Anda di halaman 1dari 5

MODUL 07

FINE STRUCTURE
Faris Adlantama Prihadi, Anggita Putri Sumarna, Dhafinta Widyasaraswati, , Muhammad
Randika, Zulfa Apriani
10212027, 10212006, 10212044 ,10212046,10212048
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: adlantama.prhd@students.itb.ac.id

Assisten: Ardhan Bayu/10211075


Tanggal Praktikum: 16-04-2015

Abstrak

Pada percobaan kali ini kita akan menentukan panjang gelombang dari masing masing jenis lampu dari
atom yang berbeda beda, lampu yang digunakan pada percobaan ini adalah lampu spketral He,Na,Hg,,Zn.
Teori atom hidrogen tidak dapat diamati pada beberapa eksperimen. Terdapat fenomena Fine structure
yaitu adalah garis yang terdiri dari dua garis yang berbeda yang sangat berhimpit, contoh lainnya adalah
pada fenomena anomalous Zeeman effect, dimana terdapat spektra tambahan dari hasil yang diprediksi
pada efek Zeeman. Fine structure adalah garis yang tediri dari dua garis berbeda yang berimpitan., fine
structure terjadi karena ada interaksi electron pada atom pada lampu. Semakin besar nomer atom maka
semakin besar jumlah electron. Sehingga jika jumlah electron semakin besar maka kemungkinan adanya fine
structure akan semakin besar. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara spin dan inti atom sehingga
menyebabkan terjadinya fine structure. Panjang gelombang dari percobaan ini dapat dilihat pada table
1,2,3,4,5, dan 6

Kata Kunci : Kisi, Panjang Gelombang, Spektum


I. Pendahuluan yang disebut sebagai spin, yang besarnya
Pada percobaan kali ini kita akan sama untuk semua electron, momentum sudut
menentukan panjang gelombang dari masing ini berkaitan dengan momen magnetic
masing jenis lampu dari atom yang berbeda electron. Lalu pada 1929 Paul Dirac
beda, lampu yang digunakan pada percobaan mengkonfirmasi ide tentang adanya spin
ini adalah lampu spketral He,Na,Hg,,Zn. dengan pengembangan mekanika kuantum
Pada percobaan kali ini kita menggunakan relativistic. Dia meneukan bahwa partikel
alat sebagai berikut: dengaan massa dan muata dari electron harus
memiliki momentum sudu interinsi dan
momen magnetik. Bilangan s atau
momentum sudut angular spin dari electron
memiliki nilai ½. Maka besar vekor
momentum sudut dari elektrpm spin adalah:

S  ss  1h 
3
h (1)
2
Gambar 1. Peralatan yang digunakan pada Persamaan diatas dapat juga untuk digunakan
percobaan untuk menghitung besar dari vektor
Teori atom hidrogen tidak dapat diamati momentum sudut dengan bolangan kualtum
pada beberapa eksperimen. Terdapat 1:
fenomena Fine structure yaitu adalah garis L  l l  1h (2)
yang terdiri dari dua garis yang berbeda yang
Setiap electron pada atom memiliki
sangat berhimpit, contoh lainnya adalah pada
momentum angutlar orbital L dan momentum
fenomena anomalous Zeeman effect, dimana
angular spin S. karena kedua bilangan
terdapat spektra tambahan dari hasil yang
tersebut merupakan momentum angular,
diprediksi pada efek Zeeman.
maka momentum angular total dari electron
Pada tahun 1925 Samuel Goudsimt dan
pada atom J dapat dihitung menggunakan:
George Uhnlenbeck mengusulkan bahwa
setiap electron memiliki sudut yang interinsik J  LS (3)
Dengan vector J dihitung sebagai berikut;
J j  j  1h (4)
Jika atom memiliki lebih satu electron
valensi, maka electron akan berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Sebelum menghitung
momentum angular total, momentum angular
spin dan momentum angular orbital harus
dicari terlebih dahulu resultannya.
Pada tahun 1925, ilmuan bernama
Wolfgang Pauli mengatakan bahwa suatu
electron tidak dapat memiliki keadaan Gambar 3.tabel trensisi untuk spektrum
bilangan kuantum yang sama. Pauli lampu helium[2]
menyimpulkan hal ini dari spectrum atom.
Dia mengamati bahwa spectrum dari
beberapa keadaan energi dengan transisi
tertentu tidak dapat ditemui, sekaun itu
transisi dari konfigurasi dimana spin elektrin
yang memiliki arah yang sama pun tidak
ditemukan. Prinsip eksklusi ini dikenal
sebagai larangan Pauli.
Selain itu selection rule yang berlaku pada Gambar 4.tabel trensisi untuk spektrum
electron adalah: lampu Hg[2]
n  
S  0
L  0,1
J  0,1
Kecuali
J  0 J ' 0 Gambar 5.tabel trensisi untuk spektrum
Pada spektum atom He memiliki diagram lampu Cd[2]
sebagai berikut:

