Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejak sekitar tahun 1970-an, dimana stabilitas politik mulai terbentuk dan
perekonomian Indonesia bertambah pesat, pembangunan gedung –gedung tinggi
mulai bermunculan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa.
Perkembangan konstuksi di Indonesia sendiri terbilang sangat pesat, permintaan akan hunian tempat
tinggal (baik perumahan maupun apartemen) dan perkantoran terbilang
mengalami kenaikan yang sangat tinggi.
Dewasa ini bangunan baja semakin banyak diminati sehingga baja
merupakan salah satu material yang banyak digunakan oleh konstruksi bangunan,
khususnya konstruksi bangunan tinggi. Karakteristik bangunan baja yang lebih
ringan dibandingkan beton, memiliki kekerasan (hardness) dan kekuatan tarik
(tensile strength) yang tinggi,sangat sesuai dalam dunia konstruksi. Daktilitas yang dimilikinya juga
sangat memadai dalam perencanaan yang memperhitungkan beban gempa sehingga menambah
alasan untuk digunakan. Di Eropa, hampir seluruh bangunan yang ada merupakan bangunan baja.
DiIndonesia sendiri tampaknya pamor dari bangunan baja mulai menggeser pamor dari bangunan
beton.
Sistem struktur yang umum digunakan untuk gedung –gedung tinggi di Indonesia berkembang
sesuai dengan perkembangan pengetahuan para konsultan perancang, bertambah tingginya jumlah lantai
gedung, ketersediaan material struktur serta kesiapan para kontraktor lokal dengan metode kerja dan
teknik pelaksanaannya.Dengan makin tingginya gedung –gedung yang dibangunmaka peranan kekakuan
gedung semakin penting. Gedung yang terlampau lentur akan menyebabkan kerusakanlebih besar saat
terjadi gempa dan saat terkena angin kencang, pergeseran lateral gedung tersebut dapat terasa dan
membuat penghuni merasa kurang nyaman.
Sistem struktur bangunan tinggi terus mengalamiperkembangan dankemajuan. Sistemstruktur
diagrid merupakan sistem struktur yang paling inovatif

dan banyak diterapkan pada mayoritas bangunan tinggi di dunia abad ini.
Gedung pencakar langit yang terkenal di dunia juga menggunakan sistem diagrid,
seperti: Gedung Swiss Re di London, Gedung Hearst Tower diNew York, Gedung CCTV
Headquarters di Beijing, GedungMode Gakuen Spiral Tower di Aichi, Gedung West
Tower di Guangzhou, Gedung Lotte Super Tower diSeoul, Gedung Capital Gate di Abu Dhabi,dan
Gedung Bow Project di Calgary(Gambar 1.1)
Gambar 1.1 (a) Swiss Re(b) CCTV Headquarters(c) Mode Gakuen Spiral Tower
(d) Capital Gate(e) Bow Project

Sejak penerapan sistem struktur diagrid pada gedung 30 St Mary Axe di London dan gedung Hearst
Headquarters di New York (Gambar 1.2), yang keduanya didesain oleh Norman Foster setelah itu
diagrid banyak digunakan pada bangunan tinggi di seluruh dunia. Gedung Guangzhou International
Financial Center(437 meter) yang dirancang oleh Wilkinson Eyre, danGedung Lotte Super Tower
(555 meter) yang dirancang oleh Skidmore dkk mempergunakan sistem diagrid. Pada bangunan yang
sangat tinggi, desain struktural umumnyadiatur oleh kekakuan lateral (Moon, 2009).

