Anda di halaman 1dari 46

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I telah disetujui dan disahkan oleh Dosen
Pembimbing Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Program Studi Teknik Geodesi,
Universitas Diponegoro.
Disusun oleh:
Kelompok 6-A
1. Marissa Isabella Panggabean NIM 21110116120005
2. Nurrabia Firiani NIM 21110116120014
3. Resi Diansismita NIM 21110116120023
4. Naldius Bagas Sidabutar NIM 21110116120033
5. Nella Wakhidatus Sholekhah NIM 21110116120035
6. Dyto Elang Narendrasastri NIM 21110116140039
Semarang, Desember 2016
Menyetujui,
Asisten Praktikum

Christovel Natar P
NIM. 21110113190093

Mengetahui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah, Dosen Praktikum ,

Ir. Bambang Sudarsono, MS Abdi Sukmono, ST., MT


NIP. 195709131986031001 NIP. 198811182014041002
KATAPENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1 ini tanpa menemui
hambatan yang berarti. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Sawitri Subiyanto M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Ir.Bambang Sudarsono,MS, selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah I.
3. Abdi Sukmono, S.T., M.T, selaku dosen praktikum Ilmu Ukur Tanah I.
4. Christovel, selaku Asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 1 yang telah
membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan praktikum
Ilmu Ukur Tanah 1.
Penulis sadar bahwa laporan yang penulis susun ini masih sangat jauh dari
sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun untuk sebagai acuan agar menjadi lebih baik lagi. Terima kasih.

Semarang, Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


A. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria;

2. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik;

3. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi


Publik;

4. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;

5. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;

6. Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria


dan Tata Ruang;

7. Peraturan Presiden No. 20 tahun 2015 tentang Badan Pertanahan


Nasional;

8. Peraturan Menteri Negara Agararia/Kepala Badan Pertanahan Nasional


No. 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;

9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional No. 8 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 28 Tahun 2016 tentang Percepatan Program Nasional
Agraria Melalui Pendaftaran Tanah Sistematik;

11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap jo. Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap;

13. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional No. 38 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
B. Gambaran Umum
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menetapkan, bahwa untuk menjamin
kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang jo. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015
tentang Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (KATR/BPN) ditugaskan untuk
melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan dan bertanggung
jawab kepada Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi.
Untuk mempercepat pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 UUPA yang saat ini baru mencapai ± 44.227.462 bidang tanah dari
± 108.422.172 bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
(berdasarkan data per tanggal 23 November 2016) diperlukan percepatan
pendaftaran tanah lengkap sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap. Oleh sebab itu direncanakan seluruh bidang tanah di
Indonesia sudah terdaftar pada tahun 2025 sebagaimana dicanangkan dalam
Rencana Pembanguna Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.
Adapun rincian target percepatan pendaftaran tanah per tahun s.d tahun
2025 sebagaimana “road map” pencepatan pendaftaran tanah adalah tahun
2017 sebanyak 5.000.000 bidang, tahun 2018 sebanyak 7.000.000 bidang,
tahun 2019 sebanyak 10.000.000 bidang, tahun 2020 sebanyak 10.000.000
bidang, Tahun 2021 sebanyak 10.000.000 bidang, Tahun 2022 sebanyak
10.000.000 bidang,Tahun 2023 sebanyak 10.000.000 bidang, dan tahun 2024
sebanyak 2.444.710 bidang
Sebagaimana tercantum dalam road map di atas, pada tahun 2017
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah
mentargetkan pendaftaran tanah sebanyak 5.000.000 bidang. Saat ini dalam
DIPA Kementerian ATR/BPN sudah tersedia anggaran untuk melaksanakan
legalisasi aset sebanyak 2 Juta Bidang. Sesuai dengan amanat Presiden
dalam Rapat Terbatas dengan Jajaran Kabinet Penambahan Anggaran
diusulkan ke Menteri Keuangan RI oleh Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 2078/1.1/V/2017 tanggal 23 Mei
2017 hal Dokumen Pendukung Usulan Penambahan Anggaran 2017 dalam
rangka percepatan pendaftaran tanah 5 (lima) juta bidang. Kemudian
berdasarkan hasil penelahan terhadap Usulan Penambahan antara
Kementerian Keuangan dan Kementerian ATR/BPN, anggaran legalisasi
aset tahun 2017 ditambah sebesar Rp.1,2 T untuk melaksanakan 3 juta
bidang yang tersebar di hampir seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan pencapaian penyelesaian target tepat waktu
dan tepat sasaran serta untuk mencapai hasil yang optimal kinerja dan
keuangan dalam rangka percobaan pendaftaran tanah, maka kegiatan
pensertipikatan dilaksanakan melalui pendaftaran tanah sistematis lengkap.
Melalui pendaftaran tanah sistematis lengkap, selain pendaftaran tanah
pertama kali secara serentak, dilaksanakan pula pemutakhiran data dan
informasi bidang tanah. Melalui pendaftaran tanah sistematis lengkap
diperoleh peta bidang tanah beserta informasi bidang tanahnya secara
lengkap dan utuh desa demi desa atau kelurahan demi kelurahan. Salah satu
tahapan dalam kegiatan adalah pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
dilaksanakan secara sitematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah
desa atau kelurahan lengkap.
I.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan praktikum ini adalah :
Maksud:
1. Agar masyarakat dapat membuka akses permodalan atau sumber-sumber
ekonomi lainnya bagi penambahan usaha bagi masyarakat dan dapat
mengurangi potensi timbulnya sengketa tanah;
2. Agar tersedianya informasi bagi pemerintah mengenai bidang-bidang tanah
yang terdaftar akan membantu pemerintah dalam perencanaan pembangunan
secara utuh
Tujuan:
1. Waktu pelaksanaan relatih lebih cepat dibandingkan pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sporadik;
2. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
3. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan
yang sudah terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
4. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah dalam satu
wilayah desa/kelurahan;
5. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictoir delimitatie) relatif
lebih mudah dilaksanakan.
I.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini adalah :
1. Persiapan dan Perencanaan Pekerjaan.
a. Persiapan Umum dan Presentasi Rencana Kerja
b.Pengumpulan Bahan
c. Survey Pendahuluan
d.Pengukuran GCP
e. Pemotretan Drone/Pengolahan Citra
f. Pengolahan dan Pencetakan Peta Kerja
g. Pengadaan Base Camp
h.Pendaftaran sebagai Mitra pada Aplikasi KKP

