Dasar-Dasar Hydraulic Pneumatic PDF
Dasar-Dasar Hydraulic Pneumatic PDF
Dasar-Dasar Hydraulic Pneumatic PDF
A. Pendahuluan
Pneumatic berasal dari bahasa Yunani yakni “Pneumos” yang artinya “tiupan”.
Pengembangan sistem kerja pneumatic yang menerapkan prilaku gas yakni udara yang
dimampatkan sehingga menghasilkan energy udara bertekanan yang memungkinkan
dikembangkannya pesawat kerja dengan sumber energy tekanan udara atau “Fluid power”
atau yang kita kenal sekarang sebagai teknologi pneumatic.
Pengembangan Teknologi Pneumatic pada berbagai industry bukanlah hal yang baru
terutama dalam pemanfaatan tenaga angin (udara yang bergerak), seperti perahu layar,
kincir-kincir angin sebagai sumber energy pembangkit listrik dan lain-lain termasuk
penghembusan udara kadalam dapur peleburan dalam pengolahan baja hingga pembentukan
udara yang dimampatkan dengan energy tekanan yang lebih besar dan konstan yang dimulai
tahun 1600 sejak Blaise Pascal yang melakukan percobaan pemberian tekanan atmosphere
dan mendemotrasikannya dengan pompa tangan yang kemudian ditindaklanjuti oleh
Evangilista Torriceli yang menggunakan Mercury Barometer dalam mengukur tekanan
atmospheric yakni Torricellian Barometer yang kita kenali saat ini.
Sekitar tahun 1650 Otto Von Guericke berkebangsaan Jerman merupakan orang yang
pertama mendemontrasikan pompa udara hasil percobaannya, dan 12 tahun kemudian Robert
Boyle melakukan penelitian tentang hubungan antara tekanan terhadap Volume pada
temperature tetap dimana tekanan terjadi tekanan dua kali pada setiap setengah kali
volumenya.
Beberapa tahun kemudian yakni pada tahun 1738, Daniel Bernaulli mengembangkan teori
perubahan tekanan dalam hubungannya dengan energy molecular, selanjutnya pada tahun
1738 juga diikuti oleh Jacques Charles yang melakukan percobaan gas dengan tekanan
1
konstan dimana jumlahnya akan meningkat secara proporsional pada setiap perubahan
temperature.
Tahun 1849 merupakan tahun dimana saat pertama kali dikembangkannya teknologi
pneumatic modern yakni diterapkannya pneumatic power tool untuk pemecah batu bara
dalam skala besar di Francis yang dipusatkan di Paris.
B. Pneumatic System
Dewasa ini industri-industri telah memiliki “air supply” sendiri dan menggunakannya dalam
berbagai kebutuhan baik peralatan sederhana seperti power tool maupun pemesinan yang
sangat rumit, tergantung jenis industrinya. Tentunya menjadi pertanyaan “apakah alasan
pemakaian energy ini menjadi pilihan alternative sumber energy”, maka jawabannya adalah
pemakaian energy udara memiliki berbagai keunggulan, yaitu :
- Anti ledakan (explosion proof) sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus
- System udara dapat beroperasi secara cepat dengan kecepatan hingga 10 m/sec.
- Mudah ditransmisikan dengan pipa pada jarak yang panjang
- System udara bersih dan tidak meninggalkan kotoran pada peralatan
- Tidak memerlukan saluran balik dimana pengeluaran udara kembali ke atmosphere
- System udara memiliki variable kecepatan dan tekanan dengan variable yang tidak
terbatas
- System pneumatic biayanya relative rendah.
Untuk melihat lebih rinci tentang System pneumatic ini akan kita lihat 3 pokok uraian
berikut, yakni :
- Hukum-hukum yang berlaku dalam system udara
- Proses produksi udara bertekanan
- Komponen dan sistem
2
Sebagaimana kita ketahui bahwa udara merupakan campuran gas yang menyelimuti
permukaan bumi hingga ketinggian ± 50000 meter, pada bagian inilah dimana udara
memiliki masa sehingga udara selalu mendekati permukaan bumi, hal inilah awal
mulanya terjadi tekanan udara, penurunan tekanan bergantung pada ketinggian
permukaan bumi itu sendiri.
Yang dijadikan titik rujukan (reference point) ialah permukaan air laut dimana memilik
tekanan 101,32 kPa. Pada ketinggian 100 m diatas permukaan laut udara memiliki
tekanan 100 kPa, hal ini merupakan indikasi penurunan tekanan sebesar ± 1,3 kPa setiap
100 m. dan ini mengingatkan bahwa pada operasi compressor bertekanan tinggi maka
efisiensi menjadi turun.
Merujuk pada udara dalam hubungannya dengan pneumatic terdapat dua perbedaan
terminology yang kita gunakan yakni udara bebas ( “Free”air) dan udara normal
(“Normal air”) yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
Udara bebas ( “Free”air) ialah udara pada kondisi atmosphere, dimana merupakan inti
perubahan tekanan, temperature serta kelembaban sebagai dasar meteorology
Udara normal (“Normal air”) ialah udara pada kondisi tekanan dan temperature serta
kelembaban standar, yakni 101,32 kPa, pada 200C dan 36% kelembaban.
Udara normal (“Normal air”) digunakan sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan
komponen pneumatic, sedangkan Udara normal (“Normal air”) digunakan sebagai dasar
perhitungan efisiensi.
3
Gauge pressure= Absolut pressure- atmospheric pressure
3. Hukum Gas
Salah satu sifat gas adalah “Compressible” dimana dimungkinkan tereduksinya volume
atau sebaliknya akan meningkat tergantung pada perubahan tabung yang ditempatinya,
tentu saja ini merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan system
pneumatic.
Hukum Boyle
Hukum Boyle menentukan hukum ketetapan gas dengan pormulasi sebagai berikut
Hukum Charles
4
atau
P1 x V1 P2 x V2
=
T1 T2
P1 x V1 = P2 x V2 (siklus Isothermal)
P1 x( V1) P2 x (V2) (siklus Adiabatic)
Dimana :
Panas pada tekanan konstan spesifik = Cp Cp
=
Cv
Panas pada Volume konstan spesifik = Cv
Cp = 0,24
so = 1,4
Cv = 0,17
5
BAB II
PEMBUATAN UDARA BERTEKANAN
Compressed Air Production
Udara bertekanan merupakan sumber energy pneumatic yang harus tersedia dan
mencukupi kebutuhan semua kelengkapan serta kondisi unit serta memenuhi persyaratan standar
yang ditentukan, antara lain memiliki tekanan dan Volume yang memadai, udara yang bersih dan
relative kering.
