Anda di halaman 1dari 27

I - TEGANGAN

1.1 Macam Tegangan (STRESSES)

1. Tegangan Normal oleh Gaya Normal ( = Sigma)


2. Tegangan Lentur oleh Momen Lentur tanpa atau dengan Gaya Normal()
3. Tegangan Geser oleh Gaya Lintang (Tau)
4. Tegangan Geser oleh Puntir ()

1.2 Tegangan Normal

1. Ketentuan keseimbangan

Suatu batang yang lurus, berbentuk prisma dan langsing akan mengubah
bentuknya sampai gaya menjadi seimbang dengan gaya lainnya. Kejadian keseimbangan
akan kita perhatikan dengan ketentuan agar perubahan bentuknya itu kecil sekali dan
pengaruhnya atas titik tangkap gaya luar dan jurusannya begitu kecil agar pada
perhitungan kita abaikan pengaruhnya.
Dengan suatu potongan tegak lurus paga garis sumbu kita membagi batang yang
kita perhatikan atas dua potongan. Pada potongan seluas F ini kita memperhatikan bagian
yang sebelah kiri. Sebagai gaya luar timbul :

N = Gaya normal searah garis sumbu batang (z)


Q = gaya lintang yang tegak lurus terhadap sumbu batang (z)
Jika suatu batang kita potong maka akan timbul
 = tegangan normal pada bagian dF dari F
 = tegangan geser pada bagian dF dari F
Resultante tegangan normal  dan resultante tegangangan geser () harus
seimbang dengan gaya normal N dan gaya lintang Q
N = .dF
N.xA =  .x.dF
N.yA = .y.dF

2. Ketentuan Perubahan bentuk

Dalam Azas potongan dasar yang disampaikan oleh Jakob Bernaulli (1654-1705)
dan Louis Navier (1785-1836) menyatakan “Potongan dari suatu batang yang datar
harus juga menjadi datar sesudah mengalami perubahan bentuk”. Azas ini
hanya bisa diterapkan pada batang dari bahan bangunan yang seragam atau homogen,
seperti besi atau baja. Sedangkan untuk batang-batang yang tidak seragam seperti kayu
dan beton bertulang, azas ini hanya cocok pada perhitungan tegangan linear.
Ketentuan perubahan bentuk pada prakteknya berbunyi : “Suatu bagian batang
z yang dipotong mengubah panjangnya x dan y oleh beban  sebesar z. Jika potongan
ini datar sesudah dan sebelum mengalami perubahan bentuk maka regangan () dapat
ditentukan sebagai berikut :

 = A + B.x + C.y

Menurut Hook  dapat ditentukan sebagai :

 =L/L = /E


     L = PL/(EF)
dimana :  (EPSILON) = regangan
L = perubahan panjang batang
L = panjang batang semula
 = tegangan normal
P = Gaya Aksial
F = Luas penampang
E = modulus elastisitas bahan
Baja ST.37 = 2.100.000 kg/cm2
Kayu klas II = 100.000 kg/cm2
Beton bertulang = 210.000 kg/cm2
Dinding bata diplester semen = 50.000 kg/cm2
Untuk bahan bangunan E yang tetap maka besarnya tegangan normal dapat
ditulis :
 = a + b.x + c.y

a, b dan c adalah suatu nilai sembarang yang belum diketahui nilainya dan akan
ditentukan sebagai berikut :

N = (a + b.x + c.y).dF = a.dF + b.x.dF + c.y.dF


= a. dF + b. x.dF + c.y.dF

N.xA = (a + b.x + c.y).x.dF = a.x.dF + b.x2.dF + c.x.y.dF


= a. x.dF + b. x2.dF + c.x.y.dF

N.yA = (a + b.x + c.y).y.dF = a.y.dF + b.x.y.dF + c.y2.dF


= a. y.dF + b.x.y.dF + c.y2.dF

Jika : dF = F ;  x.dF = Sy ;  y.dF = Sx


y2dF = Ix ;  x2.dF = Iy ;  x.y.dF = Zxy

maka persamaan-persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

N = a.F+ b.Sy + c.Sx


N.xA = a.Sy + b.Iy + c.Zxy
N.yA = a .Sx+ b.Zxy + c.Ix

Jika kita memilih pusat salib sumbu pada titik berat mengakibatkan Sx dan Sy bernilai 0
(nol) dan persamaan di atas disederhanakan menjadi :

