Anda di halaman 1dari 8

Yusuf Hilmi Adisendjaja

ANALISIS BUKU AJAR SAINS BERDASARKAN


LITERASI ILMIAH SEBAGAI DASAR UNTUK MEMILIH
BUKU AJAR SAINS (BIOLOGI)

Oleh: Yusuf Hilmi Adisendjaja1) dan Oom Romlah2)


Diseminarkan pada tgl 25-26 Mei 2007 pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan
Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Abstrak
Buku ajar atau buku teks siswa memegang peranan penting di dalam proses
pembelajaran sains. Oleh karena itu kemampuan guru untuk memilih buku ajar sains
yang baik sangat diperlukan. Buku ajar atau buku teks siswa sangat banyak dan
beragam yang tersedia di pasaran dan tentu dengan kualitas yang berbeda. Pada buku
ajar atau buku teks menurut beberapa hasil penelitian dan pengalaman penulis sendiri
masih ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat, miskonsepsi dan memerlukan
konsepsi alternatif. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan pedoman
untuk memilih buku teks atau buku ajar. Makalah ini merupakan hasil kajian pustaka
untuk menjawab pertanyaan: Kriteria apa saja yang diperlukan untuk memilih buku ajar
sains? Dari hasil kajian ternyata bahwa buku ajar harus dipilih berdasarkan kepada
integritas atau hakekat sains dan literasi ilmiah.

Kata kunci. Buku Ajar, Sains, Literasi ilmiah. Kriteria.

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 1
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

ANALISIS BUKU AJAR SAINS BERDASARKAN


LITERASI ILMIAH SEBAGAI DASAR UNTUK MEMILIH
BUKU AJAR SAINS (BIOLOGI)

Oleh: Yusuf Hilmi Adisendjaja 1) dan Oom Romlah2)


Diseminarkan pada tgl 25-26 Mei 2007 pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan
Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Pengantar

Setiap awal tahun ajaran baru, para orangtua siswa dipusingkan dengan dana
yang harus dikeluarkan untuk sekolah anak-anaknya termasuk biaya untuk membeli
buku ajar. Masalah buku ajar bukan hanya menjadi persoalan para orangtua siswa saja
tetapi juga guru. Guru dipusingkan dengan banyaknya penerbit yang dating ke sekolah
untuk menawarkan agar buku ajar tentu dengan kualitas yang berbeda agar digunakan di
sekolah sebagai buku ajar. Banyaknya tawaran menambah kewajiban guru untuk
memilih buku ajar yang digunakannya. Kenyataan yang ada sekarang di sekolah adalah
buku ajar yang digunakan untuk mata pelajaran yang samapun bias berbeda tergantung
dasar pertimbangan yang digunakan masing-masing guru untuk mata pelajaran yang
samapun bisa berbeda tergantung dasar pertimbangan yang digunakan masing-masing
guru untuk memilihnya. Pada makalah ini akan dicoba dikemukakan cara menganalisis
buku sains berdasarkan literasi ilmiah untuk dijadikan dasar pertimbangan memilih
buku ajar sains termasuk biologi. Makalah ini dibuat atas dasar pengalaman dan hasil
penelitian penulis tentang kesalahan dan miskonsepsi buku teks biologi SMU. Hasil
studi menunjukkan beberapa buku ajar dari berbagai penerbit masih banyak
mengandung kesalahan dan miskonsepsi serta diperlukan konsepsi alternatif.
(Adisendjaja, 2003).
Masalahnya adalah bagaimana menganalisis buku sains berdasarkan literasi
ilmiah untuk dijadikan dasar pemilihan buku sains? Masalah ini dirinci menjadi:
1. Kriteria literasi ilmiah yang bagaimana yang dapat digunakan didalam
menganalisis buku sains?
2. Kriteria apa yang digunakan untuk memilih buku sains?

