Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODEL “LIS-5C”

PADA PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Putu Sudira
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
email: putupanji@uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model konsepsional dan model hipotetik
LIS-5C dalam Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu
tahap studi literatur, perumusan model konsepsional, dan perumusan model hipotetik LIS-5C. Model
konsepsioanal LIS-5C mencakup: (1) komponen filosofis: esensialisme dan pragmatisme; (2) kompo-
nen teoretis: teori belajar kognitivisme dan konstruktivisme, teori pendidikan kejuruan untuk pemba-
ngunan berkelanjutan; (3) komponen metodologis critical thinking and problem solving; communica-
tion, collaboration, and cellebration; creativity and innovation; dan (4) komponen teknis berpikir se-
cara kreatif, bekerja secara kreatif dengan orang lain, menerapkan inovasi; memecahkan masalah,
berkomunikasi secara efektif, bekerjasama dengan orang lain. Model hipotetik LIS-5C bermuara
kepada skill belajar memecahkan masalah secara kreatif berdasarkan skill belajar berpikir kreatif,
bekerja kreatif dengan orang lain, dan mengimplementasikan hasil inovasi dalam pemecahan masalah.

Kata Kunci: learning-innovation skills (LIS), creativity, critical thinking, communication,


collaboration, celebration, pemecahan masalah

THE DEVELOPMENT OF “LIS-5C” MODEL


IN TECHNOLOGY AND VOCATIONAL EDUCATION

Abstract: This study was aimed to develop a conceptual model and a hypothetic LIS-5C model in
technology and vocational education. The study was conducted in three stages, i.e. the literature
review stage, the formulation of the conceptual model, and the formulation of the hypothetical model
of LIS-5C. The LIS-5C conceptual model consisted of four components: (1) the philosophical com-
ponent: essentialism and pragmatism; (2) the theoretical component: cognitivism and constructivism
learning theories, the theory of vocational education for sustainable development; (3) the methodologi-
cal component: critical thinking and problem solving; communication, collaboration and celebration;
creativity and innovation; (4) technical component: thinking creatively, working collaboratively with
other people; implementing innovation; solving problems, communicating effectively. The LIS-5C
hypothetical model led to the skill of solving problems creatively based on creative thinking learning
skills through working creatively with others and implementing innovation in solving the problems.

Keyword: learning-innovation skills (LIS), creativity, critical thinking, communication, colla-


boration, celebration, problem solving

PENDAHULUAN laboration sebagai skill complex communica-


Learning-Innovation Skill (LIS): critical tion dan critical thinking and problem solving
thinking and problem solving; communications sebagai skill expert thinking. Creativity and
and collaboration; creativity and innovation innovation mendukung skill penerapan imaji-
diyakini menjadi pengungkit utama kapabilitas nasi dan penemuan. Triling dan Fadel (2009:7)
dan daya saing sumberdaya manusia (SDM) mensinyalir lulusan sekolah dan perguruan
dalam abad ekonomi berbasis pengetahuan. tinggi masih miskin dari basic skills and ap-
Triling dan Fadel (2009:8) mengemukakan plied skills, seperti: (1) oral and written com-
bahwa lapangan pekerjaan saat ini lebih mem- munications; (2) critical thinking and problem
butuhkan skill baru complex communication solving; (3) professionalism and work ethic; (4)
and expert thinking. Communications and col- teamwork and collaboration; (5) working in