Diagrid merupakan evolusi dari sistem struktur braced-tube.Peranan menahan momen dan
menjaga kekakuan bangunan berada pada konfigurasi elemen struktur pada tepi bangunan. Perbedaan
dengan sistem struktur sebelumnya adalah, hampir semua kolom vertikal pada sistem diagrid
dieliminasi sehingga ruang dalam gedung bisa menjadi lebih luas dan dimanfaatkan secara
arsitektural dengan lebih optimal, baik dari segi cahaya maupun udara.Dari segi pengunaan material
struktur,akan lebih hemat sekitar 20% dibandingkan dengan sistem braced-frame (Charnish dan
McDonnel, 2008)
Konfigurasi triangulasi yang berulang pada sistem diagrid membuat distribusi beban pada
elemen struktur menjadi lebih baik dan efisien. Dengan konfigurasi yang unik ini, saat suatu elemen
akan mengalami kegagalan maka beban akan tersalur ke elemen yang lain(Kim dkk, 2010; dan
Toreno, 2012)
Gambar 1.3 menunjukkan sambungan antara elemen–elemen pada struktur diagrid. Gedung dengan
sistem diagrid memiliki kekakuan dan ketahanan terhadap momen guling dan deformasi geser yang
lebih efektif dibandingkan dengan sistem struktur yang lain(Soo dkk,2008)

.
Secara arsitektural, diagrid merupakan sistem struktur yang jauh lebih estetik, menarik, dan dapat
mengakomodasi desain arsitek dengan lebih terbuka. Dengan sistem ini,arsitek dapat memiliki desain
layout dan facadeyang unik.Gedung Central Chinese Television CCTV di Beijing menentang
konsepsi populer dari struktur gedung pencakar langit secara umum, tetapi dengan poladiagrid,
desain unik tersebut dapat terwujud.Sistem struktur diagrid yang hanya terdiri dari bracing diagonal
(yang juga berlaku sebagai kolom), balok, dan pelat lantaiini masih terus mengalami optimasi dari
segi geometri dan sambungan. Pengaruh geometri, sudut, dan bentuk penampang dari
Bracing akan sangat mempengaruhi kekuatan dan kekakuan sistem bangunan tersebut. Oleh karena
itu penelitian mengenai bracing dalam sistem diagrid masih harus banyak dikembangkan, termasuk
bracing lengkung yang akan bisa memberikan inovasi baru dalam segi struktural maupun
arsitektural.Penelitian analisis dari Kim, dkk (2010) serta Jani,dkk(2013) akan menjadi dasar bentuk
dan dimensi
Gedung diagrid pada penelitian ini, sedangkan untuk jumlah lantai akan berbeda. Pada penelitian
Kim dan Jani menggunakan gedung 36 lantai, sedangkan penelitian ini akan menggunakan gedung
42 lantai, untuk mempertahankan modul diagrid 6 lantai.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tower
Tower Jaringan Telekomunikasi adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi
empat atau segitiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat) yang bertujuan untuk menempatkan
antenna dan radio pemancar maupun sebagai penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Intinya
Tower BTS berfungsi untuk menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan yang menuju
jaringan lain.
Berdasarkan Lokasinya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Rooftop : Tower yang berdiri di atas sebuah gedung.

2. Greenfield : Tower yang berdiri langsung di atas tanah.

 Berdasarkan bentuknya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


1. Tower 4 Kaki ( Rectangular Tower )
Tower ini berbentuk segi empat dengan empat kaki. Tower dengan 4 kaki sangat
jarang sekali dijumpai roboh. Tower jenis ini memiliki kekuatan tiang panjang serta
sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tower dengan jenis 4 kaki ini memiliki
ketinggian sekitar 42 M. Tower ini mampu menampung banyak antenna dan radio.
Harga tipe ini sangat mahal, yakni sekitar 650 juta sampai 1 milyar rupiah, namun
kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak
dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis telekomunikasi dan informatika yang
bonafid (Telkom, Indosat, XL, dll). Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.

2. 2. Tower 3 Kaki ( Triangle Tower )

Tower berbentuk segi tiga dengan tiga kaki. Tower Segitiga disarankan untuk memakai
besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena
memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang
direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Towerjenis ini
disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5
meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin
tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner
dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin
kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.
Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.

3. Pole
Tower berupa tiang pancang dengan satu kaki. Tower ini di bagi menjadi 2 macam,
Pertama tower yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpa spanner, diameter antara 40
cm s/d 50 cm, tinggi mencapai 42 meter, yang dikenal dengan nama monopole.

