Anda di halaman 1dari 4

TATALAKSANA SYOK

ANAFILATIK

No. Dokumen : Dr. Ane Roviana, M.Kes


No. Revisi : NIK. 0111429
SOP
Tanggal terbit :
Halaman :
KLINIK PRATAMA
MARDI NUGROHO

1. Pengertian Reaksi hipersensitifitas akut yang melibatkan dua organ atau lebih (sistem
kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit, sistem respirasi, system
kardiovaskuler, sistem gastrointestinal) yang bersifat serius, mengancam
nyawa dan merupakan reaksi alergi dengan onset cepat
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan tatalaksana synkop di Poli
gigi di KLINIK PRATAMA MARDI NUGROHO
3. Kebijakan SK Kepala KP MARDI NUGROHO tentang Layanan Klinis
4. Referensi WAO Guideline for the Assessment and Management of Anaphylaxis.
2011;4:13-37
5. Prosedur 1. Seketika pasien syok, petugas menghentikan pemicu terjadinya syok
(missal anestesi local)
2. Evaluasi CAB
3. Posisikan pasien dengan posisi tendenberg / elevasi ekstremitas atas
dan pasang oxygen set
4. Adrenalin 1:1000 larutan (1mg/ml) disuntikkan 0,3-0,5 ml IM atau
0,01 mg/kgBB Akses infus (14atau 16 gauge) intravena dengan
normal salin
5. Bila tidak ada perbaikan, pemberian adrenalin dapat diulang 10-15
menit kemudian dengan dosis maksimum 0,5 mg untuk dewasa dan
0,3 mg untuk anak-anak
6. Medikasi lini kedua yang dapat digunakan adalah H1 antihistamin
seperti intravena chlorpheniramine (10 mg) atau dipenhidramin (25-50
mg), cetirizine intra oral; β2 adrenergic agonists, seperti salbutamol
inhaler (2,5 mg/3 mL); glukokortikoid seperti hydrocortison 100-500
mg IM atau IV, metylprednisolon 125-250 mg IV, oral prednisone.
7. Observasi selama 4 jam jika hanya menerima 0,5 mm, jika lebih dari
0,5 observasi selama dalam 24 jam dan hindari agen penyebab
6. Langkah-
langkah
7. Bagan alir
Seketika pasien syok, Evaluasi CAB dan Posisikan
petugas menghentikan pasien dengan posisi tendenberg /
pemicu terjadinya syok elevasi ekstremitas atas dan
(missal anestesi local) pasang oxygen set

Bila tidak ada perbaikan, pemberian


Adrenalin 1:1000 larutan (1mg/ml)
adrenalin dapat diulang 10-15 menit
disuntikkan 0,3-0,5 ml IM atau 0,01
kemudian dengan dosis maksimum
mg/kgBB Akses infus (14atau 16
0,5 mg untuk dewasa dan 0,3 mg
gauge) intravena dengan normal salin
untuk anak-anak

Observasi selama 4 jam jika


Medikasi lini kedua yang dapat hanya menerima 0,5 mm,
digunakan adalah H1 antihistamin jika lebih dari 0,5 observasi
seperti intravena chlorpheniramine selama dalam 24 jam dan
(10 mg) atau dipenhidramin (25-50 hindari agen penyebab
mg), cetirizine intra oral; β2
adrenergic agonists, seperti
salbutamol inhaler (2,5 mg/3 mL);
glukokortikoid seperti
hydrocortison 100-500 mg IM atau
IV, metylprednisolon 125-250 mg
IV, oral prednisone.

8. Unit terkait Poli gigi


9. Dokumen Chek list persiapan ruang dan alat
terkait
10. Rekaman
historis Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi Perubahan
perubahan diberlakukan
TATALAKSANA SYOK
ANAFILATIK

KLINIK MARDI NUGROHO Dr. Ane Roviana, M.Kes


NIK. 0111429
No. Dokumen :
DAFTAR No. Revisi :
TILIK
Tanggal terbit :
Halaman :

KLINIK PRATAMA
MARDI NUGROHO

Tidak
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
1. Apakah petugas menghentikan pemicu terjadinya syok (missal
anestesi local)?
2. Apakah Petugas langsung memposisikan pasien pada posisi
tendenberg (kaki lebih tinggi dari kepala) dan
evakuasi CAB?
3. Apakah Petugas memberikan adrenalin 1:1000 larutan
(1mg/ml) disuntikkan 0,3-0,5 ml IM atau 0,01
mg/kgBB Akses infus (14atau 16 gauge) intravena
dengan normal salin?

4. Apakah Petugas memberikan antihistamin seperti intravena


chlorpheniramine (10 mg) atau dipenhidramin (25-50
mg), cetirizine intra oral; β2 adrenergic agonists,
seperti salbutamol inhaler (2,5 mg/3 mL);
glukokortikoid seperti hydrocortison 100-500 mg IM
atau IV, metylprednisolon 125-250 mg IV, oral
prednisone.
5. Apakah Petugas setelah pasien sadar pasien diobservasi
setalah sadar?
CR : ………………………%.
Jepara,………………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai