TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Elevator
Elevator (lift) adalah mesin/alat pengangkat yang ditujukan khusus untuk
mengangkat/memindahkan barang atau orang dari lantai satu ke lantai lainnya
berada di dalam sangkar yang begerak pada rel penuntun tetap dengan
mekanisme gerakan secara vertikal. Lift menggunakan mesin pengangkat jenis
puli penggerak dan drum. Desain roda puli, penggerak tali melewati roda puli
4
yang digerakkan oleh gaya gesek oleh motor penggerak dan dikendalikan
elektromagnet. Desain ini dirancang dengan puli dan tali yang menahan sangkar
yang dikaitkan pada drum dan dililitkan pada permukaannya (Rudenko,1992).
5
2.5 Jenis Lift Dan Penggunaannya
2.5.1 Pembagian Jenis Dilihat Dari Sudut Muatan
Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (Rudenko,1992) :
1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator)
2. Lift Barang (Freight elevator)
3. Lift Pelayan (Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil).
Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Namun
perbedaan yang nyata dari ketiga lift tersebut biasanya dapat kita bedakan pada
interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Pada sistem pengamanan
operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter sistem
pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana.
Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift
barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam
gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan
kebutuhan) biasanya dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik
dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu)
maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri
dari dua daun pintu atau lebih).
Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas
muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation
Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalam kilogram (kg) atau (Ib)
untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam
jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan
tersebut akan menjadi semakintipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan
lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut disebabkan
karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian
dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang.
6
3. Service Elevator (passenger-freight elevator).
4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran).
Waktu operasi yang disarankan dari lantai utama kelantai atas harus
kurang dari 30 detik dengan kecepatan seperti pada Gambar 2.1 jika bangunan
memiliki tinggi melebihi 15 lantai.
7
Gambar 2.1 Kecepatan lift (Sigma, 2010)
8
Gambar 2.2 Bagian-bagian elevator (Lubomir, 1999)
9
ini dihubungkan langsung dengan bobot imbang (Couter Weight) dengan tali
baja lewat puli penggerak di ruang mesin.
a. Rangka lift terdiri dari (Kusuma, 2005):
4. Cross head channel atau disebut "car sling", yaitu rangka sebagai tempat
tali baja tarik diikat dengan pegas, baut soket dan dudukan sepatu luncur
(sliding guides) atau roda pemandu (roller guides).
5. Bottom channel, rangka bawah tempat benturan buffer (disebut safety
plank).
6. Dua buah tiang tegak kiri dan kanan (up-right channels atau stiels).
Keempat bagian tersebut membentuk segi empat kokoh dengan plat baja
penguat pada sudut-sudutnya.
b. Pintu sangkar (Car Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door
hanger, door sill, door panel dan mekanisme yang mengatur buka tutup
pintu berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door)
ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila pintu terbuka lift
tidak dapat dijalankan.
c. COP (Car Operating Panel- Operating Panel Board). Biasanya terletak pada
sisi depan kereta (pada front return panel) pada panel tersebut terdapat
tombol tombol lantai dan tombol pengatur buka-tutup pintu seperti terlihat
pada Gambar 2.4.
d. Interphone biasanya terletak pada COP (atau pada lokasi yang mudah
dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan
tertentu ) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol
gedung.
e. Alarm Buzzer terletak pada COP (OPB). Berfungsi untuk memberi tanda bila
lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain.
f. Switching Box (biasanya menjadi satu dengan COP) biasanya terletak
dibawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci
khusus) didalamnya terletak tombol-tombol pengatur.
g. Floor indicator adalah nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta.
Biasanya terletak di sisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
10
h. Lampu darurat (Emergency lighting) biasanya terletak diatas atap kereta,
fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati)
dengan sumber dari baterai.
i. Sakelar pintu darurat (Emergency exit switch) terletak pada pintu darurat
diatas kereta. Fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila
pintu darurat dibuka untuk proses penyelamatan.
j. Sakelar tali baja (Rope switch) terletak diatas kereta pada bagian pengikat
tali baja. Fungsinya untuk mematikan lift apabila ada salah satu rope yang
kendur atau putus.
k. Safety Link adalah mekanisme penggerak alat pengaman (safety device)
diatas kereta yang dihubungkan dengan governor dikamar mesin. Berfungsi
untuk menahan kereta over speed kebawah (dalam keadaan darurat).
l. Selector switch (untuk lift jenis lama) adalah mekanisme penggerak alat
pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan selektor
lift berfungsi untuk memberhentikan kereta apabila selector tape mengalami
kerusakan (dalam keadaan darurat).
11
Gambar 2.4 Tombol pengoperasian didalam lift (Nasution, 2012)
12
tali yang beroperasi pada suhu yang tinggi (misalnya dekat dapur pengecoran).
Akan tetapi, inti kawat akan mengurangi kefleksibelan tali dan biasanya hanya
digunakan untuk tali yang mengalami gaya tekan yang tinggi, misalnya digulung
beberapa lapis pada drum.
Tali kawat yang terbentuk dari uantaian dikenal sebagai tali berpintal dua,
dan sering sekali digunakan untuk mesin pengangkat. Lapisan tali di
kelompokkan menjadi : 1) tali pintal silang atau tali biasa; 2) tali pintal pararel
atau jenis lang; 3) tali komposit atau pintal balik. Tali biasa (Gambar 2.5a)
mempunyai penerapan yang paling luas. Tali ini dikonstruksikan sedemikian rupa
sehingga arah anyaman kawat dalam untaian yang berlawanan dengan arah
untaian pada tali.