Udara yang demikian ini akan diproses melalui compressor udara dengan menggunakan energy
lain yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya tenaga listrik, motor bakar dan lain-lain yang
dikonversi menjadi penggerak mekanik.
Gambar dibawah ini memperlihatkan skema unit tenaga (power pack) dari system kerja
pneumatic yakni serangkaian komponen yang disyaratkan untuk memperoleh kualitas standar
udara sebagai sumber energy.
9
8
1
10
7
3
2 5 6
Gambar 1. Skema unit tenaga (power pack) dari system kerja pneumatic
6
Dari gambar 1 diatas menunjukan Skema unit tenaga (power pack) dengan komponen-
komponen yang terdiri atas :
Tekanan udara ini selanjutnya dialirkan ke pipa utama (9) dan udara yang akan masuk
kedalam system akan dikontrol didalam Cervice unit (10) sebagai pengendali kualitas dan
tekanan udara yang diperlukan didalam system pneumatic dimana Cervice unit ini memiliki
fungsi pengatur tekanan, pembersih udara dan penyedian pelumas yang akan mengalir
dibawa oleh udara kedalam system pneumatic.
7
C. Graphic representation
Skema unit tenaga (power pack) dari system kerja pneumatic sebagaimana diperlihatkan
diatas dalam perencanaan system pneumatic tidak digambarkan seperti skema yang
diperlihatkan pada gambar 1 melainkan ditampilkan dalam bentuk graphis dan symbol-
symboll yang telah ditentukan menurut standar; AS1101 Part1-1982 Graphic symbol for
General Engineering-hydraulic and Pneumatic (akan dibahas pada uraian berikutnya).
Pada gambar 2 berikut diperlihatkan graphic symbol dari air production unit atau unit
tenaga (power pack) dari system kerja pneumatic menurut gambar 1.
8 9
1 2 5
10
M
6
7
3
8
D. Komponen unit tenaga (power pack)
Komponen unit tenaga (power pack) dari system kerja pneumatic secara rinci dapat dilihat
pada uraian berikut.
Screw
Single stage
Single stage Multiple stage
Liquid piston
Diaphragm
P2 x V2 x T1
Udara bebas = V1 =
T2 x P1
Dimana :
P1 = Tekanan actual (kPa.abs)
T1 = Temperatur (derajat kelvin)
P2 = Tekanan akhir (kPa.abs)
V2 = Volume (liter)
T2 = Temperatur akhir (derajat kelvin)
9
Formulasi tersebut merupakan aliran udara actual dari kompresor walaupun kerapkali
dipengaruhi pula oleh kecepatan, sehingga formulasinya menjadi,
D=LxAxN M3/min
Dimana :
D = Displacement (M3/min)
A = Luas silinder (m2)
L = Jarak Langkah (m)
N = Jumlah langkah per menit
n-1
Power (kW) = P1 x V
60000
x n
(n-1)
x
( )
P2
P1
n -1
10
Pressure gauge Inlet
Safety valve
Outlet
Drain
Inspection cover
15 X Q X P1
Volume Tangki = (m3)
( P3 – P2 ) X Z
Dimana :
Q = Volume aliran (m3/hr)
P1 = Tekanan atmosphere (kPa.abs)
P2 = Tekanan Operasi minimum
P3 = Tekanan Operasi maximum
Z = jumlah siklus/jam (15 time max.)
11
J. Saluran dan pemipaan
System pemipaan dimana sirkuit system kerja pneumatic didesain agar distribusi udara
dengan tekanannya itu akan merata keseluruh system, untuk hal ini sirkuit pemipaan ini
dibedakan dalam dua kategori yakni, “ring” dan “dead-end”,
Pada gambar 5 berikut diperlihatkan penggabungan dari kedua kategori system pemipaan
tersebut.
Ring pipe
Air
Dowm pipe production unit
System pemipaan dalam sirkuit system pneumatic biasanya disesuaikan dengan component
system pneumatic yang digunakan, namun secara umum terdapat tiga bagian komponen
utama, antara lain :
- Komponen Sirkuit Pneumatic dan plumbing
- Rangka kerja mesin
- Mechanical linkage dan toolheads
12
K. Komponen sirkuit dasar
Komponen sirkuit dasar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yhakni,
- Actuator
- Directional valve dan
- Ancillary valve
1. ACTUATOR
Actuator ialah elemat kerja (working element) yang merupakan ujung bagian akhir dari
sirkuit Pneumatic. Actuator akan mengubah system energy kedalam system fungsi
pemakaian dimana actuator dapat mengubah daya serta gerakan sesuai dengan fungsi
mesin yang digerakkan.
Actuator secara umum dikelompokkan kedalam 3 jenis, yakni :
- Rotary Actuator
- Linear Actuator
- Semi- Rotary Actuator
Gambar 6 berikut adalah ikhtisar dari bebeberapa type actuator.
