Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Pengertian manajemen

Manajemen industri, atau kadang sering disebut manajemen perusahaan industri dapat
diartikan sebagai teknik mengelola jalannya suatu perusahaan industri. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat dijelaskan melalui penjabaran dua pengertian dasar, yakni : pengertian perusahaan
industri dan pengertian manajemen.

1.2. Organisasi dan industri


Perusahaan industri dapat dijelaskan melalui penjabaran proses kegiatan ekonomi dasar
yang meliputi :
a. industri primer
b. proses manufaktur / pengolahan
c. proses distribusi, baik dari produsen ke produsen, atau dari produsen ke konsumen
d. industri jasa
Perusahaan industri dipimpin oleh manajemen, yang mengkombinasikan input sumber
daya secara proporsional untuk menghasilkan barang / jasa.
Industrial production / Operation adalah transformasi bahan mentah menjadi sesuatu
yang dibutuhkan, producers goods / services industries, consummers goods / services industries.
Perusahaan industri sebagai suatu organisasi, maka memiliki tiga pilar :
a. Distinct goals
b. Deliberate structure
c. People
Fungsi utama perusahaan industri (Rigs, 1980:33-36) :
a. pengembangan produk
b. pembelian (pemesanan, mencari, subkontrak)
c. hubungan industrial
d. proses manufaktur, pada umumnya ada 3 aspek :
e. teknik industri (perencanaan, standarisasi, metoda)
f. plant service (penerimaan, shipping, gudang, transportasi internal)
g. plant engineering (mesin, listrik, peralatan, sumber daya, perawatan)
h. pemasaran
i. keuangan internal dan pelayanan administrasi

1
1.3. Ruang lingkup manajemen industri

Beberapa hal penting dalam pembahasan makna manajemen antara lain pengertian
tentang siapa manajer itu, kemudian apa konsep manajemen, dan hal apa saja yang dilakukan
manajemen.
Manajer adalah anggota organisasi yang mengintegrasikan / mengkoordinasikan aktivitas
kerja yang lain. Ada beberapa tingkat manajer, yaitu top, middle dan first line manajer
Manajemen dapat dijelaskan sebagai sebuah proses koordinasi dan integrasi aktivitas
kerja sehingga bisa mencapai efisiensi dan efektivitas melalui orang lain. Efisiensi adalah
hubungan input dan output serta tujuan agar meminimasi biaya sumber daya, sedangkan
efektivitas bermakna pencapaian tujuan.
Aktivitas manajer adalah melakukan fungsi-fungsi manajemen, yakni planning,
organizing, leading, controlling.
Planning, meliputi aktivitas mendefinisikan tujuan / sasaran, membangun strategi
mengembangkan rencana untuk koordinasi aktivitas. Sedangkan organizing itu menentukan apa
yang perlu dilakukan, siapa yang melakukannya, bagaimana melakukannya, serta siapa dan
kepada siapa melaporkan. Fungsi Leading meliputi proses mengarahkan dan memotivasi,
memilih komunikasi yang paling efektif, dan menyelesaikan konflik. Fungsi terakhir adalah
controlling, yakni memonitor aktivitas apakah sesuai dengan rencana, dan memperbaiki
penyimpangan.
Sedangkan menurut Robbins (1999:13), ada beberapa peran penting dari manajer, yaitu:
a. interpersonal roles, sebagai figur kepala, peran sebagai pemimpin, berkomunikasi untuk
membangun dan mempertahankan saling pengertian dan kerja sama
b. informational roles, yakni memonitor, diseminator, jurubicara aktivitas
c. decisional roles, yang meliputi aspek kewirausahaan, penanganan gangguan dan alokasi
sumber daya.
d. negosiator
Lebih lanjut, Rigs (1980:58-61) mengemukakan bahwa peran manajemen adalah:
a. koordinasi, agar aktivitas efektif, dengan tahapan : komunikasi, pengertian, hubungan
sesama manusia, kerjasama dan koordinasi.
b. pengendalian, melalui : kebijakan yang ada, standar operasi, prinsip perkecualian, personalia
yang bertanggung jawab
c. Management skills, terdiri dari:
i. technical skills, yakni pengetahuan dan kemampuan bidang yang spesifik

2
ii. human skills, adalah kemampuan bekerja bersama orang lain, baik individu maupun
kelompok
iii. conceptual skills, yaitu kemampuan untuk berfikir dan mengkonsep suatu situasi yang
abstrak.
Hal yang penting dalam memahami perusahaan sebagai suatu organisasi adalah mampu
melihat suatu organisasi secara keseluruhan, dan mampu memvisualisasi bagaimana
menyesuaikan organisasi dengan lingkungan.
Manajemen perusahaan / industri dapat dipandang terdiri dari 5 hal :
a. Manajemen Operasi :
i. struktur manajemen
ii. analisa operasi
iii. resiko dan peramalan
iv. keuangan dan modal
b. Perencanaan sumber daya :
i. riset dan pengembangan
ii. fasilitas fisik
iii. perencanaan produksi
iv. produktivitas
c. Pengendalian produksi :
i. aliran produk
ii. aliran bahan
iii. pengendalian kuantitas
iv. pengendalian kualitas
d. Manajemen personalia :
i. penarikan dan pelatihan
ii. hubungan industrial
iii. job dan penggajian
iv. motivasi
e. Koordinasi organisasi:
i.pemasaran
ii.pengendalian internal