2. Penyuluhan
3. Identifikasi dan Delineasi Batas Bidang Tanah

4. Pengukuran Bidang-Bidang Tanah dan Pembuatan Gambar Ukur.

a. Penetapan Batas dan Pengukuran bidang-bidang tanah yang belum


terdaftar

b.Pembaruan Data Bidang Tanah Terdaftar (K4)

c. Pembuatan Gambar Ukur

d.Pengumpulan Toponimi dan Informasi Bidang Tanah Terdaftar

5. Pembuatan Peta Bidang Tanah (untuk lampiran pengumuman)


a. Plotting hasil delineasi dan pengukuran bidang
b. Pembuatan Peta Bidang Tanah dalam bentuk digital dan hard copy
c. Checkplot dan editing

6. Pembuatan Peta Bidang Tanah (untuk lampiran pengumuman)


a. Pembuatan Daftar Tanah
b. Pencetakan Peta Dasar Pendaftaran

c. Pembuatan Peta Indeks

7. Pembuatan Laporan

a. Pembuatan Laporan Awal

b. Pembuatan Laporan Bulanan

c. Pembuatan Laporan Akhir

8. Penyerahan Hasil Pekerjaan.

I.4 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan pengukuran dan pemetaan kadastral pada kegiatan Pendaftaran
Tanah Sistematik Lengkap ini adalah sesuai dengan lokasi yang telah ditetapkan
oleh Kementerin Agraria dan Tata Ruang/ Bapan Pertanahan Nasional,
Desa/Kelurahan -, Kecamatan, -, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah
yaitu sbb :

TARGET JUMLAH
NO DESA/KELURAHAN KECAMATAN
PRONA UKM TARGET
1 Tegalsari Garung 4033 4033
2 Selomanik Kaliwiro 3214 3214
3 Banjar Kertek 1356 1356
4 Jonggolsari Leksono 4143 300 4443
5 Kalidadap Wadaslintang 3906 3906
6 Wonosroyo Wadaslintang 3048 3048
JUMLAH 1970 300 20000

I.5 Sumber Pendanaan


Biaya kegiatan Pengukuran, Pemetaan, dan Informasi Bidang Tanah dibebankan
pada DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo Tahun 2018. Biaya yang
dianggarkan untuk kegiatan tersebut adalah sebesar Rp 3.504.960.000 (Tiga Milyar
Lima Ratus Empat Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah.
BAB II
PENDEKATAN UMUM & TEKNIS

II.1 Profil Perusahaan


Kami adalah mitra BPN yang bernama Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi Dyto
Elang S.T dimana penjelasan informasi kami adalah sebagai berikut :

1. Struktur Organisasi

Ketua
Dyto Elang Narendrasastri

Kabag Tata Usaha


Alfiyan Mustaqim

Kasi Kepegawaian Kasi Infrastruktur


Sartika Anggit Swarna

Kasi Keuangan
Annisa Salamah

Kasi Pemetaan Kasi Pengukuran


Ningsih Narendrasastri Dyto

Kasi Pencetaan SU
Aldi Hutaip
2. Lisensi : SK 1-0989-22
S.K. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
Nomor :22/KEP-119.13.4/1/2017

3. Alamat :Jalan Trito Agung No.41 Kelurahan Pedalangan


Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang No.Telp
085642874854

4. Inventarisasi peralatan dan tenaga kerja

DAFTAR INVENTARISASI PERALATAN DAN TENAGA KERJA


KJSKB DYTO ELANG
No. Deskripsi Kuantitas

1. Tenaga Kerja 55 orang


2. Printer A3 12 unit
3. Ploter 4 unit
4. Pita Ukur 25 unit
5. Total Station 10 unit
6. Software Lisensi 5 unit
7. ATK
Cetak Peta Kerja 5 paket
ATK GCP 5 paket
8. Perlengkapan Komputer 22 paket
9. Internet 1 wifi
10. Komputer 22 unit
11. Laptop 18 unit
12. Scanner A3 8 unit
13. GPS Geodetik 5 set
5. Pengalaman pekerjaan proyek

DAFTAR PENGALAMAN PROYEK YANG PERNAH DIKERJAKAN

NO PEKERJAAN TAHUN LOKASI JUMLAH

KECAMATAN
1 PENGUKURN PTSL PAKET 2 2017 WARUNGPRING, 10000
BANJARNEGARA

KECAMATAN
2 PENGUKURAN PTSL PAKET 1 2017 10000
WARUREJA, MAGELANG

KECAMATAN SUSUKAN,
3 PENGUKURAN PTSL PAKET 2 2017 20000
WONOSOBO

KECAMATAN
4 PENGUKURAN PTSL PAKET 3 2017 5000
AMPEL,BANJARNEGARA

KECAMATAN ADAN,
5 PENGUKURAN PTSL PAKET 2 2018 5000
TEMANGGUNG

KECAMATAN TARUKAN,
6 PENGUKURAN PTSL PAKET 1 2018 6500
TEMANGGUNG

KECAMATAN PLERET,
7 PENGUKURAN PTSL PAKET 1 2018 10000
TEMANGGUNG

KECAMATAN DOKO
8 PENGUKURAN PTSL PAKET 4 2019 10000
SEMARANG

KECAMATAN BEJI,
9 PENGUKURAN PTSL PAKET 3 2019 5000
WONOSOBO

Dengan sedemikian peralatan dan pengalaman pengerjaan proyek seperti yang


tertera di atas, maka kami KJSKB DYTO ELANG SIAP UNTUK MENGERJAKAN
PROYEK PENGUKURAN PTSL 20000 BIDANG DI KABUPATEN WONOSOBO.
II.2 Diagram Alir Pekerjaan
Berikut adalah diagram alir untuk pengukuran 20000 bidang tanah di Kabupaten
Wonosobo yang akan kami lakukan :

Persiapan dan Perencanaan

Identifikasi dan Delineasi Batas Bidang Tanah

Pengukuran Bidang-Bidang Tanah

Pembuatan Gambar Ukur

Pembaruan Data Bidang Tanah Terdaftar (K4)

Pemetaan Bidang-Bidang Tanah

Pembuatan Peta Bidang Tanah

Pengumuman dan Perbaikan Peta Bidang Tanah Setelah


Perbaikan
BAB III
METODE PELAKSANAAN

III.1 Persiapan Umum dan Presentasi Rencana Kerja


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus
mempresentasikan kepada Pemberi Pekerjaan dan Panitia Ajudikasi
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap mengenai:
1. Organisasi Proyek.
2. Metode Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
3. Rencana mobilisasi tenaga dan alat.
4. Metode pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
5. Program mutu proyek.

