Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Pemindah Bahan


Menurut Rudenko (1992), Alat pemindah bahan adalah kelompok mesin
yang bekerja secara periodik dimana peralatan ini didesain untuk mengangkat
dan memindahkan muatan yang dapat digantungkan secara bebas seperti crane
atau mengangkut muatan pada jalur pandu seperti halnya pada lift.
Karakteristik umum dari sebuah pesawat pengangkat adalah :
a. Kapasitas angkat (lifting capacity)
b. Berat mati dari pesawat (dead weight)
c. Kecepatan dari berbagai gerakan
d. Tinggi pengangkatan (lifting height)
e. Ukuran-ukuran geometris (geometrical dimention) dari pesawat seperti
rentangan (span) dan sebagainya.

2.2 Klasifikasi Mesin Pemindah Bahan


Zainuri (2009) menjelaskan bahwa mesin pemindah bahan (materials
handling equipment) dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Peralatan pengangkat (lifting device) yaitu peralatan yang ditujukan untuk


memindahkan muatan satuan batch, misal :
a. Mesin-mesin pengangkat (hoisting machine)
b. Crane
c. Elevator (lift)
2. Peralatan pengangkut (konveyor) yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan curah maupun muatan satuan secara kontinu.
3. Peralatan permukaan dan overhead.

2.3 Elevator
Elevator (lift) adalah mesin/alat pengangkat yang ditujukan khusus untuk
mengangkat/memindahkan barang atau orang dari lantai satu ke lantai lainnya
berada di dalam sangkar yang begerak pada rel penuntun tetap dengan
mekanisme gerakan secara vertikal. Lift menggunakan mesin pengangkat jenis
puli penggerak dan drum. Desain roda puli, penggerak tali melewati roda puli

4
yang digerakkan oleh gaya gesek oleh motor penggerak dan dikendalikan
elektromagnet. Desain ini dirancang dengan puli dan tali yang menahan sangkar
yang dikaitkan pada drum dan dililitkan pada permukaannya (Rudenko,1992).

2.4 Sejarah Elevator


Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad
ke-13, tenaga manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak. Pada tahun
1850 telah diperkenalkan elevator uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak
baru dalam sejarah elevator yaitu penemuan elevator yang aman pertama di
Dunia oleh Elisha Graves Otis (Kusuma, 2005).
Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun
1857. Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton
mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis
Brothers & Co. Pada tahun 1867.
Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di
gedung-gedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika,
dan lima tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang
pertama. Era Pencakar Langit pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin
elevator listrik direct-connected geared pertama yang sangat sukses. Pada tahun
1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi tulang punggung industri
elevator, yaitu elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti
mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya
jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire
State building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di
Chicago dan CN Tower di Toronto (Kusuma, 2005)
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis
dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak
Period kontrol, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang
terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan
tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga tercipta
peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi dan mutu berkendara dalam
elevator (Kusuma, 2005).

5
2.5 Jenis Lift Dan Penggunaannya
2.5.1 Pembagian Jenis Dilihat Dari Sudut Muatan
Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (Rudenko,1992) :
1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator)
2. Lift Barang (Freight elevator)
3. Lift Pelayan (Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil).

Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Namun
perbedaan yang nyata dari ketiga lift tersebut biasanya dapat kita bedakan pada
interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Pada sistem pengamanan
operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter sistem
pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana.
Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift
barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam
gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan
kebutuhan) biasanya dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik
dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu)
maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri
dari dua daun pintu atau lebih).
Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas
muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation
Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalam kilogram (kg) atau (Ib)
untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam
jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan
tersebut akan menjadi semakintipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan
lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut disebabkan
karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian
dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang.

2.5.2 Pembagian Jenis Dilihat Dari Penggunaan


Menurut Kusuma (2005), pembagian jenis lift dilihat dari penggunaannya,
adalah:
1. Passenger Elevator (lift penumpang).
2. Observation Elevator (Panoramic Elevator, Lift kapsul).

6
3. Service Elevator (passenger-freight elevator).
4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran).