N = a.F
N.xA = b.Iy + c.Zxy
N.yA = b.Zxy + c.Ix
Dan dengan menyelesaikan persamaan simultan 3 persamaan di atas masing-masing nilai
a, b, c di dapat yaitu :
N N ( x A .Ix  y A .Zxy) N ( y A .Iy  x A .Zxy)
a ; b ; c
F Ix.Iy  Zxy 2
Ix.Iy  Zxy2

sehingga besarnya tegangan normal dapat dituliskan sebagai berikut :

N N ( x A .Ix  y A .Zxy) N ( y A .Iy  x A .Zxy)


 + .x + .y
F Ix.Iy  Zxy 2
Ix.Iy  Zxy 2

Zxy dapat dibuat bernilai 0 (nol) jika kita memilih sistem koordinat terkonyungsi
sehingga persamaan tegangan normal dapat ditulis :

N N .x A N(yA )
 + .x + .y
F Iy Ix

Dimana :
   = Tegangan Normal (gaya dibagi satuan luas; kg/cm2, t/m2, lb/inch2 (Psi),
N/mm2 (MPa)
N = Gaya normal/aksial (Tekan ; Tarik)
xA, yA = Koordinat titik tangkap gaya Normal
x, y = Koordinat titik yang akan dihitung tegangan normalnya
Ix, Iy = Momen Inersia terhadap sumbu X dan Y
F = Luas Penampang

Contoh Soal :
Diketahui penampang segi empat dengan dimensi 30x60 cm2, setelah dihitung
dengan mekanika ternyata batang tersebut memikul gaya aksial sebesar 10 ton (tarik),
dengan titik tangkap ada 2 kemungkinan pada titik berat dan pada titik A (lihat gambar).
Tentukan besarnya tegangan normal pada Titik J, K dan L untuk masing-masing
kemungkinan titik tangkap gaya normal.

Penyelesaian :

Rumus umun tegangan normal adalah :

N N .x A N(yA )
 + .x + .y
F Iy Ix

Satuan akhir tegangan : kg/cm2


Diketahui : N= +10 ton = +10.000 kg (tarik); KALAU TEKAN (-)
J (-15 ; -30) ------>xJ = -15 ; yJ = -30
K (-10,5) ---------->xK = -10 ; yK = 5
L (0 ; 30) ---------> xL = 0 ; yL = 30
A(5,-20)-----------> (xA)A = 5 ; (yA)A = -20
O (0,0) ------------> (xA)O = 0 ; (yA)O = 0
Dihitung :
F = b.h = 30.60 = 1800 cm2
Ix = 1/12.b.h3 = 1/12.30.603 = 540000 cm4
Iy = 1/12.h.b3 = 1/12.60.303 = 135000 cm4

A. Tegangan Normal titik tangkap gaya normal pada titik A


N N .( x A ) A N(yA ) A
J  + .xJ + .yJ
F Iy Ix
10000 10000.(5) 10000(20)
J  + .(-15) + .(-30) = +111 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tarik)
N N .( x A ) A N(yA ) A
K  + .xK + .yK
F Iy Ix
10000 10000.(5) 10000(20)
K  + .(-10) + .(5) = -16 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tekan)
N N .( x A ) A N(yA ) A
L  + .xL + .yL
F Iy Ix
10000 10000.(5) 10000(20)
L  + .(0) + .(30) = -5,6 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tekan)

B. Tegangan Normal titik tangkap gaya normal pada titik O (pada titik berat)
N N .( x A ) O N ( y A )O
J  + .xJ + .yJ
F Iy Ix
10000 10000.(0) 10000(0)
J  + .(-15) + .(-30) = +5,6 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tarik)
N N .( x A ) O N ( y A )O
K  + .xK + .yK
F Iy Ix
10000 10000.(0) 10000(0)
K  + .(-10) + .(5) = +5,6 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tarik)
N N .( x A ) O N ( y A )O
L  + .xL + .yL
F Iy Ix
10000 10000.(0) 10000(0)
L  + .(0) + .(30) = +5,6 kg/cm2
1800 135000 540000
(Teg. tarik)

Jika gaya normal atau gaya aksial mempunyai titik tangkap pada titik berat
penampang akan memberikan besarnya tegangan normal pada penampang adalah sama
ini disebut Gaya Normal Centris dan lawannya adalah Gaya Normal Eksentris (tidak
bekerja pada titik berat penampang).
Untuk menambah pemahaman saudara, cobalah menghitung tegangan normal
pada titik-titik lain dan titik tangkap gaya normal pada koordinat yang lain.