Gambar 6.tabel trensisi untuk spektrum


lampu Zn[2]
Untuk mencari panjang gelombang kita dapat
menggunakan persamaan:
d sin 
 (5)
n
Keterangan:
II. Metode Percobaan
Pada percobaan kali ini kita akan
Gambar 2. Diagram spektrum helium[2] menggunakan peralatan dari gambar 1. Pada
percobaan kali ini kita akan melakukan 5 kali
Lalu memiliki lampu lampu spectral percobaan, dimana kita akan menggunakan
memiliki tabel-tabel transisi sebagai berikut:
kisi dan prisma, lampu yang digunakan Gambar7. Grafik sinθ terhadap panjang
adalah lampu He,Hg,Cd,Zn. gelombang
Sebelum mengamati spectrum cahaya,
kita terlebih dahulu harus manaskan lampu Tabel 2. Data lampu Na pada percobaan kisi
selama 5 menit agar spectrum cahaya lebih No Warna θ θ λ
jelas, lalu setelah lampu dipanaskan kita 1 Ungu 17,483 17,483 561,48
amati spectrum cahaya dari lampu tipis
menggunakan teropong yang tersedia, lalu 2 Hijau 18,833 18,833 603,33
kita catat sudut pergeserannya. Cara yang tosca
sama dilakukan baik itu merupakan 3 Hijau 19,45 19,45 622,33
percobaan menggunakan prisma maupun tipis
menggunakan kisi. Lalu setelah selesai 4 Hijau 21,467 21,467 683,96
pengukuran, lampu dimatikan dan dilakukan 5 Kuning 22,477 22,477 714,52
pendinginan 15 menit, lalu ganti lampu dan
lakukan hal yang sama pada setiap lampu. 6 Merah 23,283 23,283 738,76
Hipotesis dari percobaan ini adalah setiap
jenis lampu memiliki spectrum yang berbeda Tabel 3. Data lampu Na pada orde 2
beda No Warna θ λ sinθ
III. Data dan Pengolahan 1 Kuning 48,7 702,113 0,751
Dengan menggunakan persamaan (5), dan kanan
dari sudut yang diperoleh maka dapat 2 Kuning kiri 48,6333 701,394 0,7502
dikketahui nilai lamda. Dengan nilai d yang
telah diperoleh shingga diperoleh nilai Tabel 4. Data lampu Zn pada percobaan kisi
sebagai berikut: No Warna θ sinθ λ transisi
Tabel 1. Data lampu He pada percobaan kisi 1 Ungu 16,433 0,28 528,72 4 P1→71S0 1

