Anda di halaman 1dari 16

17 Gangguan Jiwa Pada Manusia Modern

Sponsors Link
Manusia modern atau manusia jaman sekarang ini memang  lebih maju dibandingkan dengan
masyarakat tradisional. Jika dilihat, idealnya manusia modern mampu/bisa berpikir logis dan berhasil
menciptakan serta menggunakan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Tak
bisa disanggah memang bahwa teknologi banyak membawa perubahan, baik positif maupun negatif.
ads

Dengan menggunakan kecerdasannya, manusia modern seharusnya bisa berpikir  bijak dan arif,
sayangnya dalam kenyataannya banyak manusia modern yang memiliki masalah, bahkan
ketidakseimbangan diri. Mereka sangat mudah terserang gangguan-gangguan kejiwaan dan juga
menunjukan Ciri-Ciri Depresi Ringan sampai tingkat stres yang tinggi, dibandingkan manusia tradisional
yang terdahulu. Tak terasa mental manusia jaman dulu pun lebih kuat dan lebih tak tertandingi.

Berikut ini 17 gangguan jiwa pada manusia modern, diantaranya adalah :

1). Climomania
Pertama yaitu Climomania, dimana keinginan berlebihan untuk terus berada di tempat tidur. Climomania 
sering dialami oleh masyarakat modern, terutama jika cuaca dingin. Maka keinginan untuk tidur seharian
sangatlah tinggi. Climomania berasal dari bahasa Yunani yang artinya obsesi tidur. Manianya memang
menunjukan bahwa penderita obsesi pada bantal, guling, selimut dan lainnya.

2). Doromania
Doromania yaitu obsesi untuk bisa memberi hadiah. Banyak orang jaman sekarang senang sekali
memberi hadiah terutama untuk orang terdekat. Tak hanya itu, sebagian orang juga merasa obsesi untuk
menerima hadiah atau mengharapkan hadiah.
Doromania adalah dorongan dan kesenangan yang dianggap tidak wajar dan tidak normal untuk memberi
hadiah. Penderitanya terobsesi memilih dan memberi hadiah, namun bukan untuk hal baik ataupun hal
yang sangat dermawan, melainkan karena hal lain yang lebih kompleks dan rumit.

3). Alienasi
Alienasi atau keterasingan sering sekali dirasakan oleh manusia modern. Tak jarang kan mereka
mengalami keterasingan terhadap dirinya sendiri tanpa sebab atau secara tiba-tiba. Orang modern sering
kali tidak mampu memahami pribadi dan keinginan hidupnya sendiri.

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, seperti adanya perubahan sosial yang
berlangsung cepat,  Hubungan antar manusia sudah membosankan atau aneh, Lembaga tradisional
sudah berubah menjadi lembaga rasional yang justru tidak sesuai dengan dasarnya dan lainnya.

4). Neurosis
Neurosis merupakan masalah yang terjadi pada saraf manusia, dimana kehidupan modern ditandai
dengan adanya kemajuan dalam bidang transportasi, komunikasi juga arus urbanisasi yang tinggi. Hal ini
memberikan efek sangat besar pada setiap individu. Dimana mereka mengalami disintegrasi personal
yang lebih parah dan lebih dari sekedar stres, depresi. Tapi juga gangguan neurosis-neurosis yang
berbentuk seperti gangguan fungsional pada sistem syaraf, mencakup pola disintegrasi.

5). Psikosis
Apakah anda pernah melihat seseorang begitu meledak-ledak emosinya ? padahal selama ini ia diam
dan menjadi orang yang baik-baik saja. Seseorang yang menderita psikosis sering mengalami ketakutan
hebat, mengamuk dan juga melakukan usaha-usaha bunuh diri, dan sedihnya gangguan ini ada dalam
manusia-manusia modern yang mengalami stress atau kehidupan berulang.

6). Enosimania
Enosimania merupakan tekanan untuk berpikir bahwa dirinya telah mengalami atau melakukan
kesalahan. Umumnya hal ini terjadi karena adanya kritik yang mungkin tidak bisa dimaafkan dan
membuat mereka trauma. Seringkali hal ini terjadi pada orang-orang modern yang memiliki masalah
kompleks.  Gejalanya yaitu napas pendek dan cepat, detakan jantung tidak menentu, berkeringat, muak,
dan tentunya ketakutan yang besar sehingga orang tersebut mencoba menghindarinya.
Sponsors Link

7). Degradasi Moral


Manusia modern jaman sekarang ini dangkalnya iman dan pola hidup materlalistik. Dimana uang
merupakan segalanya dibandingkan sikap menghargai atau kepentingannya bersama Tuhan. Maka
manusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan
yang diinginkannya, terutama menyangkut soal atau masalah uang. Maka iman dan moral akan dinomor
sekian-kan.

