Anda di halaman 1dari 4

BAB I

DASAR HUKUM KESEHATAN

A. Pengertian Hukum Kesehatan (Health Law)


Hukum kesehatan (Health Law) menurut:
1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan
perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
1. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan
2. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan
upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
3. Rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik. Pelayanan medik: upaya
pelayanan kesehatan yang melembaga, berdasarkan fungsi sosial di bidang
pelayanan kesehatan perorangan bagi individu dan keluarga. Sedangkan,
sarana medik: meliputi rumah sakit (umum/khusus), klinik spesialis,
rumah/klinik bersalin, poliklinik atau balai pengobatan dan sarana lain yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan.
Perbedaan hukum kesehatan (Health Law) dan hukum kedokteran (medical
law): hanya terletak pada ruang lingkupnya saja. Ruang lingkup hukum kesehatan
meliputi semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan (yaitu kesehatan badaniah,
rohaniah dan sosial secara keseluruhan). Ruang lingkup hukum kedokteran hanya
pada masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi kedokteran. Oleh karena
masalah kedokteran juga termasuk di dalam ruang lingkup kesehatan, maka
sebenarnya hukum kedokteran adalah bagian dari hukum kesehatan.
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di bidang pelayanan
kesehatan, adalah: karena adanya kebutuhan:
1. Pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. Keterarahan
4. Pengendalian biaya
5. Kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta
identifikasi kewajiban pemerintah
6. Perlindungan hukum pasien
7. Perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. Perlindungan hukum pihak ketiga
9. Perlindungan hukum bagi kepentingan umum

B. Fungsi Hukum Kesehatan


Fungsi hukum kesehatan adalah:
1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata
kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat
memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara
keseluruhan
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di
bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat
3. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-
halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-
luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu
diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer
sebagai dewa yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah,
mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di
dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika
perbuatannya memang pantas untuk dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan
sikap dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan
kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan
proses peradilan.

C. Ruang Lingkup Hukum Kesehatan


Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan
menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok:
(Pasal 11 UUK), yaitu: 1) Kesehatan keluarga, 2) Perbaikan gizi, 3) Pengemanan
makanan dan minuman, 4) Kesehatan lingkungan, 5) Kesehatan kerja, 6)
Kesehatan jiwa, 7) Pemberantasan penyakit, 8) Penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, 9) Penyuluhan kesehatan, 10) Pengamanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan, 11) Pengamanan zat adiktif, 12) Kesehatan sekolah, 13)
Kesehatan olah raga, 14) Pengobatan tradisional, 15) Kesehatan matra
Hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi runag lingkup
yang ideal, sehingga yang diperlukan adalah: 1) Melakukan inventarisasi dan
analisis terhadap perundang-undangan yang sudah ada untuk dikaji sudah cukup
atau belum, 2) Perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga
kesehatan saja tetapi juga kalangan penagak hukum dan masyarakat, 3) Perlu
dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-masalah kesehatan
guna pembentukan perundang-undangan yang benar.

D. Sumber Hukum Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan


Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi
juga yurisprudensi, traktat (perjanjian antar negara), konvensi, doktrin, konsensus
dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran. Hukum tertulis, traktat,
Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the binding
authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai
kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam
melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
Misalnya, sumber hukum pembiayaan dan penganggaran kesehatan pada
UUD 1945 pasal 34 ayat 2 yang menjelaskan bahwa UU nomor 40 tahun 2004
tantang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mana untuk program jaminan
kesehatan iuran untuk masyarakat miskin ditanggung oleh pemerintah. Program
untuk meningkatkan kesehatan pada kelompok masyarakat miskin ini lebih
dikenal dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM)

Anda mungkin juga menyukai