Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM KESEHATAN MENTAL LANSIA

A. PENDAHULUAN

Di sebuah dusun bernama dusun Kwarasan, perawat melakukan


pengkajian mengenai masyarakat lansia dan lingkungan masyarakat dusun
tersebut. Saat ini jumlah lansia di desa Kwarasan 10 % dari jumlah keseluruhan
warga. Banyak lansia datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri bagian tengkuk,
pusing, dan stress.

Perawat bersama tokoh masyarakat dan kader kesehatan melakukan


pengkajian terhadap lingkungan, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan
yang ada. Dari pengkajian yang dilakukan kami mendapatkan beberapa faktor
yang mengarah pada tanda-tanda resiko gangguan kesehatan mental pada lansia.
Oleh karena itu perawat menyusun acara penyuluhan mengenai peran keluarga
dalam kesehatan mental pada lansia.

B. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Kesehatan Masyarakat
Dusun Kwarasan adalah wilayah perkotaan dengan jumlah
penduduk kurang lebih 500 jiwa. Hampir seluruh mata pencaharian
penduduk adalah dengan berdagang. Dalam pengkajian perilaku
masyarakat ditemukan lansia di lingkungan sehari-harinya kurang
beraktivitas dan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan di
masyarakat maupun keluarga.
a. Pelayanan kesehatan lansia di dusun tersebut baru terlaksana kurang
lebih 6 bulan, sehingga masyarakat belum sepenuhnya sadar akan
pentingnya menjaga kesehatan mental lansia. Masyarakat dusun
tersebut tidak mengetahui pentingnya menjaga kesehatan mental pada
lansia. Masyarakat tidak tahu aspek-aspek yang mempengaruhi
perubahan fungsi mental pada lansia. Masyarakat tidak tahu faktor-

1
faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia. Masyarakat
tidak tahu masalah mental yang sering muncul pada lansia. Masyarakat
tidak tahu hal-hal yang bisa dilakukan oleh lansia dalam menghadapi
perubahan. Masyarakat tidak tahu peran keluarga terhadap lansia.
b. Kondisi Fisik
Dalam faktor lingkungan fisik dusun Kwarasan, di dusun tersebut
masyarakat menggunakan bangunan rumah dengan atap genting
tradisional dengan penopang kayu. Lingkungan desa masih memiliki
pepohonan yang rindang.
c. Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil wawancara yang perawat lakukan dengan tokoh
masyarakat dan kader kesehatan di dusun tentang motivasi masyarakat
dusun Kwarasan terhadap informasi kesehatan menggambarkan bahwa
masyarakat mempunyai motivasi untuk berkumpul dan menerima
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan,
terutama apabila informasi yang diberikan berkaitan dengan masalah
yang mereka alami.
d. Kesiapan Belajar
Masyarakat dusun Kwarasan bersedia berkumpul untuk menerima
penyuluhan kesehatan pada sore hari setelah waktu Asar.
e. Kemampuan Belajar
Masyarakat dusun Kwarasan dewasa telah mengenal huruf dan
mengerti bahasa Indonesia dengan baik. Sehingga, dirasakan efektif
oleh tokoh masyarakat adalah informasi yang menggunakan metode
ceramah, diskusi disertai visualisasi beberapa leaflet.
2. Faktor Pemungkin
Masyarakat dusun Kwarasan memiliki potensi yang dapat digali
dan dikembangkan. Kepala dusun dan perangkatnya menyadari masalah
kesehatan yang terjadi di dusunnya dan mendukung rencana pemecahan
masalah serta dapat bekerjasama dengan berbagai pihak. Terdapat alokasi
dana pada kas dusun yang khusus digunakan untuk keperluan gedung,

2
penerangan, dan atau pemberian informasi kepada masyarakat. Di di desa
Banyuraden terdapat Puskesmas yaitu Puskesmas Gamping II.
3. Faktor Penguat
Seorang kader dari dusun Kwarasan yang memiliki pengetahuan
cukup luas menyarankan kepada warga untuk berkonsultasi kepada
perawat yang lebih tahu mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental
pada lansia. Akhirnya kepala dusun dan tokoh masyarakat setuju untuk
dilaksanakan penyuluhan tentang peran keluarga dalam kesehatan mental
lansia. Para perangkat dusun juga setuju dan bersedia menyediakan sarana
yang diperlukan untuk penyuluhan.

