Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN FISIK PSIKIS EMOSIONAL

PADA PASIEN DEWASA AKHIR USIA 36-46


Mata Kuliah : Komunitas II
Dosen Pebimbing : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Cindy Silvia Maya 16.0435.770.01


Eva Rappan 16.0442.777.01
Fransiska 16.0447.782.01
M.Rizki Ansari 16.0460.795.01
Nilam Sari 16.0471.806.01
Norvita Asni 16.0473.808.01
Siska Puspita Sari 16.0486.821.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Promosi kesehatan pada dasarnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat untuk meningkatkan sumber daya masyarakat,
yang disesuaikan dengan budaya dan sosial.
Riset kesehatan dasar (riskesDas) 2013 menyebutkan, 6% masyarakat
Indonesia yang berumur lebih dri 15 tahun mengalami gangguan mental
emosional. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah, sebesar 11,6%.
Data diatas menunjukan peningkatan masalah kesehatan terkait
hipertensi dan emosional terus meningkat setiap tahunnya ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satunya gaya
hidup yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi kesehatan individu
ataupun masyarakat pada umum nya.
Promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengambangkan kegiatan yang bersumber pada
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
B. Tujuan Kegiatan
Umum:
Masyarakat mengatahui secara benar terkait hipertensi dan masalah emosional
Khusus:
Setelah di berikan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu menganali
gejala yang muncul pada masalah hipertensi dan emosional.
Pengatahun:
1. Masyarakat mengerti tentang pola hidup sehat yang perlu diterapkan agar
masalah kesehatan terkait emosional dapat dicegah.
2. Mengerti apa yang harus dilakukan ketika masalah terkait emosional
terjadi.
Tindakan:
Masyarakat mampu menerapkan pola hidup sehat yang benar dan mudah
untuk menjaga kondisi kesehatan.

C. Manfaat Kegiatan
Untuk Masyarakat:
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat.
Untuk Tenaga Kesehatan:
Untuk evaluasi pengatahuan masyarakat terkait masalah kesehatan emosional.
Untuk Mahasiswa:
Untuk meningkatkan pengatahuan terkait teknik dan materi tentang masalah
emosional.
D. Sasaran Kegiatan

Dewasa Akhir Usia 45-46 Tahun

E. Indikator Keberhasilan
1. Harapannya Didesa Loa Bahu Pada Dewasa Akhir Mengerti Dan
Memahami Hipertensi Dan Emosional
2. Tidak ada lagi Hipertensi Pada Dewasa Akhir
3. Dewasa Akhir Didesa Loa Bahu Paham Mengenai Hipertensi Dan
Emosional
F. Tempat Pelaksana

Desa Loa Bahu, Kec. Sungai Kunjang, Kota Samarinda Kalimantan Timur
G. Format Matriks

Masalah Penyebab Kondisi saat ini Potensi yang ada Alternatif Rencana Tindakan
Internal Eksternal Pemecahan
H. POA

PJ / Minggu 1 Minggu 2
No Kegiatan Rincian kegiatan
Sasaran 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
- Mencetak media
leaflet dan poster.
- Menyiapkan
power point
untuk pemateri.
- Menyiapkan
konsumsi untuk
warga RT.014
- Melapor kepada
ketua RT.014
untuk
melaksanakan
Persiapan untuk kegiatannya Kelompok
kegiatan - Menyebarkan beserta
pendidikan undangan ketua
kesehatan dan kegiatan penkes RT.014
pemeriksaan dan pemeriksaan dan Warga
1. kesehatan kesehatan RT.014
2. Terlaksananya - Membagikan Masyrakat
kegiatan di konsumsi RT 014
wilayah RT.014 - Melaksanakan
Waktu : 08.00- pendidikan
selesai WITA kesehatan
Tempat: dilakukan
Kediaman RT menyesuaikan
waktu warga
- Melaksanakan
pemeriksaan
kesehatan secara
gratis
- Warga mendapat
ilmu mengenai
apa yang sudah
014. dijelaskan
Penulisan - Penulisan laporan
laporan kegiatan
kegiatan dan - Melakukan
melaksanakan pengkajian
3 tugas keluarga binaan
. selanjutnya
I. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

J. Media
1. Leaflet berisikan tentang pengertian, tujuan, dan pencegahan.
2. Poster
3. Audio Visual
4. Laptop

K. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PSIKIS EMOSIONAL

A. PENGANTAR
Bidang Studi : Keperawatan Komunitas II
Topik : Psikis Emosional
Sasaran : Dewasa akhir usia 35-46 tahun
Waktu 25 menit
B. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Psikis Emosional
di puskesmas Lok Bahu selama 20 menit, diharapkan peserta mampu
memahami.
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang hipertensi di puskesmas
Lok Bahu selama 20 menit, diharapkan peserta dapat mengetahui tentang:
1. Kestabilan Emosi
2. Teori Emosi
3. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Emosi
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi
5. Penatalaksanaan Emosi
D. MATERI
Terlampir
E. MEDIA
1.leaflet
2. poster
3. video
F. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1 2 menit Pembukaan : Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan memperhatikan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan

2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan


Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Kestabilan Emosi
2. Teori Emosi
3. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi
Emosi
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi
kestabilan emosi
5. Penatalaksanaan Emosi
3 10 menit Evaluasi : Menyimak dan
1. Menyimpulkan inti penyuluhan memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada lansia
untuk bertanya
4. Memberi kesempatan kepada ibu-ibu
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4 3 menit Penutup : Menjawab salam


1. Menyimpulkan materi penyuluhan yang
telah disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
3. Mengucapkan salam

H. Struktur Organisasi Kelompok

1. Ketua : Muhammad Riski Ansari


2. Wakil Ketua : Nilam Sari
3. Sekretaris : Cindy Silvia Maya
4. Bendahar : Siska Puspitasari
5. Anggota :
a. Fransiska
b. Eva Rappan
c. Norvita Asni
L. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. 25% masyarakat hadir
b. Tempat dan media tersedia sesuai materi
c. Peran petugas mahasiswa sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peserta berparan aktif selama kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Masyarakat mampu memahami materi yang disampaikan oleh
pematari.
b. Masyarakat mampu mengevaluasi manakah materi yang dapat
diaplikasikan sehari-hari.
c. Masyarakat mampu menyebutkan macam-macam cara untuk menjaga
kesehatan
d. Masyarakat mempu menyebutkan upaya pencegahan masalah
kesehatan yang lebih serius.
J. LAMPIRAN

PEMERIKSAAN FISIK PSIKIS EMOSIONAL


PADA PASIEN DEWASA AKHIR USIA 36-46
Mata Kuliah : Komunitas II
Dosen Pebimbing : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Cindy Silvia Maya 16.0435.770.01


