Tentang
Pasal 2
Panduan pencegahan kekerasan terhadap siswa di lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat ini meliputi program dan kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya mencegah
terjadinya kekerasan terhadap anak dan upaya pemantauan terhadap siswa yang berada dalam
pengasuhan beresiko.
Pasal 3
Program dan kegiatan pencegahan kekerasan terhadap siswa di lingkungan sekolah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. Pembentukan Kelompok Kerja Perlindungan Anak di Sekolah (Pokja PAS) dan Tim
Perlindungan Anak Siswa
b. Peningkatan pemahaman Pendidik dan Tenaga Kependidikan, komite sekolah, orang
tua/wali siswa, parapihak yang sering bersinggungan secara langsung dengan siswa di
lingkungan sekolah dan para peserta didik tentang hak-hak anak; dan
c. Mengembangkan tata tertib dan peraturan sekolah yang ramah anak1.
Pasal 4
(1) Program dan kegiatan pencegahan kekerasan terhadap siswa di lingkungan keluarga dan
masyarakat akan dilakukan oleh POKJA PAS sebagai perwakilan pihak sekolah untuk
berkoordinasi dan menjalin kerjasama dengan keluarga dan masyarakat.
(2) Program dan kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. Peningkatan pemahaman hak asasi manusia (HAM) termasuk di dalamnya hak-hak
anak dan kesetaraan gender;
b. Peningkatan kesadaran hukum dan dampak kekerasan terhadap anak
c. Peningkatan pemahaman pola pengasuhan keluarga, termasuk di dalamnya adalah
pendidikan anti kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya sejak
dini di dalam keluarga.
d. Pemantauan dan pendampingan khusus terhadap siswa yang berada dalam pengasuhan
beresiko.
Pasal 5
Bentuk-bentuk kegiatan dari pencegahan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat sebagaimana dimaksud pasal 3 dan pasal 4 meliputi:
a. Pembuatan media KIE dan sosialisasi tentang pencegahan kekerasan dan pola pengasuhan
yang baik bagi anak di semua ruang aktivitas anak
b. Pengembangan sistem data dasar tentang kekerasan terhadap anak dan pola pengasuhan
keluarga, termasuk siswa dengan pengasuhan beresiko di lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
c. Pemantauan dan pengawasan tentang perlindungan anak di lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
d. Pembentukan dan penguatan peran komunitas peduli anak
1
Yang ramah anak yaitu: (1) memperhatikan kepentingan terbaik siswa; (2) melibatkan partisipasi aktif dari
siswa.
e. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam
upaya pencegahan kekerasan terhadap anak.
f. Mengintegrasikan pencegahan kekerasan atau pendidikan anti kekerasan terhadap siswa
melalui mata pelajaran dan ekstrakurikuler.
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan panduan pencegahan kekerasan terhadap siswa di lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat, Kepala Sekolah bersama Pokja PAS melaksanakan:
a. Rapat koordinasi secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yang
diikuti semua PTK di lingkungan pendidikan serta perwakilan orang tua dari setiap
kelas dan dari pemerintah desa/kelurahan serta lembaga swadaya masyarakat yang
terlibat dalam pelaksanaan program dan kegiatan;
b. Sosialisasi, koordinasi dan advokasi kepada Pemerintah Desa/Kelurahan tentang
upaya-upaya pencegahan KTA di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
(2) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bertujuan untuk
memantau, membahas masalah dan hambatan serta menyamakan persepsi dan sinergi
pelaksanaan langkah-langkah kegiatan pencegahan kekerasan terhadap anak serta
pemantauan terhadap siswa-siswa yang berada dalam pengasuhan yang beresiko di
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Pasal 7
(1) Pedoman penanganan dan rujukan bagi siswa korban kekerasan di sekolah ini merupakan
acuan bagi Pokja PAS untuk menangani anak korban kekerasan di lingkungan sekolah.
(2) Pedoman penanganan dan rujukan bagi siswa korban kekerasan di sekolah ini disusun
dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Perlindungan Anak di Sekolah.
Pasal 8
(1) Pedoman penanganan dan rujukan bagi siswa korban kekerasan di sekolah ini meliputi
beberapa kegiatan layanan, yaitu:
a. Penanggapan laporan dan pencatatan
b. Pelayanan identifikasi
c. Rehabilitasi kesehatan
d. Rehabilitasi social
e. Bantuan hukum; dan
f. Reintegrasi social
(2) Penanganan dan rujukan bagi siswa korban kekerasan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan secara khusus sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
Pasal 9
(1) Kelompok Kerja Perlindungan Anak di Sekolah (Pokja PAS) dalam melaksanakan
pedoman penanganan dan rujukan bagi siswa korban kekerasan di sekolah ini melakukan
penanganan sesuai dengan kemampuan lembaga, sarana dan prasarana yang dimiliki serta
sesuai kemampuan petugas layanan yang menangani langsung siswa korban kekerasan di
sekolah.
(2) Yang dimaksud dengan penanganan sesuai dengan kemampuan lembaga sebagaimana
disebutkan dalam ayat (1) di atas adalah melakukan kegiatan layanan yang terbatas, yaitu:
a. Penanggapan laporan dan pencatatan
b. Pelayanan identifikasi
c. Melakukan rujukan dan koordinasi dengan parapihak yang memiliki tupoksi khusus
dalam hal rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi social, bantuan hukum dan reintegrasi
social.
Pasal 10
(1) Pokja PAS dalam melaksanakan pedoman penanganan dan rujukan bagi siswa korban
kekerasan di sekolah perlu mendapatkan peningkatan kemampuan dalam penanganan dan
rujukan bagi siswa korban kekerasan di sekolah.
(2) Peningkatan kemampuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas adalah:
a. Mendapatkan penguatan kelembagaan (institutional building)
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian layanan bagi siswa
korban kekerasan
c. Pengembangan jaringan kerjasama dan informasi dengan parapihak tingkat
desa/kelurahan, kecamatan hingga kabupaten/kota.
Pasal 11
Peraturan Kepala Sekolah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 25 Februari 2019