III.2 Pengumpulan Bahan


Pelaksana Pekerjaan harus mengumpulkan bahan-bahan yang berguna dalam
pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral seperti yang tertera dalam
Pasal 4. Kanwil maupun Kantah mempunyai tanggung jawab untuk
mempersiapkan bahan tersebut. Selain bahan yang berasal dari Pemberi
Pekerjaan, Kanwil atau Kantah; Pelaksana Pekerjaan dapat mengumpulkan
bahan lain dari sumber lain yang dianggap perlu untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan (misal : peta PBB, peta Desa, peta RTRW, dsb). Biaya
yang timbul dari pengumpulan bahan ini ditanggung oleh Pelaksana
Pekerjaan.

III.3 Survey Pendahuluan


Sebelum dilaksanakan pengukuran bidang tanah, Pelaksana Pekerjaan
didampingi Tim Penyuluhan Kantor Pertanahan melaksanakan penyuluhan
yang bertujuan untuk :

1. Berkoordinasi dengan aparat desa/ Ketua RW/Ketua RT/Tokoh


Masyarakat tentang rencana, jadwal dan pelibatan masyarakat dalam
pemasangan tanda batas bidang tanah dan pengukurannya.
2. Membagikan Formulir Persiapan Pengukuran Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (Lampiran No 5) dan dikumpulkan selambat-
lambatnya sebelum pelaksanaan pengukuran.

3. Mendapatkan gambaran awal jumlah bidang yang dapat diukur.

4. Mengumpulkan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) peserta PTSL.

5. Mengumpulkan salinan dokumen alas hak (jika ada) atau dokumen


pernyataan pemilikan/penguasaan tanah dari peserta PTSL.

III.4 Pengukuran Ground Control Point (GCP)


GCP dibuat dan diukur sebagai titik kontrol dalam kegiatan Pemotretan udara
dengan drone untuk pembuatan Peta kerja dan atau titik kontrol / ikat kegiatan
pengukuran pemetaan dalam rangka PTSL. Titik kontrol pemotretan udara
terdiri dari titik kontrol dalam sistem koordinat lintang, bujur dan tinggi
terhadap spheroid pada datum WGS-84 dan atau Koordinat proyeksi TM 3°
pada datum WGS-84; Titik kontrol/titik ikat terletak pada pojok, perimeter
dan tengah dari blok area pekerjaan (Lokasi PTSL). Metode dan spesifikasi
GCP mengikuti Petunjuk Teknis Pembuatan Peta Kerja dengan menggunakan
Pesawat Nirawak / Drone.

III.5 Pengolahan Citra


Pemotretan dengan Drone adalah kegiatan pembuatan peta kerja dengan
melakukan pemotretan udara menggunakan wahana pesawat udara nirawak
(drone). Kegiatan ini dilakukan apabila pada lokasi PTSL tidak tersedia Peta
Dasar. Selain pemotretan dengan. Drone, pembuatan peta kerja dapat
dilakukan dengan melakukan pengolahan raw data Citra Satelit Resolusi
Tinggi (CSRT).

III.6 Pengolahan dan Pencetakan Peta Kerja


Pengolahan hasil pemotretan drone dan pengolahan raw data CSRT
menggunakan software pengolah yang kompatible. Hasil dari pemotretan
drone dan pengolahan citra disimpan dalam format digital dan apabila
diperlukan dapat dicetak untuk digunakan di lapangan.
III.7 Pengadaan Base Camp
Basecamp Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
bertempat di lokasiPTSL atau tempat lain yang letaknya tidak jauh dari lokasi
PTSL dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi dengan Panitia Ajudikasi
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap. Selanjutnya pelaksana Pekerjaan
harus melaksanakan mobilisasi Peralatan dan Tenaga Pelaksana yang dimulai
paling lama 10 (sepuluh) hari setelah SPMK ( Surat Perintah Mulai Kerja ).

III.8 Identifikasi dan Delineasi Batas Bidang Tanah


Identifikasi dan deliniasi digunakan pada metode pengukuran dengan
fotogrametris. Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan identifikasi
batas bidang-bidang tanah dengan menggunakan peta dasar pendaftaran
berupa peta foto dan menarik garis ukur (deliniasi) untuk batas bidang tanah
yang jelas dan memenuhi syarat. Metode ini hanya dapat dilaksanakan untuk
daerah terbuka, non-pemukiman, non-komersial, non-industri. Untuk garis
batas bidang tanah yang tidak dapat diidentifikasi pada peta kerja dilakukan
dengan pengukuran di lapangan.

III.9 Pengukuran Bidang-Bidang Tanah


a. Prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan
pemetaan sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan, dapat
diketahui letak dan batasnya di atas peta serta dapat direkonstruksi batas-
batasnya di lapangan.

b. Pengukuran bidang tanah hanya boleh dilakukan pada bidang tanah yang
telah jelas batas bidang tanahnya.

c. Penunjukan batas bidang tanah, pemasangan tanda batas, dan atau


identifikasi batas bidang tanah dilakukan oleh pemilik tanah atau
kuasanya atau perangkat desa/kelurahan/kampung/RW/RT.

d. Objek Pengukuran adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar


maupun telah terdaftar (yang sebelumnya belum dipetakan atau yang perlu
ditingkatkan kualitas datanya) dengan melakukan penyesuaian terhadap
struktur topografis yang ada dalam satu Desa / Kelurahan secara lengkap
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

e. Untuk daerah Pemukiman, komersil, industri pengukuran menggunakan


metode terestris, GNSS atau kombinasi.

f. Apabila dalam pengukuran bidang tanah ditemukan adanya bidang-bidang


tanah yang sudah terdaftar yang belum terpetakan, maka bidang-bidang
tersebut diukur dan dipetakan dengan metode pengukuran yang sama
dengan bidang tanah yang belum terdaftar. Jika terjadi perbedaan dengan
data yang lama (GU, PBT atau SU), data yang digunakan untuk pemetaan
pada peta pendaftaran adalah data hasil pengukuran sistematik. Kemudian
bidang–bidang tanah tersebut dipetakan pada Peta Pendaftaran. Apabila
luas bidang tanah. terdaftar (sudah bersertipikat) yang diukur sekarang
melebihi 0,5 √L ( L = Luas bidang tanah yang tercantum dalam sertipikat
) maka harus segera dilaporkan ke Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap dalam bentuk laporan dan dibuat Berita Acara yang
memuat daftar bidang bidang tanah yang berbeda tersebut.