Buku ajar dan Integritas Sains


Buku ajar merupakan komponen pendidikan yang sangat penting di dalam
proses pembelajaran. Tak dapat dipungkiri bahwa semua guru di setiap tingkatan
pendidikan menggunakan paling sedikit satu buku ajar di dalam proses
pembelajarannya. Sebagai perbandingan hasil penelitian di Amerika menyimpulkan
bahwa 90% guru sains menggunakan 90% waktu pembelajarannya dengan
menggunakan satu buku ajar (Stake & Easley, 1978; Weiss, 1989). Sebesar 75%
pembelajaran di kelas dan 90% pekerjaan rumah didasarkan atas buku ajar (Blystone,
1989). Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di Indonesia bahwa kebanyakan guru
menggunakan paling tidak satu buku ajar baik untuk pembelajaran di kelas maupun
untuk memberi tugas dan pekerjaan rumah.
Begitu pentingnya buku ajar maka guru sangat berperan penting di dalam
memilih buku ajar. Guru memiliki fungsi sebagai “filter” untuk menyeleksi ketidak
1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 2
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

tepatan isi atau metodologi sains. Apakah buku ajar telah menampilkan isi (content),
hakekat, dan metodologi sains yang tepat? Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan
yang sering didiskusikan pada akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan meningkatnya
kecenderungan banyaknya buku sains yang ditulis secara “inhouse”, yaitu para penulis
bekerja untuk penerbit. Praktek seperti ini akan mengikis integritas ilmiah dan isi sains
karena para penulis cenderung tidak menjadi seorang ilmuwan dan teks yang ditulisnya
tidak direview oleh komunitas ilmiah (McInnerney, 1986). Seharusnya buku teks sains
harus ditulis oleh penulis yang selalu mengendalikan teks yang ditulisnya. Buku ajar
sains harus menampilkan sains sebagai ilmu yang dinamis, sebagai sains eksperimen
bukan merupakan kumpulan fakta-fakta dan istilah-istilah. Keterampilan proses sains
harus digunakan untuk membangun dasar sains dan juga perlu dialami oleh siswa. Jadi
siswa perlu mengalami sains dengan mengerjakan sains (learning science, learning
about science, and doing sceience). Rasionalnya adalah bahwa pengembangan
keterampilan proses sains merupakan hal yang sangat penting dalam belajar sains dan
memiliki aspek penerapan praktis untuk membuat keputusan dalam kehidupan sehari-
hari.

Metodologi Pembelajaran Sains

Berbagai kelompok pembaruan dalam pendidikan sains diantaranya American


Association for the Advancement of Science (1990) dan National Science Council
(1993) menyepakati empat hal mendasar tentang pendidikan sains, yaitu:
1. Siswa harus memahami hakekat inkuiri sains termasuk proses sains, perlu
melibatkan tingkat kognitif yang tinggi dengan aktivitas “hands-on”.
2. Bahan ajar sebaiknya didasarkan atas thema-thema sains yang luas tetapi
memiliki pemahaman yang lebih mendalam pada beberapa konsep saja. Bahan
ajar jangan tersusun atas banyak konsep tetapi hanya berupa pengetahuan
sepintas.
3. Siswa perlu memahami konteks sains, kecenderungan sejarah sains dan aspek
social kegiatan ilmiah.
4. Siswa harus memiliki pemahaman tentang hubungan antara sains, teknologi dan
masyarakat.

Banyak hal yang bias diambil dari penelitian tentang pembelajaran yang efektif
untuk dijadikan pertimbangan didalam memilih buku teks atau buku ajar. Suatu
analisis penelitian tentang keefektifan metode pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium selama hampir 20 tahun secara jelas menunjukkan bahwa pendekatan
inkuiri yang melibatkan siswa secara aktif dalam menentukan pilihan langkah kerja
jauh lebih efektif dalam pembelajaran dengan laboratorium, teknik laboratorium,
dan keterampilan proses sains dan konsep-konsep dibandingkan dengan pendekatan
pembelajaran laboratorium yang hanya mengikuti petunjuk laboratorium secara
sederhana. Hal ini berlaku bagi semua siswa dan bukan hanya bagi siswa yang
berbakat secara akademik saja (Leonard, 1988). Hasil tersebut didukung oleh hasil
survey kurikulum di Amerika bahwa pembelajaran sains lebih menekankan kepada
aktifitas siswa, mengurangi kegiatan mengingat pengetahuan berupa fakta-fakta,
lebih menekankan keterampilan proses sains untuk mendapatkan konsep. Siswa

