Anda di halaman 1dari 55

8

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien asuhan
keperawatan atau sipenerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia – sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat
berhubungan atau sangat signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai – nilai dan budaya keluarga, sehingga keluarga dapat
menerimanya.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan
yang diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap
memiliki otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah
kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung
jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit
dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga ataupun
organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan di rumah secara
administratif. Perawatan yang diberikan di rumah khususnya oleh perawat
komunitas masih bersifat sukarela, belum ada aturan terhadap imbalan atas
jasa yang diberikan.
Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai
9

konsep dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai


pendekatan.
Keluarga masih banyak yang belum mengenal masalah, keptusan yang
diambil juga banyak kurang tepat, keluarga belum memahami perawatan
penyakit yang diderita anggota keluarga
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan sesuai tugas dan perkembangan keluarga.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan belajar klinik mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari Asuhan Keperawatan Keluarga adalah untuk membina &
membentuk keluarga secara dini tentang pengertian hidup sehat. Secara
umum meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal peningkatan status
kesehatan individu & keluarga, sehingga setiap masalah kesehatan yang di
hadapi dapat segera di ketahui.
1.4 Metodologi Penulisan
Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun asuhan keperawatan
keluarga ini adalah :
10

1. Metode penyusunan deskriptif


Yaitu metode yang di gunakan untuk mengungkapkan peristiwa &
bertujuan pada pemecahan masalah yang di hadapi saat ini & hasilnya
dapat di evaluasi saat itu juga.
 Studi Pustaka
Yaitu mencari informasi melalui beberapa literature yang berasal
dari buku-buku ilmiah, majalah ilmiah serta media cetak lainnya
yang ada di perpustakaan untuk di jadikan landasan teori dalam
memberikan pelayanan maupun penulisan asuhan keperawatan
keluarga ini.
 Studi Lapangan
Yaitu memberikan asuhan keperawatan secara nyata di lapangan
untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang perkembangan
suatu subyek melalui proses keperawatan.
2. Lokasi & Waktu
Lokasi yang di gunakan sebagai sumber pembuatan asuhan
keperawatan keluarga ini adalah di wilayah Dusun K.rajan Desa
Paspan Kecamatan Glagah Kegiatan di mulai dari tanggal 15
September – 04 Oktober 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, penyusun menggunakan
teknik sebagai berikut :
 Observasi
 Wawancara
 Pemeriksaan Fisik
4. Jenis Data
a. Data primer di peroleh dari observasi & wawancara langsung
b. Data sekunder
11

1.5 Sistimatika Penulisan


Laporan asuhan keperawatan keluarga ini di susun dengan sistimatika
sebagai berikut :
Judul
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Metodologi Penulisan
1.5 Sistimatika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Keluarga
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
2.3 Konsep Penyakit hipertensi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Pengkajian
3.2 Perencanaan
3.3 Pelaksanaan
3.4 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga

1. Pegertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga.

Terdapat pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan tentang

keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar

konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga

adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,

baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah

tangga.

Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga beserta

beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu

tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang

satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998)

mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu


13

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah

dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam

peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu kebudayaan. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa

persamaan antara lain antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI

(1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu keluarga

tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat

perbedaan pandangan yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang

tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan perkawinan

dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan aturan

dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya,

dan adanya interaksi antar anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh


14

hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika

terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan

masing-masing mempunyai peran sosial

a. Tujuan dasar keluarga

Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga,

mempunyai suatu tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama

keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan

dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah

sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan

kepentingan setiap individu dalam keluarga.

b. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal,

patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan matrilineal adalah sama

dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.

Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan

keluarga sedarah istri berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan

dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami.


15

Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau

istri.

c. Ciri – ciri struktur keluarga

Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy

(1998:33) yang mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur

keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota keluarga saling

ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu

setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

d. Type-type keluarga :

Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan

keilmuan serta orang yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno,

SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1.

kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.

Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti

(Nuclear Family) yaitu keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan

anak yang diperoleh dari keturunannya atau diadopsi atau keduanya.

dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-


16

nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok

tradisional dengan perkembangannya ditambah dengan kelompok lain

yaitu: keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) yaitu keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan

pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga

yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak tanpa

perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa

laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah

(The single adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan

sebelumnya (The non marital heterosecual cohabiting family) dan

keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

(gay and lesbian family).

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan

oleh Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/

bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar (Exstended

family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya

nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.

Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu

keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
17

kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga duda/janda (single

family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian,

jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila

istri meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk

keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan terbentuk dua

keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga

berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria

dengan lebih dari satu istri dan masih hidup bersama. Keluarga kabitas

(Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk suatu keluarga.

e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas

perkembangan sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang

lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan

keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap

perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran)

dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan,

keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai

sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai

melepaskan anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.

Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan

keluarga dibagi dalam 8 tahap perkembangan yaitu: keluarga baru


18

menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30

tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5

tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12

tahun), keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa (anak-

anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari

orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan

rumah), keluarga lansia.

Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai

dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.

Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu

membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina

hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.

Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan

anak baru lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai

dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah

mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya

anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan,

mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak

usia pra sekolah. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,

beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak


19

yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan

hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian

waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab

anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan

anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah

membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah

dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau

masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan,

memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak

remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak

remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,

mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan

komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, mempersiapkan

perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai

melepaskan anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah

memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga


20

besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran

orang tua dan kegiatan dirumah.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia

pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan

mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,

mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-

anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.

Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah

keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah

mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan

terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga,

mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat dan melak

life review masa lalu.

f. Pemegang kekuasaan dalam keluarga

Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam

mengatur kehidupan dalam keluarga. Effendy (1998:34) membagi

pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga

jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan

dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal

pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang
21

ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah

dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.

g. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34) membagi peranan

keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga

peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah

dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-

anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam

keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,

peranan ibu, juga ada peranan anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-

sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,

sosial dan spriritual.


22

h. Fungsi keluarga

Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam

menunjang kehidupan dalam Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai

perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam keluarga.

Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar

keluarga, yaitu: Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan

fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga.

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan

dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah;

saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling

mendukung, saling menghargai, dan ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek

merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.

Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul

karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan

perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social

dan belajar berperan dalam lingkungan social (Friedman, 1998:13).


23

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan

dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini sedikit

terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga

untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti

kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk berlindung

(rumah).

Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk

melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga

yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga.

Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian

dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun

tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) adalah; mengenal masalah

kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat,


24

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat dan

mempertahankan hubungan dengan (menggunakan ) fasilitas kesehatan

masyarakat.

Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy

(1998:35), membagi fungsi keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi

psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.

Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi

keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga

merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy,

1998:35).

Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di

antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi

sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai budaya keluarga (Effendy,

1998:35).

Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari

sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan

pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi


25

kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi

terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi

keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan baik sekarang maupun

yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang akan datang,

keluarga dapat menabung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan

anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya (Effendy, 1998:35).

Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai

fungsi pendidikan. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah

menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki

dan berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya

sebagai orang dewasa. Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan

baik di rumah maupun diluar rumah dengan cara mendidik anak sesuai

dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998:35).

Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan

tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan

asah. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka

tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan
26

spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan

anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam

mempersiapkan masa depannya, misalnya dengan menyekolahkan

anak-anak (Effendy, 1998:36).

Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan

(UU No. 10. tahun 1992 jo PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi

keagamaan. Keluarga berfungsi dalam membina, menerjemahkan,

memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, melengkapi dan

menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan membina rasa,

sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama. Hal ini dalam

keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam

meneruskan norma dan budaya masyarakat dan bangs, membina dalam

menyaring budaya asing yang tidak sesuai, membina dalam pemecahan

masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar berperilaku

positif dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia

yang selaras, sesuai dan seimbang.

Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan

menumbuhkembangkan potensi kasih sayang, membina tingkahlaku,

membina praktik kecintaan terhadap kehidupan ukhrowi dan mampu

memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.
27

Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik

fisik maupun psikis dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga.

Fungsi reproduksi, membina sebagai wahana reproduksi sehat dengan

memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan keluarga baik yang

berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam

keluarga sebagai modal kondusif keluarga. Fungsi sosialisasi,

membina proses sosialisasi dalam meningkatkan kematangan dan

kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.

Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi,

mengelola, mengatur hasil kegiatan ekonomi sebagai modal dalam

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Fungsi pelestarian

lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku

pelestarian lingkungan.

Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga mempunyai bermacam fungsi yang bertujuan dalam

mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah, asih dan asuh

sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam pembentukan keluarga yang

sejahtera.

i. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas

pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan


28

oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan

kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga

diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada

anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu

dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga

diharapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi

dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik didalam maupun diluar

rumah. Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga memannfaatkan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang

sehata didalam keluarga.