2.2 Alat Dan Bahan/Material

Analisa Proyek Sistem Informasi

Monday, December 8, 2014


Proyek Pembuatan Tower
Pertemuan II

A. Pendahuluan

Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga,
atau hanya berupa pipa panjang (pole), yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio
pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Tower BTS (Base
Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower
SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun
resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika
memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena
memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun
disekitarnya. Tipe Tower jenis ini pada umumnya 3 macam:
1) Tower dengan 4 kaki.(Angle bar;besi siku)
2) Tower dengan 3 kaki.( Pipa & siku)
3) Tower monopole.(Pipa)
Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pancang
serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini kuat dan mampu menampung banyak
antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis
komunikasi dan informatika yang bonafid. (Indosat, Telkom, Xl, dll).
Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa
kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm.
Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata
adalah 40 meter. Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4
meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh.
Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat
disarankan tidak melebihi 15 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya
dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner.Sekalipun masih mampu
menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal
informatika (internet dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan
mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data secara terus
menerus (searching). Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/
NOC = Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta
benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya.
Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi
800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan
WHO maximal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800
MHz).Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja.
Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower
makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam
keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan
konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.
Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih
sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin
tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam
keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan
konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.

B. Rincian Kegiatan:
1. Survey Lokasi
Survey lokasi atau yang biasa disebut SIS adalah proses investigasi lokasi rencana
pembangunan tower / BTS, merupakan hal penting dalam proses pembangunan dan sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan untuk proses selanjutnya. Melakukan Site Hunting / SITAC
(Site Acquisition) sebagai upaya pencarian lokasi yang tepat dan layak untuk dijadikan lokasi
BTS. Pencarian lokasi merupakan survey awal sebelum survey lain dilakukan, survey ini untuk
mendapatkan lokasi yang terdekat dengan nominal koordinat yang ada dalam desain jaringan
(Nominal RF Network and Transmision Network Design).
Hasilnya adalah daftar dari beberapa yang membenarkan apakah lokasinya sesuai dengan
lokasi untuk penempatan BTS / BSC, Transmision Network dan RF Network, dalam laporan site
survey hunting ini mencakup diantaranya melihat posisi lokasi pada peta, situasi tempat
lingkungan di mana site tersebut berada, alamat, pemilik lahan, koordinat GPS, foto-foto lokasi
dan foto panorama 360 derajat. Semua bentuk laporan ini disesuaikan dengan standar atau
format dari operator atau pemilik proyek.
Proses ini dilakukan dengan cara memetakan data koordinat wilayah BTS (kandidat nominal)
yang diperoleh dari bagian Radio Network Planning (RNP). Dari data koordinat yang diberikan
oleh RNP maka akan diketahui beberapa BTS yang berada di sekitar gedung atau site makro.
Biasanya jumlah koordinat BTS yang diberikan oleh operator adalah tiga.