8). Kecemasan
Kecemasan merupakan salah satu penyakit atau gangguan yang dimiliki oleh manusia jaman modern.
Seseorang yang mengalami stres dapat diartikan orang itu memperlihatkan keluhan-keluhan fisik, depresi
dan kecemasan. Cemas sendiri menghabiskan banyak tenaga, karena kita tidak bisa duduk diam. Lebih
parahnya manusia modern seringkali dilanda kecemasan tanpa ada sebab yang jelas atau pasti.

9). Schizotypal
Selanjutnya adalah penyimpangan psikis ini membuat seseorang memiliki delusi atau suatu imajinasi
yang dibua-buat namun seolahh nyata dan diyakini kebenaran hal tersebut. Meskipun terkadang tahu
bahwa orang tersebut telah mengetahui secara logis apa yang ia yakini tersebut bukan hal yang nyata.
Gangguan ini menerpa manusia modern karena adanya adu gengsi dan adu sosial.

Gangguan Schizotypal memiliki gejala seperti dilihat dari penampilan, perilaku, dan bicara, berkeyakinan
aneh, mengaitkan segala hal dengan magis, renungan obsesif, mempunyai pengalaman persepsi yang
tidak biasa, dan menghidari kontak sosial.
ads

10). Depresi
Siapa sih yang tidak tahu bahwa gangguan ini merupakan gangguan yang paling umum untuk
menggambarkan perasaan sedih yang mendalam, atau tertekan secara berlebihan. Depresi merupakan
gangguan yang biasa terjadi pada manusia modern tanpa terkecuali. Depresi sering menyebabkan hilang
minat dan juga semangat dalam diri seseorang menjadi acak-acakan. Selain itu juga malas beraktivitas,
gangguan pola tidur, bahkan mampu mendorong kamu untuk melakukan bunuh diri. Apabia ingin
terhindar dari depresi, bisa pelajari Terapi Psikologi Untuk Depresi, Tanda-Tanda Depresi dan Cara
Mengatasinya, dan juga Depresi dalam Psikologi.

11). Antisosial 
Gangguan Kepribadian Antisosial  yaitu jenis kondisi mental kronis seseorang yang mengalami masalah
dalam cara berpikir dan mencoba memahami situasi, serta berhubungan dengan orang lain.  Mereka
memiliki cara berpikir yang berbeda ketika melihat orang lain. Dimana, orang dengan gangguan
kepribadian antisosial biasanya tidak memperhatikan benar dan salah, dan tidak mepedulikan lingkungan
sekitarna. Bagi mereka dunia sendiri saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

12). Hypochondriasis
Hypochondriasis adalah gangguan yang banyak menyerang manusia modern, dimana gangguan ini
menyebabkan penderitanya merasakan cemas yang berlebihan terhadap kesehatan tubuhnya, atau
merasa menderita penyakit serius. Padahal, sebenarnya penyakit tersebut tidak ada dan hanya hayalan
saja. Seringkali masyarakat sekarang menggunakannya untuk menghindari hal-hal tertentu yang
menyebabkan mereka bersikap berlebihan.

13). Paranoid
Selanjutnya adalah gangguan yang terjadi pada manusia modern selanjutnya yaitu Gangguan
kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan terhadap orang lain. Hal ini bisa terjadi jika ada
seseorang termasuk teman-teman dan bahkan pada pasangannya tidak bisa dipercaya meskipun hanya
berkata hal-hal ringan. Ketidakpercayaan yang luar biasa itu membuatnya selalu dihantui ketakutan.
Umumnya gejalanya ditandai dengan tidak bisa tidur, mengalami masalah nafsu makan dan lingkungan
sosial.

14). Body Dysmorphic Disorder


Gangguan manusia modern selanjutnya yaitu dimana seseorang memiliki rasa takut dan cemas yang
sangat berlebihan terhadap suatu kelainan pada bagian tubuhnya. Ia akan memperhatikan seluruh
bagian-bagian tubuh, mereka juga tidak dapat berhenti memikirkan apakah penampilan mereka sudah
sempurna atau belum.

Selain itu mereka slelau ingin terlihat sempurna. Jika menemukan kelainan atau kekurangan pada bagian
tubuhnya, mereka akan merasa tertekan dan juga depresi karena kekurangan yang ia lihat.

