A. PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan jiwa
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta
ketidaktepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan
masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif
(Hawari, 2000).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik,
namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian
dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai
dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu
mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat
bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara
individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
B. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Geger sejak lima tahun terakhir
jumlah ODGJ Berat cenderung terus meningkat, tahun 2012 sejumlah 122 jiwa, tahun
2013 sejumlah 106 jiwa, tahun 2014 sejumlah 166 jiwa, tahun 2015 sejumlah 263 jiwa
dan tahun 2016 sejumlah 277 jiwa. Keadaan DOGJ yang dipasung jauh melebihi asumsi
Propinsi Jawa Timur yaitu 0,22% dari jumlah ODGJ Berat. Data riil ODGJ Pasung yang
tercatat sampai tahun 2016 sejumlah 16 orang, dengan asumsi hanya satu orang saja.
Dari jumlah ODGJ pasung tersebut sudah pernah dibebaskan semua, pada tahun 2014
dilepas 15 orang dari 16 ODGJ pasung, dan pada tahun 2016 ada pasung ulang satu
orang. Faktor kurangnya dukungan keluarga dan rendahnya partisipasi masyarakat
menjadi salah satu kendala dalam penanganan masalah kesehatan jiwa. Karena itu
diperlukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan jiwa. Sejalan dengan itu
peran serta masyarakat dalam penanganan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
dan dalam penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sangatlah penting. Peran
masyarakat disina antara lain berupa deteksi dini terhadap orang yang beresiko
mengalami gangguan dan deteksi dini terhadap orang yang sudah mengalami
gangguan jiwa, termasuk berpartisipasi penanggulangan keadaan darurat psikiatri.
Supaya pertisipasi masyarakat tersebut menjadi lebih efektif dan efisien perlu
dikoordinir dalam suatu lembaga, yaitu Kelompok Kerja Kesehatan Kerja ( Pokja Keswa
) dalam suatu Desa Siaga dengan Kader Kesehatan Jiwa (KKJ).
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatankan derajat Kesehatan Jiwa warga masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Adanya suatu wadah untuk pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa.
b. Ditemukannya masalah kesehatan jiwa secara dini.
c. Mencegah orang yang beresiko gangguan jiwa tidak menjadi sakit.
d. Menangani orang yang mengalami ganggauan jiwa menjadi sehat.
e. Mempertahankan orang yang sudah sembuh supaya tidak kambuh.
D. MANFAAT
1. Masyarakat
a. Membantu masyarakat dalam mengenal permasalahan kesehatan jiwa, kemudian
diharapkan mau dan mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan jiwa secara
mandiri.
b. Sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa.
2. Kader Kesehatan Jiwa
a. Melakukan koordinasi lintas program terkait dan dengan Pemerintah desa satu
minggu sebelumnya
b. Menentukan waktu, tempat dan topik dengan Pemerintahan Desa, dan Lintas
Program terkait.
c. Persiapan mencakup persiapan undangan, persiapan tempat, persiapan media,
persiapan materi. daftar hadir, konsumsi
2. Kegiatan waktu pelaksanaan
a. Absensi undangan.
d. Peserta sudah menghadiri undangan.
e. Hadirin siap melaksanakan musyawarah.
f. Petugas dapat melaksanakan kegiatan dengan lancar dan sukses.
3. Selesai pelaksanaan
Setelah Pelaksanaan kegiatan dilakukan pencatatan hasil kegiatan dan dilakuakan pelaporan
kepada kepala Puskesmas.
Dana pelaksanaan kegiatan Pembentukan Pokja Keswa dan pelatihan KKJ berasal dari dana
BOK puskesmas Geger tahun 2017
Berbagi
Posting Komentar
‹ Beranda ›
Lihat versi web
Mengenai Saya
Pramu Husada
Lihat profil lengkapku