3
BAB II
Landasan Teori
2.1 Definisi desain dan produk
Desain adalah suatu kegiatan manusia untuk menciptakan lingkungan dan khasanah
perbendaan buatan yang diolah dari alam. Di dalam perkembangannya pengertian desain
ditafsirkan oleh berbagai kelompok dan beberapa pengertian yang perlu dicatat adalah :
a. Desain adalah keterampilan, pengetahuan dan medan pengalaman manusia yang tercermin
dalam apresiasi serta penyesuaian hidup terhadap kebutuhan spritualnya (Analoguas with
humanitis, science).
b. Desain adalah kegiatan kreatif yang membawa pembaruan (Reswick,1965)
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa desain adalah bidang keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan adaptasi
lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian dan kebendaannya. Secara
khusus desain dikaitkan dengan konfigurasi, komposisi, arti, nilai dan tujuan dari fenomena
buatan manusia, sedangkan menurut Imam Buchari Zainuddin seorang desainer Indonesia,
berpendapat bahwa :

“Desain adalah mencari mutu yang lebih baik, mutu m aterial, teknis, performansi,
bentuk dan semuanya baik secara bagian maupun keseluruhan”

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan
atau kebutuhan. Produk dapat berupa barang atau jasa. Setiap barang dan jasa yang masuk
dalam fase perkenalan, dapat didefinisikan, yaitu berdasarkan fungsinya, untuk apa produk
dan jasa itu digunakan. Perusahaan mendesain produk dengan tujuan bagaimana
meningkatkan fungsi-fungsinya. Selanjutnya definisi suatu produk dilihat dari aspek desain
seperti warna, bentuk, dan ukurannya yang dapat diterima oleh pasar.

2.2 Pengertian Desain Produk


Desain Produk adalah sebagai alat manajemen untuk menterjemahkan hasil kegiatan
penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebelum menjadi rangcangan yang nyata yang
akan diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.
Salah satu fungsi manajemen terpenting dalam semua organisasi adalah menjamin
bahwa masukan-masukan berbagai sumber daya organisasi menghasilkan produk-produk atau
jasa yang dirancang secara tepat atau menghasilkan keluaran- keluaran yang dapat

4
memuaskan keinginan para pelanggan. Untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang tepat
guna dan sesuai dengan keinginan pelanggan maka perlu adanya desain produk. Ada pun
beberapa pengertian tentang desain produk menurut para ahli.
Sebelum menerangkan tentang pengertian desain produk, maka produk pun memiliki
pengertian sendiri sebagaimana dikemukakan oleh W.J. Stanton (1981;192 ), dimana :
“ A product is a set of tangible and intangible att ributes, including, packaging, color,
price, manufakture prestige, retailer prestige, and manufacture and retailer service, which
the buyer may accept as offering want – satisfactio n ”

Yang telah diterjemahkan oleh DR. Buchori Alma dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan
pemasaran jasa, yaitu :
“ Yang dikatakan produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak
berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga nama baik perusahaan, nama
baik toko yang menjual, dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima
pembeli guna memuaskan keinginannya.”

Pengertian desain dikemukakan pula oleh W.J. Syanton yang diterjemahkan oleh Y. Lamarto,
yaitu :
“ Desain adalah ragam khusus dari sebuah bentuk ata u penampilan dalam seni, produk
atau ikhtiar.”

Setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai harapan bahwa kelak dikemudian hari
usahanya akan mengalami perkembangan dan kemajuan dengan pesat,memperoleh
keuntungan yang maksimal.Bagi perusahaan yang bergerak di bidang industri yang membuat
dan menjual produk-produk kebutuhan konsumen.untuk itu perusahaan selalu menyesuaikan
product design dengan selera dan keinginan konsumen.
2.2.1 Maksud dan tujuan desain produk
Berdasarkan beberapa pengertian Desain Produk tersebut diatas ternyata bahwa Produk
Desain mempunyai maksud dan tujuan untuk membantu perusahaan dalam menciptakan dan
mengembangkan produk baru atau untuk menjamin hasil produki yang sesuai dengan
keinginan pelanggan disatu pihak serta dipihak lain untuk menyesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.
Maksud dari Desain Produk, antara lain :
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan suatu
produk.

5
Untuk memilih metode yang paling baik dan ekonomis dalam pembuatan
produk. Untuk menentukan standarisasi atau spesifikasi produk yang dibuat.
Untuk menghitung biaya dan menentukan harga produk yang dibuat.
Untuk mengetahui kelayakan produk tersebut apakah sudah memenuhi persyaratan atau
masih perlu perbaikan kembali.

