Anda di halaman 1dari 6

MEKANIKAL ELEKTRIKAL LIFT DAN ESKALATOR

Aditya Nur Yudistira


Teknik Elektro
Universitas Balikpapan
Pos el : adityanuryudistira1@gmail.com

ABSTRAK
Transportasi vertikal adalah transportasi yang di gunakan untuk mengangkut sesuatu benda
dari bawah ke atas atau moda transportasi yang di rencanakan untuk memenuhi kebutuhan para
penghuni untuk mendukung aktivitas pada gedung bertingkat. Transportasi vertikal terdiri dari
Lift, dan Eskalator. Lift adalah sautu alat transportasi untuk mengangkut barang atau
penuhpang dari satu lantai ke lantai lainnya. Dalam setiap perencanaan lift harus di adakan
dengan ketentuan perencanaan yang baik. Sedangkan Eskalator adalah salah satu transportasi
vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat
bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rantai yang di gerakkan oleh motor.

Kata kunci : Lift, Eskalator

PENDAHULUAN
Bangunan, baik yang dirancang oleh arsitek atau ahli teknik sipil haruslah dapat
dipakai, dapat ditempati dengan nyaman oleh penghuninya. Bangunan itu harus dapat berfungsi
dengan baik, tidak semata-mata indah untuk dipandang. Agar nyaman, bangunan harus
dilengkapi dengan sarana dan prasarananya, building utilities, terlebih lagi bila bangunan itu
bangunan yang bertingkat banyak. Lift dan eskalator adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam transportasi vertikal pada gedung-gedung bertingkat.
Orang-orang yang berkecimpung di bidang mekanikal-elektrikal bangunan sering
menghadapi berbagai masalah. Transportasi vertikal hanya merupakan salah satu saja dari
aneka problem itu. Bab ini akan membahas secara detail tentang transportasi vertikal pada
bangunan bertingkat. Integrasi antara seni, teknologi, efisiensi energi, dan ekonomi merupakan
faktor-faktor yang mutlak harus di perhitungkan dalam perancangan bangunan masa kini (Ir.
Sunarno, 2005)
Mekanisasi bangunan, terutama untuk bangunan yang tinggi, semakin hari semakin
menonjol sering dengan meningkatnya kebutuhan akan gedung-gedung tinggi di seluruh dunia.
Bangunan-bangunan tinggi bukanlah hanya hasil karya para arsitek dan insinyur struktur saja,
tetapi juga merupakan hasil karya berbagai ahli lain, seperti insinyur mesin, elektro, dan fisika
teknik. Dalam perencanaan bangunan-bangunan tinggi di perlukan pemikiran timbal balik
dengan pertimbangan fungsi, struktur, estetika, dan persyaratan mekanikal serta elektrikal.
PEMBAHASAN
Salah satu hal yang harus di pikirakan pertama kali saat merencanakan bangunan bertingkat banyak
adalah masalah transportasi vertical, khususnya untuk transportasi manusia. Alat yang di gunakan
untuk transportasi vertical dalam bangunan bertingkat adalah lift/elevator. Alat transportasi vertical
dalam bangunan bertingkat tersebut tentu akan memakan volume gedung sehingga turut menentukan
efisiensi gendung. Pemilihan kapisitas lift yang akan di gunakan pun akan menentukan jumlah lift
yang harus di sediakan, yang sekaligus juga akan berpengaruhi terhadap kualitas pelayanan gedung,
terutama pada gedung-gedung yang dibangun dengan tujuan komersial. Instalasi lift yang ideal ialah
instalasi yang mampu menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai secara minimal, percepatan
yang komfortabel, angkutan vertical yang cepat, serta pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap
lantai.