Pad tali pararel (Lang) arah anyaman kawat dalam untaian sama dengan
arah anyaman untaian pada tali (Gambar 2.5b). Tali ini mampu menahan
gesekan lebih baik dan lebih fleksible tetapi cenderung untuk terpuntir. Tali
pararel dipakai pada lift dan pengangkat lainnya yang mempunyai jalur pandu
dan sebagai tali penghela. Pada tali komposit, kedua untaiannya berdekatan
dianyam dengan arah berlawanan/terbalik (Gambar 2.5c).
Tali yang terdapat pada Gambar 2.5 adalah tali baja konstruksi biasa
(kawat seragam) yang berupa anyaman kawat yang sama diameternya (Gambar
2.6A) disini kawat bagian luar (pembungkus) akan menyilang diatas kawat
bagian dalam secara berulang (Gambar 2.6a) sehingga akan menghasilkan
daerah dengan tekanan besar yang akan memperpendek umur tali. Tali kompon
Warrington (Gambar 2.6B) terdiri atas anyaman untaian yang mempunyai
diameter kawat yang berbeda.
Dua lapisan kawat berbatasan pada tali ini tidak saing menyilang
sehingga kawat lapisan atas akan terletak pada celah antara kawat lapisan dalam
(Gambar 2.6b). Hal ini akan mengurangi tekanan antar kawat dan akan
meningkatkan kefleksibelan dan umur jika dibandingkan dengan tali tipe A.
konstruksi tali kompon jenis seale (Gambar 2.6C) mempunyai kawat yang
berbeda diameternya pada setiap lapisan didalam satu untaian. Jumlah dan
ukuran kawat pada setiap lapisannya dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
saling bersilang. Kapasitas tali jenis C setar dengan tali jenis B dan mepunyai
kefleksibelan diantra tali A dan tali B.
13
Gambar 2.5 Lapisan serat tali baja (Rudenko, 1992)
14
d. Penggunaan mesin pengangkat roda puli telah mengurangi kecelakaan
secara drastis akibat tali putus.
Pada Gambar 2.7a roda puli yang berukuran kecil biasanya dicor menjadi
satu bagian tanpa tulang penguat, roda puli besar diberi tulang penguat dan
lubang atau dengan jari-jari silang. Pada Gambar 2.7b menunjukkan roda puli tali
yang dilas.
15
benturan yang timbul apabila rem tidak menjepit poros mesin tersebut. Di bawah
ini Gambar 2.8 akan diperlihatkan konstruksi rem elektromagnet untuk lift.
16
Beban pengimbang (counterweight)
Peralatan penggantung (tali baja)
Rel penuntun
Sangkar
Alat pengaman
Saklar pembatas
1. Beban pengimbang
Untuk menghilangkan beban pada mesin pengangkat, bobot sangkar
diimbangi dengan beban tambahan pengimbang yang dihubungkan dengan tali
pada sangkar.
Rudenko (1992) menjelaskan bahwa Pengimbang terbuat dari besi cor
kelabu dengan desain yang berlapis yang akan memudahkan pengaturan bobot
dan menyederhanakan perakitan. Bentuk pengimbang (denahnya) terlihat pada
Gambar 2.9 haruslah sedemikian rupa sehingga menggunakan penampang
lorong sebaik mungkin. Baik pengimbang maupun sangkar harus meluncur
didalam rel penuntun yang diatur sepanjang tinggi lorong tersebut.
17
2. Rel penuntun
Sangkar atau kereta bergerak didalam lorong pada rel penuntun yang
terpasang tetap. Untuk keperluan ini kedua sisi sangkar pada bagian atas dan
bawah diberi dua penuntun yang bentuknya sesuai dengan rel penuntun seperti
pada Gambar 2.10.
Rel atau batang penuntun terbuat dari batang baja profil siku, T, T-
ganda atau batang kayu dan diikat pada kedua sisi lorong lift yang berlawanan.
Rel harus diberi pelumas gemuk secara teratur. Kerugian gesekan pada rel
penuntun diambil sebesar 5-10 persen dari bobot komponen gerak. Penuntun
dipasang pada tempat sempit diantara dua rel, sehingga dapat berfungsi untuk
mencegah ketidakserasian sangkar elevator sempit diantara dua rel, sehingga
dapat berfungsi untuk mencegah ketidak serasian sangkar elevator (Rudenko,
1992)
3. Alat pengaman
Sangkar lift harus dilengkapi dengan alat pengaman khusus, yaitu
penahan yang akan menghentikan sangkar secara otomatis bila tali putus atau
kendur. Banyak desain pengaman lift yang dilengkapi dengan eksentris, baji, rol
penjempit, pisau dan permukaan rem yang halus. Permukaan rem halus yang
menjepit jalur penuntun dengan kuat sepanjang permukaan kontak merupakan
alat yang paling efisien operasinya (Rudenko, 1992)
18
Penahan akan menghentikan sangkar bila satu buah tali atau semuanya
putus secara bersamaan, bila tali dibebani dari tali yang lainnya, bila semua tali
kendur pada saat yang bersamaan, dan bila kecepatan penurunan menjadi
terlalu besar. Semua kasus alat khusus yang dipasang juga akan mematikan
mesin pengangkat secara otomatis.
Biasanya penahan beroperasi dengan daya yang diberikan oleh pegas,
bobot sangkar itu sendiri atau bobot pengimbang atau gaya udara bertekanan.
Konstruksinya terlihat seperti Gambar 2.11 dibawah ini.
19
4. Nomor 6 = Pelat engsel
20