Anda di halaman 1dari 12

Tugas : Keperawatan Komunitas II

Dosen : Ratna, S.Kep.,Ns.,M.Kes


SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM PIS-PK

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Kelas A2/2018
Reylita widi Arganta (NH0118065) Sanawiah (NH0118074)
Ricky Saputra (NH0118066) Sapta Noven Tonapa (NH0118075)
Riska Puspita Sari (NH0118068) Sariani (NH0118076)
Riski Hizkia Ohoitimur (NH01180 ) Selvia Watafuhan (NH0118077)
Risnawati (NH01180 ) Sirdayanti (NH0118078)
Risty Fatmawati L (NH0118071) Sofiyani W Salim (NH0118079)
Riwin Susanti Ibrahim (NH0118072) Sonia Titin R (NH0118080)
Roisatul Ulfah (Nh0118073)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TNGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PROGRAM PIS-PK
A. Identitas
Topik : program PIS-PK
Sub pokok bahasan : 1. Definisi PIS-PK
2. Tujuan PIS-PK
3. Indkatorkeluarga
4. Batasan keluarga sehat
5. Mekanisme pendataan keluarga
6. Etika pendataan keluarga
Sasaran : Masyarakat Kampus Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Waktu : 10.30 WIB - selesai
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juli 2021
Tempat : Aula Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Penyuluhan : 1. Moderator : Riwin Susanti Ibrahim
2. Notulen :
3. Pemateri : Sapta Noven Tonapa
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat mengetahui Program PIS-PK
C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah penyuluhan, masyarakat dapat :
1. Masyarakat mampu menjelaskan tentang pengertian PIS-PK
2. Masyarakat mampu menjelaskan tentang tujuan PIS-PK
3. Masyarakat mampu menjelaskan tentang indicator keluarga
4. Masyarakat mampu menjelaskan tentang batasan keluarga sehat
5. Masyarakat mampu menjelaskan tentang mekanisme pendataan keluarga
6. Masyarakat mampu menjelaskan etika pendataan keluarga
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan penyuluhan dan menjawab pertanyaan
F. Kegatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Peserta Media


Pendahulu 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab
an 2. Perkenalkan diri salam
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengark
penyuluhan dan pokok an dan
materi yang akan memperhatik
disampaikan an
4. Mengkaji pengetahuan 3. Menjawab
tentang program PIS-PK pertanyaan
Penyajian 15 menit 1. Menjelaskan materi Mendengarkan Leaflet
a. Menjelaskan tentang dan bertanya dan poster
pengertian PIS-PK
b. Menjelaskan tentang
tujuan PIS-PK
c. Menjelaskan tentang
indicator keluarga
d. Menjelaskan tentang
batasan keluarga sehat
e. Menjelaskan tentang
mekanisme pendataan
keluarga
f. Menjelaskan tentang
etika pendataan
keluarga
Penutup 10 menit 1. Meminta peserta untuk 1. Mengajukan Leaflet
menjelaskan kembali pertanyaan dan poster
materi yang telah di 2. Menjawab
berikan dengan singkat salam
2. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
3. Menutup acara dengan
salam penutup
G. Media
Leaflet dan poster
H. Materi
Terlampir
I. Evaluasi
1. Kriteria Pemantauan
a. Input
1) Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh masyarakat
2) Media penyuluhan yang digunakan adalah Leaflet dan poster
3) Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
4) Waktu kegiatan penyuluhan adalah 30 menit
5) Tempat penyuluhan adalah di Aula Kampus Stkes Nani Hasanuddin Makassar
6) Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
b. Proses
1) Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
3) Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami materi
penyuluhan
d. Outcame
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku kesehatan yang
lebih baik
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi PIS-PK
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) adalah Sasaran
dari program Indonesia Sehat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataanpelayanan kesehatan (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-
PK) dilakukan untuk menjangkau keluarga. Sehingga pihak puskesmas tidak hanya
mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada akan tetapi
langsung berkunjung ke rumah. Ada 3 pilar utama dalam menegakkan PIS-PK; yaitu
penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional- JKN (Laelasari, Anwar, & Soerachman, 2017).