ACTUATORS
Single
Double
acting
acting V ane Rack V ane Piston Gear
&pinion
Spring Gravity
Reversing
Multi- Non
Tandem position Impact
Reversing
Cushion Cable
Telescoping Axial Radial
Cylinder
Blank end
tube Piston rod
cover Piston rod
end cover
end bearing
Piston rod
port
port Piston
Air port
Vane
Rotor
Case
14
2. Perhitungan untuk menentukan ukuran actuator
Setelah menentukan jenis actuator serta komponen-komponen Pneumatic yang akan
digunakan sesuai dengan fungsi pesawat kerja, selanjutnya kita perhitungkan kapasitas dan
kualifikasi komponen sesuai dengan kebutuhan system tersebut, antara lain :
1. Daya output dan kecepatannya
2. Langkah (stroke) dihitung menurut jarak pergerakkan
3. Tekanan kerja yang terkendali pada supplay udara yang biasanya 600 hingga 800 kPa.G.
Diameter actuator
Diameter actuator dihitung dengan formulasi sebagai berikut :
F
Diameter actuator = milimeter
3,14 X P
Dimana :
Konsumsi udara, untuk jumlah udara yang dikompresikan setiap menit untuk
mengoperasikan actuator dan untuk normal double-acting linear actuator dapat ditentukan
dengan menggunakan formulais sebagai berikut :
Dimana :
D = Diameter actuator (Cm)
d = Diameter of rod (Cm)
S = Langkah (Stroke) Cm
N = Jumlah langkah/menit
P = Tekanan kerja (kPa.G)
15
3. Directional Control Valve (DCV)
Actuator yang merupakan elemen kerja dan memberikan energy output serta
mengkonversinya dalam bentuk gerak-gerak mekanik dalam satu unit pesawat kerja bias
terdiri atas beberapa Actuator dengan arah dan waktu yang berbeda sesuai dengan fungsi
kerja dari pesawat kerja tersebut. Untuk pengatur fungsi gerakan ini maka diperlukan valve
yang dapat mengarahkan tekanan udara tadi untuk waktu yang dikehendaki, hal inilah yang
menjadi fungsi utama dari Directional Control Valve, tentu saja dengan fungsi gerakan dari
actuator yang bervariasi, maka Directional Control Valve juga mengalirkan tekanan tadi
melalui Directional Control Valve yang lain atau melalui ancilliary valves dan lain-lain.
Proses kerja yang rumit dari sebuah sirkuit ini dirancang dengan tata kerja dalam gerbang
logika (logical gate). Directional Control Valve yang dikenal dengan DCV terdapat dalam
beberapa kelompok yang dibedakan menurut posisi dan keadaan normalnya, yaitu :
Untuk menghasilkan gerakan gerakan yang kompak dan dinamis dari valve untuk sebuah
sirkuit pesawat kerja Pneumatik, Directional Control Valve didesain dengan berbagai
mekanisme system pengoperasian, sebagaimana diperlihatkan pada contoh diatas dimana
sebuah Directional Control Valve :” 3/2, push button, spring return” dioperasikan dengan
tombol tekan dan kembali pada posisi keadaan normanya menggunakan pegas.
16
Tentu saja ini salah satu variasi gerakan memerlukan berbagai system kerja. Untuk itu ikhtisar
berikut memperlihatkan berbagai system penggerak dari Directional Control Valve
Hand lever
Push button
Plunger
Spring
Applied pressure
Air pilot opertion
Released pressure
Pada gambar berikut memperlihatkan penampang dari salah satu type Directional Control Valve.
E A P B E
Y Z
17
A P B
Y Z E
Ukuran valve ditentukan sesuai dengan fungsi dari valve itu sendiri, jika DCV itu digunakan
sebagai pengatur gerakan actuator maka ukuran saluran (port size) ditentukan sama dengan
ukuran saluran (port) yang terdapat pada actuator akan tetapi jika valve digunakan sebagai
komponen antara dari sirkuit tersebut maka mini-valve dimana memiliki saluran (port) yang
lebih kecil yakni ⅛ atau ¼ B.S.P.
4. Ancilliary Valve
Ancilliary Valve ini memiliki desain yang berbeda dengan Directional Control Valve hal ini
karena fungsinya yang berbeda, fungsi-fungsi ini antara lain : timer, counter, “AND dan OR”
logic gate, sequence valves. Tentang valve-vale tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Timer biasanya dikontrol oleh sinyal yang diberikan oleh tekanan luar dan memiliki
bagian penyetelan (pre-set) secara manual.
b. Counter ini adalah bagian komponen system pneumatic dan akan bekerja dengan
gelombang sinyal (pulse) external.
c. AND gate ialah elemen logika dimana memiliki 2 saluran input dan satu output serta
membutuhkan sinyal input dari kedua saluran AND input B sebelum menghasilkan
output.
d. OR gate ialah elemen logika dimana sinyal pada sinyal input A atau input B akan
menghasilkan output.
Sequence valves ini akan menghasilkan output ketika diberi input tekanan pre-set.
18
5. Teknik pengembangan sirkuit (Circuit Development Techniques)
Untuk pengembangan sirkuit Pneumatic (Pneumatic Circuit) untuk beberapa jenis mesin
akan berpijak pada 3 bagian atau kelompok (sub-circuit) sebagaimana diperlihatkan pada
gambar 11 berikut. Pada blok Circuit Control mamiliki fungsi START/STOP, dan pada blok
sequential atau “memory” Circuit Control dari setiap sirkuit dan “power” Circuit Control
akhir pekerjaan dari sirkuit.
Ready to start signal Confirmation signal
Secara sederhana perintah “sequence step” ialah perintah terhadap rangkaian sirkuit tenaga
(power circuit)untuk mengalirkan tekanan secara bertahap.
Ketika semua telah selesai maka sirkuit tenaga (power circuit) akan mengirim konfirmasi
berupa sinyal balik pada sequential circuit bahwa tahapan telah dilakukan. Perintah dan
konfirmasi ini diberikan melalui signal tekanan udara melalui valve disetiap bagian sirkuit.
Pada saat menerima sinyal konfirmasi sequential circuit akan memberikan sinyal “sequence
step”. Pada bagian akhir sequential circuit mengirim sinyal “ready to start” ke blok sirkuit.
Dan jika semua siklus telah selesai maka sinyal akan dikirim kembali ke sequential circuit
untuk me-restart ke siklus berikutnya.
Pada sirkuit yang kecil sequential circuit biasanya cukup dengan satu valve dengan satu blok
sirkuit, sedangkan untuk sirkuit yang lebih besar biasanya setiap sirkuit terdiri atas beberapa
valve.
19
Kunci pengembangan sirkuit ialah dalam set-up dari power circuit , setiap actuator harus
memiliki valve perintah untuk mengalirkan atau menarik kembali tekanan serta valve atau
sensor yang mengidikasi posisi pengaliran atau penarikan tekanan. Kode sinyal perintah atau
konfirmasi ditulis atau dengan penomoran seperti pada gambar 13 berikut.
