Anda di halaman 1dari 16

DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK

KAMIS, 25 FEBRUARI 2010

sistem pelumasan pada pembangkit tenaga listrik


1 Prinsip Dasar Pelumasan.

Dua benda yang permukaannya saling kontak antara satu dengan lainnya akan
menimbulkan gesekan. Gesekan adalah gaya yang cenderung menghambat atau
melawan gerakan. Apabila gesekan dapat mengakibatkan kedua benda tersebut tidak
dapat bergerak relatif satu terhadap lainnya maka jenis gesekannya dinamakan Gesekan
Statik, contohnya gesekan yang terjadi antara mur dengan baut. Sedangkan apabila
kedua benda masih dapat bergerak relatif satu terhadap lainnya dinamakan Gesekan
Dinamik atau Gesekan Kinetik, seperti gesekan antara poros dengan bantalan. Gesekan
dinamik akan menimbulkan keausan material.
Keausan material dapat dikurangi dengan mengurangi besarnya gaya akibat gesekan
yaitu dengan cara menghindarkan terjadinya kontak langsung antara dua permukaan
benda yang bergesekan. Salah satu cara untuk menghindarkan kontak langsung
diantara dua benda yang bergesekan adalah dengan “menyisipkan” minyak pelumas
diantara kedua benda tersebut. Cara ini dinamakan “melumasi” atau memberi
pelumasan.
Prinsip pelumasan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
• Pelumasan Batas.
Adalah pelumasan dimana permukaan kedua benda yang bergesekan dipisahkan oleh
lapisan pelumas yang sangat tipis sehingga pada beberapa lokasi masih terjadi gesekan
diantara kedua benda tersebut. Lihat Gambar .
• Pelumasan Film.
Dengan memberikan lapisan minyak pelumas yang lebih tebal (berupa film) diantara
kedua benda yang bergesekan, tidak lagi terjadi gesekan diantara kedua benda tersebut.
Prinsip pelumasan yang baik adalah pelumasan film.
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk pelumasan, sedangkan fungsi lain yang tak
kalah pentingnya adalah untuk pendingin, perapat, mengurangi korosi, peredam kejut
dan kontrol.
AB

Gambar 1 . Pelumasan Batas (A) dan Pelumasan Film (B)

• Sebagai Pendingin.
Gesekan akan menimbulkan panas yang apabila berlebihan dapat menimbulkan
kerusakan material. Minyak pelumas akan menyerap panas tersebut untuk dibawa dan
dibuang di sistem pendingin minyak pelumas atau ke udara luar.
• Sebagai Perapat.
Pelumas dapat difungsikan sebagai perapat, misalnya untuk mencegah bocornya
hydrogen dari poros alternator ke udara luar.
• Untuk mengurangi korosi.
Pelumas dapat mengurangi laju korosi karena membentuk lapisan pelindung pada
permukaan logam sehingga kontak langsung antara zat penyebab korosi dengan
permukaan logam dapat dihindari atau dikurangi.
• Sebagai Peredam Kejut.
Beban kejut dapat terjadi pada komponen mesin, diantaranya pada roda gigi. Lapisan
minyak pelumas akan memperkecil benturan diantara permukaan roda gigi yang saling
bersinggungan, sehingga dapat meredam getaran dan noise.

2 Jenis Pelumas.
Sesuai wujudnya, pelumas dapat dibedakan menjadi Pelumas Cair (Minyak Pelumas),
Pelumas Semi Padat dan Pelumas Padat.
• Pelumas Cair (Minyak Pelumas).
Jenis Pelumas Cair umumnya terbuat dari minyak mineral yang merupakan produk
sampingan
dari penyulingan minyak bumi, atau ada juga yang dibuat dari bahan sintetis.
Di pasaran banyak tersedia berbagai merek minyak pelumas. Untuk mengetahui minyak
Pelumas mana yang cocok digunakan, perlu diketahui karakteristik minyak pelumas
tersebut yang merupakan gambaran dari sifat-sifat minyak pelumas.
Diantara sifat-sifat minyak pelumas yang penting diketahui adalah:
• Viskositas (Viscosity)
Atau kekentakan merupakan suatu ukuran yang menyatakan besarnya tahan cairan
terhadap aliran, atau kemampuan cairan untuk mengalir. Viskositasnya akan
tergantung dari temperature.apabila temperature naik,maka viskositasnya turun. SAE
membedakan viskositas minyak pelumas dengan angka-angka SAE yang lebih tinggi
menunjukan kekentalan yang lebih tinggi juga (lebih kental).