1.3 TEGANGAN LENTUR


Tegangan yang disebabkan oleh momen lentur disebut dengan tegangan lentur.
Dalam kondisi dalam keadaan seimbang momen lentur akibat beban luar harus sama
dengan momen yang diakibatkan oleh gaya-gaya dalam sehingga :
Mx = -N.yA dan My = N.xA,
dengan asumsi bahwa momen dalam yang berlawanan arah jarum jam diberi tanda
posisif (+)
N N .x A N(yA )
Jika disubstitusikan ke persamaan :   + .x + .y, maka akan
F Iy Ix
didapat :
N My Mx
 + .x - .y
F Iy Ix

Jika N = 0 berlaku :
My Mx
 .x - .y
Iy Ix

Jika My = 0 berlaku :

N Mx
 - .y
F Ix

Jika N = 0 ; My = 0 berlaku :
Mx
 - .y
Ix

Jika N = 0 ; Mx = 0 berlaku :
My
 .x
Iy

Jika suatu penampang mempunyai sumbu simetri maka besarnya tegangan pada serat
terluar sejajar sumbu simetris dapat ditulis :
a. Sumbu simetris sejajar sumbu X (horisontal)

Mx
+
Wx

Dengan Wx = momen tahanan terhadap sumbu X (cm3)


Wx = Ix/y
b. sumbu simetris sejajar sumbu Y (Vertikal)

My
+
Wy

Dengan Wy = momen tahanan terhadap sumbu Y


Wy = Iy/x

Gambar diagram tegangan lentur adalah :

Tegangan =- Mx.Ya/Ix =-Mx/Wx


Tekan

Titik berat
Ya

X X

Tegangan
Mx(+) Yb
Tarik

=+ Mx.Yb/Ix=+Mx/Wx
Contoh soal :
Diketahui penampang seperti gambar berikut :

100 cm

12 cm

48 cm

30 cm

Sudah didapat : F = 1800 cm2 ; Ix = 879971 cm4 ; Iy = 1909819 cm4;


Titik berat : O(30,91; 37,64).
Jika penampang di atas direncanakan memikul Momen lentur terhadap sumbu x (Mx) =
+150 tm dan gaya Normal (N) = 15 ton (tekan centris), hitung dan gambar diagram
tegangan lenturnya.
a. Akibat gaya Normal saja
b. Akibat Momen Lentur saja
c. Akibat Momen lentur dan Gaya Normal

Penyelesaian :

Rumus Umum :

N My Mx
 + .x - .y
F Iy Ix

Untuk My = 0 berlaku :
N Mx
 - .y
F Ix

Untuk My = 0 dan N=0 berlaku :

Mx
- .y
Ix

Satuan akhir tegangan : kg/cm2

Diketahui :
N = -15 ton = -15000 kg (tekan)
Mx = +150 tm = +15000000 kgcm
F = 1800 cm 2

Ix = 879971 cm4
O(30,91 ; 37,64) ---------------> Yb= 37,64 cm ; Ya = 60-37,64 = 22,36 cm

a. Akibat gaya Normal saja

N Mx
 - .y
F Ix
 15000 0
a  b  - .y = -8,333 kg/cm2 (tegangan tekan)
1800 Ix

100 cm a =8,333
kg/cm2

Ya =22,36 cm 12 cm

Yb=37,64 cm 48 cm

b =8,333
30 cm kg/cm2
b. Akibat Momen Lentur saja
N Mx
 - .y
F Ix
0 15000000
a  - .(+22,36 ) = -381 kg/cm2 (tegangan tekan)
F 879971
0 15000000
b  - .(-37,64) = +641 kg/cm2 (tegangan tarik)
F 879971

100 cm
a =381
kg/cm2

12 cm

48 cm
+

b =641
30 cm kg/cm2

c. Akibat Momen Lentur dan gaya normal

N Mx
 - .y
F Ix

 15000 15000000
a  - .(+22,36)
1800 879971
= -389,5 kg/cm2 (tegangan tekan)

 15000 15000000
b  - .(-37,64)
1800 879971
= 372,8 kg/cm2 (tegangan tarik)
100 cm a =389,5
kg/cm2

12 cm

48 cm

b =372,8
30 cm kg/cm2

           =N/F

Sebagai latihan cobalah bentuk penampang di bawah ini. Beban dapat ditentukan
sendiri

t2=13 mm

t1 = 8 mm
h=400 mm
t2 = 13 mm

b =200 mm
Sebagai catatan, maka perlu diperhatikan agar mendapatkan gambar yang
sempurna dan jelas maka sebaiknya disajikan menggunakan skala.