1
2

diverse teams; (6) applying technology; (7) pendekatan pembelajaran PTK yang relevan
leadership and project management. dengan kebutuhan penyediaan SDM dalam the
Applied skills dan kompetensi merupakan New Global Economy. Tujuan baru PTK adalah
isu menarik dalam Pendidikan Teknologi dan melakukan pengembangan skill belajar menjadi
Kejuruan (PTK). Creativity, critical thinking, pemimpin dan anggota masyarakat pembelajar
communication, collaboration, dan celebration yang kreatif-inovatif memecahkan masalah,
(5C) menjadi skill esensial bagi SDM unggul di berkontribusi pada pembangunan masyarakat,
era 21st Century Learning. PTK sebagai pen- bangsa, dan negara.
didikan pengembangan SDM untuk dunia kerja Paradigma baru pembelajaran PTK pun
sangat perlu memperhatikan isu-isu dan per- mengalami pergeseran dari proses menyerap
ubahan konteks pendidikan tersebut (Sawyer, pengetahuan dengan cara mengikuti perintah-
2012; Littleton, Taylor, & Eteläpelto, 2012; perintah guru atau dosen, fokus hanya pada tes
Taylor, 2012). dan penilaian kognitif dengan peluang sangat
LIS-5C belum banyak diteliti secara kom- terbatas, dan waktu pembelajaran terpola tran-
prehensif. West (2002) mengembangkan model saksi ke pembelajaran baru sebagai proses ak-
of team innovation. Drayton (2013) meneliti tualisasi diri, self directing, self determine mem-
creativity for engagement and celebration: bangun perilaku menghargai diri sendiri dengan
keeping clinicians engaged over the festive fokus pada belajar mandiri, belajar bagaimana
season. The Partnership for 21st Century Skills belajar dengan baik, belajar dari berbagai sum-
pada tahun 2009 mempublikasikan model ber yang tidak terbatas isi, ruang, tempat, dan
Framework for 21st Century Learning dengan waktu melalui jaringan komputer. Dukungan
tiga skills utama, yaitu: (1) life and career skills; teknologi informasi dan komunikasi dalam ben-
(2) learning and innovation skills: critical tuk internet memberi pengarruh signifikan ter-
thinking, communication, collaboration, creati- hadap jaringan pembelajaran berkelas dunia
vity; (3) information, media, and technology berbasis web (Cheng, 2005:28).
skills. Model framework ini dikembangkan un- Model LIS-5C sangat dibutuhkan sebagai
tuk membantu para praktisi pendidikan meng- model pengembangan SDM unggul dalam PTK.
integrasikan skill ke dalam pembelajaran. PTK merupakan salah satu bentuk pendidikan
Learning and innovation skills dalam Partner- dan pelatihan pengembangan SDM bertujuan
ship for 21st Century Skills belum dikembang- mengembangkan skill pemecahan masalah dan
kan secara terstruktur. penggunaan tools. Pengembangan skill peme-
Memperhatikan visi global PTK era 21st cahan masalah secara kreatif dapat dilakukan
century learning adalah “Mengantarkan peserta melalui: (1) pengembangan kemampuan anali-
didik sukses dalam the New Global Economy”, sis masalah dan problem solving; (2) pemroses-
maka LIS-5C penting dikaji pengembangan an dan komputasi data/informasi; (3) pemaham-
modelnya. Visi baru PTK menyebabkan terjadi- an peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
nya perubahan tujuan pendidikan, pembe- masyarakat; (4) mentradisikan praktik morali-
lajaran, dan pengajaran ke paradigma baru PTK tas, etika, kepekaan dan keadilan sosial; (5) be-
berkelas dunia (Pavlova & Munjanganja, 2009: kerja dalam tim; (6) melakukan kerja dengan
80; Cheng, 2005:25). Visi baru PTK lahir se- prinsip efisiensi, kualitas tinggi, penampilan
bagai akibat perubahan konteks pendidikan prima dan marketability; (7) membangun dunia
global. kerja baru, dan karir masa depan (Pavlova,
Konteks pendidikan global menunjukkan 2009:15-16; Rojewski, 2009:20).
adanya perubahan yang semakin cepat, sistemik Pada mulanya, kreativitas (creativity) di-
dan berkelanjutan (Cheng, 2005:27). Perubahan artikan sebagai “the capacity to make, do or
konteks seperti itu membutuhkan pemenuhan become something fresh and valuable with
input dan proses PTK yang memadai, responsif, respect to others as well as ourselves” (Pope,
dan antisipatif terhadap perubahan. Bagaimana 2005:xvi; Weisberg, 2006:60). Kreativitas ber-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1


3

kaitan dengan kapasitas membuat, melakukan 1). Kreativitas adalah bagian dari gaya hidup,
sesuatu yang segar dan bernilai guna baik untuk proses seumur hidup, hasil dari berpikir kritis.
orang lain maupun diri sendiri. Segar (fresh) Berpikir kritis dalam proses pengembangan ke-
berarti lebih dari sekedar baru tetapi memiliki mampuan berpikir kreatif dan bekerja kreatif
kebaharuan (novelty) yang bernilai. Bagi peker- membutuhkan strategi afektif, kognitif makro-
ja, “creativity is the solution to any problems” abilitas dan kognitif mikroskills.
(Pope, 2005:25). Kemampuan berpikir kritis merupakan
Kreativitas adalah sesuatu yang baru dan proses panjang terbentuknya kemampuan mem-
bernilai, kebaharuan yang disengaja dan ber- bedakan antara informasi pokok dan informasi
nilai, sikap dalam memecahkan masalah seba- pendukung; membedakan tuntutan rasional dan
gai “new and valuable or original and useful, emosional; membedakan fakta dan opini; pe-
intentional novelty plus value” (Pope,2005:27; nyajian analisis data atau informasi; menggam-
Weisberg, 2006:66). Pengembangan skill krea- barkan hubungan antara sumber data diskret
tivitas dan inovasi di Abad 21 menurut Piirto dan informasi; menangani informasi yang kon-
(2011:38) membutuhkan tiga hal pokok, yaitu: tradiktif, tidak cukup, dan tidak pasti; memilih
(1) berpikir secara kreatif (think creatively); (2) data pendukung yang terkuat; menghindari ke-
bekerja secara kreatif dengan orang lain (work simpulan yang terlalu memaksakan; mengakui
creatively with others); (3) menerapkan inovasi bahwa suatu permasalahan tidak memiliki ja-
(implement innovation). waban tunggal yang jelas; mengusulkan ke-
Berpikir kreatif meliputi kemampuan putusan lain sebagai pilihan yang lebih ber-
menggunakan ide-ide dan teknik-teknik kreatif bobot; menggunakan fakta-fakta atau bukti se-
yang luas tidak berbatas; menciptakan ide-ide cara benar dan tepat dalam mempertahankan
baru yang bermanfaat; menguraikan, menco- pendapat/argumentasi; mengorganisasikan ar-
cokkan kembali, menganalisis, dan mengeva- gumen secara logik dan kohesif; menyajikan
luasi ide-ide yang sudah ada dalam rangka temuan yang memberi kontribusi pada argumen
mengembangkan dan memaksimalkan upaya- yang meyakinkan, kemampuan untuk men-
upaya kreatif. Dalam proses berpikir kreatif degar, melihat, dan melakukan sesuatu, bagai-
diperlukan sikap keterbukaan, berani meng- mana mengintepretasikan kondisi atau situasi
ambil resiko, toleran terhadap perbedaan, di- baru (Moore & Parker, 2009:3; Epstein, 2006;
siplin diri, dan kepercayaan pada kelompok. Cottrell, 2005:viii). Gabrill & Gibbs (2009) me-
Bekerja kreatif dengan orang lain dilaku- negaskan bahwa berpikir kreatif merupakan ke-
kan dengan cara mengembangkan, menerapkan, mampuan berpikir tingkat metakognisi.
dan mengkomunikasikan ide-ide baru kepada Paradigma baru pendidikan menghendaki
orang lain secara efektif; menjadi orang yang dampak hasil pendidikan yang semakin kuat
selalu terbuka dan responsif pada perspektif pada kemampuan berkomunikasi dan memba-
baru dan berbeda, menggunakan masukan dan ngun kolaborasi/kerjasama. Peserta didik diha-
feedback ke dalam pekerjaan; menunjukkan rapkan mampu berkomunikasi secara jelas-
orisinalitas dalam penciptaan dan pekerjaan efektif dan bekerjasama dengan orang. Komu-
serta memahami betul kenyataan dan batas- nikasi yang jelas adalah skill berkomunikasi de-
batas dalam mengadopsi ide-ide baru; melihat ngan artikulasi ide-ide pikiran yang efektif baik
kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar secara oral, tertulis, maupun nonverbal. Dalam
kembali, memahami bahwa kreativitas dan ino- berkomunikasi penting sekali mengembangkan
vasi adalah proses jangka panjang, siklus keber- keterampilan mendengar secara efektif tentang
hasilan mulai dari hal-hal kecil dan bahkan makna dari pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan
sering terjadi kesalahan. perhatian orang yang diajak berkomunikasi.
Kreativitas berkaitan dengan penerapan Proses komunikasi modern membutuhkan pe-
inovasi, bertindak dengan ide-ide kreatif, ber- manfaatan berbagai media dan teknologi (Tril-
kontribusi nyata dan bermanfaat (Piirto, 2011: ling & Fadel 2005:55).