Dasar-dasar pemilihan lokasi


Site Investigation Survey (SIS) adalah rencana untuk menentukan lokasi pembangunan site
(tower/BTS) menjadi hal sangat penting dalam proses pembangunan yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses selanjutnya.
Ada tiga pripsip dasar yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi.
1. Dapat diakusisi (Leaseable)
Tim Survey harus melakukan investigasi untuk dapat memastikan bahwa lahan yang akan
dijadikan kandidat (alternatif) dapat diakuisisi (dibeli maupun sewa). Suatu lahan dapat
diakuisisi apabila :
a. Kepemilikan yang jelas dan status kepemilikannya
b. Tidak dalam keadaan sengketa baik kepemilikan maupun batas-batasnya
c. Tidak dijadikan jaminan kepada pihak lain
d. Pengajuan harga lahan oleh pemilik sesuai dengan harga yang berlaku di daerah tersebut.
2. Perijinan (Permitable)
Tim Survey harus memastikan bahwa semua perijinan memungkinkan untuk pembangunan
site (tower/BTS) di tempat tersebut. Tim harus memastikan bahwa :
a. Tidak terdapat penolakan oleh warga sekitar pembanguna baik secara individual maupun
kolektif (Adat).
b. Apabila kandidat lebih dari satu, maka pastikan bahwa radius ketinggian tower tidak
berpotongan dengan radius kandidat lain sehingga tidak membuka peluang untuk gagal IW (ijin
warga) pada semua kandidat.
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai
(GSS) yang berlaku (Perlu rekomendasi dari Tata Kota / Pemda).
d. Semua regulasi yang berlaku di daerah tersebut tidak ada yang secara khusus mengatur
tentang pembatasan pembangunan tower telekomunikasi, dalam hal ini berkoordinasi dengan
pemerintah daerah setempat.
e. Apabila terdapat pengaturan secara khusus mengenai pembatasan ijin, maka tim harus
mampu mendiskripsi peluang yang ada untuk kelanjutan pembangunan tower.
f. Daerah rencana pembangunan tower bukan merupakan kawasan yang tidak diijinkan bagi
penempatan bangunan.
g. Dalam hal rencana pembangunan tower berada dalam kawasan khusus (misalnya di
KKOP/sekitar bandara, perhutani/kawasan hutan, tanah milik negara, tanah adat, dsb) maka
harus berkoordinasi dengan institusi bersangkutan.
3. Memungkinkan Untuk Pembangunan (Contructable).
Tujuan akhir dari survey ini adalah menyediakan tempat bagi berdirinya tower
telekomunikasi sehingga dapat terjangkau oleh jaringan telekomunikasi, untuk itu hal terakhir
yang yang harus dipastikan dan menjadi dasar penentuan lokasi tower adalah bahwa di lahan
tersebut dapat dibangun tower.
Syarat-syaratnya sebagai berikut:
a. Luas lahan sesuai dengan kebutuhan
b. Asupan listrik tersedia dan mencukupi
c. Akses jalan menuju lokasi tersedia dan mudah dijangkau. (Usahakan akses lokasi masih
milik pemilik lokasi bukan milik orang lain)
d. Bukan daerah rawan banjir
e. Tidak membutuhkan pekerjaan tambah dengan tingkat kesulitan dan resiko tinggi
Dengan ketiga prinsip dasar tersebut diharapkan Tim Survey sukses menemukan lokasi
untuk pembangunan tower yang direncanakan dan dapat di eksekusi untuk proses selanjutnya.

Laporan akhir (Reporting)


Merupakan pembuatan sebuah laporan dari hasil survey yang selanjutnya dilakukan untuk
proses DRM (design review meeting) sebagai proses akhir untuk melakukan pembahasan
mengenai hasil survey lapangan bersama pemberi pekerjaan (vendor atau operator).
C. Pembuatan Izin
-
D. Pembuatan Pondasi
Berikut hal hal yang diperlukan dalam pekerjaan pondasi pembangunan tower menara bts :
1. Galian tanah, Sangat penting yang pertama dilakukan dalam hal pengalian tanah adalah
menentukan level nol dari pembangunan tower bts. Dengan menentukan level nol maka level
kedalaman dan ketinggian yang berhubungan dengan tinggi pedestal dan slof pagar bisa
sesuai dengan gambar yang direncanakan. Untuk galian pondasi sangat bergantung pada jenis
tanah lokasi pembangunan tower bts, tanah keras akan sangat membutuhkan ekstra tenaga
manual yang lebih banyak dan juga jumlah hari yang relative banyak juga. Tetapi untuk tanah
yang keras jarang sekali mengalami longsoran tanah beda sekali dengan tanah lunak atau
lembek bahkan jenis tanah rawa ataupun gambut.
Untuk pondasi jenis raff jumlah volume galian pondasinya tentunya jauh lebih besar karena
galian yang kana kita gali seperti kolam dengan ukuran tertentu. Akan lebih mudah apabila
didaerah lokasi pembangunan tower bts ada alat berat guna mempermudah pengalian pondasi,
tentunya akan lebih menghemat waktu dan tentunya juga harus nilai keekonomisannya.
Pastikan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana supaya kekuatan rencana
bangunan tower bisa terpenuhi, dan mengenai urusan pondasi tidak boleh bermain main
dengan ukuran, spek, dan kwalitasnya.
Untuk jenis pondasi borepile, jumlah volume galian pondasi lebih kecil dibandingkan dengan
tipe pomdasi raff, karena pondasi hanya berbentuk pad yang biasanya berbentuk persegi
panjang dan dihubungkan H beam antar satu pad dengan yang lainnya.
2. Lantai kerja, Hal ini dimaksudkan supaya menahan daya angkat dari bawah dan juga untuk
mempermudah pekerjaan perakitan pembesian besi pondasi bangunan tower bts. Dengan
adanya lantai kerja kebersihan area pondasi bangunan dapat dijaga sehingga mutu dan
kwalitas dari pondasi bangunan tower bts bisa terjaga.
Untuk tebal lantai kerja terdiri dari dua lapis yaitu sebaran pasir kurang lebih 10 cm dan
diatasnya diberi concrete dengan ketelabalan sekitar 5 cm. pastikan untuk langkah pekerjaan
selanjutnya yang berhubungan dengan lantai kerja supaya memastikan sudah kering.
3. Bekisting, Pekerjaan ini berguna untuk mendapatkan volume dan area luasan pondasi
sesuai dengan gambar rencana. Bekisting untuk pembangunan tower bts masih mengunakan
material pada umumnya yang digunakan pada pembangunan yang lainnya yaitu mengunakan
material kayu, apakah itu papan atau triplek. Pemilihan dua material tersebut adalah sesuai
dengan kebutuhan dan juga nilai keekonomisan dari pembangunan tower bts.
Pastikan bekisting yang terpasang kuat dalam menopang atau menahan concrete pada saat
proses pengecoran dilakukan. Diperlukan penopang2 disamping kanan dan kiri sisi bekisting
supaya bekisting benar benar dalam kondisi yang kokoh.
4. Perakitan besi / Rebaring, Yang perlu diperhatikan sebelum perakitan besi ini dilaksanakan
adalah bahwa lantai keja sudah dalam keadaan kering dan dalam kondisi bersih dari lumpur
atapun material yang lainnya yang akan menganggu perkerjaan rebaring atau malah akan
mengurangi kwalitas pondasi yang akan kita bangun. Dalam proses rebaring / perakitan besi
dilakukan didalam area pondasi nya dan terebih dahulu untuk mendapatkan selimut beton disisi
bawah pondasi supaya diberi balok tahu sesuai dengan spek yang ada pada gambar rencana.
Untuk pengikatan besi sengkang dengan besi tulangan tidak perlu setiap titik pertemuan diikat
semua, cukup diikat dengan sisitem silang dengan diberi jarak jeda satu titik pertemuan. Hal ini
tidak akan mengurangi hasil dari kwalitas pondasi yang terbangun, hal ini dimaksudkan untuk
pasangan besi yang sudah terinstal dapat menyesuaikan pada saat concrete tercurah pada
saat proses pengecoran. Dan juga sedikit banyaknya mengurangi kebutuhan kawat ikat yang
dibutuhkan dalam pembangunan tower bts.
5. Pengecoran, hal yang perlu diperhatikan sebelum proses pengecoran dimulai adalah:
a. Kondisi lantai kerja dalam keadaan bersih dari lumpur dan juga usahakan air tidak
mengenang, apabila muka air tanah tinggi dan debit air sangat banyak usahakan untuk
mengunakan mesin air untuk mengurasnya.
b. Siapkan alat2 kerja yang dibutuhkan dalam proses pembangunan tower bts, hal ini
diperlukan guna mendukung proses pengecoran tidak terhenti dikarenakan alat kerja yang
digunakan mengalami kerusakan. Jangan sampai proses pengecoran pondasi berhenti
ditengah jalan dalam waktu yang lama.
c. Siapkan material yang dibutuhkan untuk pengecoran pondasi bts cukup sampai pekerjaan
selesai.
d. Pastikan pekerja memadai untuk menghandel pekerjaan pengecoran, apalagi kalau

pengecoran mengunakan site mix dengan bantuan molen pastinya dibutuhkan tenaga pekerja

Badan/Orang/Lembaga
No. Nama Proses Aktivitas Tools
Terkait

Dokumen Site yang


Pembangunan BTS,
Perencanaan Kebutuhan telah ditentukan,
1. Pengecekan Kondisi Tim Survey CME
Peralatan Dokumen Fasilitas dan
Medan/Lapangan.
Lokasi.