Eva Rappan 16.0442.777.01
Fransiska 16.0447.782.01
M.Rizki Ansari 16.0460.795.01
Nilam Sari 16.0471.806.01
Norvita Asni 16.0473.808.01
Siska Puspita Sari 16.0486.821.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
A. Kestabilan Emosi
1. Emosi
Emosi berasal dari bahasa Perancis emotion, dari kata emouvoir, yang
berarti kegembiraan. Selain itu, emosi juga berasal dari bahasa Latin yaitu
emovere, yang berarti bergerak.
Emosi adalah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya (Sobur, 2013).
Menurut Prezz dalam Syukur (2011) emosi merupakan reaksi tubuh saat
menghadapi situasi tertentu. Intensitas emosi berkaitan dengan aktifitas
kognitif (berfikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi yang
dialami. Reaksi manusia terhadap hadirnya emosi baik yang disadari ataupun
tidak disadari memiliki dampak yang positif maupun negatif. Goleman (2004)
mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu.Chaplin (2002) dalam Safaria (2009) merumuskan emosi
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-
perubahan yang disadari, memiliki sifat yang mendalam,dan menyebabkan
perubahan perilaku.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan
suatu perasaan yang sangat mendalam, kuat, bersifat subjektif, yang timbul
karena adanya stimulus yang berasal dari dalam dan luar diri individu, serta
memungkinkan timbulnya gejolak jasmaniah.
B. Teori Emosi
Timbulnya gejala emosi dapat dijelaskan melalui tiga teori emosi yakni
(Sobur, 2013)
1. Teori Emosi Dua Faktor Schachter-Singer
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada
rangsangan. Reaksi fisiologik dapatsaja sama (seperti hati berdebar,
tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan kedaalam
darah, dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan, seperti
diterima di sebuah perguruan tinggi idaman, maka emosi yang timbul
dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan,
seperti melihat ular berbisa, maka emosi yang timbul dinamakan takut.
2. Teori Periferal James-Lange
Teori ini dikemukakan oleh William James (1884) yang berasal dari
Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark. Teori ini
menyebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik,
misalnya seseorang merasa senang karenaorang tersebut meloncat-loncat
setelah melihat pengumuman dan orang tersebut takut karena lari setelah
melihat ular
3. Teori EmergencyCannon-Bard
Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929) yang menyatakan
bahwa karena gejolak emosi menyiapkan seseorang untuk mengatasi
keadaan genting maka orang-orang primitif bisa survivedalam hidupnya.
Organ-organ dalam bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan suasana emosional. Emosi, sebagai pengalaman subjektif
psikologik, timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik (hati berdebar,
tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan kedalam
darah, dan sebagainya).
C. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Emosi
1. Sistem limbik, yang memiliki peranan dalam reaksi emosi. Sistem limbik
terdiri dari:
a. Amigdala Merupakan bagian terkecil dari otak dan memiliki peranan
penting dalam emosi terutama yang berkaitan dengan rasa takut.
Amigdala terletak di bawah hipothalamus, bertugas untuk
mengevaluasi informasi sensorik yang diterima dan dengan cepat
menentukan kepentingan emosional, serta membuat keputusan untuk
mendekati atau menjauhi suatu objek atau situasi.
b. HipotalamusMemiliki peranan utama dalam pengaturan sistem syaraf
otonom. Selain itu, bagian ini juga mengintegrasikan refleks
danmengatur kegiatan yang berkaitan dengan mempertahankan hidup
2. Prefrontal korteks
Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu kanan dan kiri. Setiap bagian
memiliki peranan yang berbeda, bagian kanan berperan khusus dalam
situasi menarik diri atau melarikan diri, seperti pada emosi jijik atau takut,
sedangkan bagian kiri merupakan bagian yang berperan khusus dalam
