PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak sekitar tahun 1970-an, dimana stabilitas politik mulai terbentuk dan
perekonomian Indonesia bertambah pesat, pembangunan gedung –gedung tinggi
mulai bermunculan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa.
Perkembangan konstuksi di Indonesia sendiri terbilang sangat pesat, permintaan akan hunian tempat
tinggal (baik perumahan maupun apartemen) dan perkantoran terbilang
mengalami kenaikan yang sangat tinggi.
Dewasa ini bangunan baja semakin banyak diminati sehingga baja
merupakan salah satu material yang banyak digunakan oleh konstruksi bangunan,
khususnya konstruksi bangunan tinggi. Karakteristik bangunan baja yang lebih
ringan dibandingkan beton, memiliki kekerasan (hardness) dan kekuatan tarik
(tensile strength) yang tinggi,sangat sesuai dalam dunia konstruksi. Daktilitas yang dimilikinya juga
sangat memadai dalam perencanaan yang memperhitungkan beban gempa sehingga menambah
alasan untuk digunakan. Di Eropa, hampir seluruh bangunan yang ada merupakan bangunan baja.
DiIndonesia sendiri tampaknya pamor dari bangunan baja mulai menggeser pamor dari bangunan
beton.
Sistem struktur yang umum digunakan untuk gedung –gedung tinggi di Indonesia berkembang
sesuai dengan perkembangan pengetahuan para konsultan perancang, bertambah tingginya jumlah lantai
gedung, ketersediaan material struktur serta kesiapan para kontraktor lokal dengan metode kerja dan
teknik pelaksanaannya.Dengan makin tingginya gedung –gedung yang dibangunmaka peranan kekakuan
gedung semakin penting. Gedung yang terlampau lentur akan menyebabkan kerusakanlebih besar saat
terjadi gempa dan saat terkena angin kencang, pergeseran lateral gedung tersebut dapat terasa dan
membuat penghuni merasa kurang nyaman.
Sistem struktur bangunan tinggi terus mengalamiperkembangan dankemajuan. Sistemstruktur
diagrid merupakan sistem struktur yang paling inovatif
dan banyak diterapkan pada mayoritas bangunan tinggi di dunia abad ini.
Gedung pencakar langit yang terkenal di dunia juga menggunakan sistem diagrid,
seperti: Gedung Swiss Re di London, Gedung Hearst Tower diNew York, Gedung CCTV
Headquarters di Beijing, GedungMode Gakuen Spiral Tower di Aichi, Gedung West
Tower di Guangzhou, Gedung Lotte Super Tower diSeoul, Gedung Capital Gate di Abu Dhabi,dan
Gedung Bow Project di Calgary(Gambar 1.1)
Gambar 1.1 (a) Swiss Re(b) CCTV Headquarters(c) Mode Gakuen Spiral Tower
(d) Capital Gate(e) Bow Project
Sejak penerapan sistem struktur diagrid pada gedung 30 St Mary Axe di London dan gedung Hearst
Headquarters di New York (Gambar 1.2), yang keduanya didesain oleh Norman Foster setelah itu
diagrid banyak digunakan pada bangunan tinggi di seluruh dunia. Gedung Guangzhou International
Financial Center(437 meter) yang dirancang oleh Wilkinson Eyre, danGedung Lotte Super Tower
(555 meter) yang dirancang oleh Skidmore dkk mempergunakan sistem diagrid. Pada bangunan yang
sangat tinggi, desain struktural umumnyadiatur oleh kekakuan lateral (Moon, 2009).
Diagrid merupakan evolusi dari sistem struktur braced-tube.Peranan menahan momen dan
menjaga kekakuan bangunan berada pada konfigurasi elemen struktur pada tepi bangunan. Perbedaan
dengan sistem struktur sebelumnya adalah, hampir semua kolom vertikal pada sistem diagrid
dieliminasi sehingga ruang dalam gedung bisa menjadi lebih luas dan dimanfaatkan secara
arsitektural dengan lebih optimal, baik dari segi cahaya maupun udara.Dari segi pengunaan material
struktur,akan lebih hemat sekitar 20% dibandingkan dengan sistem braced-frame (Charnish dan
McDonnel, 2008)
Konfigurasi triangulasi yang berulang pada sistem diagrid membuat distribusi beban pada
elemen struktur menjadi lebih baik dan efisien. Dengan konfigurasi yang unik ini, saat suatu elemen
akan mengalami kegagalan maka beban akan tersalur ke elemen yang lain(Kim dkk, 2010; dan
Toreno, 2012)
Gambar 1.3 menunjukkan sambungan antara elemen–elemen pada struktur diagrid. Gedung dengan
sistem diagrid memiliki kekakuan dan ketahanan terhadap momen guling dan deformasi geser yang
lebih efektif dibandingkan dengan sistem struktur yang lain(Soo dkk,2008)
.