15). Addiction
Rasanya anda sudah tidak asing bukan dengan kata addict atau addiction. addict memiliki arti ketagihan.
Semakin sering anda menggunakan media sosial maka anda akan semakin ketagihan dan melakukannya
lagi dan lagi. Hal ini cukup meracuni banyakmanusia modern dan juga membuat pola hidup normal
menjadi acak-acakan.

5 Jenis Gangguan Jiwa yang Rentan


Dialami Perempuan
 by pasarpolis |  2016-08-09 07:40:49

Beban stres yang tinggi ditambah ritme kehidupan yang tidak seimbang bisa mengakibatkan
perempuan rentan mengalami 5 gangguan kejiwaan berikut ini.
Fanty (33) sempat tercenung sewaktu mendengar kabar tentang gangguan bipolar yang dialami
seorang penyanyi tanah air. Sebelumnya ia sempat juga mengikuti berita tentang masalah kejiwaan
yang dialami selebriti papan atas dunia, seperti stres pasca trauma yang menimpa Lady Gaga,
Gwyneth Paltrow yang mengalami depresi pasca persalinan, juga gangguan bipolar yang diderita
Demi Lovato.
Menurut psikolog yang menjadi narasumber, nama-nama besar itu hanyalah “puncak gunung es” dari
jumlah pengidap gangguan kejiwaan yang sesungguhnya. Sayangnya, belum cukup banyak penderita
yang menemui pakar untuk mendapatkan pengobatan, lantaran khawatir dengan stigma negatif dari
masyarakat. Padahal, sama dengan penyakit fisik, penyakit psikis pun bisa disembuhkan secara total
dengan penanganan yang tepat.
Ken Duckworth, M.D., direktur medis di National Alliance of Mental Illness di Amerika,
menyatakan bahwa beban stres yang tinggi, fluktuasi hormon, tekanan budaya, serta banyak faktor
lainnya bisa mengakibatkan perempuan rentan mengalami beberapa jenis gangguan jiwa berikut ini:  

1.Depresi
Gejala gangguan jiwa: kesedihan yang berlangsung hampir terus-menerus, perubahan selera makan
dan pola tidur, serta munculnya perasaan tidak berdaya.
Penanganan: Terapi perilaku kognitif untuk membantu menggeser sudut pandang pasien agar bisa
menyikapi suatu kejadian secara lebih positif.

2. Kecemasan (anxiety)
Gejala gangguan jiwa: selalu merasa resah, gelisah dan cemas berlebihan.
Penanganan: Terapi bisa membantu pasien menggantikan pikiran-pikiran yang cenderung
membahayakan, seperti “Saya harus menjadi perempuan sempurna”, dengan pikiran yang lebih
realistis, seperti “Berbuat kesalahan itu normal.”

3. Gangguan panik (panic disorder)


Gejala gangguan jiwa: penderita mengalami serangan ketakutan yang datang secara tiba-tiba dan
sering berulang, disertai peningkatan denyut nadi dan telapak tangan yang basah karena keringat.
Penanganan: sesi terapi untuk melatih teknik pernapasan perut yang menenangkan.

4. Gangguan Stres Pascatrauma (Post Traumatic


Stress Disorder)
Gejala gangguan jiwa: kilasan ingatan masa lalu, mimpi buruk, kecemasan
Penanganan: jenis terapi perilaku serta terapi untuk mengurangi keluhan rasa takut, dengan cara
mengkonfrontasi pikiran dan perasaan pasien pada situasi yang ditakuti.
5. Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorder)
Gejala gangguan jiwa: reaksi emosi yang terbilang ekstrem, diantaranya kerap merasa diabaikan,
perilaku merusak diri (self destructive behavior) seperti minum alkohol berlebihan, seks tanpa
pengaman, dan lain-lain.
Penanganan: sesi terapi untuk memberikan alternatif dari perilaku merusak diri, seperti memukul
bantal dengan menggunakan raket, dan sebagainya.
Kesimpulannya, setiap perempuan perlu menyadari bahwa memelihara kesehatan psikis tak kalah
penting dari merawat kebugaran fisik. Jika penyakit fisik bisa menular dan butuh biaya besar untuk
mengobatinya, penyakit psikis pun demikian. Gangguan jiwa yang dialami seseorang bisa
mempengaruhi kondisi psikis orang lain di sekitarnya. Masalah psikis yang dibiarkan berlarut-larut
juga bisa mengakibatkan gangguan pada kesehatan fisik. Contoh, kasus serangan jantung dan stroke
kerap kali berawal dari tekanan stres yang tak tertangani dengan baik.

7 DIAGNOSA GANGGUAN
J I W A YA N G S E R I N G T E R J A D I
 Oktober 09, 2016  PerawatTraveler

Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 10
Oktober ini, perawat traveler akan berbagi cerita tentang kisah para pasien yang didiagnosa
gangguan jiwa. 

Jangan pikir bahwa kamu tidak berisiko mengalami gangguan jiwa, karena setiap orang di
dunia ini berpotensi mengalami gangguan jiwa. Menurut data Badan Kesehatan Dunia ( World
Health Organization- WHO), sekitar 25% penduduk dunia mengalami gangguan jiwa. Berarti 1
dari 4 orang kamu mengalami gangguan jiwa, ayo..., siapa diantaranya?

Serius..,! ini bukan kata perawat traveler, riset WHO lohh yang membuktikannya. Jadi, kamu
harus tahu apa saja diagnosa gangguan jiwa yang sering terjadi di masayarakat.

1.  Gangguan sensori presepsi; Halusinasi (disturb sensory perception; Hallucination)


Pasien dengn halusinasi sering kali aku temukan di Rumah Sakit Jiwa tempatku praktek.
Mereka terkadang tertawa terbahak-bahak, meskipun tidak ada stimulus atau situasi lucu
disekitarnya. Dilain waktu bisa jadi mereka berteriak-teriak ketakutan seperti ada yang mengejar
mereka, bahkan sampai-sampai membuat mereka menangis.

Terjadinya halusinasi dikarenakan stres berat yang tidak bisa ditoleransi oleh otak. Stres akan
menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus, yang kemudian akan
menstimulasikan saraf simpatis untuk melakukan perubahan, sehingga munculah halusinasi. 

Kita pun bisa berhalusinasi ketika otak dalam keadaan lelah dan stress, namun halusinasi akan
hilang jika fungsi otak kembali stabil. Jadi, buat kamu-kamu yang sering stres mikirin pacar,
mantan, atau tugas kuliah yang menumpuk, cepat-cepat cari pertolongan deh! supaya tidak
terjadi halusinasi nantinya.

2.  Waham (Disturb thought of procces)

Keyakinan yang salah yang kokoh dipertahankan terus menerus, walaupun tidak benar
menurut realita disebut dengan waham. Gejala gangguan jiwa ini ada beberapa macam
bentuknya, yaitu waham kebesaran, curiga, agama, somatik dan nihilistik.

Aku paling sering menemukan pasien dengan gejala waham. Cukup pandai dalam berdebat,
paling mahir dalam mempertahankan pendapat bahkan kalau kita tidak kuat dengan realita
normal, kita pun juga terikut dalam wahamnya.

Pasien dengan diagnosa ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang begitu tinggi, sanggking PD
nya, tidak sesuai lagi dengan realita normal. Aku pernah menemukan pasien dengan waham
kebesaran; katanya dia seorang tentara perang sehingga dia berlagak layaknya dalam situasi
perang.
Pasien dengan waham curiga sangat susah untuk didekati, kadang kita dituduh ingin
mencelakai dirinya sehingga tingkat kewaspadaannya cukup tinggi.  Pasien dengan waham
agama pun membuat kita geleng-geleng kepala. Mengaku-ngaku sebagai nabi ataupun tuhan,
dan sangat erat kaitannya dengan keagamaan.

Kalau waham somatik biasanya si pasien menganggap ada kelainan atau penyakit yang ada
pada bagian tubuh tertentu, walaupun pemeriksaan medis menunjukan tidak ada gangguan
apapun. Sedangkan untuk waham nihilistik pasien menganggap dirinya sudah meninggal
dunia, sedangkan yang sedang berkomunikasi ini ialah arwahnya. Ya.., begitulah pasien dengan
diagnosa waham, kadangperawat traveler pun ikut waham dibuatnya. 

3.  Risiko Perilaku Kekerasan (Risk for violance) 

Ini juga merupakan salah satu diagnosa gangguan jiwa. Jadi orang yang suka marah-marah dan
emosian, sehingga emosinya dilampiaskan kepada orang lain dalam bentuk perilaku kekerasa,
entah itu memukul, menampar atau memaki dengan menggunakan kata-kata kasar yang tak
pantas untuk diucapkan merupakan gejala gangguan jiwa.

Mungkin kamu pernah menemukan orang dengan gejala seperti ini, atau mungkin kamu
sendiri yang mengalaminya. Perilaku kekerasan terjadi bisa karena ada rasa curiga pada orang
lain, halusinasi, reaksi kemarahan atau karena keinginan yang tidak dapat terpenuhi.

Orang-orang seperti ini bisa ditemukan di RSJ, tapi lebih banyaknya lagi berada di luar dan
hidup aman ditengah masyarakat. Banyak yang tidak sadar bahwa perilaku kekerasan
merupakan gejala gangguan jiwa, sehingga dianggap sebagai hal yang lumrah terjadi. 

Penganiayaan pada anak oleh orang tua, kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami
kepada istri, bullying atau pelecehan yang dilakukan oleh teman-teman sebaya, semua tindakan
itu merupakan risiko perilaku kekerasan. Orang-orang seperti ini butuh terapi kejiwaan untuk
meredamkan amarah mereka.

4.  Risiko Bunuh Diri (Risk for suicide)


Bagi kamu atau temanmu yang pernah ingin mencoba untuk bunuh diri, atu mengakhiri
hidupnya, waspadalah! itu juga termasuk gejala gangguan jiwa. Di Aceh angka kejadian bunuh
diri cukup tinggi, malah keseringan lagi. Tidak hanya masyarakat kelas bawah, masyarakat
kelas ataspun ada. 

Bukan saja yang tidak berpendidikan yang sarjanapun banyak, bahkan dokter yang
sedang CoAss lagi. Seperti yang diberitakan media cetak setahun yang lalu. Untung perawat
traveler nggak terpikir yang kek gitu, kasihan Ayah, Umak, Babang kalau aku pergi. Ini
pemikran kita yang normal, tapi mereka yang gangguan tidak ada lagi perasaan kasihan seperti
itu.

Aku pernah mendapatkan kasus pasien yang mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan
melompat dari gedung Escape Building Ule Leu. Untungnya nggak mati tu pasien. Tapi upaya
bunuh diri tetap saja dilakukannya dengan mencoba membuka peralatan medis yang
dipasangkan ketubuhnya.

Oksigenya dibuka, infusnya dicabut, dibilangin jangan ngomong tetap saja dia ngoceh pengen
mati, meskipun darah keluar terus menerus dari mulutnya. Cukup tragis, padahal beliau masih
mempunyai kedua orang tua dan keluarga yang menyayangi dirinya. Tapi, ya.. apa mau dikata,
yang namanya gangguan tidak ada lagi proses fikir yang menghubungkan sebab akibat atas
tindakan yang dilkukan.

5.  Isolasi Sosial (Social isolation)


Pasien dengan diagnosa Isolasi Sosial (Isos) ini, mati gaya kita dibuatnya. Sebesar apapun usaha
kita untuk mengajaknya berkomunikasi, akan sia-sia. Jangankan untuk menjawab pertanyaan
yang ditanyakan, kontak mata saja tidak ada. 

Mereka menolak untuk bertemu dengan orang lain, apalagi orang yang baru dikenal. Aku
butuh satu minggu lamanya untuk bisa berkomunikasi dengan pasienku yang didiagnoas Isos.
Butuh kesabaran menghadapinya, kalau ingin bertemu dengannya seperti artis, kita tunggu
dulu bahkan kita bujuk-bujuk dulu supaya mau berinteraksi.

Alhamdulillah berkat kesabaran perawat traveler yang pantang menyerah, akhirnya pasien


Isosku pun berubah diagnosa selama 2 minggu dalam perawatanku. Akhirnya dia mau
menceritakan masalahnya kepadaku dan mau berkenalan dengan perawat-perawat lainnya.

6.  Harga diri rendah (Cronic low self esteem)

Pasien dengan diagnosa ini merasa dirinya tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan, akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri dan kemampuan diri sendiri. 

Mereka tidak ada motivasi diri untuk melakukan apapun. Pasien seperti ini biasanya
dilatarbelakangi oleh seringnya ungkapan yang melecehkan dirinya baik dari keluarga seperti
orang tua atau saudara, maupun dengan teman-teman sebayanya.

Mereka tidak suka pada dirinya sendiri, bahkan ada yang ingin mengakhiri hidupnya. Pasien
seperti ini dibutuhkan motivasi dan dukungan dari orang-orang terdekat, supaya bisa
meningkatkan rasa kepecayaan dirinya.
7.  Defisit perawatan diri (Self care deficit)

Pasien dengan diagnosa ini membuat perawat traveler stres. Udah nggak mau mandi, nggak
bisa pakai baju, makan harus disuapin, semua butuh bantuan. Pasiennya mengalami gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan dirinya sendiri, jadi pasiennya agak sedikit
berantakan dan tidak terurus.