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 3
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

belajar aktif dan sebagian besar waktu siswa dihabiskan di laboratorium atau kerja
lapangan (Leonard, 1991).
Hal lain yang perlu menjadi dasar pertimbangan adalah bahwa berdasarkan teori
belajar kontemporer, bahwa bahan ajar harus dimulai dengan yang konkrit,
berdasarkan pengalaman dan bekerja secara bertahap melalui kegiatan empirik
menuju hal yang abstrak dan teoritis. Hal ini terutama untuk para siswa yang belum
masuk tahap perkembangan operasi formal atau berfikir abstrak. Di dalam sains,
gagasan-gagasan diidentifikasi, dimanipulasi, diuji, dan dimodifikasi di
laboratorium atau di lapangan sebelum dikomunikasikan di kelas.
Data penelitian juga mendukung penggunaan advanced organizer dengan
penerapan langsung dalam kehidupan sehari-hari agar siswa memiliki perhatian dan
pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep serta memotivasi siswa selama
kegiatan laboratorium berlangsung (Rubin dan Tamir, 1988).
Teori pembelajaran sains yang didasarkan atas hasil-hasil penelitian seperti
dijelaskan di atas sangat mendukung pembelajaran yang aktif. Pada pembelajaran
yang aktif perlu diingat bahwa:
1. Setiap kegiatan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami dari
hal yang konkrit menuju hal yang abstrak (dari pengalaman menuju
teoritis).
2. Setiap kegiatan harus mendorong siswa secara personal untuk
membangun pengetahuannya melalui pengalaman.
3. Siswa diberi kesempatan untuk menghubungkan hal yang telah
dipelajarinya dengan pengetahuan yang sudah terakumulasi dalam
kehidupan sehara-harinya.

Hal di atas sangat menarik untuk dikaji karena karakteristik di atas tidak diambil
sebagai ciri dari buku ajar.Hampir tak pernah ada sokongan eksperimen atau argumen
filosofis yang ditampilkan dalam literature untuk mendukung metode pembelajaran
dalam kurikulum.
Teori-teori pembelajaran sains juga didukung oleh hasil studi (Penick & Yager,
1986; Tobin & Fraser, 1987, Tobin, Treagust & Fraser, 1988). Hasil studi menemukan
bahwa gaya mengajar guru bukan hanya verifikasi fakta-fakta tetapi guru sains harus
lebih menekankan keterlibatan siswa yang cukup tinggi dalam tugas-tugas belajarnya,
menciptakan tuntutan kognitif yang tinggi dan mendorong inkuiri. Guru seperti tersebut
hanya menggunakan 15% dari seluruh waktunya untuk kegiatan yang noninteraktif
seperti ceramah. Sebagian besar waktunya digunakan untuk kerja kelompok, kerja
individual, dan diskusi interaktif. Menurut McComas (1991) bahwa pembelajaran sains
yang patut dicontoh adalah menghabiskan paling tidak setengah dari seluruh waktu
mengajarnya digunakan di laboratorium atau di lapangan. Selain itu juga hanya sedikit
memberikan arahan kegiatan laboratorium atau lapangan bahkan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah, proses-proses, dan pemecahan
masalah.

Analisis Buku Ajar Sains berdasarkan Literasi Ilmiah


Selain pertimbangan integritas sains dan hakekat pembelajaran sains, Chiapeta,
Fillman, dan Sethna (1991) merekomendasikan empat thema yang harus
dipertimbangkan di dalam memilih buku ajar sains (termasuk biologi). Keempat thema
tersebut adalah:

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 4
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