Untuk bidang-bidang tanah belum terdaftar tersebut terindikasi overlap


dengan bidang tanah yang sudah terdaftar harus dicatat pada Gambar Ukur
dan dibuatkan daftarnya.

g. Akurasi ploting titik yang harus dicapai untuk setiap titik-titik batas
bidang tanah adalah 0.1 mm pada skala peta, relatif terhadap titik lain yang
bersebelahan.

h. Ketelitian luas ( KL ) yang diperkenankan pada bidang adalah : KL


≤ 0.5 √L dimana L = luas bidang tanah tersebut.

i. Metode Deliniasi dapat dilakukan pada peta pendaftaran/Peta Dasar


Pendaftaran berupa peta foto atau peta garis dan detail titik batas yang
terlihat jelas atau mudah diidentifikasi di peta tersebut. Metode ini hanya
dapat dilakukan untuk panjangan sisi bidang lebih besar dari 20 M.

Pengukuran tambahan digunakan untuk :


- Titik-titik batas bidang tanah tidak teridentifikasi di Peta Dasar
Pendaftaran.

- Jarak antara titik referensi dengan titik batas bidang tanah yang akan
diukur telah melampaui 100 M.

- Pengukuran titik referensi tambahan menggunakan alat Total Station.


- Pengukuran bidang dengan jarak yang kurang dari 20 m menggunakan
alat ukur jarak.

j. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan


bidang tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang
bersifat unik, sehingga dengan mudah mencari dan membedakan bidang
tanah yang dimaksud dengan bidang tanah lainnya. Tanda pengenal
tersebut disebut Nomor Identifikasi Bidang (NIB) sementara. NIB
sementara tersebut merupakan penghubung antara Peta Pendaftaran dan
daftar lainnya yang ada dalam proses pendaftaran tanah.

k. Sebelum dilaksanakan pengukuran dan penetapan batas, pelaksana


pekerjaan harus mendokumentasikan seluruh penunjuk batas/pemilik dan
pelaksana pekerjaan dengan kamera Geotagging lengkap dengan identitas
para penunjuk batas dan pelaksana pekerjaan pada saat itu. Hasil dari
dokumentasi ini dicetak menggunakan formulir pada lampiran 2 dan
dicetak untuk menjadi lampiran Gambar Ukur. Untuk tiap tim pengukuran
di lapangan dilakukan pendokumentasian minimal 2 kali setiap hari di
lapangan.

III.10 Pembuatan Gambar Ukur


a. Gambar Ukur (DI. 107) pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat
data hasil pengukuran bidang tanah yang berupa jarak, sudut, azimuth,
nilai koordinat maupun gambar bidang tanah dan situasi sekitarnya.
Selain data-data tersebut di atas juga dicantumkan keterangan-
keterangan lain yang mendukung untuk memudahkan dalam
penatausahaan gambar ukur. Catatan-catatan pada gambar ukur harus
dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas bidang tanah apabila
karena sesuatu hal titik-titik batas yang ada di lapangan hilang.
b. 1 (satu) lembar Gambar ukur sistematik (DI 107) dapat memuat satu
bidang tanah atau lebih.

c. Gambar Ukur dibuat sesuai dengan format kertas standar A3/double A4


dengan ketebalan seperti karton manila.

d. Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus


mencantumkan angka ukur panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang
tanah hasil ukuran di lapangan.

e. Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan


deliniasi harus mencantumkan koordinat titik batasnya dan/atau ukuran
panjangan sisi bidang tanah hasil pengukuran di lapangan dan hasil
deliniasi.

f. Gambar ukur hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir gambar


ukur dan peta kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai oleh Petugas
Ukur atau oleh Surveyor Kadaster Berlisensi.

g. Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan atau
pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital (seperti
GNSS, dll), terdiri dari formulir gambar ukur dan print out koordinat
hasil hitungan dan hasil plotting bidang tanah.

h. Gambar ukur merupakan gabungan dari formulir gambar ukur dan copy
peta kerja serta keduanya telah ditandatangani oleh Petugas Pengukuran
(ASK dan SK).

i. Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran lapangan, yang


data ukurannya dalam bentuk digital (seperti total station, gps, dll), terdiri
dari formulir gambar ukur dan print out hasil hitungan dan hasil plotting
bidang tanah pada ukuran A4. Contoh format GU dan informasi dalam
GU hasil kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2A dan 2B.

III.11 Pengumpulan Toponimi dan Informasi Bidang Tanah


Kegiatan pengumpulan informasi bidang tanah berlaku untuk bidang tanah
yang sudah terdaftar maupun bidang tanah yang belum terdaftar.
Pengumpulan informasi dilakukan sebagai kegiatan peningkatan kualitas
data untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap guna
mendukung pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis
lengkap (terlampir).

Kegiatan pengumpulan informasi tersebut diantaranya meliputi:

1) Informasi toponimi (nama-nama obyek penting di lapangan seperti


tempat ibadah, perkantoran, sekolahan, pasar, obyek wisata dll),

2) Informasi nama jalan, RT/RW, sungai, saluran,

3) Informasi penggunaan tanah dan/atau pemanfaatan tanah,

4) Informasi NIB terhadap bidang tanah sertipikat yang belum mempunyai


NIB,

5) Informasi peta koordinat TM3º terhadap bidang tanah sertipikat yang


masih berkoordinat lokal,

6) Informasi nama desa/kelurahan yang baru apabila ada pemekaran


wilayah desa/kelurahan lama, atau

7) Informasi nilai tanah dan/atau informasi tambahan lain yang


diperlukan.

III.12 Pemetaan Bidang Tanah


a. Pemetaan bidang tanah merupakan proses ploting hasil deliniasi dan
pengukuran bidang tanah. Dalam pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap ini
proses pemetaan bidang tanah dilakukan secara digital dengan
menggunakan Software Pengukuran & Pemetaan yang digunakan
untuk mengolah hasil pengukuran dengan output file sesuai dengan
standar di Kementerian ATR/BPN yaitu *.dxf.

b. Perhitungan luas bidang tanah harus dilakukan setelah hasil


pengukuran bidang tanah dipetakan di atas Peta Dasar Pendaftaran
digital dengan bantuan software pengukuran dan pemetaan yang
digunakan (merupakan hasil proses perataan).
c. Layer, penamaan file, struktur data, format data yang digunakan dalam
pemetaan adalah layer sesuai dengan standar Badan Pertanahan
Nasional.

d. Check Plot dan editing.