B. Tujuan PIS-PK
1. Tujuan Umum
a. Sebagai acuan bagi Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam melakukan monitoring dan
evaluasi kesehatan masyarakat dan keluarga.
b. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif,
meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan
rehabilitatif dasar.
c. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Kabupaten/Kota
dan SPM Provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
d. Mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk men-jadi peserta JKN.
e. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan informasi tentang kesehatan dan sejarah penyakit (penyakit
keturunan/menular) dari masyarakat.
b. Mendapatkan informasi tentang kemajuan pelaksanaan PIS – PK
c. Menilai keberhasilan PIS – PK dalam suatu periode tertentu, sudah sejauh
mana tiap provinsi melakukan pelaksanaan PIS- PK
d. Meningkatkan pembinaan keluarga secara terintegrasi dan berkesinambungan
e. Meningkatkan komitmen daerah dalam pelaksanaan PIS – PK
f. Meningkatkan pencapaian target sasaran keluarga sehat
g. Membangun hubungan yang baik antar petugas kesehatan dan masyarakat
melalui kunjungan petugas kesehatan ke tiap rumah keluarga.
h. Memberi umpan balik implementasi PIS – PK (Kemenkes,2016).

C. Indikator Keluarga
keluarga yang sehat akan diukur dengan 12 indikator keluarga sehat. Indikator
keluarga sehat antara lain(Rahel et al. 2018) :
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)Tidak membatasi jumlah
anak dalam keluarga, program KB juga bertujuan untuk memastikan bahwa
setiap anak mendapat ASI yang cukup dan pola asuh yang optimal sehingga bisa
menjadi anak yang sehat dan cerdas.
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung proses persalinan
yang aman dan minim risiko komplikasi kehamilan. Setelah melahirkan, ibu juga
akan memiliki tempat untuk memeriksa kesehatannya dan bayinya secara
berkala. Dengan begitu, keselamatan serta kesehatan ibu dan anak jadi lebih
terjamin.
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Imunisasi anak sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang bisa berakibat fatal baginya, seperti polio, campak, dan
difteri. Untuk mendapatkan imunisasi wajib, Anda bisa membawa anak ke
posyandu, puskesmas, atau rumah sakit.
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Keunggulan air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisi bayi. ASI dapat
melindungi bayi dari beragam penyakit serta mendukung perkembangan tubuh
dan otaknya secara optimal, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan
cerdas. Itulah sebabnya pemberian ASI eksklusif sangat berperan besar untuk
membentuk keluarga sehat.
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
Berat badan bayi perlu ditimbang setiap bulannya, sejak lahir sampai usia
5 tahun. Hal ini penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan
anak selalu baik, serta mendeteksi secara dini bilamana terdapat gangguan pada
pertumbuhannya.
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani
dengan benar berisiko menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan
penularan ke orang-orang terdekat.
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering
kali tidak memiliki gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi
bisa fatal, mulai dari serangan jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan
memengaruhi keadaan suatu keluarga, apalagi jika terjadi pada kepala
keluarganya.
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
Gangguan jiwa tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya
secara signifikan, tapi juga keluarganya. Namun, sebenarnya penyakit ini dapat
sembuh selama ditangani dengan baik dan sedini mungkin.
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat
beracun bagi tubuh. Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah,
asapnya bisa dihirup anggota keluarga lain dan membuat mereka menjadi
perokok pasif.
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan, seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
yang sesuai kebutuhan, tanpa harus memikirkan biaya. Ini juga bisa menjaga
keadaan finansial keluarga
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
Sarana air bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan keluarga dari
berbagai penyakit infeksi. Untuk mewujudkan hal ini, pastikan sumber air yang
Anda pakai di rumah tidak tergenang atau tercemar dengan berbagai kotoran
maupun polutan.
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Memiliki akses sanitasi layak dan jamban sehat juga termasuk indikator
penting dalam mewujudkan keluarga sehat. Untuk itu, setiap anggota keluarga
diharuskan selalu buang air besar dan buang air kecil di jamban atau toilet.
Selain membuat lingkungan bersih dan tidak berbau, langkah ini juga dapat
membantu mencegah penyakit infeksi.

