Refarat Hemoroid Asli
Refarat Hemoroid Asli
PENDAHULUAN
Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Sulit
untuk memperoleh angka insidensi dari penyakit ini. Tapi pengalaman klinik
menyokong dugaan bahwa sangat banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan
yang menderita hemoroid. Bahkan yang lebih banyak lagi menderita hemoroid dalam
bentuk tanpa gejala atau keluhan. Dikatakan bahwa baik pria maupun wanita
mempunyai peluang yang sama untuk terkena hemoroid. Semua orang diatas 30
tahun mempunyai kemungkinan 30-50% untuk mendapat varises di tungkai, pleksus
hemoroidalis maupun di tempat lain.
Insidensi hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia. Mungkin sekurang-
kurangnya 50% orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam
berbagai derajat. Namun demikian tidak berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang
tua saja. Hemoroid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-kadang dapat
dijumpai pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa,
tetapi dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Hanya apabila hemoroid
menyebabkan keluhan atau penyulit, maka dilakukan tindakan.
1
ANATOMI REKTUM dan ANUS
2
Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang
yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin
dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus
vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena
hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam
vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat
menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaluran limfe
3
Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan
limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
daerah anus dapat mengakibatkan limfeadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari
rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk
eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.
Persarafan
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure
simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke
jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur
aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada
waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat
menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal adalah untuk menghantarkan
massa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut
dengan cara terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses
pencernaan, selain hanya dapat menyerap sedikit cairan. Selain itu, sel-sel Goblet
mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian
diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada
4
rectosigmoid junction kira-kira 20cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari
tempat ini juga member tambahan penghalang masuknya feses ke rektum. Akan
tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara normal hasrat
untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflex kontraksi dari rektum dan
relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus menerus dan sedikit demi
sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan eksterna.
Defekasi.
Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid
kedalam rektum kadang-kadang ditentukan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi
sigmoid masuk ke dalam rektum, dirasakan oleh rektum dan menimbulkan keinginan
defekasi.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang
peranan berarti. Defekasi terjadi akibat refleks peristaltic rektum, dibantu oleh
mengedan, dan relaksasi sfingter ani eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi
rectum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
II. DEFENISI
5
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang
kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern
mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus
hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah
perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
KLASIFIKASI
Secara klinis, hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar,
yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah
lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi
secara spontan masuk kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi
telah selesai.
6
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat
lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat
dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
7
III. ETIOLOGI
8
akan menekan vasa sehingga darah vasa akan mengalir., akibatnya benjolan
menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba apabila telah terjadi trombus.
Benjolan teraba keras. Massa ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan
sesudah defekasi, tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual, dan
akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.
4. Nyeri
Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna dengan trombosis.
Nyeri tidak berhubungan dengan hemoroid intern, tetapi bila hemoroid interna
nyeri menandakan telah terjadi peradangan.
5. Iritasi dari kulit perianal yang disebabkan lembabnya daerah itu oleh
discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar.
6. Gejala-gejala anemi sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing
bila berdiri, lemah, pucat.
V. DIAGNOSIS
9
terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan
ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang
ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta
mengejan
2. Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di
region anal yang dapat ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid
derajat II tidak terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan
tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan sebagai
pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, kanan depan, kanan belakang,
dan kiri lateral. Hemoroid yang kecil terletak diantara ketiga posisi tersebut.
Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan
adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian lainnya ditutupi
kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.
3. Palpasi
Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena
yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi.
Hanya setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps,
sehingga jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
10
Diperlukan untuk menilai hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam
lumen. Jika penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata banyaknya benjolan,
derajat, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissura ani, dan tumor
ganas harus diperhatikan.
3. Proktosigmoidoskopi
Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau keganasan.
VI. KOMPLIKASI
VIII. TERAPI
11
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara
perorangan. Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan
sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan
isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya
dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar
yang mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan
apabila hemoroid menjadi simptomatik.
1. Non operatif
a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.
Makanan tinggi serat membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa didalam jaringn areolar yang longgar dibawah hemoroid
12
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi
suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasihat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokuta. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauhd ari garis mukokuta. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
13
oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami
nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tida sembuh
dengan terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV
yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi
14
diangkat. Bila sayatan ini kemudian dijahit tidak menimbulkan stenosis.
Umumnya dengan metoda ini mukosa turut diangkat bersama varises.
Kelihatannya lebih kasar, tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk
mengerjakan metode ini kira-kira 15 menit.
3. Metode Morgan-Milligan
Dengan metode ini semua varises diangkat sehingga tidak timbul residif.
4. Metode Ferguso
5. Bedah beku
15
mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah beku ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma kolon yang inoperable.
Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani
harus benar-benar lumpuh. Pada orang-orang tua, penderita tuberculosis, dan
penyakit saluran pernafasan lainnya dapat dipakai anestesi lumbal, dimana
penderitanya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik.
Pada hemoroidektomi selalu terjadi infeksi dan edema pada luka bekas
sayatan, yang akhirnya menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena dalam traktus
gastrointestinal banyak kumannya. Tidak dibutuhkan imunisasi tetanus,
karena meskipun banyak kuman, traktus gastrointestinal bukan port d’entre
kuman tetanus.
16
Daftar Pustaka
1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal
672-75.
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2009. hal 587-90.
17
3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005.
4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
18