EDIT Revisi Bab 20 - Chikungunya
EDIT Revisi Bab 20 - Chikungunya
20
Demam Chikungunya
Pendahuluan
Demam chikungunya adalah suatu penyakit infeksi virus akut yang ditandai
dengan sekumpulan gejala yang mirip dengan gejala infeksi virus dengue,
yaitu: demam mendadak, artralgia, ruam makulopapular dan leukopenia.
Istilah lain untuk demam ini adalah: knokket, koorts, abu rokab, mal de genoux,
dengue, dyenga, dan demam tiga hari. Dalam bahasa Swahili, chikungunya
artinya terikat, yang dalam hal ini berkaitan dengan kejang urat yang
merupakan suatu tanda dari artralgia. Penyakit ini disebabkan oleh virus
chikungunya (CHIKV), suatu arthropoda borne virus (arbovirus) dari genus
Alphaviruses famili Togaviridae, yang pada umumnya disebarluaskan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Epidemiologi dan Transmisi
Etiologi
Gambaran Klinis
Infeksi virus Chikungunya pada anak dapat terjadi tanpa gejala. Adapun
gejala klinis yang sering dijumpai pada anak umumnya berupa demam
tinggi mendadak selama 1 – 6 hari, disertai dengan sakit kepala, fotofobia
ringan, mialgia dan artralgia yang melibatkan berbagai sendi, serta dapat
pula disertai anoreksia, mual dan muntah. Nyeri sendi (atralgia dan/atau
artritis) merupakan gejala yang menonjol dan dapat menjadi persisten (pada
sebagian kecil kasus dapat menetap hingga satu tahun). Pada kulit sering
ditemukan adanya petekiae atau ruam makulopapular pada tubuh dan
ekstremitas yang mengikuti atau terjadi dengan segera setelah demam. Pada
saat ini sering terjadi limfadenopati hebat. Demam pada umumnya akan
mereda setelah 2 hari, namun keluhan lain, seperti nyeri sendi, sakit kepala
dan insomnia, pada sebagian besar kasus akan menetap 5 – 7 hari. Walaupun
penyakit dengue dan chikungunya sama, gambaran berbeda yang penting
diringkas pada tabel 1 sampai 5.
163 Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis : Herpes Simpleks
0 8 .25 2 0.4 0 0 0 0
1 15 47 44 8 11 65 8 27
2 5 16 67 13 1 6 5 17
3 2 6 145 28 2 12 3 10
4 1 3 148 28 0 0 7 24
5 84 16 3 17 4 14
6 20 4 2 7
7 1 3 11 2
8 atau Iebih 3 0.6
Sumber: Nimmannty, dkk, 1969
2 11 34.4 8 3.3
3 4 12.5 16 6.6
4 5 15.6 33 13.7
5 .5 15.6 52 21.6
6 2 6.3 52 21.6
7 3 9.4 38 15.8
8 atau lebih 2 6.3 42 17.4
mean 4,0 hari mean 5,85 ha ri
Diagnosis
timbulnya penyakit. Sampel serum yang diambil sampai dengan hari ke-5
dari onset demam tidak akan mengandung HI, CF dan neutralizing antibody.
Neutralizing dan HI antibodi umumnya terjadi pada sampel yang
dikumpulkan 2 minggu atau setelah onset demam. Complement fixing
antibody berkembang lebih lambat. Pada individu tanpa infeksi alfa virus
sebelumnya, respons antibodi pertama berasal dari IgM. Seperti demam
dengue, antibodi IgG memfiksasi komplemen dengan adanya antigen virus,
dengan demikian menjelaskan secara relatif gambaran yang lanjut dari
antibodi CF. Neutralizing antibody dapat diukur dengan metode pengenceran
virus pada tikus yang menyusui (atau tikus yang disapih, dengan
menggunakan strain pasasi tikus yang tinggi dari Ross) atau metode
pengenceran virus, dengan menggunakan salah satu dari berbagai kultur
jaringan atau metode plaque assay.
Isolasi virus dilakukan dengan inokulasi serum fase akut atau
materi intraserebri yang mencurigakan pada tikus usia 1 atau 2 hari atau
kultur jaringan. Pada pasasi awal, kematian dapat terjadi dalam waktu 2-5
hari setelah inokulasi. Sel vero dan tikus yang menyusui sama-sama efektif
untuk isolasi primer.
Diagnosis Banding
Terapi
Prognosis
Pencegahan
Daftar Bacaan
1. Halstead S. Arbovirus. Chikungunya. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson
(Nelson’s Text Book of Pediatri (terjemahan)) Vol.II, edisi 15. Penerbit Buku
kedokteran EGC, 2000:1132-36
2. Mackenzie, Chua KB, Daniels PW. Emerging viral diseases of southeast asia and
the western pasific. Emerging Infectious Disease 2001;7:497-504
3. Mardjani A. Demam Chikungunya. Dalam: Buku Ajar Penyakit Tropis dan
Infeksi. IDAI 2002:260-79
4. Powers AM, Brault AC, Tesh RB, Weaver SC. Re-emergence of chikungunya and
o’nyong-nyong viruses: evidence for distinct geographical lineages and distant
evolutionary relationships. Journal of General Virology (2000), 81, 471-479.
5. Peyrefitte C, Rousset D, Pastorino BAM, Pouillot R, Bessaud M, Tock F, et al.
Chikungunya Virus, Cameroon, 2006. Emerging Infectious Disease 2007;13 or
http://www.cdc.gov/eid/content/13/5/768.htm (dispatch)
6. Gear JHS. Chikungunva lever. Arbovirus of Southern Afrika viral infections. Da
lam: Feigin RI), Cherry JD (penvunting). Textbook of pediatric infectious
diseases. WR Saunders Company, 198 1 .h. 1 099-101.
7. Soedarmo SSP. Diagnosis banding chikungunya, demain berdarah (dengue)
pada anak. Jakarta: Penerbit UI (UI Press), 1983.h.45-6.
8. Nimmannitya S, Halstead SB, Cohen SN, Margiotta MR. Chikungunya virus
infection in Mam in Thailand, 1962 1964. I. Observations on hospitalized
patients with hemorrhagic fever. Am J Trop Med Hyg. 1969; 18: 954