D. Batasan Keluarga Sehat


Indeks keluarga sehat dibagi menjadi 3 tingkat : (Casmini, 2019)
1. >0,80 : keluarga sehat
2. 0,50-0,80 : keluarga pra-sehat
3. <0,50 : keluarga tidak sehat

E. Mekanisme Pendataan Keluarga


1. Pendataan
Tujuan kegiatan pendataan keluarga adalah untuk mengetahui masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mijen, dengan begitu diketahui
indeks kesehatan dari tingkat keluarga, RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, bahkan
Kota, yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan kegiatan dalam
mengatasi masalah kesehatan yang ada. Berdasarkan Permenkes Nomor 39 Tahun
2016 yang menyebutkan bahwa pendataan harus dilakukan kepada seluruh
keluarga di wilayah kerja Puskesmas (total coverage).
2. Perencanaan
Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan PISPK. Namun, sosialisasi
yang dilakukan belum merata dan data penduduk yang diperoleh dari kelurahan
tidak berdasarkan jumlah KK dan nama KK, melainkan jumlah jiwa sehingga
puskesmas perlu melakukan pengecekan data sampai ke tingkat RT supaya data
KK yang peroleh valid.Hal tersebut dilakukan untuk keperluan listing rumah
tangga yang ada di suatu desa/RW/RT/dusun secara riil untuk perencaaan
pengorganisasian lapangan dan diperlukan dalam membantu sosialisasi kepada
masyarakat terkait pendataan keluarga oleh petugas sehinggga diharapkan tidak
ada lagi penolakan warga terhadap kehadiran petugas.
Perencanaan waktu ditentukan oleh puskesmas dan berkoordinasi dengan
kelurahan. Namun, dalam pelaksanaanya tidak disampaikan waktu pelaksanaan
kegiatan pendataan, sehingga anggota keluarga tidak dapat ditemui saat pendataan
keluarga. Selain itu, tidak terdapat target waktu penyelesaian, sehingga
pelaksanaan kegiatan pendataan keluarga tidak dapat berjalan sesuai tujuan/target
yang telah ditetapkan.(Virdasari et al., 2018)
3. Pelaksanaan
Pemberian informasi kesehatan belum memberikan/ menggunakan
pinkesga dengan baik. Lembar informasi dapat tersebar luas dan merupakan salah
satu cara untuk menyampaikan informasi kepada wanita dan keluarganya atau
mendukung informasi yang mereka terima. Penggunaan leaflet untuk penyuluhan
dapat meningkatkan pengetahuan.Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan pendataan adalah wilayah kerja luas dengan jumlah penduduk banyak,
warga tidak dapat ditemui seperti daerah perumahan yang terkadang tidak
membukakan pintu, hanya bertemu 1/ 2 orang dalam 1 keluarga, kurangnya
sosialisasi, pendataan hanya dapat dilakukan setelah jam pelayanan, tenaga
kurang menguasai definisi operasionalnya, kurangnya koordinasi antar petugas,
dan kurangnya komitmen dari petugas. Untuk itu, perlu adanya koordinasi baik
antar tenaga pendataan maupun puskesmas dengan lintas sektor guna
memperlancar kegiatan pendataan kelu(Virdasari et al., 2018)
4. Pemantauan dan evaluasi
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh Puskesmas kepada Dinas
Kesehatan dengan format yang sudah disediakan oleh Dinas Kesehatan setiap bulan.
Namun, sering terjadi keterlambatan pelaporan, karena tenaga memiliki pekerjaan
lainnya, sehingga perekapan tidak selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
(Virdasari et al., 2018)

F. Etka Pendataan Keluarga


1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina
Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).
2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data
Puskesmas.
3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana
Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina
Keluarga.
5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh
tenaga teknis/profesional Puskesmas.
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga pengelola
data Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA
Panggabean, T. N. (2020). Tinjauan Penatalaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga ( PIS-PK ) Pada Puskesmas Tegal Sari Tahun 2019. 5(1), 45–52.

Panggabean, T. N. (2020). Tinjauan Penatalaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga ( PIS-PK ) Pada Puskesmas Tegal Sari Tahun 2019. 5(1), 45–52.

(Casmini, 2019)Casmini, C. (2019). Konseling perkawinan : Strategi preventif penanganan


problem relasi keluarga dan membangun hubungan keluarga yang sakinah. 9(1), 19–28.
(Casmini, 2019)Casmini, C. (2019). Konseling perkawinan : Strategi preventif penanganan
problem relasi keluarga dan membangun hubungan keluarga yang sakinah. 9(1), 19–28.
(Casmini, 2019)Casmini, C. (2019). Konseling perkawinan : Strategi preventif penanganan
problem relasi keluarga dan membangun hubungan keluarga yang sakinah. 9(1), 19–28.

Anda mungkin juga menyukai