2. Proses Keperawatan Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan

keluarga terdapat berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana

perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit

terkecil d\atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi tujuannya

dan melalui perawatan kesehatan sebagai sarananya. Sedangkan menurut

Effendi (1998:46) Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan

dan melaksanakan intervensi terhadap keluarga sesuai dengan rencana


29

yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang

dilaksanakan terhadap keluarga.

Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan

keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam

kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora &

Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan

kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.

Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang

disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap

ke tahap. Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan

kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,

identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,

rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan

evaluasi perawatan.

Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan

keperawatan kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan

kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak

dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk

membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga,

menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan –


30

kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi

dua arah dengan keluarga.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang

dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian merupakan langkah awal

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data

pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat

diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-

hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi

pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan

suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa

(Friendman, 1998: 56)

a.1. Pengumpulan data

1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur,

pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.

Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit

yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang

salah, pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative

seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,

ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan

yang berlebihan (Indomedia, 2002).


31

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi

oleh Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering

dijumpai pola makan yang tidak benar seperti mengkosumsi

makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan

yang asin serta emosi yang negatif

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit

hipertensi. Adanya sumber pelayanan kesehatan digunakan

untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat

mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).

c. Pengobatan tradisional

Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan

tradisional, yaitu minum sari bawang putih yang ditumbuk

halus dan diberi air secukupnya di minum pagi dan sore

(Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan

menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih

pengobatan tradisional hipertensi yang benar dan tepat justru

akan memperparah dan bahkan akan menimbulkan gangguan

pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.


32

3) Status Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam

mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh

pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil

keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.

b. Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap

keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada

angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena

hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak

seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.

4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk

riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan

yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam

kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap

psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas

stres(friedmen, 1998:125).

5) Aktifitas
33

aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan

tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau

waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga.

6) Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti

lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat

mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi dan juga

ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan

hipertensi.

b. Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi

oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat

mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada

hipertensi

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor

pencetus terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan

cemas merupakan factor resiko hipertensi

7) Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi

Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi

perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi.


34

Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman

usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran

dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara

verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang

tinggi.

b. Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam

kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat

menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam

hipertensi.

c. Struktur peran

Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap

peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota

keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan

sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai

dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam

keluarga (Friedman, 1998).

8) Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga yang tidak menghargai anggota

keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan

menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini

akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah


35

seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya

partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit (Friedman, 1998).

b. Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota

keluarga yang menderita hipertensi dalam bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak

memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan

mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan

ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah

stress.

c. Fungsi kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya

a) Mengenal masalah kesehatan

Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah

kesehatan pada keluarganya, salah satunya adalah

disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy,

1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali

masalah hipertensi yang disertai anggota

keluarganya, maka hipertensi akan berakibat

terjadinya komplikasi.

b) Mengambil keputusan.
36

Ketidaksanggupan keluarga mengambil

keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,

disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat,

berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol

(Eendy, 1998:50).

c) Merawat anggota keluarga yang sakit

Ketidakmampuan merawat anggota keluarga

yang sakit disebabkan karena tidak mengetahui

keadaan penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis,

cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam

keluarga.

d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga diharapkan mengetahui

keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah satu

media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.

Lingkungan rumah yang berdebu dan asap

rokok bisa menjadi pemicu serangan hipertensi

(Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut,

keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan

yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada


37

Pengetahuan keluarga tentang keberadaan

dan keuntungan yang didapat dari fasilitas-fasilitas

kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita

hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat

berperan daiam hal ini, juga saat penderita

hipertensi memerlukan pengobatan.

9) Pola istirahat tidur

Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala

sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. Pada

penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur sering

diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya

kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan

hipertensi.

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,

pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung

rambut sampai kuku. Setelah ditemukan masalah kesehatan,

pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan

sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi

dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi

peningkatan tekanan intra kranial yang dapat menyebabkan

kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.

11) Koping keluarga


38

Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga,

sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan

menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. Salah

satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul

adalah dengan mencegah timbulnya stress (Tanjung, 2003).

b. Diagnosa keperawatan

Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan

keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan

terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian.

Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk masalah-

masalah kesehatan yang aktual dan potensial.

Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah

cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien

serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

“Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan


respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah”.

Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli,

keluarga merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan

dapat diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih


39

berorientasi pada individu. Diagnosa yang mungkin muncul

dalam keluarga dengan penyakit hipertensi menurut Doenges

(2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang perfusi jaringan,

penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan resti

injuri (diplopia).

1) Prioritas masalah

Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan

dala penyusunan prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-

masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam

keluarga diselesaikan sekaligus, perlu mempertimbangkan

masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan seperti

masalah penyakit.

Mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap

asuhan keperawatan keluarga yang diberikan, keterlibatan anggota

keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, sumber

daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah

kesehatan atau keperawatan keluarga serta yang tidak kalah

pentingya adalah pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

2) Kriteria prioritas masalah

penyusunann prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga, didasarkan pada beberapa kriteria. Menurut Effendy

(1998:52-54), kriteria yang menjadi dasar prioritas masalah adalah


40

sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial

masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.

Sifat masalah dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan,

tidak atau kurang sehat, dan krisis. Dalam menentukan sifat

masalah, bobot yang paling besar diberikan pada keadaan sakit

atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit

kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang mengancam

kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi krisis dalam

keluarga di mana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam

keluarga (Efiendy, 1998:54).

Sedangkan kemungkinan masalah hipertensi dapat diubah,

adalah kemungkinan keberhasilan mengurangi atau mencegah

masalah yang berhubungan dengan hipertensi jika dilakukan

intervensi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah

hipertensi dapat diubah adalah faktor pengetahuan dan tindakan

untuk menangani masalah hipertensi, sumber daya keluarga, di

antaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. Selain itu

sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan dan

keterampilan dalam penanganan masalah keperawatan serta waktu

dan sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,

organisasi seperti posyandu, polindes, dan sebagainya juga menjadi

faktor yang mempengaruhi kemungkinan masalah hipertensi untuk

diubah (Effendy, 1998:54).


41

Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan

beratnya masalah berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan

dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan,

misalnya dengan memberikan informasi tentang hipertensi, cara

mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi

untuk memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan

(puskesmas, rumah sakit, dan dokter).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi

pencegahan masalah hipertensi adalah kepelikan atau kesulitan

masalah hipertensi hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau

hipertensi yang dialami oleh keluarga. Kedua perhatikan tindakan

yang sudah dan sedang dilaksanakan, yaitu tindakan untuk

mencegah dan mengobati masalah hipertensi dalam rangka

meningkatkan status kesehatan keluarga (Effendy, 1998:54).

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi

pencegahan masalah hipertensi berhubungan dengan jangka waktu

terjadinya masalah hipertensi. Keadaan ini erat hubungannya

dengan beratnya masalah hipertensi pada keluarga dan potensi

masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah

adanya keiompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok

yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah

hipertensi (Effendy, 1998:54).


42

Menonjolnya masalah hipertensi adalah cara keluarga

melihat dan menilai masalah yang berhubungan dengan masalah

hipertensi dalam hal berat dan mendesak masalah hipertensi untuk

diatasi melalui intervensi keperawatan.

c. Rencana Asuhan Keperawatan

Effendy (1998: 54), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan,

dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

didefinisikan.

Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan

khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan

standar yang mengacu pada penyebab (Suprajitno, 2004:49). Sedangkan

Friedman (1998:65) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan. Tingkat

pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur,

langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka

panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-

maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar

dapat tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi,

disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada

umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga

dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau

perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan


43

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang

(Effendy, 1998:57).

Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain :

setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi keluarga

mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk

anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan respon verbal keluarga

mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta

perawatan hipertensi. Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara

penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang menderita hipertensi

secara tepat. Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu memberikan

perawatan secara tepat dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan

nyaman bagi penderita hipertensi. Standar evaluasi yang digunakan adalah

pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi dan

pengobatan hipertensi (Effendy, 1998:57-60).

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan

hipertensi adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi

setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan

menyelesaikan perencanaan perawatan. Seperti pendapat Friedman

(1998:67) bahwa:

“....selama pelaksanaan intervensi perawatan, data-data baru secara


terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon pada
klien, perubahan situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat perlu
cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi
dengan keiuarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana
terhadap perencanaan.”
44

Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat

masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi

keluarga dengan masalah hipertensi menurut Doengoes (1999) antara lain

mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada keluarga menciptakan

lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan pembatasan

aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres.

Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi

kemudian mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi

hipertensi). Menganjurkan pada klien agar manghindari makan makanan

yang mengandung banyak Natrium (garam/asin). Kaji keefektifan strategi

koping dengan mengobservasi perilaku klien dan keluarga, misal

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan. Berikan informasi tentang sumber-sumber di

masyarakat dan dukungan anggota keluarga (Doengoes, 1999).

d. Implementasi

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan

yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial

keluarga (Friedman, 1998:67). Hal senada juga diutarakan Suprajitno

(2004). Implementasi terhadap keluarga dengan masalah hipertensi

didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.


45

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga

dengan hipertensi menurut Effendy (1998:59) adalah sumber daya dan

dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,

respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada

dalam keluarga.

Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat

menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi

menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga

mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah hipertensi dan dalam

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang terkena hipertensi.

Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan

mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan

dan penatalaksanaan penderita hipertensi, seperti pada suku pedalaman

lebih cenderung menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan.

Demikin juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam merawat

anggota yang sakit hipertensi.

Sarana dan prasarana baik dalam keluarga atau masyarakat

merupakan faktor yang penting dalam perawatan dan pengobatan

hipertensi. Sarana dalam keluarga dapat berupa kemampuan keluarga

menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau kemampuan

keluarga, mengatur pola makan rendah garam, menciptakan suasana yang


46

tenang dan tidak memancing kemarahan. Sarana dari lingkungan adalah,

terjangkaunya sumber-sumber makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas

kesehatan (Effendy, 1998:59).

e. Evaluasi

Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi.

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan

yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi

merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang

perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 1998:7).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.

Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif (Suprijatno, 2004:57) yaitu dengan SOAP,

dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang

dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan penagamatan. A adalah merupakan analisis perawat

setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif, P adalah

perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan.


47

Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat

sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana

tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.

B. Konsep Penyakit

1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg atau bila pasien memakai obat
anti hipertensi (Kapita Selekta jilid 3, ed. 1, hal 518).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau le Tekanan darah adalah tekanan di
dalam pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan
biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut : 120 /80 mmHg. Angka
120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi.
Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika
jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolik. (www.Fortune
Star Indonesia/Health/Info Penyakit/Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi).htm).
Hipertensi adalah sebagai tekanan persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
48

tekanan diastolik 90 mmHg. (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH EDISI 8


VOL. 2)

2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi ideopatik
Faktor yang mempengaruhi yaitu genetik, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan syaraf simpatis, sistem rennin-angiotensin, defek dalam ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder, penyebab spesifik diketahui
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal. Hipertensi vaskuler renal,
sendrom cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3. Hipertensi maligna atau accelerated hypertension yaitu hipertensi berat
yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal dan serebral.
(Kapita Selekta, Ed.3 Cet 1, hal 518).

3. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata,
otak, ginjal dan jantung.
Gejala klasik yaitu : sakit kepala, sukar tidur, mata berkunang-kunang, migren,
pusing (vertigo), sesak nafas, rasa berat ditengkuk.
Namun gejala sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi noktuna,
ternyata meningkat pada hipertensi yang tidak diobati.
49

O2 berkurang

Metabolisme anaerob

4. Patofisiologi Faktor Etiologi Asam laktat

Pe pH sel
Pean pelepasan renin/ Rangsangan abnormal Me rangsangan syaraf/
aldosterion syaraf / hormon pada nodus Hipoxia, asidosis hormon pada arteriole
SA
Pean aliran darah ke Pean kecepatan denyut Penyempitan PD
ginjal jantung G3 fungsi, ventrikel
kiri
Retensi Na, H2O Tanpa disertai kompensasi Pean TPR yang lama
pean volume sekuncup Kekuatan kontraksi
Pean volume plasma berkurang
Kronik Jantung pompa > kuat
u/ melintasi PD yg
Me volume diastole Fungsi ventrikel  menyempit
akhir Pean tek. darah

Curah jantung  Pean tek. diastole


Pean tek. darah
Pengosongan
Hipertropi ventrikel
Tek. Intra kranial ventrikel saat sistole
kiri
berkurang
Kelemahan seluruh
Pembuluh drh Gagal jantung
Mual, muntah tubuh Volume ventrikel kiri
otak pecah
me
Intoleransi aktivitas O2 ditotak ber(-)
Perubh. nutrisi Kesadaran
menurun Bekuan darah dlm Tek. Jantung kiri me
PD otak Vasokontraksi PD
Gangguan G3 perfasi diotak
jaringan cerebral Gagal faal jantung
pemenuhan nutrisi Sumbatan PD otak kiri
Pean tek. Intra
Anoxia Darah  bisa di kranial
pompa keluar
Fx otak  G3 rasa nyaman
Darah darah atrium nyeri
Kelemahan otot/ kiri  bisa masuk ke
extremitas ventrikel kiri

Intoleransi aktivitas Bendungan darah di


paru-paru

Sesak

Kurang pengetahuan ttg penyakit

G3 psikologisz cemas Anxietas


50

5. Klasifikasi sesuai WHO / ISH


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normo tensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140 – 180 90 – 105
Hipertensi perbatasan 140 – 160 90 – 95
Hipertensi sedang dan berat > 180 > 105
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 – 160 < 90

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan urinalisasi (darah, protein, glukosa mengistirahatkan
disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes)
2. Pemeriksaan kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah, puasa,
kolesterol total, kolesterol HDI.
3. Radiologi (foto dada) untuk menentukan adanya kardiamegali
4. EKG dapat menunjukkan pembesaran jantung, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. Penatalaksanaan
1. Menurunkan BB bila terdapat berlebihan
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik (aerobik) (30 – 45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan kalium yang tidak adekuat
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
51

6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol


dalam makanan
7. Pemberian obat anti hipertensi dimulai dari dosis rendah kemudian
ditingkatkan sesuai umur dan kebutuhan
8. Diberikan diuretik atau beta blocker bila tidak terdapat indikasi untuk
memilih golongan obat tertentu
9. Pemberian AL inhibitor
52

8. Komplikasi
- Ginjal : Gagal ginjal
- Mata : Terjadi perdarahan retina, gangguan penglihatan
- Otak : Sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikro anguritma yang dapat mengakibatkan kematian
- Jantung : Curah jantung menurun, tek jantung kiri meningkat, gagal
jantung kiri
- Extrimitas : Kelemahan extrimitas = hamiparase, hemiplegi

Pengkajian
1. Identitas klien
 Umur
Biasanya penderita hipertensi kebanyakan usia diatas 40 tahun dimana usia
65 tahun. Tekanan darah merupakan faktor resiko yang menonjol untuk
terjadinya komplikasi kardiobaskuler.
 Jenis kelamin
Jenis kelamin pria umumnya lebih rendah mudah terserang hipertensi dan
pada wanita akan mengalami peningkatan resiko terkena hipertensi setelah
masa menopause (sekitar 45 tahun)
 Alamat
Sebagai gambaran lingkungan dan pola hidup wilayah tersebut karena
dengan tinggal pada wilayah yang padat dan daerah perkotaan dengan
penuh ketegangan. (stress).
 Pekerjaan
Pekerjaan berkaitan dengan hubungan klien dengan lingkungan kerja.
Biasanya penderita hipertensi sering ditemukan pada pekerjaan
administrasi dan pemimpin. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya kegiatan
fisik dan mempunyai kebiasaan merokok, konsumsi makanan dan
pengontrolan nafsu makan labil sehingga terjadi hipertensi.

2. Keluhan Utama
53

Keluhan utama pada penderita hipertensi biasanya sakit kepala, kejadian ini
mungkin terjadi karena peningkatan tekanan pembuluh darah diotak karena
hipertensi, sakit kepala dapat timbul terasa separuh atau terasa dibagian
belakang, biasanya penderita juga mengalami epistaxis (keluarnya darah dari
hidung), sukar tidur, migren, sesak nafas, mata berkunang-kunang.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Penderita hipertensi yang mengalami keluhan pusing (sakit kepala) ini terjadi
karena peningkatan tekanan pembuluh darah diotak dan pusing dapat
berkurang apabila dibuat istirahat atau bila terasa sakit kepala yang berat
biasanya penderita segera membawa kepelayanan kesehatan terdekat. Pusing
(sakit kepala) yang dialami penderita hipertensi bisanya sangat berat sehingga
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Sakit kepala biasanya terjadi di
bagian belakang dan menyebar. Keluhan ini juga bisa disertai dengan
penglihatan remang-remang, terdengar suara mendenging di dalam telinga dan
perasaan berat di leher, merasa mudah marah, lelah dan sukar tidur.
Keluhan ini biasa terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur dan berkurang
pada siang hari dan timbul secara tiba-tiba

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Penderita hipertensi dapat mempunyai riwayat jantung koroner, gagal jantung,
penyakit serebravaskuler dan lainnya atau riwayat penyakit hipertensi
sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Penderita hipertensi biasanya bisa disebabkan karena faktor keturunan dari
keluarga, biasanya penderita ini disebut hipertensi essensial atau primer.

6. Riwayat Psikologis dan Spiritual


Kecemasan tekanan emosi, mudah marah dan tersinggung merupakan hal
yang sering dialami penderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan tekanan
54

darah dengan mendekatkan diri pada Tuhan kecemasan penderita mungkin


dapat berkurang sehingga penderita merasa tenang dan dapat beristirahat.

7. Pola Aktivitas Sehari-hari


1. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan pada penderita hipertensi kebanyakan mengkonsumsi
lemak, kolesterol dan garam dimana pengaruh lemak dan kolesterol
mempermudah terjadi artheros sklerosis dan mengalami obesitas.
2. Aktivitas
Penderita hipertensi dalam hal aktivitas biasanya sangat berpengaruh yaitu
tentang olahraga. Meningkatkan aktivitas fisik misalnya aerobik pada
penderita hipertensi merupakan therapy yang utama.
3. Pola Istirahat dan Tidur
Penderita hipertensi biasanya mengalami gangguan sulit tidur karena nyeri
pada kepala (pusing).

8. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Penderita hipertensi tidak ditampakkan adanya gejala bila tidak terjadi
serangan hipertensi. Bila terjadi serangan klien tampak seperti kelelahan,
gangguan kesadaran bahkan sampai koma apabila pembulu darah pecah
pada otak.
 Tanda tanda vital
Difokuskan pada tekanan darah yaitu pengukuran tekanan darah 2x atau
lebih dengan jarak 2 menit atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis,
biasanya tekanan darah meningkat ke atas normal.
Nadi bila diraba dibawah normal, pernafasan meningkat atau lebih cepat
karena penderita merasa sesak akibat bendungan darah di paru-paru dan
suhu meningkat.
 Pemeriksaan chepalo caudal
55

Mata → Dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui


adanya retinopati hipertensif
Leher → Pemeriksaan leher berfungsi untuk mencari bising
kaliosid, pembesaran vena atau kelenjar thyroid.
Dada / thorax
Extremitas : Kelemahan bisa terjadi pada semua extremitas, bisa
terjadi sebagian
Neurologis : bisa terjadi gangguan pada semua fungsi N I – N XII
Genogram : didapatkan faktor keturunan.
1) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Sesuai dengan warna sekitar, tidak ada lesi
Palpasi : Turgor kulit kembali kurang dari 1 detik, tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi : Terdengar suara timpani
Auskultasi : Bising usus 5x per menit
2) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid clavikula sinistra
Perkusi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran jantung, terdengar
redup.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, tidak ada
suara tambahan.

9. Analisis Data
Analisis meliputi pemeriksaan temuan pengkajian, pengelompokan
temuan yang berhubungan, dan membandingkan temuan terhadap parameter
normal yang dibuat. Kemudian, untuk membuat diagnose keperawatan
manjadi akurat adalah identifikasi masalah yang memfokuskan perhatian pada
respon fisik atau perilaku saat ini atau beresiko tinggi yang mempengaruhi
kualitas hasrat hidup klien atau pada apa yang menjadi kebiasaan (Doenges,
2001).
56

Diagnosa keperawatan menunjukkan masalah keperawatan/masalah


klien, orang terdekat, dan atau perawat yang memerlukan intervensi
keperawatan dan penatalaksanaan (Doenges, 2001:14).

Diagnosa keperawatan dari ASKEP Hipertensi, diantaranya :


1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial
2. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakitnya
3. Intoleransi aktivitas sehari-hari berhubungan dengan tubuh
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan makanan
dengan kebutuhan metabolik.

10. Rencana Keperawatan dan Implementasi


Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan
karena pesanan/ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatn
yang diberikan oleh semua disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan.
Tindakan keperawatan mandiri adalah bagian integral dari proses ini.
Tindakan kolaboratif didasarkan pada aturan medis sertan anjuran atau
pesanan dari disiplin lain yang terlibat dengan asuhan terhadap klien.
Pada bagian ini, mengkomunikasikan tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk mencapai hasil klien yang diinginkan. Rasional untuk
intervensi perlu logis dan dapat dikerjakan dengan tujuan memberikan
perawatan individual. Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratifdan
mencakup pesanan dari keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges,
2001).
11. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
sakit kepala klien berkurang sampai hilang
57