Secara arsitektural, diagrid merupakan sistem struktur yang jauh lebih estetik, menarik, dan dapat
mengakomodasi desain arsitek dengan lebih terbuka. Dengan sistem ini,arsitek dapat memiliki desain
layout dan facadeyang unik.Gedung Central Chinese Television CCTV di Beijing menentang
konsepsi populer dari struktur gedung pencakar langit secara umum, tetapi dengan poladiagrid,
desain unik tersebut dapat terwujud.Sistem struktur diagrid yang hanya terdiri dari bracing diagonal
(yang juga berlaku sebagai kolom), balok, dan pelat lantaiini masih terus mengalami optimasi dari
segi geometri dan sambungan. Pengaruh geometri, sudut, dan bentuk penampang dari
Bracing akan sangat mempengaruhi kekuatan dan kekakuan sistem bangunan tersebut. Oleh karena
itu penelitian mengenai bracing dalam sistem diagrid masih harus banyak dikembangkan, termasuk
bracing lengkung yang akan bisa memberikan inovasi baru dalam segi struktural maupun
arsitektural.Penelitian analisis dari Kim, dkk (2010) serta Jani,dkk(2013) akan menjadi dasar bentuk
dan dimensi
Gedung diagrid pada penelitian ini, sedangkan untuk jumlah lantai akan berbeda. Pada penelitian
Kim dan Jani menggunakan gedung 36 lantai, sedangkan penelitian ini akan menggunakan gedung
42 lantai, untuk mempertahankan modul diagrid 6 lantai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tower
Tower Jaringan Telekomunikasi adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi
empat atau segitiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat) yang bertujuan untuk menempatkan
antenna dan radio pemancar maupun sebagai penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Intinya
Tower BTS berfungsi untuk menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan yang menuju
jaringan lain.
Berdasarkan Lokasinya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Rooftop : Tower yang berdiri di atas sebuah gedung.
Tower berbentuk segi tiga dengan tiga kaki. Tower Segitiga disarankan untuk memakai
besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena
memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang
direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Towerjenis ini
disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5
meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin
tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner
dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin
kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.
Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.
3. Pole
Tower berupa tiang pancang dengan satu kaki. Tower ini di bagi menjadi 2 macam,
Pertama tower yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpa spanner, diameter antara 40
cm s/d 50 cm, tinggi mencapai 42 meter, yang dikenal dengan nama monopole.
A. Pendahuluan
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga,
atau hanya berupa pipa panjang (pole), yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio
pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Tower BTS (Base
Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower
SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun
resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika
memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena
memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun
disekitarnya. Tipe Tower jenis ini pada umumnya 3 macam:
1) Tower dengan 4 kaki.(Angle bar;besi siku)
2) Tower dengan 3 kaki.( Pipa & siku)
3) Tower monopole.(Pipa)
Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pancang
serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini kuat dan mampu menampung banyak
antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis
komunikasi dan informatika yang bonafid. (Indosat, Telkom, Xl, dll).
Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa
kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm.
Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata
adalah 40 meter. Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4
meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh.
Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat
disarankan tidak melebihi 15 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya
dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner.Sekalipun masih mampu
menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal
informatika (internet dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan
mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data secara terus
menerus (searching). Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/
NOC = Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta
benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya.
Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi
800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan
WHO maximal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800
MHz).Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja.
Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower
makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam
keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan
konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.
Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih
sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin
tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam
keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan
konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.
B. Rincian Kegiatan:
1. Survey Lokasi
Survey lokasi atau yang biasa disebut SIS adalah proses investigasi lokasi rencana
pembangunan tower / BTS, merupakan hal penting dalam proses pembangunan dan sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan untuk proses selanjutnya. Melakukan Site Hunting / SITAC
(Site Acquisition) sebagai upaya pencarian lokasi yang tepat dan layak untuk dijadikan lokasi
BTS. Pencarian lokasi merupakan survey awal sebelum survey lain dilakukan, survey ini untuk
mendapatkan lokasi yang terdekat dengan nominal koordinat yang ada dalam desain jaringan
(Nominal RF Network and Transmision Network Design).