Pengembangan Model “LIS-5C” pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


4

Berkolaborasi dengan orang lain direali- konsepsional memiliki komponen filosofis,


sasikan melalui kemampuan bekerja secara teoretis, metodologis, dan teknis. Berdasarkan
efektif dan penuh respek/perhatian terhadap hasil analisis domain sejumlah literatur ditemu-
sesama anggota tim. Fleksibilitas dan kesedian kan komponen Model Konsepsional LIS-5C
untuk saling mendukung diperlukan dalam me- antara lain: (1) komponen filosofis ada dua
wujudkan tujuan bersama. Semua anggota tim yaitu: esensialisme dan pragmatisme; (2) kom-
saling memberi kontribusi satu sama lain se- ponen teoretis ada tiga yaitu: teori belajar kog-
bagai bagian dari kelompok. Hasil-hasil usaha nitivisme, teori belajar konstruktivisme, teori
bersama perlu dirayakan sebagai bentuk pres- pendidikan kejuruan yang menyiapkan kebu-
tasi. tuhan individu peserta didik dalam pemecahan
masalah, berpikir tingkat tinggi, belajar dikon-
METODE struksi dari pengalaman sebelumnya; (3) kom-
Penelitian ini dilaksanakan di Program ponen Metodologis mencakup lima aspek yaitu:
Pascasarjana UNY Program Studi Pendidikan critical thinking and problem solving; commu-
Teknologi dan Kejuruan. Waktu penelitian di- nication, collaboration, and cellebration; crea-
mulai dari bulan Mei 2014 sampai dengan Ok- tivity and innovation; (4) komponen teknis ada
tober 2014. Penelitian ini merupakan penelitian tiga yaitu: berpikir secara kreatif, bekerja secara
pengembangan (Research and Development) kreatif dengan orang lain, menerapkan inovasi;
menggunakan pendekatan: Need Assessment, menggunakan akal budi secara efektif, meng-
Design, Development, Implemention, Evalua- gunakan cara-cara berpikir sistemik, menyata-
tion (NaDDIE). Penelitian dilaksanakan dalam kan pendapat dan membuat keputusan, meme-
tiga tahap yaitu: tahap studi literatur, perumus- cahkan masalah, berkomunikasi secara efektif,
an model konsepsional, dan perumusan model bekerjasama dengan orang lain.
hipotetik LIS-5C sebagai pengembangan dari Model konsepsional LIS-5C digambar-
Model Framework for 21st Century Learning. kan seperti Gambar 1.
Data-data kebutuhan pengembangan model di- Hasil analisis konten dari studi lieratur se-
kumpulkan menggunakan studi literatur tentang perti digambarkan dalam Gambar 1 menunjuk-
filosofi PTK, teori PTK, teori belajar, pengem- kan bahwa dalam satu dekade terakhir filosofi
bangan critical thinking and problem solving; PTK dunia diwarnai oleh pragmatisme yang
communication, collaboration, and cellebra- diidentifikasi sebagai filosofi utama. Pendidik-
tion; creativity and innovation. an pragmatis mencoba menyiapkan peserta
Analisis data menggunakan analisis kon- didik memecahkan masalah-masalah kehidupan
ten literatur yang dikaji sesuai kebutuhan pe- yang disebabkan oleh perubahan cara-cara “ber-
ngembangan Model LIS-5C pada PTK. Vali- logika dan rasio” melalui open-mindedness un-
dasi model menggunakan teknik focus group tuk mencari solusi-solusi kreatif-inovatif. Dam-
discussion (FGD). Forum FGD menilai model pak yang diharapkan dari pendidikan pragmatis
LIS-5C memenuhi persyaratan kecukupan kom- adalah masyarakat berpengetahuan yang secara
ponen model, konten model, keterbacaan, dan vokasional mampu beradaptasi dan mencukupi
kemudahan untuk diaplikasikan. Hasil peneliti- kebutuhan dirinya, berpartisipasi di dalam ma-
an Model LIS-5C dibahas dalam forum seminar syarakat demokratis dan memiliki pandangan
hasil penelitian di PPs UNY. belajar dan bertindak untuk berubah sebagai
proses kehidupan yang panjang (Lerwick,
HASIL DAN PEMBAHASAN 1979).
Hasil Penelitian Miller dan Gregson (1999) secara meya-
Model Konsepsional LIS-5C kinkan berargumentasi bahwa sikap mental pro-
Penelitian ini menghasilkan Model Kon- aktif dalam melakukan perubahan diantara pro-
sepsional LIS-5C (Gambar 1) dan Model Hipo- fesi dan masyarakat adalah hal terbaik dalam
tetik LIS-5C (Gambar 2). Model LIS-5C secara pendidikan dan pelatihan vokasional. Sikap

Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1


5

mental proaktif seharusnya diadopsi secara kon- ka Serikat telah dipengaruhi oleh pilosofi esen-
temporer. Posisi ini dikenal sebagai rekonstruk- sialisme. Esensialisme bercirikan penekanan
sionisme yang menekankan peranan pendidikan pada basis akademik, respek pada struktur yang
dan pelatihan vokasional untuk memberi kon- eksis dan mengikuti nilai-nilai kelompok me-
tribusi positif memecahkan permasalahan. Tu- nengah. Pendidikan dalam perspektif esensialis
juan utama dari pendidikan vokasional men- mencakup: (1) ide-ide, konsep, dan teori harus
transformasi budaya di tempat kerja ke dalam lebih dominan daripada penyiapan peranan hi-
lembaga pendidikan vokasional dengan menge- dup sebagai pekerja dan produser; (2) teori be-
nalkan praktek-praktek terbaik di tempat kerja lajar merepleksikan pendekatan behavioristik
yang eksis dan berkembang pada lembaga pen- dan memorisasi seharusnya membangun penga-
didikan vokasional. laman pribadi setiap individu; dan (3) Subject-
Miller dan Gregson (1999) menyatakan matter menekankan basic-skill dan persiapan ke
bahwa pendidikan masyarakat umum di Ameri- perguruan tinggi (Sarkees & Scott, 1995, p.25).

KOMPONEN
FILOSOFI
FILOSOFIS ESENSIALISME FILOSOFI
PRAGMATISME

KOMPONEN
TEORITIS KOGNITIVISME
SUSTAINABLE VET & KONSTRUKTIVISME

KOMPONEN
METODO - Critical Thinking Communication, Creativity and
LOGIS and problem Collaboration, and Innovation
solving Cellebration

KOMPONEN
Think Implement
METODIS/ Work Creatively with
Creatively,
TEKNIS Others,Komunikasi Innovation
Sistematis,
efektif, kerjasama
Problem solving

Gambar 1. Model Konsepsional Learning and Innovation Skills 5C (LIS-5C)

Pengembangan Model “LIS-5C” pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


6

LEARNING TO
SOLVE PROBLEMS
CREATIVELY

CRITICAL
THINKING COMMUNICATION
COLLABORATION COLLABORATION
INSPIRATION, CELEBRATION
INTUITION,
IMAGINATION, INSPIRATION
INCUBATION
IMAGERY, INTUITION,
IMPROVISATION INCUBATION
AFFECTIVE INCUBATION
STRATEGIES AFFECTIVE LEARNING
STRATEGIES ENVIRONMENTS
COGNITIVE COGNITIVE
STRATEGIES STRATEGIES ACTION CREATIVE
MICROSKILLS MACROABILITIES IDEAS

1. THINK 2. WORK CREATIVELY 3. IMPLEMENT


CREATIVELY WITH OTHERS INNOVATION

FIVE CORE ATTITUDES: (1) Self-discipline; (2) openness to experience; (3)


Risk-taking; (4) Tolerance for Ambiguity; (5) Group Trust

Gambar 2. Model Hipotetik Learning and Innovation Skills 5C (LIS-5C)

Pembelajaran PTK semakin kuat dipe- belajar (learning skills) di Abad 21 dinyatakan
ngaruhi oleh teori belajar kognitivisme dan sebagai skill belajar untuk hidup dari waktu ke
konstruktivisme karena pembelajaran merupa- waktu. Trilling & Fadel (2009:xxiii) membuat
kan proses aktualisasi diri, menghargai diri sen- premis: “How has the world changed, and what
diri dengan fokus pada belajar mandiri, belajar does this mean for education?; What does
bagaimana belajar dengan baik dalam meme- everyone need to learn now to be successful?;
cahkan masalah. Keterampilan belajar dan kete- How should we learn all this?; How is 21st cen-
rampilan berinovasi menjadi kunci pokok pe- tury learning different from learning in the 20th
ngembangan kapabilitas seseorang di abad ke- century and what does it really look like?; How
21. Reformasi pendidikan abad ke-21 menurut will 21st century learning evolve through the
Rojewski (2009:22) mengarah pada skills ber- century?; How will a 21st century learning
pikir orde tinggi seperti pemecahan masalah, approach help solve our global problems?”
berpikir kritis, reasoning. Keenam pertanyaan tersebut di atas se-
cara solutif dijawab dengan model LIS-5C.
Model Hipotetik LIS-5C Model LIS-5C digambarkan seperti Gambar 2.
Keterampilan belajar dan keterampilan
berinovasi mengarah pada pengembangan crea- Pembahasan
tivity, critical thinking, colloboration, commu- Pemecahan masalah-masalah pembelajar-
nication, celebration dalam berinovasi. Skill an dalam era 21st Century Learning membutuh-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1