memotivasi orang orang dalam mendekati orang lain, seperti pada saat
bahagia maka yang timbul adalah emosi yang positif.
3. Hormon
Pada saat individu mengalami suatu emosi yang kuat maka divisi
simpatetik dari sistem saraf otonom akan memerintahkan kelenjar
adrenalin untuk melepaskan hormon epinephrine dan norepinephrine.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi
Menurut Hurlock (1995), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan
emosi, yaitu:
a. Fisik Pada saat individu dalam kondisi sehat secara jasmani maka akan
cenderung untuk tidak mudah marah dan cepat tersinggung. Individu akan
merasa nyaman dan tentram dalam kondisi jasmani yang sehat
b. Kondisi LingkunganMerupakan kondisi lingkungan dimana tempat
individu berada. Lingkungan yang dapat menerima kehadiran individu dan
individu mudah diterima pada lingkungan tersebut akan membuat individu
mengalami kestabilan dalam emosi. Tetapi bila lingkungan tidak bisa
menerima kehadiran individu, maka individu merasa tidak dianggap oleh
lingkungan dan hal ini menyebabkan individu merasa tidak dihargai dan
terhina
c. Faktor Pengalaman Melalui pengalaman individu dapat mengetahui
bagaimana anggapan orang lain tentang berbagai ungkapan emosi.
Individu akan mempelajari bagaimana cara mengungkapkan emosi yang
bisa diterima oleh lingkungan sosial dan bagaimana ungkapan emosi yang
tidak dapat diterima. Hal ini berkaitan dengan kondisi norma budaya
setempat.
E. Penatalaksanaan Emosi
1. Meditasi
a. Pengertian Meditasi
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan
fisik, emosi, mental,dan spiritual seseorang. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata meditasi diartikan sebagai pemusatan pikiran
dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Dari segi etimologi meditasi
berasal dari bahasa Latin, meditatio, artinya hal bertafakur, hal
merenungkan; memikirkan, mempertimbangkan; atau latihan,
pelajaran persiapan. Sedangkan dari segi terminologi meditasi adalah
penggunaan pikiran secara terus menerus untuk merenungkan
beberapa kebenaran, misteri atau objek penghormatan yang bersifat
keagamaan sebagai latihan ibadah.
b. Tujuan Meditasi
Tujuan meditasi yang sebenarnya adalah untuk memperlambat dan
menenangkan pikiran, serta, pada saatnya menyehatkan tubuh. Dalam
meditasi, kita dapat mencapai pengendalian pikiran dan perasaan
yang lebih baik.
c. Manfaat Meditasi
Meditasi adalah proses yang dilakukan secara sadar untuk
memusatkan perhatian pada satu titik. Dalam keadaan meditasi, kita
dapat mencapai taraf keseimbangan; semua sistem yang ada dalam diri
kita akan aktif bekerja secara maksimum dengan mengeluarkan energi
tubuh seminimum mungkin. Dalam keadaan meditasi, kita juga dapat
mencapai trancehening, dalam suatu tingkat kesadaran tinggi. Dalam
keadaan tersebut, kita akan mampu mengontrol emosi, memahami apa
yang harus dilakukan,
d. Dinamika Perbedaan Tingkat Kestabilan Emosi Orang Dewasa Dalam
Kaitannya Dengan Meditasi
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kestabilan
emosi berkaitan dengan kematangan emosi dan merupakan salah satu
komponen dari kecerdasan emosi. Di dalam kehidupan sehari-hari kita
terkadang terlalu berlebihan dalam mengekspresikan emosi yang kita
rasakan, sehingga menyebabkan munculnya perilaku reaktif yang
cenderung negatif. Kita dapat menanggulangi ekspresi emosi yang
berlebihan tersebut dengan cara melakukan kegiatan meditasi hal
tersebut dikarenakan dalam keadaan meditasi, kita dapat mencapai
taraf keseimbangan; semua sistem yang ada dalam diri kita akan aktif
bekerja secara maksimum dengan mengeluarkan energi tubuh
seminimum mungkin. Dalam keadaan meditasi, kita juga dapat
mencapai trancehening, dalam suatu tingkat kesadaran tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2015) Reliabilitas dan validitas. (ed.IV Cetakan V). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Desmita (2013). Psikologi Perkembangan. (Cetakan ke 8). Bandung: PT.