Melakukan pengecekan
Tim Procurement, Civil Data Alat Berat, Data
2. Pengadaan Peralatan alat-alat yang dibutuhkan
Engineer Tower
dalam pendirian BTS.

Pembangunan
Tim Civil Engineer, Tower, Alat Berat,
infrastuktur BTS terhadap
3. Infrastucture Building Kontraktor, Tenaga Warehouse/Pengadaan
site yang telah
Kerja. Barang.
ditetapkan.

Melakukan pembuatan
Power
Supply/Daya/Daya/Listrik,
Pelaksanaan Additional Tim Mechanical dan Trafo, Jalur Power dari
4. Electrical Equioment ( AC,
Equipment untuk Plant. Electrical PLN
Sensor Temperatur,
Alarm, Grounding) dalam
pendirian BTS.

Melakukan perawatan Analisis Report


5. Maintenance/Monitoring terhadap infrastruktur Tim CME Signaling, Network
BTS. Security.

yang lumayan banyak.


E. Pembuatan Kerangka Tower
-

F. Pembuatan Mechanical Electrical

G. Pemasangan Alat-alat Radio

1. Receiver

Recifier sebagai penyerah tegangan dari tegangan AC yang berasal dari PLN kemudian di
konversikan ke dalam tegangan searah, untuk di konsumsi perangkat lainnya. Salah satunya
merk PowerOne, terdapat 6 buah modul, yang tiap modulnya men-suplai 30 Ampere, karena
minimal pemakaian perangkat adalah 45 Ampere. Maka paling tidak modul yang berfungsi
sejumlah 3 buah modul ( 60 A ).
Biasanya untuk BTS hanya dibutuhkan tegangan DC sebesar +27 Vdc atau -48 Vdc.

2. Perangkat BTS untuk GSM


ada 2 buah sistem, yaitu 900Mhz dan 1800 Mhz. Dalam sebuah BTS bisa dipasang 900Mhz
saja atau dua-duanya. Telkomsel, Indosat, XL, HCPT, (3), dan AXIS menggunakan perangkat
ini. Sedangkan untuk CDMA biasanya cuma satu saja yaitu CDMA2000-1X, atau CDMA EVDO.
Bekerja pada frekuensi 800Mhz digunakan oleh Telkom Fleexy, Esia, Mobile-8. Sedangkan
untuk frekuensi 1900Mhz, saat ini digunakan oleh Smart Telecom. Salah satunya merk Nokia
beroperasi pada frekuensi 900Ghz terdapat 6 modul utama:
a. PWSB : Power Suplai independen perangkat GSM/BTS
b. BB2F : BaseBand/pengatur slot trafik pada BTS.
c. WCGA : Combiner antara transmiter ke DVJA.
d. TSGB : TRX unit, untuk menentukan kanal frekuensi.
e. DVJA : Duplexer/Output pada semua sektor. Sebagai pemisah antara transmiter dengan
receiver.
f. M2LA : Sebagai combiner receiver ke DVJA.
g. BOIA : Prosesor BTS ( bentuk sama dengan BB2F, namun memiliki port penghubung untuk
maintenance).
3. Antena OMNI

Antena OMNI memiliki pola radiasi yang menyebar sama rata ke segala arah, sehingga cocok
digunakan sebagai antena access point. Jarak bagian bawah dekat connector coax adalah
setengah panjang gelombang, jarak bagian tengah adalah tiga per empat panjang gelombang,
untuk mengurangi efek capacitance.