Daya Listrik Maksimum


Kode praktik untuk efiensi energi instalasi lift dan escalator sebagian besar
mengendalikan area berikut:
 Daya listrik maksimum yang diijinkan lift dan escalator.
 Energi manajemen lift dan escalator.
 Menangani kapasitas system lift.
 Mendesain lalu-lintas lift.
 Total distorsi harmonis dan factor tenaga untuk sistem pengendali motor.
Kebutuhan tenaga listrik maksimum yang diijinkan di tandai dengan puncak
pencapaian energi dari peralatan tersebut. Tenaga untuk mengangkat pada lift di ukur ketika
lift sedang mengangkat beban dan bergerak naik pada kecepatan konstan sesuai dengan
spesifikasinya. Untuk escalator, karena beban yang di nilai dalam kilogram untuk eskalator
tersebut. Begitu tenaga di ukur pada kecepatan optimum, factor yang mempengaruhi konsumsi
tenaga sebanding dengan beban penuh yang seimbang dengan gaya reaksinya.
Desain mesin lift biasanya mempertimbangkan gaya reaksi yang biasanya di ukur
sesuai dengan berat beban actual ditambah 45%-50% beban optimum sehingga konsumsi
tenaga dalam keadaan beban penuh pada kecepatan optimum akan lebih tinggi. Factor lain yang
mempunyai efek penting terhadap konsumsi tenaga adalah efisiensi dan motor, friksi,
pengontrol, dan gearbox.
Untuk lift hidrolik, bobot mati merupakan factor dominan pada tenaga gerak
maksimum tanpa di pengaruhi oleh gaya reaksi yang mengimbangi bobot mati lift tersebut.
Dalam peralatan eskalator, yang menjadi factor dominan merupakan daya tarik peralatan
(invers dari gaya dorong lift hidrolik). Factor itu adalah efiensi dari motor, friksi, pengontrol,
dan gearbox. Proporsi dari kerugian akibat gesekan mesin dapat menjadi faktor penting dalam
konsumsi tenaga pada kondisi tanpa beban. Pada desain sistem lift dan eskalator, aras tenaga
yang di-butuhkan sukar diperoleh sebab pabrikan menyediakan motor yang di nilai lebih besar
dari tenaga geraknya. Tenaga gerak ini hanya dapat di ukur selama pengujian dan pengawasan
proses, yang sukar untuk di lakukan secara tepat di sepanjang tahap desain. Apakah potongan
peralatan tertentu mematuhi kode praktik yang telah di syaratkan atau belum, sebaiknya kita
memperhatikan pengujian dan arsip pengawasan instalasi daya serupa yang di terbitkan oleh
pabrikan lift yang akan di pakai.

Gambar 1 sistem rangkaian lift (Santoso, 2000)


Gambar 2 Rangkaian motor penggerak
lift (Fadil, 2010)
Gambar 3 Skema ruang luncur lift (Syaputra, 2002)

Gambar 4 Rangkaian eskalator (Sutarman, 2012)


Manajemen Energi lift dan Eskalator
Untuk kepentingan energi yang di perlukan suatu alat ukur untuk membaca pencapaian
energi. Data yang di peroleh dapat di gunakan untuk menggambarkan konsumsi energi
bangunan yang lebih baik selama audit energi dan pemilik dapat mengetahui biaya yang
mereka bayar untuk system transportasi vertical mereka.
Di dalam praktiknya telah di ijinkan adanya fleksibelitas untuk instalasi pralatan.
Haruslah di catat bahwa kata “ketetapan” harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Alat ukur tidaklah diperlukan untuk peralatan tunggal yang independent. Sebagai
gantinya hanya satu ketetapan yang di perlukan untuk masing-masing kelompok eskalator atau
masing-masing lift. Pembacaan yang diperlukan meliputi voltase, arus, jumlah faktor tenaga,
konsumsi energi, tenaga dan permintaan maksimum. Multimeter yang dapat mengukur
berbagai figur sangat di rekomendasikan dan dapat di terima dalam perhitungan ini.
Sesungguhnya penggunaan meter multi-fungsi dapat menyederhanakan pekerjaan
instalasi. Di samping untuk kebutuhan metering, multimeter juga diperlukan untuk bank lift
dengan dua atau lebih. Sedikitnya satu lift di operasikan pada mode standby selama periode
tidak sibuk. Sepanjang mode standby, lift tidak me respon penumpang sanpai kembali ke mode
operasi normal. Itu berarti salah satu lift akan mati selama tidak sibuk. Jika motor lift bertipe
DC-MG maka generator pengendali motor lift akan mematikan lift tersebut sepanjang mode
standby. Hal ini dapat dilakukan untuk menghemat energi yang dipakai lift, yaitu dengan
mematikan kipas ventilasi ketika kosong lebih dari 2 menit. Hal ini juga berlaku pada
pencahayaan lift, yang dapat di atur agar mati sendiri bila lift kosong lebih dari 2 menit.
Untuk naik ke lantai yang lebih tinggi, pada umumnya orang dapat menempuhnya
dengan naik tangga, menggunakan lift, atau dengan eskalator. Setiap cara mempunyai
karakteristik dan Batasan masing-masing. Walaupun ada banyak golongan lift, pada dasarnya
ada 2 kategori lift, yaitu lift listrik dan lift hadrolik. Dalam hal energi, lift listrik lebih hemat
dari lift hidrolik. Lift hidrolik memerlukan banyak energi untuk memanaskan fluida, untuk
membuat tekanan pada fluida. Beberapa bahkan menggunakan coler terpisah untuk
menghindari pemanasan berlebih. Lift hidropolik tidak menyediakan penyeimbang berat
sehingga motor lift harus berukuran besar agar dapat mengangkat muatan dan berat mati
gerbong lift. Pada lift lisrik, kekuatan maksimum untunk mengangkat masih di bawah operasi
normal, yaitu kurang lebih setengah dari rata-rata muatan. Oleh karena itu, kebanyakan
perancang menghindari penggunaan lift hidrolik bila tidak ada hambatan untuk menggunakan
lift listrik.

KESIMPULAN
Beberapa macam instalasi yang harus diperhatikan :
1. Instalasi Pemadam Kebakaran yang biasa di gunakan antara lain :
a) System Hydrant
b) System Sprinkler
c) System Fire Alarm
2. Instalasi Elevator & Eskalator yang harus di perhatikan :
a) Pola lalu lintas orang dan barang sekitar dan di dalam gedung harus di perhatikan.
b) Elevator penumpang, barang dan kebakaran harus terpisah
c) Cara penanggulangan bila terjadi keadaan darurat.
3. Instalasi Listrik yang harus di perhatikan adalah :
a) Sakelar khusus ukuran (rating) pengaman jenis pengaman dan penampang kabel
b) Penempatan generator genset
c) Sumber tenaga yang di gunakan PLN, atau pembangkit tenaga listrik sendiri.

Daftar Pustaka
Fadil. (2010, Desember 30). Elektonika Listrik. Retrieved from Motor Penggerak Miniatur Lift:
http://fadilmuslim.blogspot.com/2010/12/motor-penggerak-miniatur-lift.html

Ir. Sunarno, M. P. (2005). Mekanikal Elektrikal. Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET.

Santoso, B. (2000, januari 18). Mesin Timbangan. Retrieved from Panel Kontrol untuk Lift Barang
atau Cargo Lift: https://mesintimbangan.wordpress.com/panel-kontrol-untuk-lift-barang-
cargo-lift/

Sutarman, I. (2012, Maret 14). Aplikasi motor induksi eskalator. Retrieved from Rangkaian eskalator:
https://imroee.blogspot.com/2010/12/aplikasi-motor-induksi-pada.html

Syaputra, R. (2002, Februari 21). Teknik Listrik. Retrieved from Merencanakan Lift:
http://cucucahyadi89.blogspot.com/2016/07/membuat-merencanakan-lift-di-rumah.html

Anda mungkin juga menyukai