7

kan LIS-5C yaitu: (1) creativity; (2) critical rance for ambiguity, group trust. Berikut di-
thinking; (3) communication; (4) collaboration; bahas tiga kerangka pokok model pengem-
(5) cellebration (Chinien & Sigh, 2009; Wag- bangan learning to solve problems creatively.
ner, 2008; Lucas, Spencer, & Claxton, 2012).
LIS-5C merupakan skill dan inovasi pembela- Belajar Berpikir Kreatif Memecahkan Masa-
jaran yang sangat esensiil dalam pengembangan lah
kreativitas, kemampuan berpikir kritis, berko- Berdasarkan Gambar 2 kerangka pertama
munikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan dari Model LIS-5C dalam learning to solve pro-
merayakan hasil-hasil belajar terbaik dalam blems creatively adalah berpikir kreatif. Belajar
setiap proses pemecahan masalah. berpikir kreatif dalam memecahkan masalah
LIS-5C sangat berpengaruh pada proses membutuhkan strategi kognitif microskills.
penjaringan, penyaringan, penyerapan, pengem- Sembilan strategi kognitif microskills menurut
bangan, dan penerapan knowledge dalam pe- Piirto (2011:30) antara lain sebagai berikut.
mecahan masalah. Pengembangan Model LIS-  Kemampuan membandingkan antara ide-ide
5C secara terstruktur terkultur dalam berbagai yang diharapkan dengan praktik nyata. Ide
bentuk kegiatan dan subjek pembelajaran pada kreatif adalah ide yang baru, bernilai, bisa di-
PTK merupakan kajian yang sangat strategis wujudkan atau direalisasikan. Ide baik yang
dalam pengembangan konsep-konsep dan prak- tidak bisa direalisasikan sama dengan ide bu-
sis pembelajaran pada PTK. ruk.
Pengembangan model LIS-5C diarahkan  Penggunaan pikiran untuk berpikir tepat. Pi-
untuk memenuhi kebutuhan atau jawaban atas kiran itu lincah dan bisa kemana-mana. Pikir-
pertanyaan-pertanyaan: “What does everyone an itu bisa memikirkan banyak hal, bisa juga
need to learn now to be successful?; How sedikit. Berpikir yang baik dan efektif adalah
should we learn all this?; How is 21st century berpikir tepat apa yang dibutuhkan untuk di-
learning; How will 21st century learning evolve pikirkan. Kritis dalam penggunaan kosa kata
through the century?; How will a 21st century juga penting sekali dalam berpikir tepat.
learning approach help solve our global pro- Kosa kata “kurang sehat” lebih baik diguna-
blems?” (Trilling dan Fadel, 2009:xxiii). kan daripada kosa kata sakit”. Dalam kosa
Berdasarkan Model LIS-5C pada Gambar kata “kurang sehat” ada kata sehat yang ber-
2 muara atau puncak dari skill kecerdasan makna lebih baik dan positif dari kata sakit.
belajar di Abad 21 adalah dihasilkannya skills  Memperhatikan kesamaan dan perbedaan
belajar memecahkan masalah secara kreatif. secara meyakinkan. Setiap orang sudah pasti
Muara belajar dalam PTK adalah skills to solve berbeda satu sama lain. Kendali berbeda pas-
problems creatively. Dampak utama dari PTK ti ada unsur-unsur kesamaan. Bagaimana di
adalah dihasilkannya SDM unggul yang mampu antara kesamaan dan perbedaan itu diguna-
memecahkan berbagai permasalahan di tempat kan untuk saling mengisi.
kerja menggunakan cara-cara berpikir, bekerja  Pemeriksaan dan evaluasi asumsi. Asumsi
secara kreatif, dan inovatif. adalah anggapan yang diterima sebagai kebe-
Skills belajar memecahkan masalah se- naran. Sebelum sebagai kebenaran asumsi
cara kreatif membutuhkan proses belajar ber- penting sekali dievaluasi.
pikir kreatif, bekerja secara kreatif dengan  Membedakan antara fakta relevan dengan
orang lain, dan terus-menerus belajar menerap- fakta tidak relevan. Fakta itu penting dan ber-
kan inovasi-inovasi dalam memecahkan masa- manfaat jika sesuai kebutuhan, bermakna.
lah (Staron, Jasinski, Weatherley, 2006:23-24).  Pembuatan kesimpulan, prediksi, atau inter-
Skill berpikir kreatif, bekerja secara kreatif de- pretasi yang masuk akal. Menyimpulkan dan
ngan orang lain, dan menerapkan inovasi me- mengintepretasikan data atau membuat pre-
merlukan lima sikap dasar, yaitu: self-disci- diksi dari data yang ada merupakan strategi
pline, opennes to experience, risk-taking, tole- kognitif mikro yang amat penting. Kesalahan

Pengembangan Model “LIS-5C” pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