1.4 TEGANGAN GESER

1.4.1 Tegangan geser oleh Gaya Lintang

Perhatikan potongan sepanjang dz, gaya lintang Qy pada potongan bekerjan pada
titik S.

Agar seimbang maka Qy = y.dF. Hal ini belum mencerminkan pembagian


tegangan geser  untuk seluruh potongan, kita harus menentukan selajutnya, bahwa “
Tegangan geser  menjadi sejajar pada gaya lintang dan pembagian pada
lebarnya potongan z menjadi merata.”
Dalam keadaan seimbang berlaku :

(zy.b.dy).dz = (yz.b.dz).dy ----- zy =yz

Pada dua bidang yang tegak lurus dengan nilainya tegangan geser masing-masing
menjadi sama dan dua-duanya searah atau berlawanan dengan jurusan garis potong.
Perhatikan gambar berikut :

Untuk keseimbangan arah Z berlaku : Z =0


e e
 yz .b.dz   (  d ).dF    .dF  0
y y
e e e
 yz .b.dz   ( .dF )   (d ).dF    .dF  0
y y y
e
 yz .b.dz    d ..dF
y

1 d
e

b y dz
 yz   ..dF

akan tetapi tegangan normal menjadi :


N Mx
 - .y
F Ix
d dMx dMx
sehingga :  - .y ;  Qy
dz dz.Ix dz
d Qy
 - .y
dz Ix
e e e
1 Qy 1 Qy
 yz    
b Ix y  y.dF  Sx
Didapat : . y.dF = y.dF ;
b y Ix y

sehingga :
Qy.Sx
 yz 
b.Ix
dan secara umum tegangan geser ditulis sebagai berikut :

akibat beban sejajar sb-Y atau tegak lurus sb-X

Qy .Sx

b. Ix
Dimana :
 = tegangan geser
Qy = Gaya Lintang/Gaya Geser yang sejajar sb-Y
Sx = Statis momen bidang di atas atau di bawah serat yang ditinjau
b = lebar serat pada penampang tegak lurus beban
Ix = Momen Inersia penampang terhadap sumbu X

akibat beban sejajar sb-X atau tegak lurus sb-Y

Qx.Sy

h. Iy
Dimana :
 = tegangan geser
Qx = Gaya Lintang/Gaya Geser sejajar sb-X
Sx = Statis momen bidang di atas atau di bawah serat yang ditinjau
h = lebar serat pada penampang tegak lurus beban
Iy = Momen Inersia penampang terhadap sumbu Y

Contoh soal :
Diketahui penampang seperti gambar berikut :
100 cm

12 cm

48 cm

30 cm
Sudah didapat : F = 1800 cm2 ; Ix = 879971 cm4;
Titik berat : O(30,91 ; 37,64),
Jika penampang di atas direncanakan memikul Gaya Lintang sebesar (Q) = 15 ton, hitung
dan gambar diagram tegangan geser penampang di atas.

Penyelesaian
Langkah awal penyelesaian soal ini adalah dengan memberi notasi pada setiap
sudut penampang sebagai berikut :
Langkah menghitung dan menggambar diagram tegangan geser adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan serat yang akan ditinjau a-b, o-o, c-d, c-e, g-f.
2. Hitunglah statis momen terhadap sumbu horisontal (Sx) pada titik berat untuk
masing-masing serat tersebut dan ingat rumus statis momen bidang yaitu :
Sx = Fi.ayi, ingat tinjau luas bidang di bawah atau di atas serat hasil sama,jadi
pilih salah satu!