6. Pemberian kode dan symbol actuator dan sinyal perintah atau sinyal
konfirmasi
Cyl. A
A1 A0
a1 a0
20
Kode :
Actuator diberi symbol hurup capital : A,B,C dst. Dengan sinyal perintah input dan huruf lebih
rendah untuk sinyal konfirmasi serta sepasang kode “1” untuk penyaluran tekanan dan “0” untuk
saluran balik. Jadi A1 adalah perintah sinyal ke actuator A, DCV mengalirkan tekanan ke
actuator A dan a memberi sinyal konfirmasi bahwa actuator A telah bertekanan.
Pemakaian anakode 1 dan 0 ialah sepasang nomor kode,dimana :
Pada sirkuit dari beberapa mesin biasanya terdapat beberapa actuator dengan extend dan retract
maka step rangkaian perintah disusun dengan urutan :
A1 – B1 – C1 – B0 – C0 – A0
Pernyataan matematis dari perintah gerakan actuator dapat dibaca sebagai berikut :
„Aktuator A dialiri tekanan (extend), diikuti oleh actuator B kemudian actuator C kemudian
actuator A‟.
Jika 2 atau lebih actuator yang bergerak secara bersamaan, maka ditulis dengan :
A1 – B1 - C1 – B0 – C0 – A0.
Dari penjelasan ini rangkaian dapat digambarkan pada “step-displacement diagram”. Diagram
ini akan memberikan keseluruhan rangkaian termasuk gerakan-gerakan actuator, sinyal perintah
dan sinyal konfirmasi.
21
Jadi pada step 2 valve konfirmasi a1,b0 dan c0 menghasilkan output, sinyal konfirmasi dan sinyal
perintah dapat diberikan dengan cara Pneumatic atau dengan cara electric tergantung pada
system kerja yang digunakan apakah Pneumatic murni atau electro-pneumatic.
1 2 3 4 5 6 Step no.
a1
Actuator
„A‟
a0
b1
Actuator
Actuator
„B‟
b0 movement
Actuator c1
„C‟
c0
St.A1 B1 C1 B0 C0 A0 Sequence
a0 a1 a1 a1 a1 a1
b0 b0 b1 b1 b0 b0 Key
c0 c0 c0 c1 c1 c0
Dengan menggunakan step displacement diagram diatas kita dapat menyusun komponen
sequential part sesuai denga sirkuit diagram yang diinginkan juga kita dapat mengembangkan
sequential circuit dengan menggunakan metode yang sama.
Untuk mengembangkan rangkaian sirkuit (sequential circuit) terdapat 4 metode yang dapat
dilakukan, atara lain :
2) Casecade methods, metode sirkuit ini adalah mengelompokkan dengan demikian tidak
akan terdapat dua perintah yang sama juga akan terjadi sinyal balik.
22
4) Electro-pneumatic metode ini menggunakan electrical microswitches yang akan
menghasilkan konfirmasi, valve-valve digerakan dengan solenoid dan tentunya dengan
pemakaian relay, electronic sequence, atau program logic controllers (PLC).
Uraian berikut memberikan contoh teknik pengembangan sirkuit diagram dengan metode Step-
counter (Shift-register)
a) Rangkaian
Dalam sebuah rangkaian actuator telah diberi tanda A, kedua B dan seterusnya, selanjutnya
rangkaian dapat ditentukan, lakukan sesuai dengan contoh rengkaian hingga diperoleh sirkuit
secara utuh.
Rangkaian A1 – B1 – B0 – A0.
1 2 3 4
a1
Actuator ‘A’
a0
b1
Actuator ‘B’
b0
St.A1 B1 B0 A0
a0 a1 a1 a1
b0 b0 b1 b0
23
d) Cirkuit diagram
Dari diagram gerak serta deskripsi counter input dan perintah pada valve dapat kita lihat
sirkuit yang diharapkan dengan komponen sebagai berikut :
Cyl.A Cyl.B
a1 a0 b1 b0
A1 A0 B1 B0
1 2 3 4
Start
a1 a0 b1 b0
24
Pada actuator A dengan posisi balik di a0 akan memberikan sinyal ke AND valve dan ketikan
tombol start ditekan AND valve akan memberikan output ke 3/2 Valve akibatnya output
mengalir ke prosesor A1 dimana preset step unit 2 dan reset step unit 4. Actuator A terhubung
untuk operasi a1, yang terhubung dengan AND valve pada step unit kedua dan telah memiliki
sinyal dari unit pertama. Kedatangan dari a1 sinyal kedua step memory switches yang
menghasilkan output, B1 dan juga mereset step unit 1, dan preset step unit 3, b 1 mengawali step
unit 3 dimana reset unit 2, preset 4 dan memberi perintah pada B0. Sinyal konfirmasi
b0mengaktifkan step 4 akibatnya actuator A kembali.
25
BAB III
TENAGA FLUIDA-HYDRAULIC
Fluid Power-Hydraulic
A. Pendahuluan
Secara tradisional air dan udara dijadikan media sebagai sumber energy, akan tetapi tentu
saja hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan gerak yang lebih lambat karena secara
kuantitas luas aliran fluida berpangaruh terhadap tekanan relative dari media tersebut, namun
secara alami gerakan tersebut memiliki tekanan.
Walaupun hal ini terjadi ratusan tahun yang lalu namun hal ini merupakan awal pemanfaatan
energy “fluida” hingga dikembangkannya pompa dan compressor yang mampu
menghasilkan tekanan yang lebih besar dan terukur.
Beberapa peristiwa penting juga terjadi dimana penemuan dan pemakaian Teknologi ”Fluid
Power” sebagai sumber energy dikembangkan, antara lain :
1650 Penemuan Hukum Pascal (berusia 27 tahun)
1750 Pengembangan Hukum Bernaulli yang memperhatikan energy fluida
1790 Joseph Bramah mengembangkan mesin press dengan ”Fluid Power” dimana air
sebagai power transmisinya.