Remaja RosdaKarya

Jaenudin, U. (2012). Psikologi Transpersonal. (ed. Ke 1). Bandung: CV.


Pustaka Setia
SOP PEMERIKSAAN FISIK EMOSIONAL

Pengertian:
Emosional adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psokologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak, gangguan mental emosional berupa stress,
kecemasan dan depresi banyak dialami oleh individu yang tinggal diperkotaan maupun
pendesaan.
Tujuan:
Untuk mengetahui emosional
Indikasi:
hipertensi
Kontraindikasi:

A. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, memanggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
3. Menanyakan persetujuannya
4. Persiapkan alat:
a. Tensi
b. Stetoskop
c. Skala likert
B. Tahap Kerja
1. INSPEKSI
a) Pertama kita lihat wajah pasien apakah kelihatan sedang lelah. Kita inspeksi
kongjungtiva pasien dengan cara yaitu:
 Kongjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radang (yaitu
melebarnya pembuluh darah), pigmentasi tidak biasa, nodi, pembengkakan atau
perdarahan. Kedua kongjungtiva harus diperiksa
 Kongjungtiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta
pasien tetap membuka matanya dan melihat kebawah. Anda menahan sejumlah
bulu mata dari kelopak atas. Kelopak itu ditarik lepas dari bola mata dan ujung
sebuah tangkai aplikator ditekan pada tepian atas lempeng tarsal. Lempeng tarsal
kemudian dengan cepat membalikkan tangkai aolikator, menggunakanya sebagai
titik tumpu. Ibu jari sekarang dipakai untuk memegang kelopak mata yang
dibalik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi kongjungtiva tersalis,
mintalah pasien untuk melihat keatas untuk mengembalikkan kelompak mata
pada posisi normal. Kongjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda.
Pastikan jumlah pembuluh darah. Normalnya hanya terlihat sedikit pembuluh
darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas, dan tariklah kelopak mata bawah
ke bawah. Bandingkan vaskularisasinya.
 Lempeng tarsal kemudian dengan cepat membalikkan tangkai aplikator,
menggunakan sebagai titik tumpu.ibu jari sekarang dipakai untuk memegang
kelopak mata yang dibaik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi
kongjungtiva tarsalis, mintalah pasien untuk melihat keatas untuk
mengembalikkan kelopak mata pada posisi normal.
2. PALPASI
a) Kita bisa meraba nadi pasien, apakah denyutannya cepat atau tidak
3. PERKUSI
4. AUSKULTASI
a) Kita bisa periksa tekanan darahnya menggunakan tensi apakah tekanan darah
pasien normal atau tidak. Cara kerjanya:
 Atur posisi pasien
 Tempatkan manset pengukur tekanan darah dan kembungkan manset sampai
tidakterdengar denyut lagi
 Turunkan tekanan manset sampai terdengar denyut hanya saat ekspirasi. Catat
hasil pengukuran
 Turunkan tekanan manset lagi sampai denyut terdengar pada seluruh siklus
ekspirasi, catat sekali lagi hasil pengukuran ini
 Perbedaan >10 mmHg saat inspirasi disebut sebagai pulsus paradoksus
5. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kita bisa menggunakan alat ukur skala Likert.
Yaitu suatu skala yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengekspresikan
sikap atau konstruk psikologi lainnya.
Variabel Aspek Indikator Jumlah
perilaku Aitem
Strategies to Keyakinan
emotion individu untuk
regukation dapat mengatasi
(strategies) suatu masalah

Memiliki
kemampuan
untuk
menemukan
suatu cara yang
dapat
mengurangi
emosi negatif

Mampu dengan
cepat
menenangkan
diri kembali
setelah
merasakan
emosi yang
berlebihan

Engaging in Kemampuan
goal directed untuk tidak
behavior terpengaruh oleh
(goals) emosi negatif
yang dirasakan.

Mampu tetap
berpikir dan
melakukan
sesuatu dengan
baik

Kemampuan
untuk dapat
Regulasi emosi mengontrol
emosi yang di
rasakan.

Control Merespon emosi


emotional yang
responses ditampilkan
(impuls (respon
fisiologis,
tingkah laku,
dan nada suara)

Mampu
menunjukkan
respon emosi
yang tepat.
Acceptance of Kemampuan
emotional individu untuk
response menerima suatu
(acceptance) peristiwa yang
menimbulkan
emosi negatif.

Tidak merasa
malu saat
merasakan
emosi negatif.

C. Terminasi
1. Evaluasi respon pasien seltelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pada saat diberikan
pertanyaan
2. Dokumentasi
A. Kuesioner Emosional
Pilih salah satu jawaban menurut Bapak/Ibu benar
Jika Ya, beri penjelasannya & Jika Tidak, beri penjelasannya.

1. Sering merasa gelisah atau cemas


a. Ya,………
b. Tidak,……..

2. Sering terpancing emosi jika ada masalah


a. Ya,………
b. Tidak,……..

3. Kurang memahami kondisi emosional sendiri


a. Ya,………
b. Tidak,……..
4. Sering merasa lelah
a. Ya,………
b. Tidak,……..
5. Suasana hati berubah-ubah
a. Ya,………
b. Tidak,……..
6. Suka marah atau murung
a. Ya,………
b. Tidak,……..
7. Saya sering merasa sakit kepala dan emosi tak terkontrol
a. Ya,………
b. Tidak,……..

Anda mungkin juga menyukai