2.6 Cara Kerja Lift


Lift bekerja secara vertikal dengan cara naik-turun, lift bekerja ketika
akan diperintahkan. Maksud diperintahkan dalam hal ini adalah pengguna harus
menyuruh lift tersebut untuk bekerja, yaitu dengan cara menekan tombol yang
telah disediakan pada tiap dinding lantai. Hal ini dapat bekerja karena adanya
program pada bagian kontrol panel yang telah diprogram secara digital.
Selanjutnya informasi dari pengguna dengan menekan tombol tersebut
diteruskan ke kontrol panel, sesudah diproses dalam kotak panel ini program
tersebut diteruskan dengan wayar-wayar yang dihubungkan ke mesin lift untuk
bekerja sesuai perintah dari pengguna.
Jika beban mesin melebihi batas maksimum, maka lift tidak akan bekerja
dan alarm akan bunyi terus-menerus. Lift tidak bekerja karena arus listrik
langsung diputuskan oleh saklar otomatis yang dioperasikan oleh galvanor.
Ketika beban dikurangkan maka hubungan arus tersebut kembali seperti semula
sehingga lift dapat bekerja kembali dengan batas yang diizinkan.
Apabila sewaktu-waktu lift sedang beroperasi, tiba-tiba saluran listrik putus
(padam), maka lift ini dengan otomatis mencari lantai terdekat untuk
mengeluarkan penumpang/barang yang ada didalamnya. Hal ini dapat terlaksana
karena pada lift ini disediakan tenaga cadangan berupa baterai basah berjumlah
dua buah beserta meld panelnya pada setiap mesin lift.
Jumlah yang tepat dari Penumpang dan pelayanannya secara umum
yaitu sebagai berikut (Sigma,2010) :
a. Penumpang (beban): 17 (1150 kg), 20 (1360 kg) & 24 (1600 kg)
b. Jenis pembukaan sangkar: pembukaan tengah, lebar Entrance:
900~1100mm
c. Ukuran sangkar : kurang dari 1700 mm

Waktu operasi yang disarankan dari lantai utama kelantai atas harus
kurang dari 30 detik dengan kecepatan seperti pada Gambar 2.1 jika bangunan
memiliki tinggi melebihi 15 lantai.

7
Gambar 2.1 Kecepatan lift (Sigma, 2010)

2.7 Pemasangan Elevator


Ditinjau dari segi pemasangan, ada dua cara pemasangan lift, yaitu:
1. Pemasangan dengan satu sangkar (Single Car)
Didalam suatu gedung hanya terdapat satu sangkar saja atau dengan kata
lain gedung tersebut hanya dilayani oleh satu unit lift saja. Pemasangan ini
biasanya terdapat pada gedung yang tidak begitu tinggi dan tidak luas serta
lalu lintas pemakaiannya tidak ramai.

2. Pemasangan dengan lebih dari satu sangkar


Pada bangunan tersebut terdapat lebih dari satu sangkar. Jika ada panggilan
akan terjadi respondan interaksi antara beberapa sangkar tersebut. Sangkar
yang paling dekat dan tidak sedang bekerjalah yang akan melayani
panggilan tersebut. Sistem ini dipakai pada gedung bertingkat banyak serta
luas dan mempunyai lalu lintas pemakaian yang ramai.

2.8 Bagian-Bagian Elevator


Elevator sangkar mempunyai bagian-bagian seperti yang terlihat pada
Gambar 2.2 dibawah ini :

8
Gambar 2.2 Bagian-bagian elevator (Lubomir, 1999)

2.8.1 Sangkar lift


Rudenko (1992) menjelaskan bahwa sangkar merupakan ruangan yang
berfungsi untuk penumpang atau barang. Sangkar ini harus tertutup dan
dilengkapi dengan dua pintu pada satu atau dua sisi untuk keluar mapun masuk.
Sangkar ini harus kokoh, kuat, ringan dan sederhana desainnya. Pada bagian
dalam sangkar elevator terdapat tombol-tombol pengatur arah tujuan dan
indikator posisi elevator, lampu penerangan, push button, oper door, close door,
ear phone, dan tombol stop hand/auto seperti terlihat pada Gambar 2.3. Sangkar

9
ini dihubungkan langsung dengan bobot imbang (Couter Weight) dengan tali
baja lewat puli penggerak di ruang mesin.
a. Rangka lift terdiri dari (Kusuma, 2005):
4. Cross head channel atau disebut "car sling", yaitu rangka sebagai tempat
tali baja tarik diikat dengan pegas, baut soket dan dudukan sepatu luncur
(sliding guides) atau roda pemandu (roller guides).
5. Bottom channel, rangka bawah tempat benturan buffer (disebut safety
plank).
6. Dua buah tiang tegak kiri dan kanan (up-right channels atau stiels).
Keempat bagian tersebut membentuk segi empat kokoh dengan plat baja
penguat pada sudut-sudutnya.

b. Pintu sangkar (Car Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door
hanger, door sill, door panel dan mekanisme yang mengatur buka tutup
pintu berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door)
ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila pintu terbuka lift
tidak dapat dijalankan.
c. COP (Car Operating Panel- Operating Panel Board). Biasanya terletak pada
sisi depan kereta (pada front return panel) pada panel tersebut terdapat
tombol tombol lantai dan tombol pengatur buka-tutup pintu seperti terlihat
pada Gambar 2.4.
d. Interphone biasanya terletak pada COP (atau pada lokasi yang mudah
dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan
tertentu ) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol
gedung.
e. Alarm Buzzer terletak pada COP (OPB). Berfungsi untuk memberi tanda bila
lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain.
f. Switching Box (biasanya menjadi satu dengan COP) biasanya terletak
dibawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci
khusus) didalamnya terletak tombol-tombol pengatur.
g. Floor indicator adalah nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta.
Biasanya terletak di sisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.

10
h. Lampu darurat (Emergency lighting) biasanya terletak diatas atap kereta,
fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati)
dengan sumber dari baterai.
i. Sakelar pintu darurat (Emergency exit switch) terletak pada pintu darurat
diatas kereta. Fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila
pintu darurat dibuka untuk proses penyelamatan.
j. Sakelar tali baja (Rope switch) terletak diatas kereta pada bagian pengikat
tali baja. Fungsinya untuk mematikan lift apabila ada salah satu rope yang
kendur atau putus.
k. Safety Link adalah mekanisme penggerak alat pengaman (safety device)
diatas kereta yang dihubungkan dengan governor dikamar mesin. Berfungsi
untuk menahan kereta over speed kebawah (dalam keadaan darurat).
l. Selector switch (untuk lift jenis lama) adalah mekanisme penggerak alat
pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan selektor
lift berfungsi untuk memberhentikan kereta apabila selector tape mengalami
kerusakan (dalam keadaan darurat).

Gambar 2.3 Sangkar elevator (Nasution, 2012)

11
Gambar 2.4 Tombol pengoperasian didalam lift (Nasution, 2012)

2.8.2 Tali Baja


Tali baja berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan beban serta
memindahkan gerakan dan gaya. Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari
kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire) dengan kekuatan b = 130-200
kg/mm2. Beberapa serat dipintal hingga menjadi satu bagian (strand), kemudian
beberapa strand dijalin pula pada satu inti (core) sehingga membentuk tali
(Zainuri, 2009).
Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkut sebagai
perabot pengangkat yang dihubungkan pada sangkar dan beban pengimbang.
Selain itu juga digunakan untuk menghubungkan sangkar elevator dengan
governor sebagai sensor kecepatan lebih (over speed). Baslim (1953) dalam
studi yang dilaporkan Subardi pada tahun 2011, menjelaskan bahwa tali baja
mempunyai keunggulan antara lain; daya dukung yang besar, dapat
dilengkungkan kesemua arah, bila seluruhnya patah maka terlebih dahulu hal ini
telah terlihat pada keausan dan patahnya beberapa buah kawat-kawat kecil.
Tali baja dibuat dengan mesin khusus, pertama-tama kawat dililitkan
menjadi untaian dan kemudian dianyam lagi menjadi tali bulat. Kedua proses
berlangsung secara bersamaan untaian dililitkan pada inti yang terbuat dari rami,
asbes, atau kawat baja yang lunak. Inti asbes dan kawat baja digunakan untuk

12
tali yang beroperasi pada suhu yang tinggi (misalnya dekat dapur pengecoran).
Akan tetapi, inti kawat akan mengurangi kefleksibelan tali dan biasanya hanya
digunakan untuk tali yang mengalami gaya tekan yang tinggi, misalnya digulung
beberapa lapis pada drum.
Tali kawat yang terbentuk dari uantaian dikenal sebagai tali berpintal dua,
dan sering sekali digunakan untuk mesin pengangkat. Lapisan tali di
kelompokkan menjadi : 1) tali pintal silang atau tali biasa; 2) tali pintal pararel
atau jenis lang; 3) tali komposit atau pintal balik. Tali biasa (Gambar 2.5a)
mempunyai penerapan yang paling luas. Tali ini dikonstruksikan sedemikian rupa
sehingga arah anyaman kawat dalam untaian yang berlawanan dengan arah
untaian pada tali.
Pad tali pararel (Lang) arah anyaman kawat dalam untaian sama dengan
arah anyaman untaian pada tali (Gambar 2.5b). Tali ini mampu menahan
gesekan lebih baik dan lebih fleksible tetapi cenderung untuk terpuntir. Tali
pararel dipakai pada lift dan pengangkat lainnya yang mempunyai jalur pandu
dan sebagai tali penghela. Pada tali komposit, kedua untaiannya berdekatan
dianyam dengan arah berlawanan/terbalik (Gambar 2.5c).
Tali yang terdapat pada Gambar 2.5 adalah tali baja konstruksi biasa
(kawat seragam) yang berupa anyaman kawat yang sama diameternya (Gambar
2.6A) disini kawat bagian luar (pembungkus) akan menyilang diatas kawat
bagian dalam secara berulang (Gambar 2.6a) sehingga akan menghasilkan
daerah dengan tekanan besar yang akan memperpendek umur tali. Tali kompon
Warrington (Gambar 2.6B) terdiri atas anyaman untaian yang mempunyai
diameter kawat yang berbeda.
Dua lapisan kawat berbatasan pada tali ini tidak saing menyilang
sehingga kawat lapisan atas akan terletak pada celah antara kawat lapisan dalam
(Gambar 2.6b). Hal ini akan mengurangi tekanan antar kawat dan akan
meningkatkan kefleksibelan dan umur jika dibandingkan dengan tali tipe A.
konstruksi tali kompon jenis seale (Gambar 2.6C) mempunyai kawat yang
berbeda diameternya pada setiap lapisan didalam satu untaian. Jumlah dan
ukuran kawat pada setiap lapisannya dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
saling bersilang. Kapasitas tali jenis C setar dengan tali jenis B dan mepunyai
kefleksibelan diantra tali A dan tali B.