C. ANALISA DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGI


DO : Tingginya Kurang
- Perilaku lansia di masyarakat yang resiko kejadian pengetahuan
kurang beraktivitas. gangguan tentang kesehatan
DS : kesehatan mental lansia.
- Masyarakat tidak mengetahui mental lansia.
pentingnya menjaga kesehatan
mental pada lansia.
- Masyarakat tidak tahu aspek-aspek
yang mempengaruhi perubahan
fungsi mental pada lansia.
- Masyarakat tidak tahu faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan
mental pada lansia.
- Masyarakat tidak tahu masalah
mental yang sering muncul pada
lansia.
- Masyarakat tidak tahu hal-hal yang

3
bisa dilakukan oleh lansia dalam
menghadapi perubahan.
- Masyarakat tidak tahu peran
keluarga terhadap lansia.
- Selama kurun waktu 1 minggu
terakhir masyarakat mengeluh nyeri
tengkuk dan pusing, juga merasa
stress.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurang pengetahuan tentang kesehatan mental lansia berhubungan dengan


tingginya resiko kejadian gangguan kesehatan mental lansia.

E. PERENCANAAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Peran Keluarga Dalam Kesehatan Mental Lansia

Peserta/Sasaran

1. Sasaran Penyuluh : Lansia di dusun Kwarasan


2. Sasaran Program : Kelompok Khusu Lansia di dusun Kwarasan

Tujuan

1. Tujuan Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan klien mengerti,memahami
dan dapat mengaplikasikan metode untuk menjaga kesehatan mentalnya.
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami pengertian lansia.
b. Memahami aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan fungsi mental
pada lansia.
c. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental lansia.
d. Mengetahui masalah mental yang sering muncul pada lansia.

4
e. Mengaplikasikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh lansia untuk
menghadapi perubahan yang terjadi.
f. Mengetahui peran keluarga terhadap kesehatan mental lansia.

Materi :

1. Pengertian lansia.
2. Aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan fungsi mental pada lansia.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental lansia.
4. Masalah mental yang sering muncul.
5. Metode/cara menjaga kesehatan mental lansia.
6. Peran keluarga terhadap kesehatan mental lansia.
Metode :

1. Ceramah
2. Diskusi

Media dan Alat :

1. Laptop
2. Proyektor
3. LCD
4. Power Point
5. Leaflet

Waktu :

1. Hari/Tanggal : Rabu, 12 Juli 2018


2. Waktu Pelaksanaan : 16.00 WIB
3. Waktu Acara : 40 menit
4. Tempat : Gedung Pertemuan Dusun Kwarasan

5
Susunan Kegiatan

No Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1 Pra Interaksi 5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam.
pembuka.
Memperkenalkan diri. Menerima
Kotrak waktu. perkenalan.
Menyampaikan tujuan. Menerima kontrak
waktu.
Menerima tujuan
yang disampaikan.
2 Interaksi 30 menit Menjelaskan materi. Mendengarkan
dengan baik dan
kooperatif sampai
Memberikan kesempatan dengan selesai.
untuk bertanya. Aktif bertanya
Mendiskusikan bersama
tentang materi yang sudah
diberikan.

3 Terminasi 5 menit Melakukan evaluasi. Mendengarkan


Memberikan kesimpulan. kesimpulan dari
Memberikan salam kegiatan.
penutup.

Denah Tempat Duduk :

Keterangan:
2
1. Tempat duduk penyuluh
1 2. Tempat duduk
masyarakat lansia.

6
Evaluasi :

Kelompok khusus lansia mampu memahami dan dapat mengaplikasikan


metode untuk menjagakesehatan mental lansia.

F. LAMPIRAN EVALUASI :
1. Aspek Kognitif
b. Apa pengertianlansia ?
c. Apa aspek yang mempengaruhi kesehatan mental lansia ?
d. Apafaktor yang mempengaruhi kesehatan mental lansia ?
e. Apa saja masalah mental yang sering muncul pada lansia ?
f. Apa hal-hal yang bisa dilakukan oleh lansia dalam menghadapi
perubahan ?
g. Apa saja peran keluarga terhadap kesehatan mental lansia ?
G. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Lansia
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
(Darmojo, 2004)
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) 60- 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun.
d. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada
Lansia
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 3 aspek
yaitu psikologik, sosial dan ekonomi :
a. Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan
seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang
lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek materiil

7
dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia
mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan
sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap
berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya,
dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah
merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai
dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang
cukup berat.
b. Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi
kematian pasangan hidupnya/teman-temannya, perubahan peran
seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek, perubahan dalam
hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak
sebagai individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk
dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang
pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya
dihabiskan di rumah. 
c. Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam
masyarakat sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan
karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan. Kondisi-
kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan
memunculkan gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu
“perasaan takut menjadi tua.” Pada umumnya, perubahan ini
diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya dan sangat tergantung pada sikap mental individu
dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada yang
menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang

8
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah
terhadap pensiun.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada
pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan
karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia
sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor
penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut
bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Mental Lansia
a. Perubahan fisik
- Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun, dan cairan interseluler menurun.
- Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
- Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau
hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek.
- Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
- Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,
katarak
b. Kesehatan umum
Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus
bergantung pada orang lain. Terjadi banyak perubahan dalam
penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut yang
menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang

9
membungkuk dan tampak mengecil, bagian persendian dengan
pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, sedangkan ujung
tangan tampak mengerut.
c. Pendidikan
d. Hereditas (keturunan)
e. Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan
teman.Lansia tidak jarang merasa emptiness (kesendirian,
kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya.
Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal. 
4. Masalah Kesehatan Mental Lansia
a. Pikun (demensia)
Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama
intelegensi, disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak
dapat kembali lagi (irreversible).Dengan begitu, kemampuan
komunikasi antara sel saraf yang satu dengan yang lainnya
akan berkurang. (Maramis, 1995).
Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya
demensia pada lansia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Faktor Genetik
Demensia akan lebih mudah menyerang seseorang
yang memiliki riwayat keturunan penderita demensia
pula. Akan tetapi, bukan berarti seluruh keturunan dari
seorang penderita demensia akan menderita hal yang
sama.
2. Faktor Usia
Pada usia lanjut, sudah merupakan hal yang wajar
ketika fungsi kerja otak mengalami penurunan. Sel-sel

10
saraf pada otak akan mengalami penyusutan sehingga
semakin rentan terserang penyakit demensia ini.
3. Akibat Alkohol atau Obat-obatan
Mengkonsumsi alkohol, obat pereda rasa sakit yang
dikonsumsi secara terus menerus, serta obat-obatan
terlarang dapat menjadi pemicu terjadinya demensia
pada lansia.Zat kimia yang dikonsumsi dapat
menyumbat aliran darah yang membawa oksigen ke
otak sehingga mengakibatkan bergam malapetaka.
Ada beberapa gejala yang akan terlihat ketika
seseorang menderita penyakit dimensia.
 Sering panik, gelisah dan depresi
 Tidak mampu mengendalikan amarah
 Sering berbohong
 Terserang insomnia atau kesulitan tidur
 Sering dan mudah lupa
 Kesulitan berbicara normal
 Kehilangan kontrol buang air besar dan
kecil.
b. Tekanan jiwa (depresi)
Usia lanjut sering mengeluh lelah, nyeri, pegal dan
merasakan kehilangan minat akan hal yang menjadi
kebiasaannya, cepat marah, cepat tersinggung. Selain gejala
tersebut sering timbul gejala lain seperti perasaan rendah diri,
sedih, kehilangan kesenangan, gangguan tidur, rasa bersalah,
kehilangan kepercayaan diri, penurunan gairah seksual,
perlambatan gerak dan bicara, gangguan nafsu makan, perasaan
ingin mati/bunuh diri, konsentrasi buruk.Penyebab depresi pada
lansia, da beragam penyebab depresi pada lansia. Keragaman
penyebab depresi pada lansia ini adalah sebagai berikut ;

11
1. Penurunan secara lahiriah. Penyebab depresi pada lansia
ialah terjadi penurunan fungsi organ tubuh secara lahiriah
karena faktor usia.  Penyakit dan kecacatan, sakit kronis
atau berat; penurunan kognitif; kerusakan pada citra tubuh
karena operasi atau penyakit. Semua hal itu dirasakan oleh
para lansia. Kondisi semacam itulah yang memicu
terjadinya depresi pada lansia.
2. Kesepian dan isolasi. Anak-anak yang sudah besar,
menikah dan membangun rumah tangga sendiri,
merupakan salah satu penyebab kesepian dan merasa
terisolir pada diri lansia. Berkurangnya lingkaran sosial
karena kematian atau relokasi, turunnya mobilitas karena
sakit atau kehilangan kendali atas hak istimewa. Semua itu
menjadi pemicu terjadinya depresi pada lansia.
3. Aktualisasi diri menurun. Salah satu kebutuhan manusia
menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan akan
aktualisasi diri. Pada usia produktif, para lansia begitu
aktif, energik dan penuh semangat. Beragam prestasi
mereka raih dalam rentang usia produktif itu. Namun,
memasuki usia lanjut, para lansia tidak lagi produktif.
Sindrom merasa tidak berguna dan tidak berarti mulai
tumbuh dalam diri para lansia. Perasaan tidak berguna
inilah menjadi penyebab depresi pada lansia.
4. Perasaan takut. Kondisi lahiriah yang menurun, terisolasi
dari pergaulan sosial dan aktualisasi diri yang menurun,
berujung kepada perasaan takut dialami oleh para lansia.
Pemicu rasa takut variatif. Takut mati, takut masalah
ekonomi dan masalah lainnya menghantui hidup para
lansia. Ini juga menjadi penyebab depresi pada lansia.
5. Merasa kehilangan. Kematian orang-orang yang dekat
atau yang dikasihi oleh para lansia membuat mereka