Fi = luas penampang bagian,


ayi = jarak titik berat penampang bagian ke titik berat penampang total.
Maka,
Sxab = 0 (tinjau luas bidang di bawah serat)
Sxoo = (30.37,64).1/2.(37,64) = 21252 cm3 (tinjau luas bidang di bawah serat)
Sxcd = Sxce= (100.12).(54-37,64) = 19632 cm3(tinjau luas bidang di atas serat)
Sxgf = 0 (tinjau luas bidang di atas serat)
3. Tentukan lebar serat (b)
bab = 30 cm
boo = 30 cm
bcd = 30 cm
bce = 100 cm
bgf = 100 cm
4. Hitung tegangan geser () untuk masing-masing serat yang ditinjau dengan rumus
umum :
Q.Sx

b.Ix

Telah diketahui :
Gaya lintang (Q) = 15 ton = 15000 kg
Momen Inersia terhadap sumbu X (Ix) = 879971 cm4
Jadi :
 ab  0 ; (Sab = 0)
15000.21252
 oo   12,08 kg/cm2
30.879971
15000.19632
 cd   11,15 kg/cm2
30.879971
15000.19632
 ce   3,35 kg/cm2
100.879971
 gf  0 ; (Sgf = 0)
5. Gambar diagram tegangan geser (harus pakai skala)

gf = 0
ce = 3,35 kg/cm2

cd = 11,15 kg/cm2

oo = 12,08 kg/cm2

ab = 0

Sebagai latihan cobalah bentuk penampang di bawah ini. Beban gaya Geser dapat
dipakai sama dengan contoh di atas atau ditentukan sendiri

t2=13 mm

t1 = 8 mm
h=400 mm
t2 = 13 mm

b =200 mm

Sebagai catatan, maka perlu diperhatikan agar mendapatkan gambar yang


sempurna dan jelas maka sebaiknya disajikan menggunakan skala.

2.4.2 Tegangan Geser oleh Torsi


Perhatikan gambar berikut ini :

Total gaya geser (Q) yang bekerja pada F adalah :

 Q = F = r/c.max.F

Besarnya torsi yang timbul adalah :

T = rQ = max/c.r2.F

Sehingga total Torsi yang ditimbulkan oleh gaya geser dan harus seimbang dengan Torsi
Dalam sebesar :

T) = max/c.r2.F) = T
T = max/c.r2.F)
 r2.F) = ( r2.dF) = Ip (Inersia Polar)

sehingga :
T.c
 max 
T = max/c.Ip. -- Ip

Dan secara umum berlaku :


T.r

Ip
Dimana :
  = Tegangan geser akibat Torsi
T = Torsi
r = Radius titik yang ditinjau dari titik berat
= (x2 +y2) ; x,y = Koordinat titik tinjau dengan pusat salib sumbu pada titik
berat penampang
Ip = Inersia polar = Ix + Iy
Dengan adanya puntiran maka unsur-unsur dalam penampang sepanjang bentang
mengalami putaran sebesar . Besarnya  ditentukan sebagai berikut :

 max .L
Busur QQ’ = max.L = c. -----  
c
Untuk distorsi elastis pada batang yang mengalami puntiran, gaya geser
maksimum dalam batas elastis dan menurut Hukum Hook berlaku :

 max
T .c
    max  
; dengan G = Modulus Geser
G Ip.G
Dengan mensubstitusikan nilai max ke persamaan  didapat :

 max .LT .c L T
  =.  .L
c Ip.G c Ip.G
Untuk Torsi yang bekerja sepanjang L dari Suatu titik tetap akan berlaku :
T T
      .L   L ; L=L
Ip.G Ip.G
Sehingga :

T .L

Ip.G

Dimana :
 = Putaran sudut pada lokasi torsi dalam radian
T = Torsi
L = Panjang Batang dari ujung batang yang dianggap tetap (perletakan)
ke lokasi Torsi
Ip = Inersia Polar
G = Modulus geser (tergantung jenis bahan)
Gbaja = 8,1.105 kg/cm2
Gkayu = 6.104 kg/cm2
Contoh Soal:
Diketahui sebuah konsol kayu seperti gambar :

T= 20 kgm (pada ujung konsol)

h =12cm

b=8cm
L = 2m

Gkayu = 6.104 kg/cm2

Hitunglah :
1.Tegangan geser maksimum yang terjadi akibat puntir sebesar T = 20 kgm
2. Besarnya sudut puntiran pada ujung konsol

Penyelesaian :
Satuan akhir tegangan : kg/cm2
1. diselesaikan dengan rumus :
T.r

Ip

T .rmax
 max  12
Ip
diketahui : 8
L = 2 m = 200 cm
T = 20 kgm = 2000 kgcm
rmax = (42 + 62) = 7,21 cm (koordinat pada sudut penampang)
Ip = Ix + Iy = 1/12.b.h3 + 1/12.h.b3
= 1/12.8.123 + 1/12.12.83 =1664 cm4

1. Tegangan geser maksimum akibat puntir


2000.7,21
 max  = 8,67 kg/cm2
1664
2. Sudut puntiran paga ujung konsol
T .L 2000.200
 = = 0,004 Radian = 0,004.180/
Ip.G 1664.6.10 4
= 0,23o
Untuk latihan cobalah bentuk penampang dan beban yang lain!