13
Gambar 2.5 Lapisan serat tali baja (Rudenko, 1992)

Gambar 2.6 Konstruksi serat tali baja (Rudenko, 1992)

2.8.3 Mesin pengangkat


Sangkar lift menggunakan mesin pengangkat jenis puli dan roda puli
penggerak. Pada desain dengan drum, tali yang menahan sangkar diikatkan pada
drum dan dililitkan pada permukaannya sedangkan pada desain roda puli
penggerak, penggerak tali melewati roda puli yang digerakkan oleh gaya gesek.
Perencanaan ini dipilih mesin pengangkat jenis roda puli karena memiliki
kelebihan (Rudenko, 1992) :
a. Penggunaanya lebih luas karena dapat digunakan untuk mengangkat pada
segala macam ketinggian dan ukurannya lebih kompak.
b. Roda puli penggerak tidak memberi sambungan sakelar positif antar sangkar
dan mesin pengangkat.
c. Gaya traksi roda puli penggerak akan hilang bila sangkar yang sedang turun
terbentur hambatan.

14
d. Penggunaan mesin pengangkat roda puli telah mengurangi kecelakaan
secara drastis akibat tali putus.

Gambar 2.7 Roda puli tali (Zainuri, 2009)

Pada Gambar 2.7a roda puli yang berukuran kecil biasanya dicor menjadi
satu bagian tanpa tulang penguat, roda puli besar diberi tulang penguat dan
lubang atau dengan jari-jari silang. Pada Gambar 2.7b menunjukkan roda puli tali
yang dilas.

2.8.4 Motor elektrik (electromotor)


Penggerak utama lift adalah sebuah electromotor yang digerakkan oleh
listrik PLN atau generator listrik yang dilengkapi dengan pengatur medan (Field
Control) yang dikontrol secara numerik (Numerical Control).

Electromotor dikopel ke rangkai Gear Box yang berfungsi untuk


mereduksi putaran electromotor dengan mesin lift (Elevator Driving Mechine),
Pulli dan rem Listrik seperti terlihat pada Gambar 2.8.

2.8.5 Rem elektromagnet


Prinsip kerja rem lift sama dengan kontak NC dari suatu relay atau
kontaktor, dimana rem dalam keadaan menjepit poros mesin lift pada saat
sangkar lift tidak bekerja, sebaliknya rem akan melepaskan poros lift apabila coil
rem listrik tersebut diberi energi. Dengan demikian apabila sumber arus dari
panel utama putus pada saat lift bergerak, penumpang akan aman dari bahaya

15
benturan yang timbul apabila rem tidak menjepit poros mesin tersebut. Di bawah
ini Gambar 2.8 akan diperlihatkan konstruksi rem elektromagnet untuk lift.

Gambar 2.8 Motor dan rem elektromagnet (Bangash, 2007)

2.8.6 Lemari panel


Lemari panel merupakan tempat sebagian besar peralatan listrik
(komponen-komponen kontrol) disambungkan seperti relay, transformator,
penyearah. Tiap unit elevator memiliki satu lemari panel.

2.8.7 Pengatur kecepatan (governor)


Governor adalah merupakan pengaman kecepatan lebih (Over Speed).
Prinsip kerjanya adalah berdasarkan gaya sentrifugal. Tali (Rope) governor
dihubungkan kebagian atas dan bawah sangkar melalui dua buah pulli governor.
Pulli governor ditempatkan diruang mesin atas dan yang lainnya ditempatkan
pada bagian bawah (basement) instalasi lift, sehingga pulli governor akan
bergerak apabila sangkar lift bergerak.

2.8.8 Bagian utama pada lorong elevator (hoist way)


Lorong elevator merupakan tempat sangkar lift bergerak naik dan turun.
Ukuran penumpang lorong diatur sedemikian rupa sehingga menjamin gerak
sangkar secara bebas (Rudenko, 1992). Adapun bagian utama pada lorong
tersebut adalah sebagai berikut :

16
Beban pengimbang (counterweight)
Peralatan penggantung (tali baja)
Rel penuntun
Sangkar
Alat pengaman
Saklar pembatas

1. Beban pengimbang
Untuk menghilangkan beban pada mesin pengangkat, bobot sangkar
diimbangi dengan beban tambahan pengimbang yang dihubungkan dengan tali
pada sangkar.
Rudenko (1992) menjelaskan bahwa Pengimbang terbuat dari besi cor
kelabu dengan desain yang berlapis yang akan memudahkan pengaturan bobot
dan menyederhanakan perakitan. Bentuk pengimbang (denahnya) terlihat pada
Gambar 2.9 haruslah sedemikian rupa sehingga menggunakan penampang
lorong sebaik mungkin. Baik pengimbang maupun sangkar harus meluncur
didalam rel penuntun yang diatur sepanjang tinggi lorong tersebut.

Gambar 2.9 Beban pengimbang (Rudenko, 1992)

17
2. Rel penuntun
Sangkar atau kereta bergerak didalam lorong pada rel penuntun yang
terpasang tetap. Untuk keperluan ini kedua sisi sangkar pada bagian atas dan
bawah diberi dua penuntun yang bentuknya sesuai dengan rel penuntun seperti
pada Gambar 2.10.
Rel atau batang penuntun terbuat dari batang baja profil siku, T, T-
ganda atau batang kayu dan diikat pada kedua sisi lorong lift yang berlawanan.
Rel harus diberi pelumas gemuk secara teratur. Kerugian gesekan pada rel
penuntun diambil sebesar 5-10 persen dari bobot komponen gerak. Penuntun
dipasang pada tempat sempit diantara dua rel, sehingga dapat berfungsi untuk
mencegah ketidakserasian sangkar elevator sempit diantara dua rel, sehingga
dapat berfungsi untuk mencegah ketidak serasian sangkar elevator (Rudenko,
1992)

Gambar 2.10 Penuntun sangkar elevator (Rudenko, 1992)

3. Alat pengaman
Sangkar lift harus dilengkapi dengan alat pengaman khusus, yaitu
penahan yang akan menghentikan sangkar secara otomatis bila tali putus atau
kendur. Banyak desain pengaman lift yang dilengkapi dengan eksentris, baji, rol
penjempit, pisau dan permukaan rem yang halus. Permukaan rem halus yang
menjepit jalur penuntun dengan kuat sepanjang permukaan kontak merupakan
alat yang paling efisien operasinya (Rudenko, 1992)

18
Penahan akan menghentikan sangkar bila satu buah tali atau semuanya
putus secara bersamaan, bila tali dibebani dari tali yang lainnya, bila semua tali
kendur pada saat yang bersamaan, dan bila kecepatan penurunan menjadi
terlalu besar. Semua kasus alat khusus yang dipasang juga akan mematikan
mesin pengangkat secara otomatis.
Biasanya penahan beroperasi dengan daya yang diberikan oleh pegas,
bobot sangkar itu sendiri atau bobot pengimbang atau gaya udara bertekanan.
Konstruksinya terlihat seperti Gambar 2.11 dibawah ini.

Gambar 2.11 Elevator dengan penahan pengaman (Rudenko, 1992)

Keterangan gambar penahan gerak :


1. Nomor 1 dan 3 = Lengan penahan gerak

2. Nomor 2 = Rangka diam penahan gerak

3. Nomor 4 = Roda puli pembatas kecepatan

19
4. Nomor 6 = Pelat engsel

5. Nomor 7 = Pembatas kecepatan tali kawat

6. Nomor 5, 8, 9 = Lengan dan gandar berputar

7. Nomor 10, 11 = Pelat dan pena

8. Nomor 12 = Garpu penahan gerak

9. Nomor 13 = Blok diam

10. Nomor 14 = Rel penuntun

11. Nomor 15, 16 = Rol dan pemberat penahan gerak

20

Anda mungkin juga menyukai