12
merasa kehilangan. Ambil sebagai contoh kematian
sahabat, teman dekat, istri atau suami yang dicintai,
anggota keluarga, dan sebagainya, merupakan penyebab
depresi pada lansia.
c. Cemas
Secara fisik usia lanjut merasakan gejala ketegangan seperti
jantung berdebar, sulit tidur, selanjutnya timbul gejala yang
lebih jelas dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan.
Penyebab kecemasan :
1. Traumalitas.
2. Stres yang berkepanjangan/depresi.
3. Konflik-konflik.
4. Perubahan struktur otak.Stres/trauma/phobia
lingkungan.
5. Selalu memikirkan penyakit yang dideritanya.
6. Kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga
yang dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak
berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek.
7. Kepikiran anaknya yang belum menikah.
8. Sering merasa kesepian.
Cara mengatasi kecemasan pada lansia:
- Bantu pasien mengenali, menghadapi dan menantang
kekhawatiran yang berlebihan agar dapat
mengurangi gejala kecemasan.
- Kenali kekhawatiran yang berlebihan .
- Diskusikan cara menghadapi kecemasan yang
berlebihan dan mencoba mengubah atau
menghindarinya.
d. Gangguan tidur

13
Gangguan tidur adalah suatu keadaan yang sulit untuk
tidur, tidur gelisah (tidur tidak menyegarkan), sering bangun
mendadak pada waktu tidur, bangun sebelum waktunya.
Factor-faktor yang menyebabkab lansia susah untuk tidur
antara lain rasa cemas, depresi, ketakutan, berduka, stress,
lingkungan yang bising, cahaya yang terang atau gelap, suhu
yang ekstrem, kelembaban lingkungan.
Cara mengatasi gangguan tidur pada lansia sebaiknya
tetapkan jam tidur yang rutin tiap hari. Dengan begitu, tubuh
lama-lama akan terlatih untuk tidur di jam yang tepat. Selain
itu, hindari konsumsi minuman berkafein seperti kopi dan
minuman bersoda kira-kira enam jam sebelum tidur.
5. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Lansia untuk Menghadapi Perubahan
yang Terjadi
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan
kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan kehilangan pasangan hidup atau orang
yang penting dalam hidupnya.
c. Mengungkapkan segala masalah kepada keluarganya.
d. Tidak mengisolasi diri dari lingkungan social.
e. Mengatur pola hidup sesuai dengan usianya, seperti olahraga
ringan dan pengaturan pola makan.
6. Peran Keluarga Terhadap Lansia
Menurut Mubarak (2006), peran keluarga terhadap lansia adalah
sebagai berikut :
a. Sistem keluarga besar.
1. Lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati dan
diminta nasehatatau doa restu.
2. Usahakan menyediakan fasilitas – fasilitas kebutuhan harian
(first and the best).
3. Jagalah privacy.

14
b. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia.
1. Adanya kecenderungan berpersepsi negatif.
2. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena
merupakan peristiwa alamiah dimana tiap – tiap individu
akan mengalaminya.
c. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut
usia.
d. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan
yang harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan
generasi lansia).
e. Menggalakkan dan melaksanakan program mendem jero mikul
duwur.
f. Kepada pihak pemerintah keluarga atau masyarakat
mengharapkan adanya :
1. Bantuan kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan
ekonomi,kesehatan, transportasi, dan perumahan bagi lansia
yang tidak mempunyai perumahan.
2. Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum.
3. Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk
kesejahteraan lansia, memberikan gizi yang baik dan obat –
obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaan.
g. Tugas perkembangan keluarga berkaitan dengan lansia.
1. Mengenal masalah kesehatan lansia.
2. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia.
3. Merawat anggota keluarga lansia.
4. Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga
lansia dapat beradaptasiterhadap proses penuaan tersebut.

15
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial
dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia (Mubarak,
2006).
h. Alasan lansia perlu dirawat di lingkungan keluarga.
1. Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar.
2. Tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau
tempat alamiah dan damai bagi lansia, apabila keluarga
tersebut harmonis.
3. Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan
keluarga merupakan kesepakatan antara keluarga dan
pemberi pelayanan kesehatan.
4. Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan
kesehatan utama kepada keluarga untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan.
5. Pelayanan kesehatan sekunder dan tertier dilakukan
apabila perawatan kesehatan dilakukan oleh keluarga
dengan bimbingan tenaga kesehatan.
6. Proses keperawatan dapat memfasilitasi pengambilan
keputusan yang terkait dengan kesehatan.
7. Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan
keperawatan merupakan cara yang efektif untuk mencapai
tujuan.
8. Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara
untuk mengarahkan interaksi keluarga dan perawat.
9. Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah oleh
keluarga atau lansia dengan perawat ahli didalam
keperawatan lansia sebagai pemberi pelayanan, konselor,
pendidik, pengelola, fasilitator dan koordinator pelayanan
kepada lansia. (Mubarak, 2006).

16

Anda mungkin juga menyukai