1850 ”Fluid Power” dengan energy air dipopulerkan di Inggeris
1868 Dikembangkannya sentral industrial hydraulic dengan energy air di London dan
Manchester
Abad ke 19 terjadi darurat energy listrik
1900 Memperkirakan pemakaian energy listrik lebih menguntungkan
1906 Oli menggeser air sebagai media Hydraulic system
1926 United State mengembangkan hydraulic system, unit pengisi otomatis.
26
Teknologi energy fluida dimulai pada tahun 1650 hasil penemuan yang menentukan bahwa
“pressure in fluid at rest is transmited equal in all direction” yang kemudian dikenal dengan
hukum Pascal, dimana “Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke
segala arah dengan sema besar”, yakni :
P = . G. h
dimana :
P = tekanan hydostatic (Pa)
atau beda tekanan pada 2 titik dalam sekat yang berisi zat cair karena beda
berat antara keduannya
= mass jenis zat cair (kg/m3)
G = percepatan grafitasi (m/sec2)
h = ketinggianz cair diatas titik pengukuran (m)
atau beda tinggi antara 2 titik pada kolom yag berisi zat cair
Teknologi ”Fluid Power” banyak diterapkan dalam berbagai peswat kerja yang memerlukan
tenaga besar seperti mesin pres, cranes,winches, extruding machines dan lain-lain, namun
tidak banyak dikembangkan pada power tool tentu saja disaat keterbatasan energy listrik,
”Fluid Power” ini dapat dipertimbangkan pemakaiannya.
Berbagai keuntungan system kerja elektrik dan mekanik sebagai power transmisi, maka
diakhir abad ke 19 ini system kerja hydraulic pengembangan penerapannya menjadi lebih
luas.
Ternyata ”Fluid Power” memiliki berbagai flexibilitas pada berbagai system transmisi
kendati terdapat beberapa kekurangan dan dewasa ini aplikasi ”Fluid Power” digunakan
secara luas pada berbagai industry dan pada lingkup yang tidak terbatas, meliputi :
Desain sederhana
Pengoperasian yang praktis dengan pengontrol kecepatan (speed control), pengontrol
tekanan (pressure control), pengontrol arah(directional control), dan lain-lain.
27
Cocok digunakan dalam system kerja otomatis
Bervariasi output daya
Systemnya yang Tahan lama, dimana :
- Pelumasan sendiri (self lubrication)
- Memiliki pelindung terhadap kelebihan beban (protection overload condition)
- Getaran yang relative kecil (minimal Vibration)
- Variasi Percepatan dan perlambatan yang tidak beraturan
Moderenisai pengembangan teknologi dari kelengkapan Mudah dan sistematik
Operational ekonomis dan efisien.
Berbagai keunggulan dan potensial yang dimiliki oleh ”Fluid Power” atau system kerja
hydraulic sebagai salah satu system transmisi yang dapat diaplikasikan pada berbagai
kebutuhan industry manufaktur dimana ”Fluid Power” dapat diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan fungsi pesawat kerja, antara lain :
28
B. Beberapa sifat fluida
“Fluida yakni cair atau gas dapat mengalir kesegala arah” ini adalah sifat yang mendasar dari
fluida, namun beberapa sifat lainnya antara lain :
- Luwes (Flexibel) tidak meregang (khususnya fluida cair)
- Fluida cair bersifat incompressible pada tekanan 7000 kPa atau 7 mPa namun
terkompresi sebesar 0,5% setiap extra7000 kPa.
- Dapat mudah berubah bentuk
- Dapat dibagi kedalam beberapa part dari pekerjaan yang berbeda lokasi
- Dapat bergerak cepat atau lambat dalam satu tempat
- Dapat mentransmisikan daya keseluruh arah dengan permukaan yang selalu memiliki
pelumas.
Hydraulic power memiliki derajat akurasi yang memadai, Luwes (Flexibel), pengedalian
dengan system transmisi yang sederhana dan mampu mentransmisikan daya yang cukup
besar.
Gerakkan fluida menimbulkan gesekan terhadap permukaan saluran yang dapat mereduksi
energy sehingga merugikan efisiensi
Harus terhindar dari benda-benda asing seperti bahan kimia yang dapat menimbulkan lumpur
dan korosi serta oksidasi, masuknya udara (oxygen) yang tercampur pada oli didalam fluida
dapat mengakibatkan oxidasi.
29
E. Unit dasar dan Formulasi
1) Head pressure
Head pressure ialah jarak antara permukaan fluida dalam satuan kilopascal (kPa).
Setiap meter air equivalent dengan 9,8 kPa.
Setiap meter oli equivalent dengan 8,4 kPa.
2) Peristilahan dasar
Peristilahan dasar yang digunakan pada kategori Hydraulic Power System antara lain :
Gaya (Force), tekanan (pressure), Luas penampang (Area), dan elemen kerja (working
element).
3) Gaya (Force)
Gaya (Force) merupakan unsur penting dalam system kerja hydraulic dan merupakan
energy dan sumber gerakkan yang akan digunakan sebagai penggerak mesin perkakas
dan lain-lain. Ketersedian besaran Gaya (Force) ini tentu saja disesuaikan dengan objek
inersia. Gaya (Force) ditentukan dalam satuan Newton atau kilonewton.
4) Tekanan (pressure)
Tekanan (pressure) ialah Gaya (Force) yang bekerja pada setiap luas permukaan dimana
adalah Newton per square metre (N/m2).
Pascal (Pa), kilopascal (kPa)
1000 N/m2 = 1 kPa.
Hubungan antara gaya dengan tekanan telah didemmontrasikan oleh atmosphere bumi
dimana udara menyelimuti seluruh permukaan bumi yang beratnya tak terhingga.
Walaupun gaya telah diupayakan dengan berat lajur udara dari satu meter persegi pada
garis tengahnya adalah 101,325 kN pada permukaan laut, dan ternyata tekanan
atmospherenya adalah 101,325 kPa.
30
Segitiga gaya berikut memperlihatkan hubungan antara Gaya (Force) F, Tekanan
(Pressure)P, dan Luas penampang (Area)A.
F= PxA
F
P=
A
F A= F
P
Dimana :
F = Gaya (N)
P A P = Tekanan (Pa)
A m2
=
Gaya dan tekanan merupakan dua unsur penting dalam menghasilkan usaha dari system kerja
hydraulic, oleh karena itu maka hal ini perlu diperhitungkan secara cermat demikian pula
dengan jarak pergerakan gaya yang ditentukan dalam Jouls (J).