Checkplot dilakukan dengan cara mengoverlaykan print out peta


digitalnya dengan peta analognya atau GU. Apabila saat check plot
ditemukan kesalahan maka dilakukan editing untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi dalam proses pemetaan.

e. Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB) dilakukan pada saat


bidang-bidang tanah tersebut diplot di atas Peta Dasar Pendaftaran
secara digital.

Nomor Identifikasi Bidang (NIB) tersebut diperoleh dari Panitia


Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Dengan demikian
Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral wajib
berkoordinasi dengan Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap dalam hal pemberian NIB tersebut.

III.13 Pembuatan Peta Bidang Tanah


a. Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 ( satu ) bidang tanah atau lebih
pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya
telah ditetapkan oleh pemilik tanah dan digunakan untuk pengumuman
data fisik bidang tanah.

b. Peta Bidang Tanah dibuat untuk setiap satuan wilayah (setiap RT atau
beberapa RT) sesuai kesepakatan dengan Ketua Panitia Ajudikasi
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Gambar bidang-bidang tanah
harus menggambarkan seluruh bidang-bidang tanah pada satuan wilayah
yang telah ditentukan dengan menyesuaikan data topografis yang ada (
misalnya jalan, sungai dan lain-lain ) dan disertai NIB.

c. Peta bidang tanah dicetak pada kertas HVS 80 gr format A3.

d. Tata cara pembuatan Peta Bidang Tanah dapat dilihat pada Lampiran.
III.14 Pengumuman
a. Peta bidang tanah, yang telah ditambah dengan daftar luas masing-
masing bidang serta data kepemilikan, digunakan untuk pengumuman.
Pengumuman dimaksud untuk memberikan kesempatan kepada warga
masyarakat pemilik tanah atau pihak lain yang berkepentingan untuk
mengajukan sanggahan apabila ada haknya yang terlampaui, baik tentang
nama kepemilikan, luas dan bentuk bidang tanah.
b. Apabila terdapat sanggahan pada saat pengumuman dan berdasarkan
penelitian Panitia Ajudikasi terdapat kekeliruan mengenai hasil ukuran
bidang tanah yang tercantum pada Peta Bidang Tanah, maka pada Peta
Bidang Tanah dan hasil pemetaan pada peta dasar pendaftaran atau peta
pendaftaran dilakukan perubahan.
c. Hasil ukuran perbaikan perbaikan bidang atau bidang-bidang tanah
dibuatkan gambar ukur baru dan hasil ukuran bidang tanah tersebut pada
gambar ukur yang lama dinyatakan tidak berlaku.
d. Sebagai lampiran pengumuman disertakan Daftar Tanah.

III.15 Pembuatan Daftar Tanah


a. Semua bidang tanah, baik yang dikuasai oleh perorangan, badan hukum
maupun pemerintah dengan sesuatu hak maupun tanah negara, yang
terletak di desa / kelurahan yang bersangkutan harus dibukukan dalam
Daftar Tanah.
b. Daftar Tanah dibuat per desa / kelurahan.

c. Daftar Tanah dibuat dengan menggunakan Daftar Isian 203 ( format


terlampir ).

d. Tata cara pengisian DI. 203 mengacu pada PMNA / KBPN No.3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
III.16 Pembuatan Peta Indeks
a. Peta indeks memuat pembagian lembar peta pendaftaran dan dibuat
dalam skala 1 :10.000 dalam format digital

b. Format dan legenda dapat dilihat pada lampiran.

III.17 Pembuatan Peta Pendaftaran


a. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran dilakukan secara digital sehingga
menggambarkan bidang-bidang tanah hasil pengukuran dan pemetaan
dengan menggunakan software yang telah ditetapkan dalam bentuk
vektor.
b. Format Peta, Ukuran Lembar Peta dan Legenda Peta Dasar Pendaftaran
dapat dilihat pada Lampiran.

c. Unsur bangunan tidak merupakan keharusan untuk dipetakan, kecuali


merupakan bagian penting yang dapat digunakan untuk rekonstruksi
batas bidang tanah.

d. Bidang-bidang Tanah yang melewati Batas Peta :


Jika terdapat bidang tanah yang melewati batas lembar peta maka
bidang tanah tersebut hanya tampak satu kali pada lembar peta dan
diberi nomor bidang tanah yang unik. Jika mungkin bagian terbesar dari
bidang tanah pada satu peta pendaftaran, maka seluruh bidang tanah
tersebut digambar pada peta pendaftaran tersebut;
e. Peta Indeks dan Peta Dasar Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
Pasal 18 ayat a dan19 ayat a, hanya digunakana sebagai Peta Kerja dan
bukan merupakan Barang Milik Negara (BMN).

III.18 Pembuatan Laporan


a. Laporan yang dimaksud adalah bentuk paparan / sajian tertulis yang
menjelaskan kegiatan proyek selama selang waktu tertentu berikut
masalah-masalah khusus yang perlu diketahui oleh pemberi pekerjaan
yang timbul selama pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kadastral.
Seluruh dokumen harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan.
b. Laporan Awal, Laporan ini berisi metode kerja, rencana kerja, perkiraan
waktu pekerjaan, daftar personil dan peralatan, serta hal lainnya yang
dipandang perlu.
c. Laporan Bulanan, Laporan ini disajikan setiap akhir bulan dan
diserahkan kepada pemberi pekerjaan setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
d. Laporan Akhir, Laporan ini menyajikan seluruh hasil kegiatan,
masalah-masalah yang timbul beserta pemecahan masalahnya, analisa
teknik, grafik, sketsa, dll dari awal sampai akhir kegiatan pengukuran dan
pemetaan kadastral. Laporan akhir ini diserahkan kepada pemberi
pekerjaan paling lambat 3 ( tiga ) minggu setelah kontrak pekerjaan
berakhir. Format Laporan Akhir akan ditentukan kemudian oleh Pihak
Pemberi Pekerjaan.