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan mempunyai nilai jual yang
tinggi. Untuk menghasilkan produk yang trend pada masanya.
Untuk membuat produk seekonomis mungkin dalam penggunaan bahan baku dan biaya –
biaya dengan tanpa mengurangi nilai jual produk tersebut.

2.2.2 Tahapan-tahapan kegiatan desain produk


Seorang product designer harus melalui tahapan – tahapan dalam merencanakan suatu
produk, tahapan tersebut yaitu :
1. Memformulasikan hasil marketing research
Adapun yang menjadi titik tolak dalam tahapan kegiatan Desain Produk adalah riset
pemasaran. Untuk mengetahui produk yang diinginkan pelanggan, product designer dapat
memperoleh data dari riset pemasaran yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Riset
ini dilakukan baik untuk produk yang betul-betul baru maupun untuk produk yang sudah ada.
Pengembangan suatu riset dalam perusahaan akan menghasilkan sebuah gagasan atau
ide untuk membuat suatu produk, dimana ide tersebut diperoleh dari data yang didapatkan
saat riset itu sendiri dilakukan. Dalam riset pembuatan produk baru atau pengembangan
produk yang sudah ada, perusahaan harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
Keinginan pelanggan dalam hal kegunaan, kualitas, modal dan warna dari produknya
denga tidak mengabaikan penentuan harga
Biaya dari pembuatan produk baru atau pengembangan dari produk yang sudah ada
apakah perusahaan mampu untuk membayarnya.
Untuk hal-hal tersebut diatas, maka riset ini perlu ditunjang dengan faktor-faktor yang berupa
waktu untuk menjalankan penelitian, mencari informasi atau keterangan berdasarkan
pengalaman.
2. Mempertimbangkan kemampuan fasilitas perusahaan
Untuk melaksanakan kegiatan pembuatan suatu produk, maka desainer harus
mempertimbangkan kemampuan dari perusahaan itu sendiri, diantaranya : tenaga kerja, mesin
– mesin, peralatan penunjang dan perkakas lainnya. Dalam membuat produk, desainer harus
mempertimbangkan biaya yang seekonomis mungkin.

6
3. Membuat sketsa
Dalam membuat sketsa, bentuk dari produk yang akan dibuat akan terlihat jelas satu dengan
yang lainnya. Sketsa tersebut dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan gambar kerja
( blue Print ), sketsa dari masing-masing produk walaupun sketsa ini tidak menunjukan
ukuran-ukuran yang sebenarnya, tapi dapat terlihat dal skala perbandingan.
4. Membuat gambar kerja
Pembuatan gambar kerja ini adalah merupakan tahap akhir dalam kegiatan Desain Produk,
dimana dalam gambar kerja ini dapat digambarkan bentuk dan ukuran yang sebenarnya
dengan skala yang diperkecil. Selain itu, dalam gambar kerja juga diperlihatkan bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam pembuatan produk tersebut. Setelah gambar kerja tersebut
selesai dirancang, kemudian diserahkan kepada pelaksana kegiatan untuk segera dipelajari
dan dikerjakan lebih lanjut cara proses produksinya.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi desain produk


Desain produk sebagai alat bantu dalam manajemen produksi bertitik tolak penelitian dan
pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Pentingnya desain produk terletak pada
penetapan secara rinci disain produk atau jasa yang akan dibuat, serta klasifikasi agar sesuai
dengan tujuan yang dikendaki. Sedangkan faktor – fa ktor yang mempengaruhi desain produk
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi produk
b. Standar dan Spesifikasi desain
c. Tanggung jawab Produk
d. Harga dan Volume
Keempat faktor tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi deain produk


(Yus R, Hardjinata Manajemen Produksi / Operasi ( 1995:20) )
https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&biw

7
Faktor – faktor yang mempengaruhi Desain Produk :
1. Fungsi Produk
Setiap produk yang akan dihasilkan mempunyai fungsi atau kegunaan yang berbeda, hal
ini tergantung untuk keperluan apa produk itu dibuat. Dengan demikian bahwa desain produk
itu berhubungan bentuk dan fungsi dari suatu produk. Keduanya memegang peranan penting
dalam menentukan suatu desain produk yang pada dasarnya untuk memberikan kepuasan
yang maksimal bagi konsumen atau pelanggan baik segi kualitan maupun segi kuantitas.
2. Standar dan Spesifikasi Desain
Dalam hal spesifikasi dan standar desain suatu produk akan terlihat dari :
a. Sambungan - sambungan
Dalam hal ini perusahaan harus merencanakan bagaimana menyambung bagian-bagian
supaya tidak terlihat ada bagian yang kosong.
b. Bagian
Bagian ini berfungsi untuk menyesuaikan ukuran keserasian desain disambung dengan
bagian lainnya, sehingga apabila disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat
c. Bentuk
Pada waktu mendesain bentuk perlu diperhatikan mengenai keindahan dengan
penyesuaian menurut fungsi dan kegunaannya.
d. Ukuran
Yaitu merencanakan ukuran yang seimbang dari bagian – bagian produk secara
keseluruhan.
e. Mutu
Mutu suatu produk harus disesuaikan menurut fungsi produk tersebut, apabila akan
digunakan dalam jangka waktu lama, maka mutu produk tersebut harus tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang akan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
f. Bahan
Apabila produk yang akan digunakan ingin mempunyai mutu yang baik, maka bahan yang
dipergunakan pun harus dapat menunjang agar semua yang diharapkan dapat terwujud dan
pelanggan merasakan kepuasan tersendiri.
g. Warna
Warna mempunyai arti tersendiri bagi konsumen, karena tiap orang mempunyai ciri dan
kesukaan yang khas terhadap warna tertentu. Dan hal inilah yang harus dicermati oleh
perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.