Hilangnya kemampuan pasien untuk merawat diri karena dipengaruhi oleh faktor proses
berfikir mereka yang tidak lagi normal. Mereka tidak bisa lagi membedakan baik dan buruk,
yang harus dilakukan atau tidak, mereka nyaman tidak mandi atau makan berhari-hari.

Perawat traveler harus benar-benar mengajarkan mereka mulai dari nol kembali. Baik itu cara
mandi, berpakaian, makan, buang air besar atau kecil ke kamar madi, dan untuk melakukan
hal-hal kecil seperti cuci tangan harus diajarkan. Lagi-lagi dibutuhkan kesabaran untuk
menghadapi mereka.

Itulah 7 diagnosa gangguan jiwa yang sering terjadi di masyarakat. Supaya kamu tidak
didiagnosa menderita gangguan jiwa, maka kenalilah gejalnya, karena jika kamu menemukan
satu diantarnya gejala tersebut, bersegeralah berkonsultasi dengan dokter ataupun perawat dan
psikiater.

Ini Dia 5 Salah Paham Soal Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa itu salah satunya karena faktor turunan. Jadi, jangan mau
pacaran dengan orang yang pernah mengalami gangguan kejiwaan yaa. Tapi benarkah
seperti itu ? Nggak juga lho. Ini dia 5 salah paham tentang konsep abnormalitas
1. Perilaku Abormal Selalu Kacau

Perilaku abnormal selalu dikaitkan dengan perilaku sadis seperti pembunuhan,


pelecehan seksual, bunuh diri yang dramatis, dan perilaku lain yang melanggar norma
sosial.

Tapi kenyataannya tidaklah selalu seperti itu.

Perilaku abnormal itu macam-macam. Ada yang benar-benar patologis (mengalami


gangguan kejiwaan), tapi ada juga yang hanya tidak bisa menangani konflik secara
efektif. Misalnya, mahasiswa pandai tidak mampu meraih prestasi yang lebih baik
daripada mahasiswa yang biasa-biasa saja

2. Pandangan Bahwa Gangguan Mental Merupakan Stigma Turunan

Jika lebih satu anggota keluarga memiliki riwayat gangguan mental, anggota keluarga
yang lain seringkali mengalami ketakutan kalau-kalau dia akan mengalami gangguan
mental juga. Karena itu, dia akan menutup diri dan tidak mau menikah dengan alasan
anaknya akan mengalami gangguan yang serupa.

Nah, itu tidak sepenuhnya benar lho.

Gangguan kejiwaan tidak selalu berhubungan dengan keturunan. Gangguan kejiwaan


itu sama seperti gangguan kesehatan lainnya, seperti gangguan fisik atau organis. Ada
yang memang dipengaruhi keturunan, tapi ada juga yang tidak sama sekali.

Faktor-faktor genetis memang dapat memainkan peran sebagai pembuat


kecenderungan (predisposing) bagi perkembangan gangguan skizofrenia dan
gangguan mental lainnya.

Tapi, seseorang yang memiliki kecenderungan untuk menderita gangguan karena faktor


turunan tidak selalu pasti menderita gangguan jiwa. Dia akan mengalami gangguan jiwa
jika ada pemicunya. Jika tidak ada pemicunya ya orang tersebut akan baik-baik saja.

Lalu, bedanya apa dengan orang yang tidak punya turunan ? Bedanya adalah dalam
kondisi tekanan yang sama, orang yang memiliki turunan genetis akan memiliki
kecenderungan lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa daripada orang yang tidak
memiliki turunan genetis.

Jadi, jangan khawatir.

3. Pandangan Bahwa Genius sebagai  “Saudara Kegilaan”

Orang genius itu memiliki kecenderungan lebih besar jadi gila lho.

Tapi, itu sama sekali tidak benar. Faktanya, studi eksperimental tidak pernah
menampilkan bukti apapun terhadap anggapan seperti itu.

Juda pada tahun 1949 pernah meneliti terhadap 294 orang yang tergolong istimewa
dibidang seni dan ilmu menyatakan bahwa “tidak ada bukti yang menunjang asumsi
bahwa orang yang memiliki intelektualitas yang tinggi berkorelasi positif dan tinggi
dengan abnormalitas psikis”.