1. Pengetahuan sains. Kategori ini biasanya dimaksudkan untuk menampilkan,


mendiskusikan atau menanyakan hal-hal untuk mengingat informasi tentang fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hokum-hukum, tepri-teori, dsb. Hal ini akan
mencerminkan pemindahan pengetahuan ilmiah manakala siswa menerima
informasi. Kategori ini merupakan cirri dari sebagian besar buku teks dan
menampilkan informasi yang harus dipelajari. Materi buku ajar yang termasuk
kategori ini adalah:
a. Menampilkan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-pronsip, dan hukum-hukum.
b. Menampilkan hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengingat pengetahuan atau
informasi.
2. Hakekat penyelidikan sains. Kategori ini dimaksudkan untuk menstimulasi
berpikir dan melakukan sesuatu dengan menugaskan kepada siswa untuk
“menyelidiki”. Hal ini mencerminkan aspek inkuiri dan belajar aktif, melibatkan
siswa dalam proses sains seperti melakukan observasi, mengukur, melakukan
klasifikasi, menarik kesimpulan, mencatat data, melakukan perhitungan, melakukan
percobaan, dsb. Pembelajarannya dapat menyangkut kegiatan “hands-on”. Materi
buku ajar yang termasuk kategori ini adalah:
a. Menjawab pertanyaan tentang penggunaan bahan-bahan.
b. Menjawab pertanyaan melalui penggunaan table, bagan, dsb.
c. Melakukan perhitungan.
d. Memberikan alas an dari sebuah jawaban.
e. Melakukan eksperimen, atau aktivitas lain.
3. Sains sebagai cara berpikir. Kategori ini dimaksudkan untuk memberi gambaran
sains secara umum dan ilmuwan khususnya dalam melakukan penyelidikan.
Hakekat sains mewakili proses berpikir, penalaran (reasoning), dan refleksi
manakala siswa berbicara tentang berlangsungnya kegiatan ilmiah. Materi buku teks
yang termasuk kategori ini adalah:
a. Mendeskripsikan tentang eksperimen yang dilakukan ilmuwan
b. Menunjukkan perkembangan sejarah dari suatu gagasan.
c. Menekankan hakekat empiris dan obyektivitas sains.
d. Memberi gambaran tentang penggunaan asumsi-asumsi.
e. Menunjukkan sains didapat melalui penalaran induktif dan deduktif.
f. Memberikan hubungan sebab akibat.
g. Mendiskusikan bukti-bukti.
h. Menampilkan metode ilmiah dan pemecahan masalah.
4. Interaksi sains, teknologi, dan masyarakat. Kategori ini dimaksudkan untuk
memberi gambaran tentang pengaruh atau dampak sains terhadap masyarakat.
Aspek melek ilmiah (scientific literacy) menyinggung penerapan atau aplikasi
sains dan bagaimana teknologi membantu dan justru mengganggu manusia. Hal ini
juga menyinggung soal issu sosial dan karir. Siswa menerima informasi tersebut
dan umumnya tidak harus menemukan atau menyelidiki. Materi buku teks yang
termasuk kategori ini adalah :
a. Menjelaskan manfaat sains dan teknologi untuk masyarakat.
b. Menunjukkan pengaruh negatif dari sains dan teknologi pada masyarakat.
c. Mendiskusikan issu sosial yang berhubungan dengan sains dan teknologi,
d. Membahas karir dan pekerjaan dalam bidang sains dan teknologi.

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 5
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

Tema-tema di atas merupakan kecenderungan mutakhir yang ada dalam reformasi


pendidikan sains dan ditemukan dalam Project 2061 dan The National Science
Education Standards
Selain kriteria di atas yang sebaiknya digunakan di dalam memilih buku ajar bidang
sains, National Research Council Amerika (tahun 1990) memberikan acuan yang
tersusun atas tujuh kriteria yang harus digunakan untuk menguji buku ajar. Acuan ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan di dalam memilih buku ajar
bidang sains atau bidang lainnya (kecuali kriteria ketujuh tidak digunakan untuk sains
noneksperimental). Ketujuh kriteria tersebut adalah:
1. Buku ajar tidak bersifat ensiklopedia.
2. Teliti dan cermat melihat fakta.
3. Mengikuti perkembangan konsep mutakhir dan materi subyek baru.
4. Memiliki koherensi yang logis.
5. Kejelasan eksplanasi atau penjelasan dan keefektifan ilustrasi.
6. Sesuai dengan minat dan tingkatan siswa.
7. Mewakili sains sebagai sains eksperimental.
Khusus mengenai ilustrasi, Holliday (1990) memberi garis besar tentang memilih
buku ajar berdasarkan kualitas ilustrasinya sebagai berikut:
1. Buku ajar sains harus dilengkapi dengan sejumlah gambar yang memerinci dan
menyimpulkan.
2. Hindarkan gambar yang bersifat dekoratif dan menyita banyak halaman.
3. Baca dan pertimbangkan pengaruh gambar visual terhadap diri sendiri.
4. Mintalah siswa untuk mengevaluasi dan merevisi ilustrasi.