8
3. Tanggungjawab Produk
Ini adalah merupakan salah satu tanggung jawab dari produsen sebagai pembuat produk
kepada konsumen akan keselamatan dan kenyamanan pemakai produk tersebut. Oleh karena
itu faktor ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan pada waktu
mendesain produk tersebut.
4. Harga dan Volume
Harga dihubungkan dengan jumlah produk yang akan dibuat, untuk produk yang akan
dibuat berdasarkan pesanan biasanya harga jualnya akan berbeda dengan produk yang dibuat
untuk dipasakan kepada konsumen luas yang harganya relatif lebih murah sehingga desain
produknya akan berbeda pula.
5. Prototype
Prototype merupakan model produk yang pertama yang akan dibuat, prototype ini
memperlihatkan bentuk serta fungsi yang sebenarnya, sehingga sebelum perusahaan
memproduksi maka prototype diusahakan untuk dibuat terlebih dahulu.
Dari pengujian prototype tersebut, apabila lulus uji coba mungkin memberikan
gambaran mengenai perubahan-perubahan yang perlu dilakukan serta sebagai informasi
dalam penyusunan terakhir desain produk.

2.3 Proses Industri


Seperti dikatakan pada bab 1 pendahuluan bahwa proses industri harus dipandang
sebagai suatu siklus yang berupaya secara terus-menerus atau berkesinambungan (continous
improvement) untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Proses produksi secara sederhana dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini yang
menggambarkan siklus produksi.

Gambar 2. Siklus Proses Produksi


https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&bi

9
Proses produksi secara sederhana dapat dijelaskan pada gambar di atas yang
menggambarkan siklus produksi. Gambar di atas menjelaskan bagian-bagian yang ada dalam
sistem produksi beserta alur kerjanya. Siklus ini dimulai dari riset pasar untuk mengetahui
kebutuhan konsumen terus dilanjutkan desain produk dan desain proses. Dari hasil desain
produk dan prosesnya diperlukan material, mesin dan suku cadang untuk membuat produknya
sehingga perlu ada kerjasama dengan pemasok (supplier). Setelah material diterima maka
proses produksi dapat berjalan sehingga dihasilkan produk yang siap untuk didistribusikan
kepada konsumen. Demikian proses ini berjalan secara terus-menerus dan pada setiap tahap
diperlukan usaha perbaikan secara berkesinambungan.
Dr. William Edward Deming, atau yang lebih dikenal dengan Deming merupakan
seorang pengajar manajemen kualitas dari Amerika Serikat merupakan tokoh utama dalamn
revolusi industri yang terjadi di Jepang. Pada seminarnya di Hotel De Yama Jepang pada
tahun 1950 memperkenalkan suatu diagram yang memandang industri sebagai suatu sistem
yang saling terkait dengan komponen penyusunnya seperti pada gambar seperti sebagai
berikut:

Gambar 3. Gambar proses industri sebagai suatu system


https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&bi

Perbaikan performansi bisnis modern harus mencakup keseluruhan sistem industri dari
mulai kedatangan material sampai kepada distribusi produk ke konsumen dan desain ulang
produk untuk masa mendatang. Konsep sistem industri yang dikemukakan Deming
selanjutnya lebih populer dengan nama Roda Deming seperti pada gambar di atas. Komponen
utama Roda Deming :
a. Riset pasar
b. Desain Produk
c. Proses Produksi
d. Pemasaran

10
Deming menekankan pentingnya interaksi antara ke-4 komponen di atas agar
perusahaan mampu menghasilkan produk dengan harga kompetitif dan kualitas yang lebih
baik sehingga akan memuaskan konsumen. Deming juga menjelaskan bahwa Roda itu harus
dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi
industri dan peningkatan kualitas.

2.4 Konsep sistem produksi


Produksi adalah bidang ilmu yang terus mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan teknologi. Produksi memiliki hubungan timbal balik yang erat dengan
teknologi dimana produksi dan teknologi akan saling membutuhkan. Kebutuhan produksi
yaitu biaya operasi yang rendah, kualitas produksi dan produktivitas meningkat serta
kemampuan untuk memperbaiki dan menciptakan produk baru. Hal inilah yang mendorong
teknologi untuk melakukan terobosan dalam riset untuk menemukan sesuatu yang baru.
Dalam industri sistem produksi merupakan jantungnya yang menjadi kehidupan dalam
perusahaan.
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan
fungsional. Dalam sistem produksi modern terkjadi suatu proses transformasi nilai tambah
yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga bersaing di pasar global.

Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi
modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional. Sistem produksi memiliki
beberapa karakteristik sbb:
1. Mempunyai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya dan membentuk satu
kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun
sistem produksi.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya yaitu menghasilkan produk baik
barang atau jasa yang berkualitas yang dapat dijual dengan harga bersaing.
3. Mempunyai aktivitas berupa proses tansformasi nilai tambah input menjadi output secara
efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa optimalisasi
pengalokasian sumber daya yang ada.
Komponen struktural terdiri dari : bahan baku, mesin dan peralatan, tenaga kerja,
modal, energi, informasi tanah dan lain sebagainya. Sedangkan komponen fungsional terdiri
dari : supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang semuanya
berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Di samping komponen struktural dan

11
fungsional dalam sistem produksi perlu memperhatikan aspek lingkungan seperti
perkembangan teknologi, sosial ekonomi, regulasi dan kebijakan pemerintah serta adat yang
berlaku dalam lingkungan akan sangat mempengaruhi sistem produksi itu.

Beberapa contoh sistem produksi baik jasa maupun manufaktur


NO SISTEM INPUT OUTPUT
1. Perbankan Tenaga kerja, gedung & Pelayanan keuangan bagi
peralatan,kantor,modal,energi, nasabah(tabungan,deposito,
informasi, manajerial dll. pinjaman dll)
2. Universitas Dosen, karyawan, gedung & Pelayanan akademik bagi
peralatan,perpustakaan,laboratorium, mahasiswa(D3,S1,S2,S3),
modal,energi,informasi anajerial dll. penelitian,pengabdian pada
masyarakat.
3. Transportasi Sopir, tenaga mekanik,karyawan,bus, Pelayanan transportasi darat
Darat kantor, energi, informasi, manajerial dll. bagi penumpang & barang

4. Rumah Sakit Dokter, perawat,apoteker,karyawan Pelayanan kesehatan bagi


gedung, peralatan medik,obat, modal,pasien
laboratorium,energi, manajerial dll.

2.5 Desain proses strategik dalam industri


Untuk memenangkan kompetisi yang sangat berat dalam era perdagangan bebas
dewasa ini diperlukan desain proses strategik bagi manajemen industri. Dalam proses desain
strategik ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu : Strategi respon terhadap
konsumen, Strategi desain proses dan Strategi sistem perencanaan dan pengendalian produksi.

12
a. Strategi Produksi dalam Merespon Konsumen
Strategi ini mendefinisikan tentang bagaimana cara perusahaan atau industri dalam
memberikan respon atau reaksi terhadap permintaan konsumen. Dalam hal ini industri dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Design to order
Pada sistem produksi jenis ini perusahaan tidak memproduksi barang sebelum ada
permintaan produk yang model, spesifikasi, dimensi dan jumlahnya ditentukan oleh
konsumen. Perusahaan harus mampu mewujudkan keinginan konsumen sesuai dengan
permintaan dalam waktu yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan tenaga kerja yang
handal dalam melakukan desain produk, desain proses sampai kepada proses produksinya.
Keuntungan sistem produksi jenis ini yaitu perusahaan tidak mempunyai resiko terhadap
biaya penyimpanan bahan baku dan produk jadi. Perusahaan dengan sistem produksi
design to order akan cocok untuk pemenuhan produk-produk baru yang mempunyai sifat
unik secara total. Contoh industri yang menerapkan sistem produksi design to order
diantaranya adalah: Industri desain web, Konsultan bangunan, Industri kapal dan pesawat,
Industri senjata untuk keperluan militer, Kontruksi jembatan, gedung, dan produk-produk
sejenisnya.
2. Make to order
Sistem produksi make to order berbeda dengan design to order, kalau design to order
produk yang diproduksi bersifat baru dan unik, sedangkan make to order produknya tidak
selalu baru dan biasanya tidak unik. Produk yang dibuat berdasarkan pesanan dari
konsumen dengan spesifikasi yang ditentukan oleh konsumen dan biasanya telah dibuat
sebelumnya. Pada sistem produksi seperti ini persediaan bahan baku standar dapat
dilakukan karena produk yang akan diproduksi selalu menggunakan bahan baku standar
ditambah bahan baku lainnya. Produsen memiliki katalog produk yang dapat dipesan oleh
konsumen.Contoh industri yang menerapkan strategi make to order diantaranya adalah:
Industri komputer, industri otomotif, industri elektronik, industri pakaian (tertentu), dan
lain sebagainya.
3. Assemble to order
Sistem produksi assemble to order lebih menekankan pada perakitan produk akhir
berdasarkan permintaan konsumen yang spesifikasinya telah ditentukan dan biasanya
merupakan produk yang repetitive (pengulangan) sehingga perusahaan dapat menyimpan
bahan-bahan sub asembli dalam jumlah yang disesuaikan dengan tingkat permintaan
konsumen. Perusahaan jenis ini mempunyai resiko yang lebih kecil dalam hal