III.19 Penyerahan Hasil Pekerjaan


Hasil-hasil yang diserahkan pihak Pelaksana Pekerjaan kepada Pemberi
Pekerjaan (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional) adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Pengukuran :
a. Gambar Ukur ( DI. 107A ).

b. Hitungan koordinat (poligon) (DI 104)

c. Data dan ukuran poligon/detail (DI 103)

d. Daftar koordinat (DI 106)

e. Peta Bidang
2. Kegiatan Pemetaan :

a. Daftar Tanah ( DI. 203A )

b. Peta Bidang Tanah ( DI. 201 C ) dalam bentuk hard copy dan soft
copy

c. Peta Indeks Pendaftaran dalam bentuk soft copy

d. Peta Dasar Pendaftaran dalam bentuk soft copy


3. Laporan-Laporan :

a. Laporan Awal.
b. Laporan Bulanan.

c. Laporan Akhir.
4. Semua soft copy disimpan dalam bentuk CD, termasuk juga Laporan
Akhir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Poligon Tertutup


IV.1.1 Hasil
Dari pengukuran poligon tertutup diperoleh data sudut, data tersebut
kemudian diolah untuk mendapatkan koordinat dari suatu titik yang berguna
untuk memetakan suatu lokasi yang diukur.

Hasil koordinat pertitik sebagai berikut :


Tabel IV.1 Koordinat poligon Tertutup (Kelompok VIA, 2016)

KOORDINAT
X Y NO.TITIK
437898,684 9220576,820 BM14
437879,445 9220580,753 P2
437868,726 9220585,484 P3
437845,715 9220595,068 P4
437825,298 9220605,015 P5
437817,544 9220582,932 P6
437805,212 9220564,515 P7
437802,485 9220557,583 P8
437805,226 9220545,532 P9
437803,158 9220533,506 P10
437807,484 9220529,115 P11
437788,996 9220512,396 P12
437792,736 9220506,407 P13
437810,819 9220485,311 P14
437815,006 9220465,894 P15
437810,064 9220420,355 P16
437800,940 9220397,125 P17
437808,397 9220369,723 P18
437831,650 9220363,141 P19
437849,739 9220354,972 P20
437868,864 9220347,049 P21
437878,794 9220355,737 P22
437921,880 9220328,774 P23
437946,994 9220333,335 P24
437949,180 9220365,026 P25
437934,497 9220393,416 P26
437936,375 9220417,322 P27
437929,444 9220450,328 BM
20
437911,863 9220489,951 P29
437907,673 9220541,727 P30
437898,684 9220576,820 BM
14

IV.1.2 Pembahasan
Untuk mendapatkan koordinat masing-masing titik dilakukan
praktikum dilanjutkan dengan pengolahan data sebagai berikut :
1. Praktikum
a. Pertama, alat didirikan di BM14, kemudian bidik ke P30.
Setelah itu alat di set 0°0’0”.
b. Kemudian alat membidik P2.Dan didapat sudut horizontal
untuk arah biasa 115°55’20”.
c. Kemudian teropong diputar arah luar biasa, kemudian
membidik P2, didapat sudut horizontal arah luar biasa
115°55’20”
d. Melakukan langkah a-c sampai patok 30
e. Setelah itu menghitung sudut biasa, sudut luar biasa, dan sudut
rata-rata pada titik BM.
f. Sudut biasa = 115°55’20”.
Sudut luar biasa = 180- (180°0’0”-295°55’20”) = 115°55’20”
115°55’20”+115°55’20”
Sudut rata-rata = = 115°55’20”
2
g. Melakukan langkah f sampai P30.
h. Sudut rata-rata yang sudah diperoleh kemudian dimasukkan ke
form hitungan poligon tertutup sebagai sudut ukuran (β).
2. Pengolahan data
a. Menghitung Koreksi Sudut.
Untuk mengetahui koreksi sudut, harus mengetahui syarat
besarnya sudut dan jumlah sudut ukuran (β).
Jumlah ukuran sudut dapat dihitung dengan rumus :
∑β = ( n – 2 ) x 180= ( 30– 2 ) x 180
= 5040
Hasil pengukuran di lapangan ternyata jumlah sudut ukuran
(∑β) yang telah dihitung dengan menggunakan rumus
sebesar503959’50” , maka hitung koreksi sudutnya dengan
menggunakan rumus :
 = [ ( n – 2 ) x 180 ] + f α
503959’50” = 5040 + f
f = -0°0’10”
Setelah koreksi sudut didapat, hitung koreksi sudut per titiknya
dengan menggunakan rumus :
Koreksi sudut titik = - fα / n
= - (- 0°0’10”) / 30
= 0°0’0,33”
b. Menghitung Azimuth
Berdasarkan data, azimuth awal yaitu αbmp1 adalah
281°33’52”.
Azimuth yang selajutnya dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
α berikut = α awal  k 180.
α12 = αbmp1+ kβ1 -180°
α12 = αbmp1+ (β1 + f)- 180°
=281°33’52”+( 192°15’40”+ 0°0’0,33” )-
180°
=293°49’32”
Perhitungan tersebut digunakan sampai α14bm
Hasil azimuth dapat dilihat di dalam form perhitungan poligon.
Menjumlahkan jarak (d), diperoleh = 748,750meter.
c. Perhitungan Fx
Menghitung Fx dengan cara dengan menggunakan rumus
Fxbmp1 = dbmp1 x sin αbmp1
= 19,635 x sin281°33’52”
= -19,237
Perhitungan tersebut digunakan sampai Xp30bm.
Jika semua Fx dijumlahkan, maka akan menghasilkan :
Σ Fx = Σ d sin α.
Σ d sin α = 0,094

d. Perhitungan Fy
Menghitung Fy dengan cara dengan menggunakan rumus :
Fybmp1 = dbmp1 x cos αbmp1
= 19,635 xcos 281°33’52”
= 3,936
Perhitungan tersebut digunakan sampai Y14bm.
Jika semua Fx dijumlahkan, maka akan menghasilkan :
Σ Fy = Σ d cos α.
Σ d cos α = 0,115

a. Perhitungan Koreksi Jarak


1. Menghitung koreksi jarak X
Cara menghitungkoreksi, yaitu :
  d sin 
kXbmp1 = dbmp1 x
d
−(0,094)
=19,635 × 748,750

= -0,002
Perhitungan tersebut digunakan sampai kXp30bm
Jumlah dari setiap koreksi tiap titik (kXij) harus sama
dengan jumlah dsin α (∑dsin α).
Masing-masing besarnya koreksi d sin α per titik
dapat dilihat di form hitungan poligon.
2. Menghitung koreksi jarak Y .Cara menghitung
koreksi, yaitu :
  d cos 
kYbmp1 = dbmp1x
d
−(0,115)
=19,635 × 748,750