Kriteria hasil : − klien dapat mengucapkan metode yang memberikan


pengurangan sakit kepala
− Ketidaknyamanan hilang / terkontrol
− Mengikuti regumen farmakologi yang di tetapkan

Intervensi
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimal stimulasi atau meningkatkan relaksasi dan
distraksi
2) Ajarkan teknik distraksi relaksasi
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi akan memperlambat respon
simpatik efektif dalam mengalami sakit kepala
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan membatasi
pengunjung
Rasional : Suasana ramai akan menambah rangsangan sakit kepala
(pusing)
4) Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan faktor penyebab
Rasional : Mengetahui berat berat ringannya nyeri hingga perawatan
atau therapy dapat ditentukan
5) Observasi tanda - tanda vital
Rasional : Pemantauan pada tekanan darah harus dilakukan untuk
mengetahui keadaan dan perkembangan pasien
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional : Obat analgesik dapat menurunkan / mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsangan sistem saraf simpatis.

2. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


klien tentang penyakitnya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit cemas
klien berkurang.
58

Kriteria hasil : - Klien dan keluarga faham tentang proses penyakit dan
pengobatan.
- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
Rasional : Orang kondisi cemas memerlukan ketenangan agar dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
2. Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien akan lebih
mudah dalam melakukan tindakan selanjutnya
3. Jelaskan tentang proses penyakit dan program pengobatan
Rasional : Informasi yang jelas dapat menurunkan tingkat axietas yang
terjadi pada klien
4. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Dengan mendengarkan ungkapan perasaannya akan
menambah rasa kepercayaan bahwa ia diperhatikan.
5. Ciptakan kenyamanan pada pihak klien
Rasional : Rasa nyaman bisa memberikan ketenangan bagi seseorang

3. Intoleransi aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mengerti penyebab kelemahan tubuhnya
Kriteria hasil : - Klien dapat beraktivitas sesuai yang
diinginkan/diperlukan
- Tanda-tanda intoleransi fisiologi mengalami penurunan
Intervensi :
1. Beri penjelasan pasien dan keluarga tentang penyebab dari intoleransi
aktivitas
59

Rasional : Dengan pemahaman dari klien tentang masalahnya akan


menambah tingkat kooperatif klien terhadap tindakan
keperawatan.
2. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari
Rasional : Pemenuhan aktivitas sehari-hari harus dibantu dan pasien
tidak boleh melakukan aktivitas sendiri
3. Atur posisi yang nyaman dan aman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat mengurangi pusing-pusing posisi
yang aman dapat mencegah pasien jatuh.
4. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Pemantauan tanda-tanda vital perlu untuk mengetahui
perkembangan pasien

5. Libatkan keluarga dalam program latihan


Rasional : Keterlibatan keluarga memudahkan keperawatan dalam
menjalankan program
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan makanan dengan
kebutuhan metabolik.
Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi
dan obesitas.
Kriteria hasil : - Menunjukkan perubahan kebiasaan makan misal :
pilihan makanan rendah garam, rendah kolesterol,
rendah lemak, dan BB ideal.
- Melakukan / mempertahankan program olahraga yang
tepat.
Intervensi :
1. Diskusikan hubungan antara hipertensi dan obesitas, diskusikan
pentingnya penurunan pemasukan kalori dan mengurangi pemasukan
garam, lemak dan gula sesuai indikasi.
60

Rasional : Obesitas dapat menambah resiko hipertensi karena


ketidaksesuaian kapasitas aorta dan dihubungkan dengan
peningkatan curah jantung
2. Kaji keinginan pasien untuk mengurangi BB
Rasional : Individu harus mempunyai motivasi untuk mengurangi
berat benda.
3. Dorong pasien untuk mempertahankan diit yang telah ditentukan
Rasional : Dapat membantu pasien untuk menentukan pilihan diit
4. Kolaborasi dengan ahli gizi bila perlu
Rasional : Memberikan konsling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diit individual.
61

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica


Ester. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa


Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih


Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R,


Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi,


(Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan
pembuluh darah Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan


Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

(Tanpa nama). (2007).hipertensi.(online).http://www.sehat-bugar.com, diakses


tanggal 31 oktober 2007, diakses tanggal 31 Oktober 2007)

Puskesmas palaran. (2006). Hipertensi. (Online),


(http://puskesmaspalaran.wordpress.com/2006/11/05/hipertensi.html,
diakses tanggal 31 Oktober 2007)
62

Anda mungkin juga menyukai