CONTOH SOAL :
Diketahui konstruksi balok beton bertulang dengan pembebanan dan penampang sebagai
berikut :
q = 2+(n/10) t/m’

H = 10+n ton
A B
5m

80 cm

12 cm

38 cm
35 cm

Diminta :
a. Hitung besaran penampang dan besaran Inersia penampang tersebut di atas
b. Hitung dan Gambar Diagram Tegangan akibat momen Lentur pada tengah bentang
c. Hitung dan Gambar Diagram Tegangan akibat gaya lintang sejauh 1 m di kanan
A
d. Hitung dan Gambar Diagram Tegangan akibat Gaya Normal (centris) saja sejauh
2 m di kanan A
e. Hitung dan Gambar Diagram Tegangan akibat Gaya Normal (centris) dan Momen
lentur sejauh 2 m di kanan A

PENYELESAIAN
a. Menghitung Besaran Penampang

1. Menghitung Luas Penampang (F)


F1 = 80 x 12 = 960 cm2
F2 = 35 x 38 = 1330 cm2 +
F = 2290 cm2
2. Menghitung Koordinat Titik Berat Penampang (Xs, Ys)
*) Koordinat titik berat penampang bagian
O1 = (x1,y1) = O1 ([0+80]/2 ; [48+60]/2) = O1(40 ; 54)
O2 = (x2,y2) = O2 ([45+80]/2 ; [0+48]/2) = O2(62,5 ; 24)

*) Titik berat penampang majemuk O(Xs; Ys)

Xs 
 ( Fi .xi )  F1.x1  F2 .x2  960.40  1330.62,5  53,07 cm
 Fi F1  F2 2290

Ys 
 (F .y )  F .y  F .y
i i 1 1 2 2

960.54  1330.24
 36,58 cm
F i F F 1 2 2290
Jadi Koordinat penampang majemuk adalah O(Xs;Ys) = O(53,07 ; 36,58)

3. Momen Inersia penampang majemuk (Ix ; Iy)


- Momen Inersia terhadap sumbu-X (Ix)
Ix1 = 1/12.b1.h13 + ay12.F1
= 1/12.80.123 + (Ys-y1).1330
= 1/12.80.123 + (36,58 – 54)2.960 = 302838 cm4
Ix2 = 1/12.b2.h23 + ay22.F2
= 1/12.30.483 + (Ys-y2).1330
= 1/12.30.483 + (36,58 – 24)2.1330 = 486961 cm4
Ix = Ix1 + Ix2 = 302838 + 486961 = 789799 cm4

- Momen Inersia terhadap sumbu-Y (Iy)


Iy1 = 1/12.h1.b13 + ax12.F1
= 1/12.12.803 + (Xs-x1).960
= 1/12.12.1003 + (53,07 – 40)2.960 = 675992 cm4

Iy2 = 1/12.h2.b23 + ax22.F1


= 1/12.48.303 + (Ys-y2)2.1330
= 1/12.48.303 + (53,07 – 62,5)2.1330 = 226270 cm4

Iy = Iy1 + Iy2 = 675992 + 226270 = 902262 cm4

*) Momen Inersia Polar (Ip)


Ip = Ix + Iy
= 789799 + 902262 = 1692061 cm4

*) Jari-jari Inersia (ix ; iy), Jari-jari Inersia Polar (ip)

Ix 789799
ix    18,57 cm
F 2290
Iy 902262
iy    19,85 cm
F 2290
Ip 1692061
ip    27,18 cm
F 2290

b. Menghitung dan menggambar tegangan akibat tengangan lentur ditengah


bentang

Rumus umum tegangan lentur :