Hasilnya adalah daftar dari beberapa yang membenarkan apakah lokasinya sesuai dengan
lokasi untuk penempatan BTS / BSC, Transmision Network dan RF Network, dalam laporan site
survey hunting ini mencakup diantaranya melihat posisi lokasi pada peta, situasi tempat
lingkungan di mana site tersebut berada, alamat, pemilik lahan, koordinat GPS, foto-foto lokasi
dan foto panorama 360 derajat. Semua bentuk laporan ini disesuaikan dengan standar atau
format dari operator atau pemilik proyek.
Proses ini dilakukan dengan cara memetakan data koordinat wilayah BTS (kandidat nominal)
yang diperoleh dari bagian Radio Network Planning (RNP). Dari data koordinat yang diberikan
oleh RNP maka akan diketahui beberapa BTS yang berada di sekitar gedung atau site makro.
Biasanya jumlah koordinat BTS yang diberikan oleh operator adalah tiga.
pengecoran mengunakan site mix dengan bantuan molen pastinya dibutuhkan tenaga pekerja
Badan/Orang/Lembaga
No. Nama Proses Aktivitas Tools
Terkait
Melakukan pengecekan
Tim Procurement, Civil Data Alat Berat, Data
2. Pengadaan Peralatan alat-alat yang dibutuhkan
Engineer Tower
dalam pendirian BTS.
Pembangunan
Tim Civil Engineer, Tower, Alat Berat,
infrastuktur BTS terhadap
3. Infrastucture Building Kontraktor, Tenaga Warehouse/Pengadaan
site yang telah
Kerja. Barang.
ditetapkan.
Melakukan pembuatan
Power
Supply/Daya/Daya/Listrik,
Pelaksanaan Additional Tim Mechanical dan Trafo, Jalur Power dari
4. Electrical Equioment ( AC,
Equipment untuk Plant. Electrical PLN
Sensor Temperatur,
Alarm, Grounding) dalam
pendirian BTS.
1. Receiver
Recifier sebagai penyerah tegangan dari tegangan AC yang berasal dari PLN kemudian di
konversikan ke dalam tegangan searah, untuk di konsumsi perangkat lainnya. Salah satunya
merk PowerOne, terdapat 6 buah modul, yang tiap modulnya men-suplai 30 Ampere, karena
minimal pemakaian perangkat adalah 45 Ampere. Maka paling tidak modul yang berfungsi
sejumlah 3 buah modul ( 60 A ).
Biasanya untuk BTS hanya dibutuhkan tegangan DC sebesar +27 Vdc atau -48 Vdc.
Antena OMNI memiliki pola radiasi yang menyebar sama rata ke segala arah, sehingga cocok
digunakan sebagai antena access point. Jarak bagian bawah dekat connector coax adalah
setengah panjang gelombang, jarak bagian tengah adalah tiga per empat panjang gelombang,
untuk mengurangi efek capacitance.
4. Baterai
Sebagai backup power ke BTS. Apabila PLN padam. Biasanya, bisa bertahan 3 - 4 jam,
tergantung dari Ampere Hour baterai dan design sistemnya.
6. Antena Sectoral
Karakteristik antena ini memiliki radiasi yang lebih lebar yang berguna untuk menangkap sinyal
dari handphone disekitar tower. Antena jenis ini yang dipakai oleh perangkat yang disebut
sebagai BTS (2G), NodeB (3G) maupun eNodeB (LTE).
7. Feeder
Sekilas nampak seperti kabel besar, sebagai media rambatan gelombang radio antara BTS dan
Antena Sector. Ukuran ada yang 7/8, 1-5/8 atau 1/2.
8. Shelter
Berada disamping Tower, tempat untuk menyimpan equipment ( No. 1 - 6 ). Satu lagi Site
Guard atau Landlord, orang yang bertugas merawat dan membersihkan lokasi BTS.
PEKERJAAN TOWER
1. Tower On site & Lansir
2. Sortir Tower
3. Erection
4. Pemasangan Tangga &Tray Vertikal
5. Pengecatan
PEKERJAAN PAGAR
1. Galian
2. Pabrikasi dan Pembesian
3. Pengecoran Pondasi Pagar dan Batas lahan
4. Kolom Pagar & Tiang Pagar
5. Pintu Pagar
6. Harmonika & Kawat Duri
LISTRIK (PLN)
1. Pengajuan ke PLN
2. Penyambungan Daya
3. Pengetesan
BAST
1. BAST