisan maupun dengan
tindakan. Namun, bisa saja diberikan komentar oleh pendengar bila dianggap perlu.
Kalimat dalam modus deklaratif ini bisa dibangun oleh sebuah klausa, dua
buah klausa, tiga buah klausa atau juga lebih; atau dalam wujud kalimat sederhana,
kalimat rapatan, kalimat luas setara, kalimat luas bertingkat, maupun kalimat luas
kompleks; sesuai dengan besarnya atau luasnya isi pernyataan yang ingin
disampaikan. Pada anak usia dua tahun dan tiga tahun, biasanya kalimat dalam modus
deklaratif ini berupa kalimat yang terdiri dari satu klausa dan berupa kalimat
sederhana.
Dilihat dari maksud penggunaannya, kalimat dalam modus deklaratif ini dapat
Contoh:
b. Kami beritahukan yang tidak hadir adalah Siti, Siska, dan Ani.
c. Kami jelaskan sekali lagi bahwa pinjaman itu tidak dikenai bunga.
jawaban secara verbal (Chaer, 2009:189). Jawaban ini dapat berupa pengakuan,
Misalnya:
a. Siapa namamu?
(1) Kalimat dalam modus interogatif yang meminta pengakuan jawaban ”ya” atau
(2) Kalimat dalam modus interogatif yang meminta keterangan mengenai salah
(4) Kalimat dalam modus interogatif yang meminta pendapat atau buah pikiran
orang lain.
pembaca melakukan suatu tindakan (Chaer, 2009: 197). Kalimat dalam modus
seperti karena kagum, kaget, terkejut, takjub, heran, marah, sedih, gemas, kecewa,
tidak suka, dan sebagainya (Chaer, 2009:200). Kalimat dalam modus interjektif
disusun dari sebuah klausa diawali dengan kata seru, seperti wah, nah, aduh, ah, hah,
Anak usia dua tahun dan tiga tahun sudah bisa mengungkapkan kalimat-
anak usia dua tahun dan tiga tahun biasanya merupakan bentuk-bentuk yang lebih
dalam sebuah buku yang berjudul Echa, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
selama lima tahun terhadap cucu pertamanya, Rei Safia, yang biasa dipanggil Echa.
beliau mendapatkan bahwa banyak konsep universal yang dipatuhi anak dalam
pemerolehan bahasa tetapi kepatuhan ini tidak merata pada ketiga komponen yang
diteliti. Bahkan pada tiap komponen pun terjadi perbedaan-perbedaan yang kadang-
taman kanak-kanak, yaitu jenis konjungsi kalimat koordinatif apa yang diperoleh
anak dan berapa jumlah frekuensinya. Anak TK memiliki pola struktur kalimat
majemuk koordinatif bahasa Indonesia yang berbeda dengan orang dewasa. Jenis
kalimat majemuk koordinatif yang sedang, akan dan telah dipahami anak TK ternyata
dewasa.
Usia 3-4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Tunas Mekar Medan: Tinjauan
Psikolinguistik menemukan bahwa para responden yaitu anak-anak yang berusia 3-4
tahun di Play Group Tunas Mekar Medan mampu berbahasa baik dari pemerolehan
mengalami pergantian sebuah bunyi yang disuarakan dengan bunyi yang tidak
kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cenderung
sintaksis bahasa seorang anak yang berumur tiga setengah tahun. Bahasa yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bahasa Melayu Iban yaitu bahasa yang digunakan di
daerah Bahagian Dua-Betong, Malaysia. Data dianalisis berdasarkan tiga ciri utama
aspek sintaksis yaitu panjang kalimat, struktur sintaksis dan jumlah ujaran setiap
giliran bertutur. Penghitungan Mean Panjang Ujaran atau Mean Length of Utterance
penelitian menunjukkan bahwa anak yang menjadi subjek penelitian memiliki MLU
sebesar 2.38 yaitu satu tahap di bawah perkiraan tahap yang seharusnya dalam
Development. Penguasaan bahasa subjek berada pada Fase Akhir Linguistik II dan
Mahmud Aziz Siregar (2002) dalam tesis yang berjudul Pengaruh Stimuli
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimuli dengan perkembangan
kosa kata dan semantik anak prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemerolehan bahasa anak prasekolah semakin baik. Selain itu, dari hasil penelitian
ditemukan juga fakta bahwa anak masih melakukan generalisasi terhadap benda yang
Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus Terhadap Pemerolehan Bahasa
Anak Usia Dini) menemukan bahwa anak yang berusia dua setengah tahun sudah
yang ada di sekitarnya. Perbendaharaan kata anak juga sudah mulai berkembang
karena anak mengambil contoh dari kata-kata yang diucapkan orang tua, teman-
penelitian ini juga ditemukan fakta bahwa anak yang berusia dua setengah sudah
mampu menghasilkan kalimat pada tingkat satu kata, dua kata, dan tiga kata yang
sudah memiliki makna yang lengkap. Selain itu, anak juga sudah mampu
Bahasa Pertama Anak Kembar Usia Dua Tahun Delapan Bulan menemukan bahwa
anak kembar usia dua tahun delapan bulan yang menjadi subjek penelitian ini dalam
mengujarkan satu, dua dan tiga kata mengawalinya dengan mengujarkan suku kata
awal dan akhir secara bergantian. Dalam pemerolehan morfologinya anak sangat
maksudnya sedikit banyaknya bergantung pada pola berbahasa yang dilakukan oleh
kehidupan kedua anak tersebut. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa kedua
anak tersebut kurang memiliki bakat bahasa yang dibawa sejak lahirnya sehingga
untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian ini karena
semua penelitian tersebut menjadikan anak usia dini yaitu anak yang berusia dua
tahun, tiga tahun, dan empat tahun sebagai subjek penelitian. Dengan adanya
didapatkan dalam penelitian ini dengan hasil yang didapat dalam penelitian-penelitian