Memang pernah ada kasus orang genius yang mengalami gangguan kejiwaan seperti
pelukis Van Gogh yang skizofren, atau Montesque yang paranoid. Tapi, itu hanya
bagian kecil dari gangguan yang sebenarnya ada. Lagipula, gangguan jiwa faktornya
banyak sekali. Lingkungan sosial bisa menjadi sumber utama mengapa seseorang bisa
mengalami gangguan jiwa. Sedangkan dicotoh kasus itu tidak dijelaskan detail
bagaimana lingkungan sosialnya dan bagaimana ia berhubungan dengan orang lain
atau faktor-faktor lain yang menyebabkan dia mengalami gangguan jiwa.

Jadi, anggapan kalau jenius itu memiliki kecenderungan besar untuk berubah jadi
gangguan jiwa itu tidak benar ya.

4. Pasien Gangguan Mental itu Berbahaya dan Tidak Dapat Disembuhkan

Pandangan yang sering disalah-artikan adalah bahwa penyakit mental itu tidak dapat
disembuhkan. Memang benar, ada beberapa penyakit mental yang sulit
untuk disembuhkan total.
Tapi, tidak semua gangguan jiwa itu tidak dapat disembuhkan. Kalau gangguan jiwanya
masih ringan, artinya dia baru mengalami gangguan dalam hitungan bulan tentu masih
bisa disembuhkan. Kalau sudah tahunan, itu yang sulit disembuhkan secara total.

Tapi tunggu dulu, maksud sembuh dan sembuh total itu bagaimana ya ?

Dikutip dari Tabloid Nova, dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.KJ (K) menjelaskan bahwa
kriteria sembuh itu ada tiga, yaitu :

1. Sembuh total 

Sembuh total artinya 100% kembali pulih, kembali beraktivitas, dan tanpa mengonsumsi
obat

2. Sembuh klinis

Sembuh klinis artinya kembali pulih mendekati 100 persen, dan kembali beraktivitas.
Namun masih perlu minum obat dengan dosis yang dapat dikelola.

3. Sembuh Sosial: 

Artinya, gejala sudah mereda, masih terdapat gejala sisa, namun bisa ditoleransi. Dan
masih tetap minum obat dengan dosis minimal atau sedang. Tetapi yang terpenting,
dapat berfungsi kembali secara sosial.

Tapi, walaupun orang dengan gangguan jiwa sulit disembuhkan bukan berarti dia
benar-benar tidak mampu untuk beraktivitas. Seberat apapun gangguan jiwa yang
dialami oleh seseorang, tetapi kalau orang tersebut mau untuk melakukan terapi dan
berobat secara teratur dia akan mampu untuk kembali beraktivitas walaupun tidak
sepenuhnya sembuh secara total.

5. Keyakinan bahwa Penderita Gangguan Mental Tidak Terhormat

Pergi ke dokter gigi, dokter jantung, dokter umum atau dokter lainnya bukanlah suatu
masalah. Tapi kalau pergi ke psikolog atau ke psikiater akan jadi masalah.
Berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog dianggap sebagai suatu aib yang
memalukan. Anggapan ini muncul akibat paham yang menyatakan bahwa gangguan
jiwa terjadi karena perilaku amoralitas atau perilaku yang tidak bermoral. 

Tapi, tentu tidak seperti itu. Gangguan mental tidak ada hubungannya dengan
amoralitas. Gangguan jiwa itu faktornya banyak, depresi yang tidak tertangani juga
akan menyebabkan gangguan jiwa.

Pertanyaannya, bagaimana kok bisa sampai gangguan jiwa ? Bisa karena orang yang
membutuhkan bantuan merasa malu kalau dirinya butuh bantuan. Akhirnya, dibiarkan
terus dan berubah menjadi gangguan jiwa.

Sebenarnya sederhana, carilah bantuan jika memang itu diperlukan. Kalau memang
butuh bantuan ke psikolog ya pergilah ke psikolog. Itu akan membantu mengurangi
stres dan mencegah terjadinya gangguan jiwa

Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Dr Soeharto Heerdjan, dalam bookletnya
menyebutkan, masalah kesehatan mental anak dan remaja itu mencakup:

- Kesulitan belajar, 
- Bullying
- Menolak sekolah
- Kecanduan games atau internet
- Psikosomatis
- Cemas perpisahan
- Phobia (takut)
- Mengompol
- Depresi
- Bipolar
- Mengamuk
- Menentang orangtua
- Keterbelakangan (retardasi mental)
- Keterlambatan bicara
- Bahasa bilingual
- Autisme
- Gangguan hiperaktivitas dan konsentrasi (ADHD)
- Kekerasan fisik atau seksual 
- Pola asuh orangtua
 

1 dari 2 halaman

4 pertanyaan indikasi gangguan jiwa

Proses tumbuh kembang anak terjadi dalam segala aspek baik fisik, intelektual, psikologis, moral,
sosial dan spiritual di dalam fase yang berjalan berkesinambungan. Untuk itu butuh konsultasi,
kebutuhan terapi dan perawatan untuk mengontrol masalah emosi dan perilaku anak dan remaja.