Jadi jika gaya yang bekerja itu 3600 N pada jarak 0,5 m maka usaha (work)W, dapat dihitung
dengan :
6) Daya (Power)
Daya (Power) yang bekerja per satuan waktu ditentukan dalam kilowatt (1000 watts) ini
standar satuan Daya (Power). Kebutuhan Daya (Power) untuk menyelesaikan satu joule
usaha dalam satu detik.
Pada contoh diatas jika usaha ini dilakukan dalam 6 detik maka Daya (Power) yang
diperlukan dihitung dengan :
31
Gaya (F) x Jarak
Daya (Power) =
time
3600 x 0,5
=
6
1) Water-based liquids
Water-based liquids atau fluida dengan bahan dasar air ini merupakan fluida yang
pertama dipergunakan, namun demikian semakin hari pemakaiannyan semakin terbatas
kecuali dalam hydraulic commercial dengan kebutuhan tekanan yang tinggi tetapi dalam
kecepatan rendah.
Hal-hal sebagaimana tersebut diatas ini sangat merugikan efisiensi operasional dan
menuntut perawatan yang terus-menerus, kendati air merupakan medium yang ideal
ketahanannya terhadap api serta harga yang murah, namun air pun dapat digunakan
dengan mencampurnya dengan bahan-bahan lain seperti oli sehingga dapat digunakan
untuk fungsi lain dengan kuantitas yang lebih besar atau pekerjaan-pekerjaan dengan
temperature tinggi dan berpeluang menimbulkan kebakaran.
2) Petroleum-based liquids
Satu dan yang pertama digunakan sebagai bahan fluida dalam hydraluic system ialah
Petroleum-based liquids, teknologi automotive telah menggunakannya dalam system rem
(brake fluid) walaupun penggunaanya terbatas karena komponen rem yang terbuat dari
karet tidak tahan terhadap Petroleum-based liquids, kendati dengan kemajuan teknologi
bahan-bahan ini dibuat dari bahan sintetis yakni Synthetic-rubber seals. Karet jenis inilah
yang memungkinkan penggunaan Petroleum-based liquids kususnya pada industry
modern.
Petroleum dapat diperhalus yang akan menghasilkan oli dengan berbagai viscositas serta
penambahan bahan ”additif” yang menghasilkan berbagai keunggulan karfakteristik
sehingga menjadikan mekanisme hydraluic system menjadi tahan lama dan tentunya
peningkatan efisiensi.
3) Synthetic-based liquids
Petroleum-based Oil memiliki berbagai sifat yang sesuai sebagai bahan fluida dalam
hydraluic system walaupun dalam beberapa hal memiliki kelemahan yakni mudah
terbakar serta dapat menimbulkan ledakan yang berbahaya terutama pada tekanan dan
temperature tinggi, namun dalam perkembangannya tercipta non-flammable synthetic
liquids yang lebih baik sebagai bahan fluida dalam hydraluic system, sehingga dengan
demikian bahaya ledakan dan pembakaran pada tekanan dan temperature tinggi dapat
dihindari, dimana Synthetic-based liquids dibuat dari bahan kimia yang tahan terhadap
berbagai sifat buruk dari Petroleum-based Oil, seperti phosphate esters, chlorinated
biphenils, atau campuran lainnya sehingga cocok digunakan sebagai bahan fluida dalam
hydraluic system.
33
G. Sifat-sifat bahan fluida
Sifat-sifat bahan fluida seperti incompressible dan fluidity yang secara kuantitas diperlukan
sebagai bahan fluida dalam hydraluic system namun beberapa sifat yang lain juga perlu
diperhatikan, misalnya Viscositas, daya lumas, kesetabilan kimia, kebebasan terhadap asam,
ketahanan terhadap temperature tinggi, serta tidak beracun dan lain-lain.
1) Viscositas
Salah satu dari sifat tersebut diatas adalah Viscositas dimana merupakan salah satu sifat
penting yang berhubungan dengan fungsi kerja hydraluic system, dimana Viscositas ini
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan mengalir suatu fluida
pada perubahan temperature. Sebagai contoh perbandingan dua jenis cairan yakni bensin
cepat mengalir sedangkan tar lambat mengalir, dalam hal ini tar meiliki Viscositas tinggi.
Oil
Heating
element
A Controlled
orifice
Cork
60 CC
34
Proses pengukuran dengan menggunakan Saybolt Viscosimeter dilakukan dalam
hitungan detik untuk hasil ukur fluida 60 Cm3 yang dialirkan melalui orifice yang
memiliki ukuran standar panjang dan diameternya serta spesifikasi temperature yang
telah ditentukan, contoh ; viscositas dari cairan 80 detik, Saybolt Universal (80 SSU)
pada 550C.
b) Viscositas Index
Salah satu sifat yang ideal untuk hydraulic liquid harus memiliki ketahanan sama
dengan viscositas dibawah semua temperature dan tekanan kerja. Beberapa cairan,
khususnya petroleum-based oils tidak boleh memiliki karakteristik ini. Jika
temperatur meningkat, oli mencair, temperature menurun, oli mengental dan
viscositas meingkat.
c) Penambahan beberapa jenis polymers dapat memperbaiki Viscositas Index dari
hydraulic oil, sehingga dengan demikian hydraulic oil memiliki ketahanan terhadap
perubahan temperature serta selalu meninggalkan lapisan film pada dinding
komponen dan melumasi bagian komponen yang bergesek.
35
Salah satu penyebab utama kerusakan oleh Hydraulic liquid adalah peningkatan
temperature yang berlebihan (overheat). Hal ini penting untuk kita perhatikan dan tidak
hanya memperhatikan indicator pada reservoir karena indicator ini belum tentu
menggambarkan temperature seluruh operasi.
Pemisahan hot spot seperti tempat bearing, roda gigi atau pada bagian dimana fluida
dipaksa masuk melalui orifice yang sangat kecil karena penyempitan saluran oleh adanya
endapan. Material seperti seng, lead, brass dan copper secara kimiawi sangat reaktif
terhadap liquids.
36
H. Pompa hydraulic
Hal yang paling utama dari fungsi pompa hydraulic ialah menekan hydraulic fluid serta
membentuk aliran fluida.