8

dalam menyimpulkan atau menginterpretasi kemampuan berpikir kritis kreatif bukan se-
atau memprediksi berdampak luas terhadap suatu yang bersifat instan, tetapi harus diusaha-
suatu langkah berikutnya. Kemampuan me- kan dan dipelihara, diinkubasi secara terus
nyimpulkan atau membuat intepretasi meru- menerus, dilatih hingga mencapai suatu kondisi
pakan bagian dari kemampuan berpikir kritis. terampil atau skill.
 Pemberian alasan yang kuat berdasarkan te-
muan fakta-fakta evaluasi. Belajar Bekerja Kreatif dengan Orang Lain
 Menyadari kontradiksi. Orang kreatif sadar dalam Pemecahan Masalah
betul bahwa kehidupan itu adalah akibat dari Kerangka kedua dalam LIS-5C adalah
adanya kontradiksi. Seperti listrik menyala- belajar bekerja kreatif dengan orang lain dalam
kan lampu melalui kutub positi dan negatif. memecahkan masalah. Work creatively with
 Pencermatan implikasi dan konsekuensi. De- others membutuhkan latihan pengembangan
mikian strategi kognitif mikro yang penting strategi kognitif makroabilities. Pengembangan
ditumbuhkan pada orang yang mengembang- strategi kognitif makroabilities (Piirto, 2011:30)
kan kemampuan berpikir kreatif. mencakup hal-hal sebagai berikut.
Kemampuan berpikir kritis kreatif selain  Tidak menyederhanakan permasalahan.
menggunakan strategi kognitif mikro juga mem-  Membuat perbandingan situasi sejenis lalu
butuhkan strategi afektif. Strategi afektif ada memindahkan ke situasi baru.
sembilan (Piirto, 2011:30), seperti berikut.  Mengembangkan perspektif untuk mencipta-
 Berpikir indipenden/mandiri. Belajar berpikir kan atau mengeksplorasi keyakinan, argu-
kreatif dalam memecahkan masalah harus men, atau teori-teori.
ada independensi dalam berpikir. Keman-  Membuat klarifikasi isu-isu, kesimpulan,
dirian berpikir merupakan tolak ukur kreati- atau keyakinan-keyakinan.
vitas seseorang.  Menganalisis dan mengklarifikasi makna
 Keseimbangan wawasan antara egosentris kata atau prase.
dan sosiosentris. Kreativitas berpikir sebagai  Mengembangkan kriteria evaluasi berdasar-
bentuk kekritisan berpikir akan terbangun kan tata nilai dan standar.
pada saat ada keseimbangan wawasan diri  Mengevaluasi kredibilitas sumber informasi.
antara ego dan sosial sehingga orang kreatif  Membuat pertanyaan mendalam dari akar
tidak egois dan tidak sosialis tanpa batas. permasalahan.
 Berlatih berpikir adil. Berpikir adil dapat di-  Menganalisis atau mengevaluasi argumen,
artikan sebagai bentuk berpikir yang mem- interpretasi, keyakinan, atau teori.
beri peluang kepada siapapun sesuai hak-  Membangun solusi.
haknya.  Menganalisis dan mengevaluasi tindakan dan
 Mengembangkan keseimbangan diantara kebijakan.
pikiran dan perasaan. Keseimbangan ini pen-  Membaca secara kritis.
ting agar bisa bijaksana dalam mengatasi ma-  Mendengar secara kritis termasuk mempe-
salah. Bagaimana pikiran di atas perasaan lajari seni berdialog tanpa bicara.
dan perasaan di atas pikiran.  Membangun hubungan interdisipline.
 Kerendahan hati dan menahan diri dari sifat  Melaksanakan diskusi sokratik, mengklarifi-
suka menilai orang lain. kasi dan menanyakan keyakinan, teori, dan
 Mengembangkan keberanian intelektual. perspektif.
 Itikad baik dan integritas.  Membandingkan perspektif, interpretasi, dan
 Ketekunan intelektual. teori.
 Keyakinan terhadap sesuatu.  Mengevaluasi perspektif, interpretasi, dan
Kemampuan berpikir kritis kreatif meru- teori.
pakan hasil dari inspirasi, intuisi yang terinku- Belajar bekerja kreatif dengan orang lain
basi secara terus menerus. Oleh karena itu, dalam memecahkan masalah juga membutuh-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1