4. Baterai

Sebagai backup power ke BTS. Apabila PLN padam. Biasanya, bisa bertahan 3 - 4 jam,
tergantung dari Ampere Hour baterai dan design sistemnya.

5. Microwave System & Antene


Indoor unit berada didalam shelter. Memiliki Port E1 yang dikoneksikan ke Port E1 BTS melalui
DDF. Indoor unit juga mendapat suplai tegangan DC dari receiver yang sama. Sedangkat
Outdoor unit menempel pada antena Microwave. Indoor unit dan Outdoor unit terhubung
menggunakan Coaxial Cable. Sedangkan antena Microwave disebut juga dengan antena
Parabola. Antena Parabola ini memiliki radiasi gelombang elektromagnetik yang menyempit,
sehingga bisa menjangkau jarak yang jauh. Sehingga, antena Parabola ini dipakai untuk
menghubungkan antara Tower, seolah-olah kabel yang tidak terlihat.

6. Antena Sectoral
Karakteristik antena ini memiliki radiasi yang lebih lebar yang berguna untuk menangkap sinyal
dari handphone disekitar tower. Antena jenis ini yang dipakai oleh perangkat yang disebut
sebagai BTS (2G), NodeB (3G) maupun eNodeB (LTE).

7. Feeder

Sekilas nampak seperti kabel besar, sebagai media rambatan gelombang radio antara BTS dan
Antena Sector. Ukuran ada yang 7/8, 1-5/8 atau 1/2.
8. Shelter

Berada disamping Tower, tempat untuk menyimpan equipment ( No. 1 - 6 ). Satu lagi Site
Guard atau Landlord, orang yang bertugas merawat dan membersihkan lokasi BTS.

Urutan Proses Pembangunan Tower BTS


PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi dan demobilisasi
2. Pebersihan Lokasi
3. Pengadaan air bersih untuk air kerja
4. Shop drawing
5. Pekerjaan pengukuran dan bouwplank

PEKERJAAN BORE PILE


1. Pekerjaan Fabrikasi
2. Bore pile dan Pengecoran

PEKERJAAN PONDASI TOWER


1. Galian
2. Pabrikasi
3. Pembesian
4. Bekisting
5. Lansir Material Cor
6. Stel Angkur
7. Pengecoran
8. Urugan Kembali & Pemadatan

PEKERJAAN TOWER
1. Tower On site & Lansir
2. Sortir Tower
3. Erection
4. Pemasangan Tangga &Tray Vertikal
5. Pengecatan

PEKERJAAN RBS/BTS OUTDOOR


1. Galian
2. Pondasi Batu Kali
3. Pabrikasi & Pembesian
4. Bekisting
5. Pengecoran
6. Pemasangan Pole ACPDB dan RRU

PEKERJAAN PAGAR
1. Galian
2. Pabrikasi dan Pembesian
3. Pengecoran Pondasi Pagar dan Batas lahan
4. Kolom Pagar & Tiang Pagar
5. Pintu Pagar
6. Harmonika & Kawat Duri

PEKERJAAN ACCESS ROAD & HALAMAN


1. Pemerataan Halaman
2. Urugan Pair
3. Pemerataan Gravel
4. Paving Blok

PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL


1. Pemasangan Grounding+Plat Copper
2. Pemasangan Earting System (Splitzen)
3. Pemasangan Obutruction light (OBL)
4. Pemasangan Peneranagn (Lampu Taman)
5. Pemasanga & Instalasi Panek Kwh & ACPDB
6. KWH Box & Tiang
7. Penarikan Kabel Power

PEKERJAAN CME FINISHING


1. Grouting Pedestal
2. Plat Identitas Tower
3. Pengecatan Pedestal
4. Pengecatan RBS/BTS Outdoor
5. Pengecatan Pagar

LISTRIK (PLN)
1. Pengajuan ke PLN
2. Penyambungan Daya
3. Pengetesan

PRA ATP & ATP


1. Pemeriksaan Uji Terima
2. Finishing ATP

BAST
1. BAST

Anda mungkin juga menyukai