13
penyimpanan bahan sub asembli. Contoh industri yang menerapkan sistem produksi jenis
ini diantaranya adalah: perusahaan otomotif, industri komputer, restoran, dll.
4. Make to stock
Sistem produksi jenis make to stock memproduksi produknya tidak berdasarkan
pesanan seperti pada ke-3 sistem yang dijelaskan di atas melainkan dengan melakukan
peramalan terhadap penjualan produk. Dengan demikian sistem ini akan mempunyai
sistem penyimpanan (inventory) bahan baku, bahan setengah jadi maupun produk akhir
yang baik. Pengiriman produk akhir dilakukan jika ada permintaan dari konsumen, untuk
itu perusahaan harus mempunyai stok barang untuk mengantisipasi jika ada permintaan
yang mendadak. Perusahaan jenis ini tentu akan memiliki resiko yang cukup besar dalam
hal inventori. Inventori memakan biaya yang cukup besar untuk tempat, asuransi, tenaga
pengamanan, resiko bencana, rusak, transportasi dan biaya lainnya. Contoh perusahaan
yang menggunakan sistem ini adalah : Perusahaan air minum, industri pakaian yang dijual
di toko, makanan yang tahan lama, Mie Instan, barang elektronik, buku, majalah, koran,
dan lain sebagainya.
5. Make to demand
Strategi produksi ini merupakan strategi yang baru yang dikembangkan dalam
industri. Pada umumnya konsumen meninginkan produk yang dapat dikustomisasi sesuai
dengan kebutuhannya tetapi tidak mau menunggu terlalu lama. Oleh karena itu perusahaan
dituntut untuk menjalankan strategi make to demand. Penyerahan produk akhir dalam
sistem produksi ini dari perusahaan berkaitan dengan kualitas dan waktu pengiriman
secara tepat berdasarkan permintaan konsumen. Strategi ini bersifat responsif terhadap
pesanan konsumen (sesuai spesifikasi) tapi dapat dilakukan dengan cepat seperti pada
make to stock.
Contoh industri yang menerapkan strategi ini adalah: industri pakaian yang
menyiapkan bahan baku dalam jumlah banyak sehingga kalau ada permintaan mendadak
dapat dipenuhi dengan segera. Contoh lain rumah makan yang harus menyiapkan
makanan sesuai dengan keinginan konsumen dalam waktu yang cepat. Rumah makan
biasanya sudah memasak terlebih dahulu dan jika ada konsumen tinggal menghangatkan
saja.

14
b. Karakteristik Sistem Produksi
Tabel karakteristik berbagai sistem perusahaan (Bertrand, et al, 1990)

2.6 Strategi desain proses


Strategi desain proses produksi mendefinisikan bagaimana suatu produk dalam industri
dibuat atau diproses. Strategi desain proses dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:
a. Project
Proses produksi dengan proyek biasanya diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang mempunyai sifat kompleks dan terdiri dari sekumpulan tugas-tugas
berskala besar. Biasanya pekerjaan yang menggunakan strategi proyek memiliki
karakteristik yang unik waktu dan tepat anggarannya untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan, berupa kepuasan pelanggan dalam hal biaya, kualitas dan ketepatan
waktu penyelesaiannya. Contoh proses produksi yang menggunakan strategi proyek
adalah: Pembuatan bangunan, jembatan, pembangunan pabrik baru, pengembangan
sistem informasi perusahaaan, riset pasar, konsultasi tentang masalah di pabrik dan lain
sebagainya.
b. Line Flow
Line flow proses atau sering disebut sebagai flow shop merupakan suatu proses dalam
industri yang menyusun stasiun kerja dalam urutan yang sama dalam setiap produk.
Proses transformasi dari input menjadi output di mana unit-unit output secara berturut-
turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya

15
ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya digunakan untuk
produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu (jangka panjang) dan
ditujukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi
flow shop yang biasanya bersifat MTS (Make to Stock). Proses flow shop dapat dibagi
menjadi 2 yaitu: flow shop kontinu dan flow shop terputus-putus. Pada proses produksi
flow shop kontinu, proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama. Pada flow
shop terputus- putus, kerja proses secara periodik di interupsi untuk melakukan
pengaturan (set–up) bagi pembuatan produk dengan spesifikasi yang berbeda (meskipun
dari disain dasar yang sama). Pada setiap siklus produksi, seluruh unit mengikuti urutan
yang sama, contohnya pada industri pengalengan, pembotolan, dan pabrik pakaian jadi.
Proses flow shop biasanya disebut juga sistem produksi masal (Mass Production).