N My Mx
 + .x - .y
F Iy Ix

Tegangan lentur yang diminta dihitung adalah di tengah bentang. Gaya Dalam yang
memberi kontribusi tegangan lentur yaitu :
N = 0 (Tidak ada Gaya Normal atau Gaya Aksial)
My = Momen lentur terhadap sumbu Y penampang
= 0 (Tidak ada beban luar yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu Y
penampang dalam hal ini adalah beban yang tegak lurus bidang gambar)
Mx = Momen lentur terhadap sumbu X penampang
≠ 0 (ada beban luar yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu X penampang dalam
contoh soal ini adalah beban merata sebesar q=2 t/m)

Dengan demikian rumus umum diatas dapat disederhanakan menjadi :

Mx
 - .y
Ix

Menghitung Mx

+
Mx = +6,25 tm = 6,25 x 1000 x 100 = 625.000 kgcm
Menghitung Ix
Ix sudah dihitung saat menghitung besaran penampang, dimana hasil perhitungan
mendapatkan nilai Ix = 789799 cm4

Menghitung y
Sebetulnya langkah ini adalah menghitung atau menentukan koordinat setiap titik pada
penampang yang diperlukan untuk menentukan tegangan yang nantinya membantu
untuk memudahkan dalam menggambar diagram tegangan. Dalam kondisi pembebanan
hanya momen lentur tehadap sumbu-X, maka Nilai y atau ordinat saja yang diperlukan
dimana untuk titik yang berada diatas sumbu X akan bernilai positif (+) dan yang dibawah
sumbu X akan bernilai negatif (-). Lihat gambar di bawah. Selengkapnya koordinat titik-
titik pada penampang adalah sebagai berikut :

Untuk nilai y pada serat paling atas selanjutnya disebut Ya = (+23,42) cm dan nilai y
untuk serat paling bawah selanjutnya disebut Yb = (-36,58) cm

Menghitung tegangan ditengah bentang ()


Tegangan pada serat atau sisi penampang paling atas (a)
Mx 625000
a - .Ya = - .(+23,42) = -18,53 kg/cm2 (Tegangan Tekan)
Ix 789799
Tegangan pada serat atau sisi penampang paling bawah (b)
Mx 625000
b  - .Yb = - .(-36,58) = +28,95 kg/cm2 (Tegangan Tarik)
Ix 789799
Menggambar Diagram Tegangan
c. Menghitung dan Menggambar Diagram Tegangan akibat gaya lintang
sejauh 1 m di kanan A.
Tegangan yang terjadi akibat Beban Gaya Lintang adalah Tegangan Geser () dengan
Q.Sx
rumus umum  
b.Ix
Menghitung Gaya Lintang (Q) sejauh 1 m dikanan A (pada titik K)
Gaya Lintang pada titik sejauh 1 m dikanan A dihitung sebagai berikut :

Gaya Lintang sejauh 1 m dikanan A (pada titik K) adalah sebesar DK


1,5
DK = x 5  3 ton
2,5
Q = DK = 3 ton = 3000 kg

Menghitung Ix
Ix sudah dihitung saat menghitung besaran penampang, dimana hasil perhitungan
mendapatkan nilai Ix = 789799 cm4

Menghitung Sx
Sx adalah statis momen penampang diatas atau dibawah serat yang ditinjau, oleh
karena itu sebelum menghitung statis momen kita harus menentukan serat-serat
yang harus ditinjau (ditinjau yang perlu saja untuk memudahkan dalam
menggambar Diagram Tegangan Geser).
Serat-serat penampang yang harus ditinjau adalah : serat a-b, o-o, c-e, d-e dan f-g
Statis momen-momen penampang pada masing-masing serat tinjauan adalah :

Sx(a-b) = 0 (Luas penampang dibawah serat = 0)


Sx(0-0) = 30 x 36,58 x 18,29 = 20071 cm3
Sx(c-e) = Sx(d-e) = 80 x 12 x 17,42 = 16723 cm3
Sx(f-g) = 0 (Luas penampang diatas serat = 0)
Menentukan lebar serat
b(a-b) = 30 cm
b(o-o) = 30 cm
b(c-e) = 80 cm
b(d-e) = 30 cm
b(f-g) = 80 cm

3000.0 3000.20071
 ab  = 0 kg/cm2 ;  00  = 2,54 kg/cm2
30.789799 30.789799

3000.16723 3000.16723
 ce  = 0,79 kg/cm2 ;  de  = 2,12 kg/cm2
80.789799 30.789799
3000.0
 fg  = 0 kg/cm2
30.789799

Menggambar Diagram Tegangan Geser

Anda mungkin juga menyukai