9

kan strategi afektif. Belajar bekerja kreatif de- secara seimbang dan harmonis. Life-based
ngan orang lain dalam memecahkan masalah learning mengetengahkan konsep bahwa bela-
membutuhkan tumbuh dan berkembangnya jar dari kehidupan adalah belajar yang sesung-
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, be- guhnya. Dengan kata lain sekolah sejati bagi
kerja sama dan merayakan hasil-hasil kerja manusia adalah kehidupannya itu sendiri.
secara bersama-sama. Bekerja secara kreatif Fokus dari life-based learning adalah
untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan pengembangan kapabilitas di era ilmu pengeta-
bernilai memerlukan imajinasi tinggi, trampil huan untuk berkontribusi bagi kesejahteraan
membuat perumpamaan (imagery), dan berim- dan kebahagiaan masyarakat. Kapabilitas ber-
provisasi dalam memecahkan masalah bersama ilmu diukur dari kemanfaatan ilmu yang di-
orang lain. Semuanya ini harus terinkubasi se- kembangkan (widyaguna) dalam membangun
hingga menghasilkan peningkatan hasil kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bersama.
Life-based learning tidak terbatas hanya pada
Belajar Menerapkan Inovasi dalam Pemecah- belajar bekerja atau belajar mendapatkan peker-
an Masalah jaan. Staron (2011:3) menyatakan “Life-based
Belajar menerapkan inovasi dalam pe- learning proposes that learning for work is not
mecahan masalah merupakan sebuah tindakan restricted to learning at work”. Pernyataan
nyata dalam menerapkan ide-ide kreatif. Me- Staron inipun tidak cukup untuk kondisi Indo-
nerapkan ide-ide kreatif membutuhkan ling- nesia. Bagi masyarakat Indonesia belajar untuk
kungan belajar dan lingkungan sosial budaya bekerja merupakan sebagian saja dari kebutuh-
yang mendukung kreativitas. Proses penerapan an hidup. Masih banyak kebutuhan lain yang
kreativitas membutuhkan proses menemukan harus dipenuhi seperti kebutuhan bersosialisasi,
inspirasi, intuisi, dan inkubasi dari berbagai hal beribadah sesuai agama, memelihara lingkung-
yang menginspirasi. an (hamemayu ayuning bhawana), menjaga
Model ketrampilan belajar dan berinovasi tradisi kearifan lokal, bermasyarakat-berbangsa,
bagi peserta didik pendidikan vokasional sangat bernegara.
dibutuhkan dalam rangka membangun kualitas Perumusan pola belajar life-based learn-
dan dampak lulusan. Model LIS-5C sesuai de- ing dalam PTK menyongsong pendidikan ke-
ngan paradigma baru tujuan PTK yaitu mewu- juruan masa depan sangat penting dalam pem-
judkan tumbuhnya peserta didik menjadi pe- bangunan berkelanjutan. Life-based learning
mimpin dan anggota masyarakat pembelajar dalam perspektif pendidikan Indonesia adalah
yang kreatif-inovatif berkontribusi pada pem- pembelajaran dalam proses pembentukan ma-
bangunan masyarakat berkelanjutan. Model nusia seutuhnya dan seluruhnya.
LIS-5C dapat membangun skill kreativitas, ke- Belajar itu proses hidup dan berbasis ke-
kritisan berpikir, kemampuan berkomunikasi hidupan, belajar bukan mati atau berbasis ke-
peserta didik dalam memecahkan masalah baik matian. Information processing theory dari
secara individu maupun secara berkelompok Jerome Bruner, Structure learning theory dari
dengan selalu membangun kemampuan berko- Scandura, scaffolding theory dari Vygotsky,
laborasi. Teori experience-based learning dari Lee
Dalam the knowledge era akvitas belajar Andresen-David Boud-Ruth Cohen sangat tepat
berubah dari aktvitas segmental terpisah-pisah digunakan sebagai pisau pembedah dan pen-
ke aktivtas yang terintegrasi dan terinterkonek- dukung menyusunan model LIS-5C.
si. Life-based learning menjadi kunci perubah- Pekerjaan di Abad 21 tidak lagi pekerja-
an dan pengembangan ekologi baru pembe- an sederhana yang dikerjakan secara individu.
lajaran PTK. Life-based learning adalah proses Pekerjaan di Abad 21 cenderung komplek rumit
pemerolehan pengetahuan dan skills memahami dan membutuhkan kolaborasi berbagai ahli.
hakekat kehidupan, terampil memecahkan ma- Untuk itu, bekerja di Abad 21 membutuhkan
salah-masalah kehidupan, menjalani kehidupan kreativitas berpikir dan bekerja dengan cara

Pengembangan Model “LIS-5C” pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


10

berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai melakukan penelitian ini. Khusus kepada Prof.
disiplin kerja dan sosial dan budaya kerja yang Dr. Burhan Nurgiyantoro dan Prof. Dr. Husaini
berbeda. Keterampilan berkomunikasi dalam Usman, saya mengucapkan terima kasih atas
bahasa lisan atau tertulis melalui berbagai me- masukan dan saran dalam penyempurnaan
dia (multi media) menjadi sangat penting arti- naskah ini.
nya. Selanjutnya, pemikiran kreatif, kerja kreatif
perlu diimplementasikan untuk pemecahan ma- DAFTAR PUSTAKA
salah yang memberi manfaat bagi kesejahteraan Cheng, Y.C. 2005. New Paradigm For Re-
manusia. Engineering Education, Globalization,
Localization and Individualization. Dord-
PENUTUP recht: Springer
Berdasarkan hasil-hasil kajian pengem-
Chinien, C. and Singh, M. 2009. “Overview:
bangan Model LIS-5C dapat ditarik kesimpulan
Adult Education for the Sustainability of
sebagai berikut. (1) Komponen-komponen
Human Kind”, dalam R. Maclean, D.
Model LIS-5C mencakup: (a) komponen filo-
Wilson, & C. Chinien (eds.), Internatio-
sofis esensialisme dan pragmatisme; (b) kom-
nal Handbook of Education for The
ponen teoritis: teori belajar kognitivisme dan
Changing World of Work, Bridging Aca-
konstruktivisme, teori pendidikan kejuruan un-
demic and Vocational Learning. Bonn:
tuk pembangunan berkelanjutan; (c) komponen
Springer. Hlm. 2521-2536.
metodologis critical thinking and problem sol-
ving; communication, collaboration, and celle- Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skills De-
bration; creativity and innovation; (d) kompo- veloping Effective Analysis and Argu-
nen teknis/metodis berpikir secara kreatif (think ment. New York: Palgrave Macmillan.
creatively), bekerja secara kreatif dengan orang Drayton,N. 2013. “Critical Reflection On Prac-
lain (work creatively with others), menerapkan tice Development Creativity For Engage-
inovasi (implement innovation); memecahkan ment and Celebration: Keeping Clini-
masalah (solve problems), berkomunikasi se- cians Engaged Over The Festive Sea-
cara efektif, bekerjasama dengan orang lain. (2) son”, International Practice Develop-
Model hipotetik LIS-5C bermuara kepada skill ment Journal, 3 (2), hlm. 1-5.
belajar memecahkan masalah secara kreatif
yang didukung oleh kemampuan berpikir kritis, Epstein, R.L. & Kernberger, C. 2006. Critical
berkomunikasi, bekerjasama, dan merayakan Thinking. Canada: Thomson Corporation.
hasil belajar. (3) Dasar pengembangan skill be- Gabrill, E. & Gibbs, L. 2009. Critical Thinking
lajar Model LIS-5C dalam memecahkan masa- for Helping Professionals. New York:
lah secara kritis ada tiga yaitu: berpikir kreatif, Oxpord University Press.
bekerja kreatif dengan orang lain, mengimple-
Lerwick, L.P. 1979. Alternative Concept of
mentasikan hasil inovasi dalam pemecahan ma-
Vocational Education. Minneapolis, MN:
salah.
University of Minnesota, Department of
Vocational and Technical Education,
UCAPAN TERIM KASIH
Minnesota Research and Development
Ucapan terima kasih dan penghargaan
Center for Vocational Education.
saya sampaikan lewat naskah ini kepada Pasca-
sarjana UNY dan Redaktur Cakrawala Pendi- Littleton, K., Taylor, S. & Eteläpelto, A. 2012.
dikan yang telah memberi fasilitas penelitian “Special Issue Introduction: Creativity
dan publikasi ilmiah. Demikian juga kepada and Creative Work in Contemporary
Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Working Contexts”, dalam Vocations
dan Kejuruan PPs UNY, saya mengucapkan and Learning, 5 (1), hlm. 1–4.
terima kasih atas pemberian kepercayaan untuk

Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1


11

Lucas.B., Spencer.,E., Claxton.G. 2012. How Sarkees-Wircenski, M.; Scott, J.L. 1995. Vocat-
to Teach Vocational Education, A Theory ional Special Needs, 3rd ed. Homewood,
of Vovational Pedagogy. London: Centre IL: American Technical.
for Skills Development.
Staron, M. 2011. Life-Based Learning Model –
Miller, M.D. dan Gregson,J.A. 1999. “A Philo- A Model For Strengt-Based Approaches
sophic View for Seeing the Past of to Capability Development and Impli-
Vocational Education and Envisioning cations for Personal Development Plan-
the Future of Workforce Education: ning. Australian Government Department
Pragmatism Revisited”. dalam: Paulter, for Education Science and Training and
A.J. Jr.,(eds). Workforce Education: TAFE NSW Available on-line at:http://
Issues For The New Century, Ann Arbor, learningtobeprofessional.pbworks.com/w
MI: Prakken. hlm. 21–34. /page/32893040/Life-based-learning
Accessed 21/12/2014.
Moore, B.N. and Parker, R. 2009. Critical
Thinking. New York: Mc Graw Hill. Staron, M., Jasinski, M and Weatherley, R.
2006. Life-Based Learning: A Strength-
Pavlova, M. 2009. Technology and Vocational
Based Approach for Capability Develop-
Education for Sustainable Development
ment in Vocational and Technical Edu-
Empowering Individuals for the Future.
cation. Australian Government Depart-
Queensland: Springer Science Business
ment for Education Science and Training
Media B.V.
and TAFE NSW Available on-line at:
Pavlova, M. & Munjanganja,L.E. 2009. “Chang- http://learningtobe professional.pbworks.
ing workplace requirements: implications com/w/page/32893040/Life-based-learn-
for education”. dalam R. Maclean, D. ing. Accessed 21/12/2014.
Wilson, & C. Chinien (eds.), Internatio-
Sawyer, K. 2012. “Extending Sociocultural
nal Handbook of Education for the
Theory to Group Creativity”, dalam
Changing World of Work, Bridging
Vocations and Learning, 5(1), hlm. 59-
Academic and Vocational Learning. Bon:
75.
Springer. Hlm. 81-96.
Taylor, S. 2012. “The Meanings and Problems
st
Piirto, J. 2011. Creativity for 21 Century Skills of Contemporary Creative Work”, Voca-
How to Embed Creativity Into the Curri- tions and Learning , 5(1), hlm. 41-57.
culum. Rotterdam: Sense Publishers.
Wagner, T. 2008. The Global Achievement
Pop, R. 2005. Creativity, History, Theory, Gap. New York: Basic Books.
Practice. New York: Routledge.
Weisberg, R.W. 2006. Creativity Understan-
Rojewski. J.W. 2009. “A Conceptual Frame- ding Innovation in Problem Solving,
work for Technical and Vocational Science, Invention, and The Arts. New
Education and Training”. Dalam R. Jersey: John Wiley & Son.
Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (eds.),
West, M.A. 2002. “Sparkling Fountains or
International Handbook of Education for
Stagnant Ponds: an Integrative Model of
the Changing World of Work, Bridging
Creativity and Innovation Implementa-
Academic and Vocational Learning.
tion in Work Groups”, Applied Psycho-
Bonn: Springer. Hlm. 19-40.
logy: An International Review, 51 (3),
Trilling,B. dan Fadel,C. 2009. 21st Century hlm. 355–424.
Skills Learning for Life in Our Times.
Sanfrancisco: Jossey Bass.

Pengembangan Model “LIS-5C” pada Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Anda mungkin juga menyukai