Pembentukan tekanan tentu berlawanan dengan aliran, selanjutnya jika tahan terhadap beban
yang diberikan oleh actuator maka tekanan hanya cukup untuk menahan beban.
Pada saat pompa mengalirkan fluida kecepatannya juga dipengaruhi oleh part dari system itu
sendiri dimana pipa akan membentuk tekanan.
- Type Non-Positif
Type Non-Positif yakni type pompa hydraulic dimana secara hydraulis saluran masuk
(inlet)-nya dan saluran keluar (outlet) nya saling berhubungan.
37
2) Perpindahan fluida
Fluida yang dipindahkan jumlahnya tergantung pada pengiriman fluida melalui inlet ke
outlet dalam satu putaran atau satu siklus.
Untuk pompa type rotary Volume perpindahan fluida ditentukan dalam liter per putaran
sedangkan untuk pompa dengan reciprocating type Volume perpindahanny ditentukan
dalamliter per siklus.
Jika pompa memiliki lebih dari satu ruangan pemompa maka pompa pemindah itu sama
dengan satu ruangan pompa kali jumlah ruangan pemompa. Misalnya sebuah pompa rotary
memiliki 8 ruangan pemompa dan masing-masing ruangan memindahkan fluida sebanyak
2,5 ml (milliliteres) maka total fluida yang dipindahkan adalah :
in out
Dalam proses ini fluida terhindar dari
adanya arus balik dari saluran sisi
intake karena tertutup oleh hubungan
antara dua gigi yang memiliki
clearance antara roda gigi dengan
rumahnya ± 0,06 mm.
38
Pompa dengan type sebagaimana diperlihatkan pada gambar 21 dapat menghasilkan
tekanan hingga 30 MPa namun pada kondisi normal rata-rata mencapai 15 MPa. Jika
Gear Pump berputar dalam kecepatan konstan akan memiliki kemampuan pengisian
volume oli secara konstan pula. Kapasitas pompa dapat menghasilkan diatas 10 liter per
detik.
Pemakaian spur gears seperti pada gambar 21 berpeluang memiliki getaran yang lebih
besar dibandingkan dengan pemakaian helical gears atau double helical gears.
b) Gerotor gear pump
Outlet port
Gerotor gear pump merupakan pompa inlet port
39
antara dua gigi dengan toleransi tertutup antara keduanya. Putaran dari pusat roda gigi oleh
porosnya mengakibatkan roda gigi luar berputar dengan keduanya saling berhubungan,
perubahan posisi roda gigi akibat perputaran akan tetap menghasilkan spasi yang
membentuk bulan sabit, dengan demikian maka fluida akan terdesak mengalir melaui spasi
ini, fluida akan mengalir dengan daya tekan yang diberikan oleh hubungan antara dua gigi
tersebut.
Ukuran spasi yang membentuk bulan sabit ini tergantung pada pemisahan antara internal
gear dengan external gear dan akan menentukan volume aliran fluida.
Jika spasinya berukuran kecil maka volume aliran akan kecil atau sebaliknya, feature yang
lain dari pompa typr ini dapat menghaslikan arah tekanan yang berbeda atau sebaliknya
tanpa harus merubah putaran internal gear, spasi yang berbentuk bulan sabit didudukan
dengan pengarah (dowl) yang dapat ditukar posisinya dari satu sisi kesisi yang lain dari
rumah pompa, maka arah tekanan akan berubah.
d) Balanced Vane pump
Balanced Vane pump
intlet port Slot Outlet port
dilengkapi dengan ring
berbentuk elip dan dua saluran
pada bagian dalamnya.(lihat
gambar 24 ruang pemompa
dibentuk diantara dua vane
masing-masing vane bergerak outlet inlet
dua kali dalam satu putaran.
Dalam satu inlet adalah 1800
demikian juga dengan outlet,
jadi tekanan belakang
Cincin rotor
melawan ujung rotor, aliran
Rotor Vane
yang besar didapat melalui
pompa yang lebih kecil
40
e) Vane pumps
Pompa dari type Vane pump ini bagian rotonya memiliki slot digerakan oleh putaran poros
diatara suaian tertutup dan dari sisi yang berbentuk elip atau cincin yang berbentuk
lingkaran. Vane di-harden dan di poles sehingga sliding dibagian dalam maupun bagian luar
dari rotor slot dan mengikuti kontur cincin karena pengaruh gaya sentrifugal (lihat gambar
25). Ruangan pemompa dibentuk diantara urutan sudu (vane) membawa oli dari inlet ke
outlet.
Bagian yang vacuum membentuk inlet sebagai spasi antara pembukaan vane. Terjadi
pemampatan oli pada ruang pemompa karena terjadi penyempitan.
41
a
42
Valve plate slot Piston sub-assembly
Swash plate
Outlet
port
Inlet port
Drive shaft
Stationary
pintle
Drive shaft
43
b) Radial piston pump
Pada Radial piston pump piston tersusun didalam roda dari sebuah cylinder block yang
pendek dimana cylinder block itu sendiri diputar oleh sebuah poros yang terdapat disisi dari
lingkaran rumah pompa. Block mengelincir diatas stationary pintle (lihat gambar 27)
dimana terdapat inlet dan outlet.
Gerakan cylinder block diberikan oleh gaya centrifugal yang mengayunkan piston kearah
bagian luar mengikuti lingkaran rumah pompa. Garis Sumbu dari rumah pompa melewati
sumbu dari cylinder block dengan jarak exentricity antara keduanya ditentukan oleh jarak
langkah dari piston pompa tersebut.
44
BAB IV
KATUP HYDRAULIC
Hydraulic Valve
A. Relief Valve
Relief Valve merupakan salah satu jenis hydraulic Valve yang umum digunakan sebagai
komponen pengendali dan sebagai pelindung Circuit Component terhadap kemungkinan
terjadi kelebihan gaya pada actuator atau motor dari batas maximum gaya yang ditentukan.
Relief Valve terdapat pada hamper semua Hydraulic Circuit dimana kemungkinan terjadi
variable delivery dari pompa hydraulic yang digunakan.
Secara sederhana Relief Valve dipasang dengan salah satu salurannya (port) kejalur tekanan
dan yang lainnya ke reservoir.
Keterangan :
3
1. Adjusting screw
2. Cap to seal off adjusting
3. Spring
4 4. Outlet port
5. Ball
6. Inlet port
7 7. Replaceable seal
45
Gaya pegas akan menekan bola pada posisinya, operasi penekanan dapat diubah dengan
mengatur penekanan melalui Adjusting screw (lihat gambar 28). Apabila tekanan dari inlet
berlebihan pegas yang telah distel dengan gaya yang telah ditentukan maka kelebihan
tekanan tadi akan menekan bola dan pegas tidak mampu menahan kelebihan gaya tersebut,
akibatnya fluida akan memaksa masuk, kelebihan ini akan dialirkan oleh Relief Valve ke
reservoir melalui Outlet port.
Pilot conn
Hydrodynamic
skirt
To tank
Compound Balanced piston relief Valve adalah salah satu jenis relief valve yang
menggunakan pegas ringan sebagai penahan piston agar bearada pada posisi menutup.
Pada saat terjadi kelebihan tekanan dari tekanan valve yang terlebih dahulu telah diset,
melalui C (lihat gambar 29) pengatur keseimbangan bagian atas dan bagian bawah piston
kedudukan piston menutup oleh tekanan pegas. Poppet (3) dan adjusting spring (4)
membatasi gerak tekan, sedangkan dibagian bawah piston dapat meningkat sedikit untuk
mengimbangi pegas (2) dan mengangkat piston dari kedudukannya, dengan demikian maka
fluida akan mengalir ke reservoir.
46
Pada saat terjadi peningkatan aliran fluida valve ini hanya menghasilkan penambahan
kompresi dari kepegasan rendah pada pegas (2).
Compound Balanced piston relief Valve ini sering digunakan apabila pompa sedang dalam
keadan idle. Skirt yang berada dibagian bawah piston bekerja secara hydrodynamic untuk
menjaga jika terjadi tekanan yang lebih rendah. Aliran fluida akan menekan bagian atas Skirt
sehingga piston menutup secara cepat.
2) Unloading Valve
Unloading Valve memiliki fungsi utama untuk menghentikan daya pompa (unload) dengan
mengalihkan aliran fluida kedalam reservoir, tentu saja prosesnya dilakukan ketika
Unloading Valve menerima sinyal tekanan dari luar.
Pengendalian tekanan jarak jauh yakni dari sumber takanan dari bagian ujung piston.
Piston memberikan gaya tekan yang berlawanan dengan tekanan pegas melalui tekanan
fluida yang mengalir dari pompa ke reservoir (lihat gambar 30).
47
Dari gambar 30 serta cara kerja dari valve ini nampak perbedaannya disbanding dengan relief
valve, dimana relief valve bekerja dibagian dalam sedangkan unloading valve bekerja dibagian
luar. Type dari valve ini kadang-kadang digunakan sebagai pengubah arah gerakan dari double
acting cylinder actuator.
Low High
pressure pressure
48
3) Sequence Valve
Sequence Valve digunakan untuk mengendalikan urutan kerja dalam satu unit kerja otomatis,
misalnya landing gear pada pesawat terbang aktuatornya harus bekerja setelah pintu landing
gear terbuka, dan sebalikanya landing gear harus kembali sebelum pintu landing gear
tertutup.
Sequence Valve digunakan untuk mengendalikan 3 buah actuator cylinder seperti
diperlihatkan pada gambar 33. Gambar 32 adalah penampang Sequence Valve.
A B C
1
2
4) Flow-Control Valve
Factor perintah laju aliran fluida
Laju aliran fluida didalam hydraulic system tergantung pada factor-faktor berikut :
Ukuran pompa
Putaran pompa (rpm.)
Ukuran pipa
Jumlah bengkokan pada sirkuit
Pembatas pada sirkuit
Tekanan pada sirkuit (penghambat laju aliran)
Kondisi pompa
Viscositas oli
Pada industry modern engineering hydraulic memungkinkan untuk didesain dan dibangun dengan
sirkuit yang sangat komplek, untuk itu maka diperlukan valve pengatur laju aliran Flow-Control
Valve.
Kecepatan actuator, hydraulic cylinder atau motor ditentukan oleh berat dan jumlah fluida yang
akan dialirkan.
Hubungan antara gerak piston didalam silinder actuator yaitu jika volume aliran dari pompa itu besar
maka gerakan piston menjadi cepat, namun sebaliknya jika volume aliran fluida itu kecil maka gerak
piston menjadi lambat. Oleh karena itu variable kapasitas pompa memungkinkan untuk mengatur
kecepatan (feed) dari elemen kerja (actuator).Jika demikian kebutuhan system didalam sirkuit
dapat diatur dengan Flow-Control Valve.
50
Plug,gate, globe and nidle valve, restrictors, orifice, check valve, pressure compensated and
temperature-compensated valve.
5) Directional Control Valve
Directional Control Valve dirancang untuk fungsi khusus mengarahkan aliran fluida didalam
fluid power systems.
a) Poppet Valve
Poppet Valve komponennya terdiri atas bagian yang dapat bergerak menutup aliran
dengan menekan pada arah yang berlawanan dengan kedudukan valve. Pada posisi
menutup tekanan fluida dari arah inlet akan menahan valve.
T A P B T A P B
Cylinder, acting
hydraulic
Adjustable cushion
Flow direction
pneumatic advance only
Differential piston
Line crossing
Electric motor M
Line joining
Station, testing
measurement or power take
off Heater
52
Equipment Symbol Equipment Symbol
Temperature controller
Pressure switch
Reservoir :
vented
Temperature indicator
pressurized
Line, to reservoir :
Above fluid level
Component enclosure
Spring
Push button
Hydraulic pump
Variable displacement
Solenoid single winding
53
Equipment Symbol Equipment Symbol
Hydraulic motor
Reversing motor M
Fixed displacement
Hydraulic motor
Remote supply
Variable displacement
Pilot pressure
Internal supply
Pedal or treadle
Mechanical
On-off
(manual shot-off)
Detent
Check
Pressure realif
Pressure reducing
Pressure compensated
54
Equipment Symbol Equipment Symbol
Two position
three position
three connection
four connection
55