= -0,003
Perhitungan tersebut digunakan sampai Ky14bm
Jumlah dari setiap koreksi tiap titik (kYij) harus sama
dengan jumlah dcos α ( ∑dcos α).
Masing-masing besarnya koreksi dcos α per
titik dapat dilihat di form hitungan poligon.

f.Perhitungan koordinat X dan Y


Koordinat awal = (437898,684; 9220576,820)

Koordinat awal berguna untuk menghitung koordinat


selanjutnya.
1) Koordinat X
Rumus yang digunakan adalah rumus :r
X1= Xawal + dbmp1sin αbmp1+ kXbmp1
=437898,684+(-19,237) +(-0,002)
= 437879,445
2) Koordinat Y
Rumus yang digunakan adalah rumus :
Y1 = Yawal + dbmp1 cos αbmp1+ kY12
= 9220576,820+3,936+ (-0,003)
= 9220580,753
Perhitungan tersebut digunakan sampai kembali ke
koordinat BM 14.
g. Ketelitian Linier
Dari data pengukuran diperoleh FLdengan rumus:
Fx = - 0,094 dan
Fy = - 0,115
maka
FL=√(−0,094 )2 + (−0,115)2

= √(0,009 ) + (0,013)
= 0,148
Jadi, ketelitian liniernya dapat diperoleh dengan rumus
FL 0,148 1
KL = = 748,750 =5038
D
Atau bisa ditulis seperti berikut, KL = 1 : 5038
Toleransi ketelitian linier adalah 1:2000 . Jadi pengukuran ini
telah memenuhi syarat.

h. Toleransi kesalahan penutup sudut


Menghitung toleransi kesalahan penutup sudut dengan

rumus 30″ N . Dengan N adalah jumlah titik Maka,

30″√𝑁= 30″√30 = 2’44,32”


Berarti perhitungan hasil dari pengukuran memenuhi syarat

IV.2 Waterpas Tertutup


IV.2.1 Hasil
Pengukuran waterpass tertutup dilakukan pergi dan pulang. Dari
pengukuran waterpass didapat bacaan BA, BT, BB yang dapat digunakan
untuk menentukan beda tinggi dan tinggi titik tiap patok / titik. Beda tinngi
tersebut dicari untuk mendapatkan elevasi dari tiap titik. Hasil dari
pengukuran waterpass tertutupsebagai berikut :
Tabel IV.2 Elevasi Titik Waterpass Tertutup(Kelompok 9A,2015)

TITIK TINGGI TITIK(M)


BM14 197,775
2 195,812
3 194,371
4 192,637
5 191,847
6 192,650
7 192,881
8 193,657
9 194,134
10 195,456
11 196,725
12 196,743
13 196,850
14 196,931
15 196,129
16 197,116
17 198,132
18 199,506
19 199,652
20 200,778
21 200,234
22 203,626
23 203,703
24 205,327
25 205,573
26 204,831
27 203,933
BM20 203,177
29 200,793
30 199,011
BM14 197,775

IV.2.1 Pembahasan
Tinggi titik di atas di dapat dari pengukuran dan perhitungan yaitu
dengan cara sebagai berikut :
1. Praktikum
b. Alat didirikan diantara BM dan P1
c. Mendirikan rambu ukur di BM dan P1 dan BM sebagai bacaan
belakang dan P1 sebagai bacaan muka
d. Baca dan catat BA, BB, BT
e. Lakukan sampai waterpass berdiri diantara P14 dan BM untuk
pengukuran waterpass. Lakukan pengukuran pergi-pulang di titik
yang sama.
2. Pengolahan Data
Data elevasi Tabel didapat dari :
a. Mencari beda tinggi (∆h) dengan rumus :
∆h = (BTbelakang- BTmuka)
Beda tinggi dari BM ke P1 :
Pergi : 0,382 - 2,345 = -1,963 m
Pulang : 1,588 – 0,352 = 1,236 m
Lakukan hal yang sama sampai semua titik diketahui beda
tingginya.
b. Menghitung rata-rata beda tinggi dengan rumus :
∆ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 + ∆ℎ 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
2
−1,963+1,236
Rata-rata beda tinggi BM ke P1 = 2

= -1,964 m
Lakukan hal yang sama pada semua beda tinggi.
c. Dalam waterpass tertutup, perhitungan waterpass tertutup
harus diperhitungkan koreksinya. Bedasarkan perhitungan tabel
diatas, Koreksi yang didapat sebesar +0,001 dan +0,000 m.
Besarnya koreksi adalah (-kesalahan). Apabila ƩΔh = -0,013 m,
maka koreksi = - (-0,013)= +0,013 m. Kemudian koreksi
dibagikan ke setiap jumlah titik. Yang didapat dari perhitungan :
∑∆h 0,013
koreksi = = = 0,000 𝑚
n 30

d. Menghitung beda tinggi definitif dengan rumus


Definitif = Beda tinggi + koreksi
Definitif dari BM ke P1 = -1,964+ (+0,001)
= -1,963 m
Lakukan cara yang sama hingga diketahui definitif titik P30 ke
BM.
e. Menghitung elevasi titik
Untuk elevasi awal diketahui 197,775 m. Elevasi awal ini
berguna untuk mencari elevasi titik selanjutnya.
Elevasi titik P1= elevasi awal + beda tinggi definitif BM ke P1
= 197,775 + (-1,963)
= 195,812 m
Lakukan hal yang sama sampai kembali ke elevasi awal yaitu titik
BM.
f. Toleransi kesalahan penutup beda tinggi

Menghitung toleransi kesalahan penutup beda tinggi 20 mm D


dimana D(dalam km) = jarak total
Maka, 20mm D = 20 √0,7698 = 17, 54765 mm = 0,018m

IV.3 Cross Section(Penampang Melintang)


IV.3.1 Hasil
Dalam pengukuran Cross Section kita mengukur beda tinggi dari
detail-detail jalan tiap titik dan kita peroleh BA,BT,dan BB tiap titik yang
digunakan untuk mencari tinggi masing-masing detail tiap titik yang diukur.
Dengan diketahuinya tinggi titik detail-detail pada titik P1 kita dapat
merencanakan pekerjaan selanjutnya seperti perbaikan jalan atau
pembuatan jalan baru.Misalnya pada titik P1, kelompok VIA mendapat
tinggi titik detail-detail pada P1.

Tabel IV.3 Data Penampang Melintang (Kelompok VIA, 2016)

PATOK 21 PATOK 22 PATOK 23 PATOK 24 PATOK 25


NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI
T1 173,640 T1 173,341 T1 173,016 T1 172,186 T1 172,206
T2 173,636 T2 173,320 T2 173,003 T2 172,181 T2 172,216
T3 173,594 T3 173,292 T3 172,962 T3 172,135 T3 172,172
T4 173,595 T4 173,284 T4 172,961 T4 172,140 T4 172,173
T5 172,704 T5 172,395 T5 172,061 T5 171,236 T5 171,267
T6 172,725 T6 172,407 T6 172,093 T6 171,278 T6 171,300
T7 173,616 T7 173,321 T7 172,989 T7 172,189 T7 172,213
T8 173,610 T8 173,333 T8 172,994 T8 172,203 T8 172,228
T9 173,686 T9 173,382 T9 173,037 T9 172,268 T9 172,302
P21 173,756 P22 173,463 P23 173,089 P24 172,344 P25 172,344
T11 173,713 T11 173,449 T11 173,073 T11 172,323 T11 172,337
T12 173,464 T12 173,198 T12 172,853 T12 172,134 T12 172,075
T13 173,523 T13 173,252 T13 172,933 T13 172,156 T13 172,142
T14 173,632 T14 173,303 T14 172,994 T14 172,204 T14 172,142
T15 173,848 T15 173,508 T15 173,199 T15 172,430 T15 172,380
T16 173,823 T16 173,478 T16 173,173 T16 172,401 T16 172,337
T17 173,843 T17 173,533 T17 173,162 T17 172,449 T17 172,401
T18 173,609 T18 173,331 T18 172,955 T18 172,235 T18 172,162
T19 173,520 T19 173,258 T19 172,853 T19 172,135 T19 172,104
T20 173,497 T20 173,220 T20 172,750 T20 171,989 T20 172,008
T21 173,714 T21 173,390 T21 172,951 T21 172,244 T21 172,271
T22 173,628 T22 173,304 T22 172,885 T22 172,190 T22 172,217
T23 173,509 T23 173,127 T23 172,678 T23 172,114 T23 172,207
T24 173,510 T24 173,115 T24 172,680 T24 172,108 T24 172,207
T25 172,699 T25 172,318 T25 171,923 T25 171,302 T25 171,430
T26 172,690 T26 172,294 T26 171,902 T26 171,297 T26 171,404
T27 173,492 T27 173,108 T27 172,638 T27 172,098 T27 172,183
T28 173,490 T28 173,103 T28 172,635 T28 172,090 T28 172,285

PATOK 26 PATOK 27 PATOK 28 PATOK 29 PATOK 30


NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI NO TITIK ELEVASI
T1 171,976 T1 171,844 T1 173,075 T1 173,180 T1 173,143
T2 171,982 T2 171,847 P28 173,076 T2 173,179 T2 173,127
T3 171,099 T3 171,800 T3 173,094 T3 173,273 T3 173,075
T4 171,121 T4 171,858 T4 173,103 T4 173,274 T4 173,073
T5 172,036 T5 171,870 T5 173,052 T5 173,167 T5 172,202
T6 172,026 T6 172,102 T6 173,038 T6 173,170 T6 172,185
T7 172,106 T7 172,111 T7 173,223 T7 173,215 T7 173,044
P26 172,175 P27 172,408 T8 173,173 P29 173,286 T8 173,052
T9 172,153 T9 172,113 T9 173,056 T9 173,287 T9 173,181
T10 171,884 T10 172,048 T10 173,053 T10 173,074 P30 173,232
T11 171,886 T11 171,820 T11 172,405 T11 173,079 T11 173,285
T12 171,923 T12 171,806 T12 172,492 T12 173,120 T12 173,106
T13 172,216 T13 171,731 T13 173,046 T13 173,349 T13 173,156
T14 172,169 T14 171,941 T14 173,043 T14 173,382 T14 173,165
T15 172,122 T15 171,916 T15 173,336 T15 173,413
T16 171,936 T16 171,931 T16 173,099 T16 173,431
T17 171,875 T17 171,926 T17 173,057 T17 173,409
T18 171,787 T18 171,133 T18 173,012 T18 173,213
T19 172,007 T19 171,122 T19 173,205 T19 173,114
T20 171,973 T20 171,917 T20 173,155 T20 173,074
T21 172,091 T21 171,917 T21 173,055 T21 173,294
T22 172,087 T22 173,051 T22 173,190
T23 171,300 T23 172,294 T23 173,067
T24 171,296 T24 172,260 T24 173,066
T25 172,075 T25 173,053 T25 172,335
T26 172,072 T26 173,054 T26 172,303
T27 173,067
T28 173,057

IV.3.1 Pembahasan
1. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan menggunakan
pengukuran waterpass terbuka.
2. Menentukan detail-detail tiap titik yang akan diukur.
3. Ukur jarak tiap detail dengan pita ukur.
4 Membuat sketsa detail tiap detail titik angka untuk mempermudah
dalam pengukuran.
5. Mendirikan alat diantara jalan titik P21 dan P22, kemudian bidik rambu
ukur yang berdiri pada tiap detail lalu catat bacaan BA, BT dan BB.Dan
seterusnya sampai ke titik detail 28.
6. Menghitung beda tinggi tiap detail dengan cara mengurangi BT titik
P22 dan BT detail-detail pada titik P21.
Dst sampai ke titik detail 28.
7. Menghitung tinggi tiap detail dengan cara menjumlahkan tinggi titik
P22 dan beda tinggi detail-detail pada titik P21.Tinggi titik P22 sudah
diketahui yaitu 173,463.
Tinggi titik T1 = Tinggi titik P22 + beda tinggi T1
= 173,463 – 0,122
= 173,341
Tinggi titik T2 = Tinggi titik P22 + beda tinggi T2
= 173,463 - 0,143
= 173,320
Dan seterusnya sampai diketahui tinggi titik detail 28 pada titik P
IV.3.2 Kesalahan pengukuran
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai