Anda di halaman 1dari 26

Pengendalian Penggerak Pada Lift

Dengan 4 Kuadran
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengendalian Mesin Elektrik
Yang diampu oleh Dr. Rini Nur Hasanah, S.T., M.Sc.

Oleh Kelompok 6
Pengendalian Mesin Elektrik Kelas A
ANGGOTA :
1. Mohammad Agus Salim
2. Bintang Mufti ZuamaEsye
3. Devis Maulidy Zoechriba

(125060301111032)
(125060301111044)
(125060301111046)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini banyak bangunan atau gedung (perkantoran, apartemen, instansi,
hotel berbintang, trade center, dan lainnya) yang dibangun dengan konsep luas dan
ketinggian yang berbeda. Sebagian besar gedung-gedung tersebut mencapai
ketinggian hingga empat lantai atau bahkan lebih. Hal tersebut diperhatikan dengan
maksud untuk meminimalisir lahan bangunan, supaya tidak memakan banyak
tempat atau lahan yang dipakai. Para arsitektur membuat konsep bangunan gedung
bertingkat yang kebanyakan diterapkan di daerah perkotaan, dikarenakan banyak
faktor yang mendukung hal tersebut.
Dahulu sebelum adanya Elevator(lift), Eskalator (tangga berjalan), dan
Travelator (Moving walk) untuk mencapai lantai atas dari lantai dasar atau
sebaliknya, kita harus naik tangga lantai secara manual yaitu dengan jalan kaki.
Mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah/kerepotan, jika lantai gedung berjumlah
sedikit dan hanya kita saja yang naik ke atas atau turun gedung, namunakan menjadi
masalah besar dan sangat kerepotan, jika lantai gedung berjumlah banyak,
sedangkan kita akan memindahkan barang yang berbobot berat dari lantai dasar ke
lantai atas. Hal tersebut dirasa kurang efektif dan efisien, karena terlalu banyak
memakan waktu dan tenaga. Apalagi bila hal tersebut terjadi disebuah perkantoran
atau instansi penting lainnya, maka bisa dibayangkan banyak kerugian yang akan
dirasakan instansi perusahaan/perkantoran tersebut.
Namun seiring kemajuan teknologi hal tersebut bukanlah menjadi penghalang
lagi untuk berbagai alasan dalam sebuah instansi perkantoran. Karena kini
kebanyakan gedung-gedung tinggi khususnya daerah kota dipermudah dengan
adanya teknologi Eskalator (tangga berjalan), Travelator (moving walk) maupun
Elevator (lift). Sehingga hal tersebut membuat pekerjaan jadi lebih mudah, efektif,
dan efisien bagi manusia. Karena kita dapat naik/turun lantai sebuah gedung tinggi
dalam beberapa detik maupun menit saja. Kini kita tak perlu kerepotan untuk
memindahkan barang berat hingga mencapai lantai ke dua puluh sekalipun pada

suatu gedung, hanya dibutuhkan beberapa detik saja menggunakan elevator. Inilah
salah satu dari sekian banyak teknologi yang bermanfaat dan membantu pekerjaan
manusia.
Pengendalian merupakan masalah yang sangat penting dalam motor listrik,
karena motor yang sedang berjalan tidak dapat berhenti begitu saja walaupun suplai
daya telah diputuskan. Motor yang terus berputar akan mengakibatkan terjadinya
bahaya. Dalam memperlambat ataupun menghentikan motor yang sedang berjalan
sangat diperlukan sistem pengereman. Jika hanya menggunakan pengereman
mekanis saja, tidak bisa menghentikan motor tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimanakah prinsip kerja dasar lift.

2.

Bagaimanakah metode pengendalian motor induksi.

3.

Bagaimanakah metode pengendalian motor pada lift.

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui prinsip kerja dasar lift lift.

2.

Mengetahui metode pengendalian motor induksi.

3.

Mengetahuui metode pengendalian motor pada lift.

1.4 Batasan Masalah


1.

Hanya membahas prinsip kerja dasar konverter.

2.

Tidak membahas pengendalian sistem konverter pada saat pengereman


regeneratif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Prinsip kerja dasar lift


Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut

orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi;


biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya
hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai
tombol-tombol yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat
tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda,
Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat angkut untuk mengangkut
orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan
yang tingginya lebih dari 4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik turun dalam
menjalankan tuganya hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Sejarah Elevator/Lift
Lift awalnya adalah derek yang terbuat dari tali. Pada tahun 1853, Elisha Graves
Otis, salah seorang pionir dalam bidang lift, memperkenalkan lift yang menghindarkan
jatuhnya ruang lift jika kabelnya putus. Rancangannya mirip dengan suatu jenis
mekanisme keamanan yang masih digunakan hingga kini.
1. 23 Maret 1857 - Lift Otis pertama dipasang di New York City.
2. 1880 - Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.
3. 2004 - Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei.
Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857.
Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton
mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers
& Co., pada tahun 1867.
Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedunggedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun

kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah


era Pencakar Langit.
Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected
geared pertama yang sangat sukses.
Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi tulang
punggung industri elevator, yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan
terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya
jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State
building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN
Tower di Toronto.
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam
bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control,
Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam
pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi
dalam pengendalian elevator sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal
waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator. Cara Kerja Elevator/Lift
Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi
gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang
luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot
pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang
memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist
ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan
counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.
a) Mesin Lift Gearless
Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat
di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik
dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang
mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta
sehingga disebut sebagai kabel bergerak (traveling cable).
b) Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya

Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave
dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi
kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless
memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke
poros motor.
c) Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless
Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah,
dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston
panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat
oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta
turun saat oli kembali ke tangki oli.Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston
terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua
cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik)
untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu
melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta
diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi
menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup
hidrolik.
d) Prototype of Double Front Side Elevator
Lift atau Elevator merupakan alat transportasi secara vertical dan mempunyai
prinsip dasar mekatronika yang memiliki bagian mekanik, elektronik dan sistem kontrol.
Elevator sendiri sudah mengalami berbagai perubahan bentuk serta jenisnya, khususnya
elevator double front side (lift/elevator dengan pintu di dua muka). Suatu alat tercipta
karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan double front side elevator. Banyak
perusahaan membutuhkan lift/elevator dengan pintu di kedua sisinya, seperti hotel atau
rumah sakit atau bangunan lainnya yang menuntut penggunaan elevator double front side
ini.
Besarnya penggunaan Lift/elevator jenis ini dikarenakan banyaknya desain
bangunan yang mana menuntut efisiensi tanpa mengesampingkan fungsi dari bagunan di
mana elevator itu sendiri berada atau tujuan dari penggunaan eelevator itu sendiri. Seperti
halnya penggunaan lift/elevator jenis ini di rumah sakit, yang semata demi kenyamanan

pengunjung atau pasien agar dimudahkan aksesnya untuk menuju fasilitas yang
diinginkannya atau dokter yang ingin dirujuk, atau pada suatu hotel yang mana desain
bangunan dibuat sesuai dengan tata letak ruang yang sesuai dengan fungsinya dan saling
berbeda tiap lantainya. Jenis lift.
Lift dapat dibagi menurut fungsinya :
a. Lift penumpang, (passanger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia
b. Lift barang, (fright elevator) digunakan untuk menngangkut barang
c. Lift uang/ makanan (dumb waiters)
d. Lift pemadam kebakaran (biasanya berfungsi sekaligus sbg lift barang)
DESKRIPSI ALAT
Prototype of double front side Elevator merupakan simulasi salah satu jenis dari
alat angkutan vertical (Elevator) yang sudah dimodifikasi. Alat angkutan yang digunakan
untuk mengangkut orang pada suatu gedung bertingkat. Alat ini memiliki 2 pintu pada
sisi yang satu begitu juga pada sisi sebaliknya.

Gambar 2.1 Prototype of double front side Elevator

Bagian-bagian Elevator

Gambar 2.2 Bagian-bagian elevator


Keterangan:
1.

Rangka

2.

Ruangpenumpang(Car-Llift)

3.

Box Controller

4.

MotorUtama

5.

CarCall

6.

HallCall

7.

Pulley

8.

CounterWeight

9.

Rail

10. Penggulung
11. Gear Penggulung
Sistem pengendalian 4 kuadran
Pada sistem pengendali, saat motor mengendalikan beban terkadang dapat
beroperasi sebagai generator untuk melakukan pengereman tidak hanya menjadi
motor penggerak saja. Oleh karena itu dibutuhkan karakteristik kecepatan-torsi
baik beban dan motor. Lebih baik menggunakan keempat kuadran dari kecepatantorsi daripada menggunakan kuadran pertama saja.

Kecepatan mempunyai nilai positif, jika arah dari rotasinya melawan arah
jarum jam atau saat gerakan menyebabkan gerakan keatas atau maju. Torsi disebut
positif saat menghasilkan percepatan dalam arah positif. Lebih mudahnya, dapat
dilihat pada gambar dibawah ini serta penjelasannya.

Gambar 2.3 Sistem pengendalian 4 kuadran


Kuadran 1 dan 2 adalah mode operasi dimana beban lift akan naik dan kuadran 3
dan 4 sebaliknya.
Pada kuadran 1, karena lift sedang keadaan berbeban, maka torsi beban
(TL) mengarah kekanan (CW) yang artinya memiliki nilai negatif, agar beban
dapat naik maka TL harus dilawan oleh TM yang arahnya kekiri (CCW) yang
artinya memiliki nilai positif. Saat ini pengendali mengoperasikan mesin sebagai
motor dan dayanya memiliki nilai postif.
Pada kuadran 2, karena lift sedang keadaan tak berbeban dan pengimbang
lebih berat daripada kurungan kosong maka lift akan bergerak keatas dengan
kecepatan yang sangat berbahaya, maka dari itu TM(negatif) arahnya harus
melawan TL(positif). Saat inilah pengendali mengoperasikan mesin sebagai

generator dan tentu dayanya memiliki nilai negatif.


Pada kuadran 3, karena lift sedang keadaan tak berbeban maka lift akan
bergerak keatas dengan kecepatan yang sangat berbahaya, padahal diingikan lift
turun, maka dibutuhkan TM(negatif) yang melawan arah TL(positif). Saat ini
pengendali mengoperasikan mesin sebagai motor dan dayanya bernilai positif.
Pada kuadran 4, karena lift sedang keadaan berbeban maka lift akan
bergerak kebawah dengan kecepatan yang sangat berbahaya, maka dibutuhkan
TM(positif) yang melawan arah TL(negatif). Saat ini pengendali mengoperasikan
mesin sebagai generator dan dayanya bernilai negatif.
2.2

Pengendalian motor induksi


Motor pada lift yang digunakan pada saat ini adalah motor induksi 3 fasa
karena konstruksi motor ini kuat dan murah.
Ada beberapa cara untuk mengatur kecepatan motor induksi yaitu:
1.

Mengatur tegangan sumber


Dengan mengatur tegangan terminal motor induksi, maka
karakteristik torsi-putaran motor induksi akan berubah seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 Karakteristik T-n (Vt diubah)

Gambar 2.5 Karakteristik Vt-n (Vt diubah)


Dari gambar tersebut terlihat bahwa torsi motor akan turun
dan otomatis jika bebannya tetap maka kecepatan motor berubah.
Namun

dengan

pengaturan

kecepatan

metode

ini,

akan

memperbesar slip (s) dan memperbesar rugi rugi (P ag.s - Pout). Yang
otomatis akan membuat efisiensi turun.
2.

Mengatur frekuensi dan tegangan sumber


Dengan merubah frekuensi sumber, maka kecepatan sinkron
dari motor induksi akan berubah, dan begitu pula karakteristik
kecepatan torsi dari motor induksi. Untuk menjaga nilai fluksi
pada celah udara tetap normal, maka nilai E1/f harus dijaga
konstan. Karena mengontrol tegangan terinduksi E1 sangatlah
sulit, maka yang dirubah adalah tegangan terminal sumber yang
diberikan

kepada

motor

induksi.

Maka

akan

didapatkan

karakteristik kecepatan-torsi seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.6 Karakteristik T-n (Vt/f diubah)


Pengaturan motor metode inilah yang paling bagus, karena
efisiensi motor tidak terlalu jatuh pada putaran dibawah nominal.

Gambar 2.7 Pengaruh Vt/f terhadap efisiensi


3.

Mengatur impedansi stator


Dengan memberikan resistor atau induktor pada stator, maka
tegangan pada terminal stator akan turun. Dengan kondisi ini,
maka besar tegangan terminal stator menjadi sebuah fungsi dari
arus motor dan nilai tegangan akan berubah saat motor
berakselerasi. Karakteristik kecepatan-torsi motor dengan resistor
atau induktor pada sisi stator digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 2.8 Karakteristik T- (Z stator diubah)


Karena pada saat motor berakselerasi arus akan berubah,
maka tegangan terminal stator akan berubah dikarenakan ada jatuh
tegangan pada R atau X sebagai fungsi arus. Dengan adanya R atau
X, maka akan didapatkan torsi lebih besar daripada torsi yang
dihasilkan dengan menurunkan tegangan terminal secara konstan.
Dengan menggunakan resistor, maka power factor dari motor
akan naik, namun mengakibatkan rugi-rugi starting yang lumayan
tinggi. Dengan menggunakan inductor, rugi-rugi pada starting akan
kecil, namun power factor akan turun.
4.

Mengatur resistansi rotor


Pengendalian motor induksi dengan metode ini dibutuhkan
motor induksi dengan rotor belitan. Sedangkan motor induksi satu
fasa, semuanya adalah rotor sangkar, jadi metode ini tidak
mungkin digunakan pada air conditioner.

2.3

Pengendalian motor pada lift


Pengendalian motor pada kuadran I dan III
Telah kita ketahui bahwa metode pengaturan putaran dan torsi motor induksi
yang paling bagus adalah dengan mengatur nilai Vt/f sumber motor tersebut. Dan
hal tersebut dapat dilakukan melalui inverter. Biasanya pengaturan V t/f tidak
dilakukan oleh inverter sendirian, namun juga dengan penyearah tak terkontrol

dengan chopper atau penyerah terkontrol saja untuk mengatur amplitudo tegangan
terminal motor .

Gambar 2.9 Blok diagram sistem pengaturan Vt/f pada MI 3 fasa


Dalam makalah ini kami tidak membahas konverter AC ke DC-nya
(rectifier) untuk mengatur nilai tegangannya, kami hanya membahas inverternya..
Inverter pada dasarnya adalah suatu konverter yang mengubah tegangan DC ke
tegangan AC. Ada beberapa metode untuk membuat tegangan AC dari DC, kami
hanya membahas 2 metode yaitu:
1.

Multilevel inverter
Gelombang tegangan keluaran dari inverter tipe ini adalah gelombang AC
yang seperti tangga.

2.

PWM inverter
Gelombang arus keluaran dari inverter tipe ini adalah gelombang AC yang
hampir menyerupai gelombang AC murni. Semakin besar frekuensi sinyal
pembawa (segitiga), maka gelombang arus keluaran inverter tipe ini semakin
menyerupai gelombang AC murni.

Multilevel inverter
Inverter tipe ini, hasil keluarannya adalah gelombang AC yang seperti
tangga. Setiap anak tangga membutuhkan setidaknya 1 sumber DC., 4 dioda, dan
MOSFET.

(a)

(b)

Gambar 2.10 (a) Rangkaian multilevel inverter


(b) Gelombang tegangan keluaran multilevel inverter
Prinsip kerja dari multilevel inverter ini sangat sederhana, prinsipnya adalah
dengan cara menghupkan beberapa pasang IGBT secara bergantian. Untuk
menghasilkan tegangan +Vdc, maka IGBT 1, 4, dan 5 harus dihidupkan dan dioda
6 otomatis konduksi. Kemudian untuk menghasilkan tegangan +2Vdc, maka
IGBT 1, 4, 5, dan 8 harus dihidupkan, saat dibutuhkan 0 V, maka semua IGBT
tidak boleh hidup.
Untuk menghasilkan tegangan -Vdc, maka IGBT 2, 3, dan 6 harus
dihidupkan

dan otomatis dioda 5 otomatis konduksi. Kemudian untuk

menghasilkan tegangan -2Vdc, maka IGBT 2, 3, 6, dan 7 harus dihidupkan.


Dengan metode ini, untuk membuat gelombang tegangan yang semakin mirip
dengan sinusoida murni, maka dibutuhkan IGBT dan sumber DC yang semakin
banyak.

Gambar 2.11 Gelombang tegangan keluaran


multilevel inverter dengan 5 Vdc
PWM inverter
Dengan metode ini, tegangan keluaran inverter tidak sinusoida, lebih
jelasnya lihat gambar dibawah ini.

Gambar 2.12 (a) Gelombang sinusoida referensi dan segitiga pembawa


(b) Gelombang tegangan keluaran

Gambar 2.13 Rangkain PWM inverter (simulasi dengan simulink MATLAB)


PWM inverter menggunakan 4 IGBT dengan sinyal pemicuan seperti pada

gambar 2.12 (b), dimana untuk pemicuan positif dilakukan pada G1_2 dan G4_2
kemudian untuk pemicuan negatif dilakukan pada G2_2 dan G3_2. Dengan PWM
inverter ini, tidak dibutuhkan chopper ataupun penyearah terkontrol untuk
mengubah nilai tegangan, melainkan melalui perbandingan Vm,sine/Vm,tri. Nilai
tegangan keluaran dari PWM inverter adalah (Vm,sine/Vm,tri)*Vdc.
Dengan membebani PWM inverter menggunakan motor, maka gelombang
arus tidak akan seperti tegangan, karena motor mengandung induktor yang dapat
menyimpan muatan dan dikeluarkan dalam bentuk arus. Bentuk gelombang arus
yang dikeluarkan oleh PWM inverter dengan beban motor adalah sebagai berikut.

Gambar 2.14 Gelombang tegangan dan arus keluaran


PWM inverter (bipolar) beban motor
Kita ketahui bahwa medan putar (fluksi motor) berbanding lurus dengan
arus masukan motor, maka dengan arus yang menyerupai sinusoida medan putar
motor akan baik. Agar gelobang arus semakin menyerupai sinusoida murni, maka
nilai frekuensi pembawa (sinyal segitiga) harus dibesarkan.
Untuk memperlihatkan pengaruh frekuensi pembawa terhadap bentuk
gelombang keluaran arus kami simulasikan melalui simulink MATLAB.

Gambar 2.15 Gelombang tegangan dan arus keluaran


PWM inverter (bipolar) beban motor Vm,sine/Vm,tri = 0.8
frekuensi gelombang segitiga = 500 Hz

Gambar 2.16 Gelombang tegangan dan arus keluaran


PWM inverter (bipolar) beban motor Vm,sine/Vm,tri = 0.5
frekuensi gelombang segitiga = 500 Hz

Gambar 2.17 Gelombang tegangan dan arus keluaran


PWM inverter (bipolar) beban motor Vm,sine/Vm,tri = 0.8
frekuensi gelombang segitiga = 2000 Hz

Gambar 2.18 Gelombang tegangan dan arus keluaran


PWM inverter (bipolar) beban motor Vm,sine/Vm,tri = 0.5

frekuensi gelombang segitiga = 2000 Hz


Dengan demikian, metode pwm inverter hanya membutukan penyearah tak
terkontrol untuk dapat mengatur Vt/f masukan motor induksi untuk mengatur
kecepatannya.
Pengendalian motor pada kuadran II dan IV
Mechanical Braking

Gambar 2.19 Diagram balok sistem pengereman mekanik


Pengereman mekanik adalah cara memberhentikan motor listrik dengan
memberlakukan gesekan atau friksi motor. Friksi tersebut diterapkan dengan cara
yang sama seperti halnya blok rem mobil. Dengan sistem pengereman seperti ini,
kita harus mengganti kampas secara berkala karena kampas dapat habis.

Gambar 2.20 Rem cakram (kiri), rem tromol (kanan)


Rheostat Braking
Rheostat braking mirip seperti pengereman mekanik, yaitu dengan
mengubah energi mekanik menjadi panas. Namun disini tidak menggunakan
kampas rem sebagai media pengubah dari energi kinetik langsung ke energi

panas, melainkan dengan mengubah energi kinetik ke energi elektrik dahulu,


kemudian energi elektrik tersebut dikonversi ke panas melalui resistor.

Gambar 2.21 Diagram balok sistem pengereman rheostat


Untuk mengubah energi kinetik menjadi energi listrik, maka motor harus
dioperasikan sebagai generator. Generator induksi membutuhkan arus leading
untuk menghasilkan tengangan. Setelah menjadi energi listrik, generator harus
dihubungkan dengan beban, dalam hal ini dihubungkan dengan resistor untuk
merubah energi listrik menjadi panas.

Gambar 2.22 Sistem kontroler pengereman rheostat


Regenerative Braking
Pengereman regeneratif adalah suatu metode pengereman dengan cara
mengoperasikan motor sebagai generator. Metode ini tidak membuang energi dari
gravitasi bumi secara cuma-cuma seperti pada pengereman mekanik dan rheostat,
melainkan mengonversikan energi kinetik menjadi mekanik dan dikembalikan ke
sumber.
Saat lift turun,, karena adanya gravitasi bumi maka lift akan turun dengan

kecepatan dipercepat sebesar 10m/s2. Untuk keamanan dan kenyamanan


pengguna, maka lift harus direm agar kecepatannya konstan pada penumpang
berapapun dan kapanpun.

Gambar 2.23 Diagram balok sistem pengereman regeneratif


Metode pengereman regeneratif berbeda-beda tergantung pada jenis motor
yang digunakan. Untuk motor induksi, kita membutuhkan kapasitor dan
konverter.
Fungsi tiap komponen:
1.

Kapasitor berfungsi untuk menghasilkan daya reaktif yang akan diserap


oleh motor induksi yang dioperasikan sebagai generator.

2.

Penyearah digunakan untuk menyearahkan tegangan keluaran generator


induksi.

3.

Boost converter digunakan untuk menaikkan tegangan pada DC bus.

4.

Inverter digunakan untuk merubah tegangan DC menjadi tegangan AC.

Pengereman regeneratif memanfaat karakteristik motor saat digunakan


sebagai generator, yaitu motor akan menghasilkan torsi lawan yang dapat
memperlambat kecepatan motor saat diberi beban. Tegangan keluaran generator
induksi tergantung dari besar arus leading dari kapasitor dan putaran rotornya,
sehingga jika motor melakukan pengereman dibawah nominalnya maka tegangan
keluarannya juga dibawah nominal. Tegangan keluaran dari generator ini harus
dinaikkan karena sebelum dikembalikan ke sumber, besaran tegangan, frekuensi,
dan urutan fasa harus sama.

Gambar 2.24 Sistem kontroler pengereman regeneratif


Untuk menaikkan besar tegangan keluaran dari generator induksi lebih
mudah menggunakan 2 buah konverter, yaitu penyearah dan chopper. Sebelum
dinaikkan tegangannya oleh chopper, tegangan keluaran generator harus
disearahkan dahulu oleh rectifier. Setelah menjadi tegangan DC yang besarnya
sesuai, kemudian tegangan DC tersebut di AC-kan oleh inverter yang akan
dikembalikan ke sumber. Untuk mengatur seberapa besar pengeremannya, maka
yang harus diatur adalah arus keluaran dari generator induksi tersebut. Dengan
pengendalian arus keluaran, pengereman dapat dilakukan dengan halus.
Plugging Braking

Gambar 2.25 Sistem kontroler pengereman plugging


Pengereman dengan metode plugging dilakukan dengan cara membalikkan
arah putan motor sehingga motor dapat menghasilkan daya torsi penyeimbang dan
membentuk daya perlambatan. Medan magnet yang dihasilkan akan berputar
dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang berlawanan.
Interaksi medan resultan dan gerak gaya magnet rotor akan mengembangkan torsi
yang berlawanan dengan torsi motor, sehingga pengereman terjadi. Metode

pengereman plugging yang digunakan yaitu dengan menambahkan atau


memasang seri tahanan pada tegangan per fasa motor, diharapkan tegangan dan
arus dari sumber tenaga dapat mengalir masuk kedalam motor secara bertahap,
sehingga tidak mengeluarkan arus pengereman yang besar
Metode pengereman plugging memiliki keuntungan antara lain kemudahan
pengaturan kecepatan pengereman motor induksi tiga fasa dan kerugian mekanis
dapat dikurangi. Dengan mengaplikasikan pengereman plugging pada motor
induksi tiga fasa didapatkan hasil proses menghentikan putaran motor induksi tiga
phasa lebih cepat dibandingkan dengan pengereman yang lainnya.
Untuk penerapan metode plugging dijelaskan dengan cara merubah urutan
fasa sumber motor, dengan mendapat kopel lawan dan segera berhenti. Pada
pengereman hanya dilakukan sesaat, namun apabila dilakukan lebih lama maka
motor akan berputar berlawanan arah. Arus motot yang besar akibat pengereman
dapat diatasi dengan memberikan tahanan depan.

Gambar 2.26 Sistem kontroler pengereman plugging


Untuk diperhatikan bahwa sakelar kecepatan nol digunakan pada rangkaian
ini. Sakelar kecepatan nol tersebut dioperasikan dengan motor. Secara normal
sakelar tersebut pada keadaan tidak beroperasi. Pada saat motor berrotasi kontakkontak sakelar menutup dan tetap menutup sampai motor berhenti secara total.
BAB III

KESIMPULAN
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut
orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi;
biasanya lebih dari empat lantai. Penggerak sebuah lift modern biasanya menggunakan
motor induksi 3 fasa.
Sistem pengendalian motor induksi 3 fasa pada lift menganut sistem pengendalian
4 kuadran. Pada kuadran I dan III, mesin induksi 3 fasa tersebut bekerja sebagai motor
dan dikendalikan oleh inverter 3 fasa. Pada kuadran II dan IV, mesin induksi 3 fasa
tersebut bekerja sebagai generator untuk melakukan pengereman.
Sistem pengereman motor induksi 3 fasa ada bermacam-macam, yaitu
pengereman mekanik, regeneratif, rheostat, dan plugging. Pada lift modern metode
pengereman yang digunakan adalah pengereman regeneratif dan rheostat.

DAFTAR PUSTAKA
Hart, Daniel W. 2011. Power Electronics. New York:The McGraw-Hill.
Pillai, S. K. 1989. A First Course On Electrical Drives. Canada: John Willey & Sons.
Rasyid, Muhammad H. 2001. Power Electronics. Canada:Academic Press.
Sen, P.C. 1997. Principles of Electrical Machines and Power Electronics. Canada: John
Willey & Sons.

Anda mungkin juga menyukai