• Indek Viskositas (Viscosity Index)


Merupakan ukuran dari laju perubahan kekentalan minyak pelumas terhadap
perubahan temperatur. Indek Viskositas dinyatakan dengan angka 0 sampai 100 angka
yang lebih kecil berarti minyak pelumas tersebut akan lebih cepat perubahan
viskositasnya apabila temperaturnya berubah.

• Titik Tuang (Pour Point)


Adalah temperatur tertinggi dimana minyak pelumas mulai membeku apabila
temperaturnya diturunkan. Minyak pelumas yang digunakan pada temperatur rendah
harus memiliki Titik Tuang yang rendah.
• Titik Nyala (Flash Point)
Adalah temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan terbakar apabila diberi
sumber panas. Pembakaran berhenti apabila sumber panasnya dihilangkan. Minyak
pelumas harus memiliki Titik Tuang yang rendah.
• Titik Bakar (Fire Point),
Adalah temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan terbakar dengan
sendirinya dan terus terbakar walaupun tidak diberi sumber panas dari luar.
3. Aditif Minyak Pelumas.

Aditif atau bahan tambahan yang dicampurkan kedalam minyak pelumas bertujuan
untuk memperbaiki sifat pelumas tersebut. Aditif yang banyak digunakan diantaranya
adalah:

• Pour Point Depressants.


Bertujuan untuk menurunkan titik tuang.

• Oxidation Inhibitor.
Adalah zat anti oksidasi agar minyak pelumas tidak membentuk asam yang akan
mengakibatkan korosi dan meningkatkan kekentalannya.

• Viscosity Index Improver.


Digunakan untuk memperbaiki indek viskositas.

• Antifoam Agent.
Adalah zat aditif yang dapat memecah gelembung udara yang timbul pada minyak
pelumas, terutama pada sistim sirkulasinya.

* Rust and Corrosion Inhibitor.


Untuk mengurangi timbulnya karat dan korosi dan karat.

• Extreme Pressure Additive.


Berguna untuk meningkatkan kemampuan minyak pelumas dalam menahan desakan,
sehingga lapisan minyak pelumas tidak mudah terdesak meninggalkan permukaan yang
perlu mendapatkan pelumasan.
• Detergent
Adalah sebagai aditif pembersih yang dapat mencegah atau mengurangi terbentuknya
kotoran/kerak pada bagian yang dilumasi serta membuang kotoran yang sudah
terbentuk.

• Emulsifying Agent.
Berguna untuk membungkus/menyelubungi partikel air yang ada di dalam minyak
pelumas, agar kontak antara partikel air dengan permukaan material yang dilumasi
terhindarkan (mencegah korosi).

• Emulsion Breaker.
Untuk mempercepat terpisahnya partikel air dari minyak pelumas sehingga dapat lebih
mudah untuk membuang partikel air tersebut, misalnya pada proses pemurnian minyak
pelumas/ centrifuges.

4 Pemurnian Minyak Pelumas.

Pada sistem pelumasan selalu terbuka kemungkinan tercemarnya pelumas oleh


kontaminasi sehingga kondisi minyak pelumas menjadi menurun. Agar kondisinya
tetap baik sehingga masa pakainya menjadi panjang maka minyak pelumas harus
mendapat perawatan yang baik.

Diantara metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan
adalah:.
• Penggantian sebagian minyak pelumas secara periodik.
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (+/- 10 %) dari dalam
sistem pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru. Cara ini efisien untuk mesin-
mesin kecil yang menggunakan volume pelumas sedikit, tapi akan menjadi boros untuk
sistem yang besar. Cara ini juga tidak efektif untuk minyak pelumas yang sudah
teroksidasi.
• Filtrasi.
Metoda ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam
sistem pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak
pelumas lama yang sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini
adalah mesin harus dimatikan ketika dilakukan penggantian minyak pelumas.

Gambar 2. Saringan Minyak Pelumas.

• Oil Conditioning.
Oil Conditioning menggunakan Oil Conditioner yang berupa instalasi pemulih kondisi
minyak pelumas. Instalasi ini dapat terpasang secara tetap dan merupakan bagian dari
sistem pelumasan, atau instalasi mobile (dapat dipindah).
Perlengkapan yang ada di dalam instalasi Oil Conditioner diantaranya Pompa sirkulasi,
Mesh Filter, Magnetic Filter, Heater, Gas Extractor dan Centrifuges.
Instalasi Oil Conditioner hihubungkan dengan tangki minyak pelumas pada sistem
pelumasan. Secara kontinyu, sebagian kecil minyak pelumas disirkulasikan melalui
instalasi Oil Conditioner. Minyak pelumas yang sudah bersih langsung dikembalikan ke
tangki, atau disimpan di dalam tangki cadangan. Bila level minyak pelumas di dalam
tangki turun, maka ditambahkan minyak pelumas baru atau minyak pelumas yang
sudah dibersihkan.

Gambar 3 . Oil Conditioning.

5. Siklus Pelumasan.

Sistem pelumasan diperlukan untuk mensupply minyak pelumas yang bersih dengan
tekanan dan suhu tertentu kedalam bantalan turbin, bantalan alternator, bantalan
kompresor, bantalan Load Gear, sistem kontrol, sistem pengaman dan lain-lainnya.
Starting Packages (misalnya Starting Diesel beserta perlengkapannya) ada yang
mempunyai sistem pelumasan tersendiri dan ada juga yang mempunyai sistem
pelumasan yang menjadi satu dengan Sistem Pelumasan Utama.
Peralatan Sistem Pelumasan Utama biasanya dipasang pada Engine Bedplate dan
terdiri dari:
• Lube Oil Reservoir,
Adalah tangki yang dapat menampung sejumlah besar minyak pelumas.
Reservoir ini harus cukup besar agar minyak pelumas dapat diam / berhenti sesaat
didalam tanki untuk mengendapkan kotoran-kotoran dan membuang gasnya.
Suhu minyak pelumas selalu di monitor dan dijaga agar tetap pada batas-batas yang
ditetapkan agar proses pelumasan dapat berjalan dengan baik.
Suhu minyak pelumasan di dalam Reservoir juga tidak boleh terlalu rendah karena akan
menghambat pemompaan. Bila suhunya terlalu rendah maka secara otomatis alat
pemanas yang dipasang didalam tangki akan bekerja.

• Primary Lube Oil Pump

Atau Main Lube Oil Pump (Pompa Minyak Pelumas Utama), berfungsi sebagai pompa
minyak pelumas utama dan diputar langsung oleh poros turbin gas, atau diputar oleh
motor listrik AC.
Untuk Primary Lube Oli Pump yang diputar oleh motor listrik, penempatan pompa
adalah didalam reservoir minyak pelumas, sedangkan motor listriknya berada diatas
tutup reservoir.
Pompa ini harus mampu mensupply kebutuhan minyak pelumas dalam keadaan operasi
normal. Sebagai contoh, kapasitas Primary Lube Oil Pump sebesar 2.800 liter per menit
dengan tekanan 6 bar.
• Secondary Lube Oil Pump atau Auxilliary Lube Oil Pump atau Back-up Lube Oil
Pump,

Untuk turbin gas yang Primary Lube Oil Pump-nya diputar langsung oleh poros turbin
gas, maka Secondary Lube Oil Pump akan bekerja ketika putaran turbin masih rendah
(saat start-up dan shut-down) dimana tekanan minyak pelumas dari Primary Lube Oil
Pump belum mencukupi. Bila putaran turbin cukup tinggi, maka secara otomatis
Secondary Lube Oil Pump akan stop
Pada turbin gas yang Primary Lube Oil Pump diputar oleh motor listrik, maka
Secondary Lube Oil Pump berfungsi sebagai cadangan.
Secondary Lube Oil Pump juga akan bekerja secara otomatis bila tekanan minyak
pelumas turun oleh karena suatu sebab.
• Emergency Lube Oil Pump,

pemasangan pompa ini sama seperti pemasangan Secondary Lube Oil Pump.
Emergency Lube Oil Pump diputar oleh motor listrik DC dan bekerja bila tegangan
listrik AC hilang dan atau tekanan minyak pelumas turun mencapai batas yang
ditetapkan.
Baik kapasitas maupun tekanan minyak pelumas dari Emergency Lube Oil Pump lebih
rendah dibanding dari Primary Lube Oil Pump, maka hasil pemompaannya akan
langsung dialirkan kedalam bantalan-bantalan tanpa melalui Lube Oil Cooler.
Emergency Lube Oil Pump pada umumnya hanya digunakan apabila turbin tidak
dibebani serta putarannya sangat rendah (diputar turning gear/Ratchet).

• Lube Oil Cooler,

Atau Pendingin Minyak Pelumas, biasanya terdiri dari dua unit, salah satunya
beroperasi dan yang lainnya stand-by, dan menggunakan media pendingin udara atau
air.
Lube Oil Cooler dengan media pendingin air akan lebih kecil dimensinya sehingga
sedikit memakan tempat dibandingkan dengan yang menggunakan media pendingin
udara.
Lube Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah ditampung
didalam reservoir dan akan dialirkan kembali ke bantalan-bantalan.
Untuk Lube Oil Cooler yang menggunakan media pendingin udara, setiap unit cooler
memiliki dua buah kipas (fan) dengan kapasitas 2 x 50%, sehingga lebih hemat dalam
pemakaian listrik pada saat suhu minyak lumas tidak terlalu tinggi.
• Vapor Extractor,
Adalah sejenis exhaust fan yang berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas yang ada
didalam reservoir minyak pelumas, dan membuat sedikit vakum di reservoir.
Kondisi vakum ini akan berguna untuk membantu mencegah kebocoran minyak
pelumas dari celah labirin pada ujung bantalan, dan mempercepat penguapan gas-gas
yang terkandung didalam minyak pelumas.
• Detektor Suhu, Detektor Tekanan dan Detektor Level,
Untuk memonitor agar suhu, tekanan maupun level sesuai dengan yang ditetapkan.
Disamping detektor-detektor tersebut dilengkapi juga dengan signal alarm dan
peralatan trip.
Salah satu contoh batas-batas suhu dan tekanan minyak pelumas adalah sebagai berikut
:
Suhu minyak pelumas di dalam reservoir : Minimum : 27 oC.
Suhu minyak pelumas masuk bantalan : Normal : 45 - 65 oC.
Maksimum : 70 oC.
Suhu minyak pelumas keluar bantalan : Maksimum : 90 oC
Tekanan minyak pelumas masuk bantalan: Normal : 1,5 bar.
Minimum : 1,0 bar (alarm)
0,8 bar (trip)

Gambar 4 . Sistem Pelumasan PLTP


Gambar 5 . Sistem Pelumasan Derajad 2
Gambar 6 . Sistem Pelumasan PLTU
Gambar 7 . Sistem Pelumasan Diesel
GAMBAR 8 . OIL CENTRIFUGAL.

DIPOSKAN OLEH TEKNIK TENAGA LISTRI K DI 17.38

TIDAK ADA KOMENTAR:

POSKAN KOMENTAR

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

PENGIKUT

ARSIP BLOG

 ▼ 2010 (4)
o ▼ Februari (4)
 PEMANTAUAN KUALITAS AIR DAN UAP PADA EKSTERNAL TRE...
 sejarah dasar PLTU
 sistem pelumasan pada pembangkit tenaga listrik
 water treament pada pembangkit tenaga listrik

MENGENAI SAYA

TEKNIK TENAGA LISTRI K


LIHAT PROFIL LENGKAPKU

Anda mungkin juga menyukai