No Warna θ λ sinθ transisi tipis


2 Biru 17,617 0,30 565,63 43P0→53S1
1 Ungu tipis 15,65 396,5 0,26 41P→21S tua
2 Ungu 16 414,4 0,27 61D→21P 3 Biru 17,833 0,30 572,36 43P2→53S1
3 Biru 16,96 447,1 0,29 4 D→2 P
3 3
langit
581,15 5 S1→9 P1
3 3
4 Hijau tosca 17,66 492,2 0,30 4 D→2 P
1 1 4 Hijau 18,1 0,31
5 Hijau 18,1 504,8 0,31 41S→21P tosca
terang 5 Kuning 20,5 0,35 654,52 53S1→73P2
6 Kuning 21,41 587,6 0,36 33D→23P
6 Orange 21,8 0,37 694,57 Zn II
7 Merah 24,5 656 0,41 He II
8 Merah tipis 25,08 706,5 0,42 33S→21P 7 Merah 24 0,40 760,67 41P1→41D1
tipis
Dari data data tersebut dibuat grafik dari sinθ
terhadap panjang gelombang sehingga Tabel 5. Data lampu He pada percobaan prisma
diperoleh nilai d: No Warna θ λ transisi
1 Ungu 55,75 402,8 7 S1→61P1
1

tipis
2 Ungu 55,5 414,4 71D1→61P1
3 Biru 54,667 471,3
4 Hijau 54,083 492,2 81D1→61P1
tipis
5 Hijau 53,867 504,8 Hg II
6 Kuning 52,383 587,6 8 D2→61P1
1

7 Merah 51,583 706,5


8 Merah 51,217 667,8 83P2→73S
tipis
atom yang besar yaitu 23. Sehingga jumlah
elektronnya pun akan semakin besar,
semakin besar electron maka akan semakin
besar juga kemungkinan terjadinya fine
structure karena akan terjadi semakin banyak
interaksi yang terjadi.
Perbedaan dari difraksi menggunakan kisi
dan prisma adalah adalah, pada kisi
menggunakan prinsip difraksi sedangkan
pada prisma menggunakan prinsip dispersi.
Prisma tidak bisa melakukan difraksi.

Tabel 6. Data lampu Hg pada percobaan prisma V. Simpulan


No Warna θ λ transisi Fenomena fine structure terjadi karena
1 Merah 45,22 1279,45 41P1→41D1 adanya interaksi pada atom. Nilai panjang
tipis gelombang dapat dilihat pada tabel 1-6.
2 Merah 45,75 1218,19 41P1→41D1
3 Kuning 56,25 382,266 VI. Pustaka
[1] Gasorowich, Stephen.2003. Quantum
4 Hijau 56,77 359,313 6 S1→5 P2
3 3
Physics. Minnesota: John wiley &
5 Hijau 57,75 320,34 63P1→53P1
tosca tipis sons
6 Hijau 57,85 316,722
tosca [2] Gambar 1,2,3,4,5 diambil dari modul
7 Biru 59,72 260,92 6 S1→5 P0
3 3 Eksperimen Fisika II tahun 2015
8 Ungu tipis 151,2 24784,3 61S0→53P1

IV. Pembahasan
Lampu He digunakan baik digunakan
untuk kalibrasi kisi dan prisma dikarenakan
interaksi electron pada He sedikit, sehingga
cenderung tidak ada fine structure pada
spectrum tersebut.
Seharusnya nilai panjang gelombang yang
diukur dengan refrensi bernilai sama, namun
pada percobaan kali ini terdapat perbedaan
anatara refrensi dengan hasil yang diukur.
Perbedaan ini kemungkinan dikarenakan oleh
kesalahan paralaks, karena kesalahan
pembacaan skala nonious pada peralatan saat
melihat spectrum dari lampu.
Fine structure adalah garis yang tediri dari
dua garis berbeda yang berimpitan., fine
structure terjadi karena ada interaksi electron
pada atom pada lampu. Semakin besar nomer
atom maka semakin besar jumlah electron.
Sehingga jika jumlah electron semakin besar
maka kemungkinan adanya fine structure
akan semakin besar. Interaksi yang terjadi
adalah interaksi antara spin dan inti atom
sehingga menyebabkan terjadinya fine
structure.
Pada spectrum lampu Na terjadi fine
structure dikarenakan Na memiliki nomer

Anda mungkin juga menyukai