Gambar 4. Proses produksi line flow


https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&bi

c. Job Shop
Pada job shop proses berjalan tidak seperti pada flow shop akan tetapi dapat terjadi urutan
yang tidak menentu. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Contoh proses job shop


https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&bi

Proses job shop yaitu bentuk proses produksi di mana unit-unit untuk pesanan
yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda melalui stasiun kerja (workstation)
yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Proses produksi je nis ini dicirikan dengan
volume produksi setiap jenis produk jumlahnya relatif sedikit, variasi produk cukup
banyak, lama proses produksi setiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan
produksi.
16
Proses produksi jenis job shop mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menangani
banyaknya variasi produk. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan
peralatan yang memadai untuk dapat menyesuaikan pesanan yang berbeda. Hal ini
berdampak pada waktu proses yang lebih lama karena seringnya peralatan di atur ulang
(set-up), kebutuhan yang lebih besar akan WIP, part, dan komponen, dan juga sulitnya
tugas dalam menjadwalkan pesanan berbeda yang melalui bermacam-macan stasiun kerja,
dimana sumber daya tersebut harus digunakan bersama-sama. Kesemua kesulitan tersebut
membuat waktu pengiriman yang lebih lama, kualiatas produk yang lebih variabel, dan
biaya yang lebih tinggi dibandingkan flow shop.

Gambar 6. Karakteristik Strategi Desain Proses


https://www.google.co.id/search?safe=strict&rlz=1C1GGRV_enID789ID789&bi

d. Batch
Proses produksi batch merupakan pengembangan dari job shop. Sistem produksi batch
memproduksi banyak variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk setiap
produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk.
Pada sistem ini, pembuatan produk dengan tipe yang berbeda akan mengakibatkan
pergantian peralatan produksi, sehingga sistem tersebut harus mempunyai sifat (general
purpose) dan fleksibel untuk produk dengan volume yang rendah tetapi variasinya tinggi.
Volume batch yang lebih banyak dapat diproses secara berbeda misalnya, memproduksi
beberapa batch lebih untuk tujuan MTS dibandingkan MTO.
e. Flexible Manufacturing System
FMS merupakan suatu automated cell (integrarting material handling and process
equipment) yang digunakan untuk menghasilkan sekelompok part assemblies. FMS terdiri
dari beberapa mesin NC (Numerical Controlled) dan sistem penyimpanan serta
pengambilan peralatan secara otomatis yang membawa part di antara mesin dan tempat
penyimpanan Automatic Storage/Restor Storage (AS/RS). Biasanya FMS merupakan
suatu proses yang dikendalikan dengan komputer yang terintegrasi dengan mesin dan alat

17
transportasinya. Peranan operator manusia dalam sistem ini sudah relatif kecil karena
semuanya dijalankan dengan mesin. Operator hanya mengontrol sistem jika dalam
operasinya tidak berjalan semestinya.

Gambar 7. Contoh proses produksi dengan FMS


http://evonelauw.blogspot.com/2011/06/manajemen-operasional-desain-produk_20.html
f. Agile Manufacturing
Agile manufacturing merupakan konsep atau filosofi yang dibangun untuk mendapatkan
proses produksi yang fleksibel dan mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan cepat.
Agile manufacturing tidak harus dengan konsep FMS yang terotomasi melainkan dapat
berlaku untuk semua perusahaan baik besar maupun kecil. Konsep agile manufacturing ini
dapat menggunakan berbagai pendekatan baik Just In Time maupun lainnya untuk
memberikan respon yang cepat terhadap permintaan pelanggan.

2.7 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Strategi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi merupakan suatu cara
bagaimana perusahaan akan merencanakan dan mengendalikan sistem produksi ketika
melaksanakan proses jangka pendek dan menengah dalam proses produksi. Terdapat
banyak strategi perencanaan dan pengendalian produksi yang ada saat ini tetapi yang
akan dibahas cukup tiga saja yaitu :
1. Project Manajement (PM)
Sistem ini sebenarnya didesain dan dikembangkan untuk mengelola proyek-proyek.
Proyek mempunyai sifat kompleks yang merupakan kumpulan tugas-tugas berskala besar yang
unik dan tidak rutin serta dibatasi oleh waktu dalam penyelesainnya. Definisi proyek menurut
(Fogarty 1998) adalah kumpulan aktivitas yang mempunyai waktu awal dan akhir serta
dijalankan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, berupa kepuasan pelanggan dalam
hal biaya, kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian. Langkah-langkah umum yang
dipergunakan dalam sistem perencanaan dan pengendalian manajemen proyek yaitu :
18
• Penyusunan dan pendefinisian proyek
• Perencanaan proyek
• Pelaksanaan proyek
• Penyelesaian
Penyusunan dan pendefinisian proyek berkaitan dengan aktivitas manajemen untuk
menyusun dan mendefinisikan proyek yang akan dikerjakan. Penyusunan dan pendefinisian
ini meliputi :
• Pernyataan
• Ruang lingkup
• Kriteria pencapaian
• Pernyataan dan pengaruh dan hubungan keterkaitan
• Penilaian resiko
• Evaluasi sumber daya
Parameter proyek yang perlu dipertimbangkan yaitu yang terkait dengan masalah
kualitas, biaya, dan jadwal waktu. Penyusunan dan pendefinisian proyek yang jelas akan
memudahkan dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Berdasarkan pendefinisian
parameter proyek di atas dapat dikemukakan :
Spesifikasi Proyek. Spesifikasi proyek mencakup semua persyaratan yang relevan untuk
memenuhi dimensi kualitas seperti bahan yang digunakan, standar yang harus dipenuhi,
pengujian yang dilakukan dan sebagainya.
Anggaran Proyek. Anggaran proyek berkaitan dengan besarnya dana untuk pembiayaan
tenaga kerja, bahan baku, peralatan, administrasi dan lainnya.
Jadwal Waktu Proyek. Jadwal waktu proyek digunakan untuk mengetahui aktivitas apa saja
yang akan dikerjakan dalam masa proyek dan perkembangan penyelesaian proyek sehingga
akan memudahkan pengawasannya.
Langkah berikutnya adalah pelaksaan proyek dan yang terakhir adalah pengendalia n dan
evaluasi proyek.