Penutup
Buku ajar atau buku teks siswa memegang peranan penting di dalam proses
pembelajaran. Namun demikian konsep-konsep yang ada di dalam buku ajar masih ada
yang kurang tepat atau miskonsepsi atau memerlukan konsepsi alternatif dan hal ini
dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Oleh karena itu guru memegang peranan
penting di dalam mencegah terjadinya miskonsepsi pada siswa yang bersumber pada
buku teks. Oleh karena itu guru harus pandai memilih buku yang memenuhi kriteria
buku ajar sains Uraian di atas diharapkan dapat dijadikan acuan oleh untuk memilih
buku ajar atau buku teks siswa siswa bidang sains.

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 6
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

Kepustakaan

Adisendjaja,Y.H., 2003. Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU, Jurusan
Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI, Laporan Penelitian: tidak diterbitkan.

American Association for the Advancement of Science (AAAS), 1989. Project 2061:
Science for All American. Author: Washington, DC.

Blystone, R.V. (1989). College Introductory Biology Textbooks: An Important


Communication Tool”. The American Biology Teacher. 49 (7): 418-425.

Chiapetta, E.L., Fillman, D.A., and Sethna G.J., 1991. A. Method to Quantify Major
Themes of Scientific Literacy in Science Textbooks, Journal of Research in
Science Teaching, 28 (28):713-725.

Dreyfus, A. (1992). “Content Analysis of School Textbooks: The Case of a


Technology-Oriented Curriculum”. International Journal of Science Education.
14 (1): 3-12

Finley, F., Lawrence, F., and Heller, P. (1992). “Analysis of Science Textbooks”.
Journal of Science Education. 76 (3): 313-316.

Gottfried, S. S. & Kyle, W. C. Jr. (1992). “ Tetbook Use and the Biology Education
Desired State”. J. of Res. in Science Teaching. 29 (1): 35-49.

Holliday, W.G. 1990. Textbook illustrations- fact or filler? The Science Teacher, 57
(9):27-29

Leonard, W.H.,1988. What Rsearch Says about Bology Lboratory Istruction. The
American Biology Teacher, 50: 303-306

Leonard, W. H, and Pennick, J. E., (1993). What’s Important in Selecting a Biology


Textbooks?” The American Biology Teacher. 55(1): 14-19.

Lumpe, A. T. and Beck, J. (1996). “ A Profile of High School Biology Textbooks


Using Scientific Literacy Recommendations”. The American Biology Teacher.
58 (3): 147-153.

McComas, W.F., 1991. The nature of exemplary practice in secondary school science
laboratory instruction. A case study approach. University of Iowa.

McInnerney, J.D.,1986. Biology textbook-Whose business? The American Biology


Teacher, 48: 396-400

National Research Council, 1990. Fulfilling the promise: Biology Education in the
Nation’s schools. Washington, DC: National Academy Press.

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 7
Kidul Garut
Yusuf Hilmi Adisendjaja

Natonal Research Council, 1995. National Sience Education Standard. Washington,


DC: NRC.

Penick, J. E. & Yager, R. E. 1986. Trends in Science Education. Some observations of


exemplary programmes in the United States. European Journal of Science
Education, *: 1-8.

Rubin, A & Tamir, P.1988. Meaningful learning in the school laboratory. The American
Biology Teacher, 50: 477-482.

Stake, R.E. & Easley, J.A. 1978. Case studies in science education. Center for
Instructional Research an Curriculum Evaluation, University of Illinois at
Urbana-Champaign.

Tobin, K. & Fraser, B. (1987). Exemplary practice in science and mathematics


teaching. Perth: Curtin University of Technology

Tobin,K. Treagust, D & Fraser, B. 1988. An investigation of exemplary biology


teaching. The American Biology Teacher, 50: 142-147

1)
dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI 2) Guru SMA Negeri 2 Tarogong 8
Kidul Garut

Anda mungkin juga menyukai