Yang menarik, sejumlah ahli merumuskan beberapa pertanyaan untuk menjadi perhatian orangtua
seperti:

1. Apakah anak Anda memiliki masalah perasaan, seperti merasa sedih, kosong atau murung pada
sebagian besar waktunya?

2. Apakah anak Anda memiliki perasaan cemas, khawatir, mudah marah atau mengalami serangan
panik?

3. Secara keseluruhan, apakah anak Anda memiliki masalah konsentrasi, terus menerus kepikiran
mengenai suatu hal atau mudah lupa akan sesuatu?

4. Apakah Anda atau anggota keluarga lain memiliki kesulitan dalam mengelola perilaku anak,
seperti temper trums (mudah mengamuk), acting out (cari perhatian), tidak patuh, ledakan
kemarahan tiba-tiba, agrasi fisik atau verbal, mudah merusak, impulsivitas (iseng), tidak mampu
tetap duduk atau fokus?

Bila terdapat salah satu gejala tersebut pada anak, Anda bisa mengkonsultasikannya di poli jiwa
anak dan remaja dengan psikiater anak di RSJ Dr Soeharto Heerdjan, Jakarta.

 Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang paling sering dialami anak-anak, terutama
saat anak-anak mulai masuk sekolah. Seorang peneliti di University of British Columbia telah
mengembangkan 2 pertanyaan sederhana untuk mengetahui gangguan kecemasan pada anak usia TK.
Pertanyaan tersebut ditujukan kepada orang tua mengenai rasa malu, gelisah dan khawatir yang dialami anak-
anaknya. Metode ini diklaim 85% efektif mengidentifikasi anak-anak yang secara klinis didiagnosis
mengalami gangguan kecemasan.

"Anak yang mulai masuk TK biasanya diperiksa masalah pendengaran, penglihatan dan kesulitan membacanya
sehingga dapat diidentifikasi dan diobati sejak dini. Maka, mengetahui gangguan kecemasan pada usia ini juga
merupakan saat yang paling baik," kata Lynn Miller, profesor di Departemen Psikologi Pendidikan, Konseling
dan Pendidikan Khusus University of British Columbia seperti dilansir news-medical.net, Selasa (17/4/2012).

Temuan Miller ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Educational Research


Association (AERA) di Vancouver, Kanada. Miller mengevaluasi 3 pertanyaan dalam sebuah penelitian
terhadap 200 anak TK. Di antara semua pertanyaan tersebut, 2 pertanyaan yang ditemukan paling efektif untuk
mengidentifikasi gangguan kecemasan pada anak adalah:

1. Apakah anak Anda lebih pemalu atau pencemas dibandingkan anak-anak lain yang sebaya?
2. Apakah anak Anda lebih mudah merasa khawatir dibanding anak lain yang sebaya?

Menurut penelitian, 1 dari 10 anak mengalami gangguan kesehatan mental. Kebanyakan gangguan yang
dialami adalah gangguan kecemasan. Kecemasan berkaitan dengan sejumlah kesulitan psikologis dan
akademik seperti kesulitan untuk membina pertemanan, menghindari sekolah, kecenderungan depresi,
kecanduan alkohol dan kebiasaan merokok.

"Kabar baiknya, gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang paling mudah diobati. Pengobatan
gangguan ini paling optimal jika dilakukan saat anak mulai sekolah," kata Miller.

Menurut Miller, orang tua, guru dan anggota keluarga bisa mengajarkan anak cara untuk mengatasi
kecemasannya dengan 4 langkah. Pertama, anak-anak diajarkan untuk mengenali perasaannya saat mulai
merasa cemas.
Kedua, anak-anak diajarkan berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan diajarkan teknik yang
menurutnya paling ampuh mengatasi kecemasan atau ketakutannya.
Ketiga, anak-anak diajar untuk mengevaluasi apa yang membuatnya cemas.
Keempat, anak-anak diminta mulai mengambil langkah untuk menghadapi ketakutannya.

Mengatasi gangguan kesehatan mental pada anak-anak sejak usia dini merupakan saat terbaik untuk mencegah
masalah di kemudian hari. Sebab, kecemasan pada anak-anak cenderung berkembang menjadi gangguan-
gangguan mental lainnya.

   

Anda mungkin juga menyukai