2. Manufacture Resource Planning (MRP II)


MRP merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi yang menyediakan data untuk
berbagai aktivitas produksi dan area fungsional lainnya dari bisnis secara keseluruhan. Sistem
MRP berfungsi untuk mengkoordinasikan pemasaran, manufakturing, pembelian dan rekayasa
melalui pengadopsian rencana produksi serta melalui penggunaan data yang terintegrasi guna
merencanakan dan memperbaharui aktivitas dalam sistem industri secara keseluruhan.

19
3. Just-In-Time (JST)
Kemunculan paradigma baru di bidang manajemen operasi salah satunya dipicu oleh
keberhasilan Jepang menjadi negara industry raksasa di dunia. Jepang berhasil
mengembangkan praktik manajemen yang terbukti mampu membangkitkan dunia industrinya
menjadi raksasa dunia. Salah satu konsep yang diusung Jepang adalah Just In Time. Istilah
Just In Time sulit ditelusuri dari mana asalnya, namun ada dua peristiwa yang bisa menjadi
penanda atas kemunculan fenomena tersebut. Pertama adalah kisah Taiichi Ohno yang pergi
ke Amerika pada tahun 1950 untuk belajar di General Motor. Dalam lawatannya ke Amerika
inilah, Dia mendapatkan inspirasi dari pasar swalayan disana untuk diterapkan di Perusahaan
Toyota miliknya. Tanda yang kedua adalah kasus industri galangan kapal di Jepang setelah
perang dunia ke dua yang kekurangan permintaan. Ke dua fenomena tersebut menandai
perubahan cara pikir dan cara padang mereka dalam praktik manajemen. Bahkan Productions
and Operations Management Conference 1996 di Indianapolis perlu mengangkat tema The
New Paradigm in Operations Management and The New Paradigm in Teaching Operations
Management untuk menanggapi fenomena perubahan tersebut.
Sistem produksi Just In Time adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi
modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen (Monden, 2000). Menurut Henri Simamora dalam bukunya
Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen
dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas
dipakai sebatas dibutuhkan. Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku
yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada
waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost. Just In Time
adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk
bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuan
utama penerapan konsep Just In Time adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen
lainnya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah berbagai produk dan jasa dirancang, spesifikasi-spesifikasinya harus
diterjemahkan ke berbagai sistem pemrosesan yang menciptakan produk atau
menyediakan jasa. Desain proses fisik untuk produksi barang-barang dan jasa-jasa ini
menyangkut serangkaian keputusan tentang seleksi proses, pemilihan teknologi dan
perencanaan proses. Keputusan-keputusan harus dibuat tentang tipe proses, derajat
otomatisasi, macam mesin yang akan digunakan, dan sebagainya. Desain proses tidak
semata-mata hanya merupakan masalah teknik tetapi juga menyangkut pertimbangan-
pertimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan. Setelah itu produk di desain sesuai
kebutuhan konsumen, maka perlu dikumpulkan bahan baku produk tersebut dan produk
akan memasuki tahap proses industri, di mana produk tersebut akan diproses hingga
menjadi barang yang akan dipakai oleh konsumen.

3.2 Saran
Untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka perlu
dilakukan survei pada konsumen bagaimana produk barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan mereka saat ini. Selain itu diperlukan juga desain produk yang pas yang dapat
menarik konsumen untuk menggunakan produk barang atau jasa, tetapi harus juga
mendukung dalam hal kualitas sehingga tidak mengecewakan atau menurunkan minat
konsumen dalam menggunakan produk barang atau jasa. Jika produk itu berupa barang,
diperlukan juga tenaga kerja yang handal yang dapat membantu proses industri dalam
pembuatan produk barang sehingga stok barang di pasar tidak akan berkurang, begitupun
juga dengan jasa, diperlukan tenaga kerja yang handal yang dapat membantu masyarakat
dalam pengadaan jasa, baik itu dalam pemenrintahan, akademik, kesehatan, dll.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://evonelauw.blogspot.com/2011/06/manajemen-operasional-desain-produk_20.html

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/324/jbptunikompp-gdl-triastutia-16151-4-bab2-0003.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Modul%206%202011.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai