Anda di halaman 1dari 30

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN
UPT UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH
Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto
Telp (0321) 690441 Fax (0321) 690137 Kode Pos 61374

KEPUTUSAN KEPALA
UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH
NOMOR : 800 / 32 / 101.14/2014

TENTANG

PANDUAN KREDENSIAL PEGAWAI


UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH

KEPALA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH :

Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan kwalitas pegawai baru di


UPT Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto
diperlukan suatu Panduan dan langkah-langkah pokok
Kredensial pegawai sehingga dipandang perlu untuk
menetapkan panduan Kredensial pegawai dengan
keputusan Kepala UPT ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-


Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lemabaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125) sebagaimana diubah
kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun
2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah
Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2008 Nomor 2 Seri D);
5. Peraturan Gubernur Nomor 118 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Unti Pelaksanaan Teknis
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN KEPALA UPT RUMAH SAKIT KUSTA
SUMBERGLAGAH TENTANG PANDUAN KREDENSIAL
PEGAWAI UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH.

KEDUA : Panduan Kredensial Pegawai UPT Rumah Sakit Kusta


Sumberglagah sebagaimana dimaksud tercantum dalam
lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Panduan ini harus dibahas sekurang - kurangnya setiap 1


(satu) tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat dilakukan
perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mojokerto
Pada Tanggal : 02 Januari 2014
Kepala UPT Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah,

dr.BUDIASTUTI KUSHARJUNI, Sp.KK.


PEMBINA TK I
NIP. 19590625 198711 2 001
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan Medis dan Keperawatan merupakan Pelayanan


profesional, sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap pembangunan bidang kesehatan.
Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan salah satunya dari kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang berkualitas. Hal
ini sejalan dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pada pasal 63 ayat (4) yang menyatakan :
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Praktik profesional perawat sebagai ciri utama profesi, diharapkan
tetap dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya guna
mempertahankan standar praktik profesional yang tinggi, sehingga
masyarakat dapat menerima haknya untuk memperoleh pelayanan
keperawatan yang aman dan berkualitas. Untuk menjamin kualitas
pelayanan serta melindungi masyarakat, perlu dikembangkan sistem
kredensial guna memastikan bahwa setiap perawat, program atau lembaga
pelayanan keperawatan / kesehatan berkualitas dan memenuhi standar yang
ditetapkan. Proses kredensial pada umumnya dilakukan oleh suatu badan
regulator profesi yang bersifat independen. Untuk mendukung pelaksanaan
proses kredensial tersebut, perlu dikembangkan sistem dan mekanisme yang
dapat menjamin peningkatan kemampuan profesional perawat, agar
kinerjanya memenuhi tuntutan Standar Profesi Keperawatan.
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 24 ayat (2)
menyatakan : Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi. Sementara itu, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/ 2010 Tentang : Izin dan
Penyelanggaraan Praktik Perawat, pasal 12 ayat 2 yang menyatakan:
Perawat dalam menjalankan Praktik senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan profesinya dengan mengikuti perkernbangan Ilmu pangetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan tugasnya,
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau orgarnisasi profesi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam rumusan
Kerangka Kerja Kompetensi bagi Perawat Indonesia telah menetapkan
Pengembangan Profesional sebagai ranah ke tiga, sesuai dengan standar
kompetensi global yang ditetapkan oleh International Council of Nurses
(ICN). Dalam ranah tersebut, salah satu elemen kompetensi yang harus
dimiliki perawat adalah melakukan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi perawat, bertanggung jawab
dalam menetapkan sistem dan pedoman guna memelihara dan meningkatkan
profesionalisme anggotanya agar tetap akontabel dan terjaga standar
kinerjanya guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya, dan
kesehatan pada umumnya. Salah satu bentuk wujud tanggung jawab PPNI
terhadap anggotanya berupa menetapkan Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Perawat Indonesia.

1.2. Tujuan Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi


Perawat

1.2.1. Tujuan umum


Tersedianya panduan untuk pelaksanaan proses kredensial
serta Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi perawat
Indonesia.
1.2.2. Tujuan khusus :
1.2.2.1. pelaksanaan proses kredensial bagi perawat.
1.2.2.2. penyusunan rencana pengembangan keprofesian bagi
perawat.
1.2.2.3. pemberian Satuan Kredit Profesi (SKP) bagi perawat yang
telah berupaya mengembangkan dirinya.
BAB 2
SISTEM KREDENSIAL PERAWAT

2.1. Pengertian dan Tujuan :


Kredensial merupakan proses untuk menjamin kualitas dan
melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa individu, program,
institusi atau jasa yang diberikan memenuhi standar. Proses kredensial
dilaksanakan oleh badan regulator independen yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang.
Tujuan utama kredensialing adalah untuk melindungi masyarakat
dengan memastikan tingkat kompetensi professional untuk menjamin
kepedulian terhadap hak-hak pasien / klien.

2.2. Cakupan sistem kredential


Proses kredensial mencakup : Regiatrasi, Sertifikasi, Lisensi, dan
Akreditasi. Di Indonesia, saat ini kredensial diatur dalam beberapa
kebijakan pemerintah, yang perlu ditindak lanjuti dengan kebijakan
organisasi profesi, dalam hal ini PPNI.

2.3. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya ( Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1796/MENKES/SK/VIII/2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan )
Menurut Permenkes Nomor 1796 tahun 2011 tersebut, setiap orang
yang bekerja sebagai perawat di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR). STR ini merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah, dalam hal ini Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Untuk
memperoleh STR, perawat harus memiliki ijazah dan sertifikat
kompetensi, Ijazah dikeluarkan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan sertifikat
kompetensi dikeluarkan oleh MTKI setelah yang bersangkutan lulus uji
kompetensi.
Uji kompetensi dilakukan oleh MTKI melalui MTKP di Perguruan Tinggi
bidang kesehatan yang telah terakreditasi dari badan yang berwenang,
bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir.
MTKP dibentuk dan diangkat oleh MTKI dengan pertimbangan Kepala
Badan pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan.
Program Studi Keperawatan yang akan meluluskan, bersama Perguruan
Tingginya mengajukan permohonan uji kompetensi kepada MTKI melalui
Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) sekurang-kurangnya 2 (dua)
bulan sebelum dilakukan uji kompetensi.
Sertifikat kompetensi diberikan pertama kali sesuai tanggal kelahiran
perawat yang bersangkutan. Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun. Sertifikat kompetensi
yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi
perawat dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan, serta kegiatan
ilmiah lainnya sesuai Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Bagi Perawat (PKB PERAWAT INDONESIA). Partisipasi perawat dalam
PKB PERAWAT INDONESIA dinyatakan dalam perolehan Satuan
Kredit Profesi.
Sesuai Permenkes 1796 th 2011, untuk dapat memperpanjang sertifikat
kompetensi dalam rangka registrasi, setiap perawat wajib mengumpulkan
minimal 25 SKP selama 5 tahun. Mekanisme dan kebijakan PPNI dalam
memberikan rekomendasi guna perpanjangan Sertifikat kompetensi dalam
rangka Re-Registrasi, sebagai berikut:
a) Rekomendasi diberikan kepada anggota PPNI yang memiliki
Nomor Induk Registrasi Anggota (NIRA) PPNI yang dikeluarkan
oleh PPNI Pusat sesuai hasil Munas 2010 dan terdaftar sejak
2012. Untuk perawat lulusan setelah tahun 2012, keanggotaan
dihitung sejak tahun kelulusan.
b) Surat Rekomendasi diberikan oleh PPNI Propinsi berdasarkan
pendelegasian dari PPNI Pusat dengan memperhatikan status
keanggotaan dan terpenuhinya 25 SKP sesuai ketentuan PPNI
c) SKP yang diakui adalah SKP PPNI yang dikeluarkan sejak th
2011
d) Setiap tahun pada bulan kelahiran yang bersangkutan, setiap
perawat mengisi laporan evaluasi diri dan melampirkan bukti-
bukti sesuai kebijakan PPNI yang tertuang dalam pedoman
terlampir (form D)
e) Laporan evaluasi diri dan bukti-bukti pendukung dikirimkan ke
sekretariat PPNI Propinsi untuk diverifikasi oleh evaluator PKB
Perawat Indonesia yang ditetapkan melalui SK PPNI pusat.
f) Setelah diverifikasi, evaluator PKB PPNI Propinsi memasukkan
data hasil evaluasi diri anggotanya (Perolehan SKP setahun) ke
Sistim Informasi Manajemen Keanggotaan (SIM-K) PPNI. Jika
perolehan SKP kurang dari 5, maka evaluator PPNI Propinsi
memberikan umpan balik pertama kepada yang bersangkutan
melalui PPNI Kabupaten / kota untuk mendapatkan
pembinaan/pengarahan. Pada akhir 3 tahun pertama PPNI
Kab/Kota harus memberikan umpan balik kedua kepada
anggotanya/PPNI Komisariat apabila perolehan SKP kurang dari
15, dan membantu mencarikan solusi agar pada tahun ke lima,
dapat tercapai 25 SKP.
g) Setiap akhir lima tahun, evaluator PKB PPNI Propinsi melakukan
verifikasi data evaluasi diri dan menyerahkan hasil verifikasi ke
Pengurus PPNI Propinsi untuk dimasukkan ke SIM-K.
h) Pengurus PPNI Propinsi, atas nama PPNI Pusat memberikan
rekomendasi untuk diteruskan ke MTKP guna memperpanjang
Sertifikat Kompetensi.
i) Pengurus PPNI Propinsi setiap bulan Juni dan Desember membuat
rekapitulasi rekomendasi perpanjangan Sertifikat kompetensi yang
telah dikeluarkan, untuk dilaporkan ke PPNI Pusat
Sertifikat kompetensi dan STR tidak berlaku apabila:
1) masa berlaku habis;
2) dicabut atas dasar peraturan perundang-undangan;
3) atas permintaan yang bersangkutan; atau
4) yang bersangkutan meninggal dunia.
Pada masa transisi, perawat yang telah memiliki Surat Ijin Perawat
(SIP) dan/atau Surat Izin Kerja (SIK) serta Surat Izin Praktik Perawat
(SIPP) berdasarkan peraturan perundang- undangan yang ada dinyatakan
telah memiliki STR sampai dengan masa berlakunya berakhir. Bagi
perawat yang memiliki SIP dengan masa berlaku berakhir paling lama 5
(lima) tahun setelah berlakunya kebijakan ini, kepadanya dapat diberikan
perpanjangan STR sesuai kebijakan PMK 1796 th 2011 Bagi perawat
yang belum memiliki SIP/STR dan/atau surat izin kerja/surat izin praktik,
yang telah lulus ujian program pendidikan sebelum Tahun 2012,
kepadanya diberikan STR berdasarkan Peraturan Menteri ini. Permohonan
STR dilakukan secara kolektif melalui Pengurus Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) tingkat Propinsi.
2.4. Sertifikasi :
Sertifikasi merupakan suatu proses pengakuan kompetensi profesional
seseorang, yang ditandai dengan pemberian sertifikat .
Keperawatan sebagai profesi dituntut menjamin kualitas pelayanannya,
serta menjamin bahwa setiap anggotanya mempunyai kompetensi yang
senantiasa dipelihara dan ditingkatkan. Peningkatan kompetensi
merupakan kewajiban setiap perawat untuk melakukannya. PPNI sebagai
organisasi profesi memfasilitasi anggotanya melalui kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Perawat Indonesia.
Secara umum tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi
Perawat adalah meningkatkan kompetensi profesional setiap perawat
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi di bidang
kesehatan khususnya keperawatan, deng memperhatikan kebutuhan
masyarakat, sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
Selanjutnya, pedoman PKB Perawat Indonesia ini diuraikan pada Bab III.
1. Lisensi
Lisensi adalah ijin legal yang diberikan oleh pemerintah kepada
individu untuk dapat melakukan praktik profesinya. Di Indonesia,
lisensi untuk perawat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No
HK.02.021 MENKES /148/1 /2010 Tentang : Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan Perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.
Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP
adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan
praktik keperawatan secara perorangan dan atau berkelompok, Setiap
Perawat yang menjalankan praktik mandiri, wajib memiliki SIPP.
Perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal
Diploma III Keperawatan SIPP dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota, dan berlaku selama STR masih berlaku.
Untuk memperoleh SIPP, perawat harus mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dengan melampirkan:
a. Fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisir
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat
Izin Praktik
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
2. Rekomendasi dari PPNI
Permohonan rekomendasi untuk memperoleh SIPP dengan
menggunakan form A (terlampir) Pengurus PPNI Kabupaten / Kota
setelah menilai kelayakan melaksanakan praktik mandiri, memberikan
rekomendasi permohonan SIPPdengan form B (terlampir)
Rekomendasi dibuat rangkap 3 (tiga), untuk pemohon, untuk propinsi
(sebagai laporan) dan pertinggal. Pengurus PPNI Propinsi setiap bulan
Juni dan Desember membuat rekapitulasi rekomendasi permohonan
SIPP yang dikeluarkan di wilayah propinsinya, dan dilaporkan ke
Pengurus Pusat PPNI.
3. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan terhadap suatu lembaga dan
program pelatihan keperawatan yang menunjukkan bahwa lembaga
atau program pelatihan tersebut telah memenuhi standar yang
ditetapkan oleh PPNI.
Akreditasi lembaga pelatihan:
Setiap lembaga pelatihan keperawatan diharapkan memenuhi kriteria
standar penyelenggara pelatihan keperawatan yang meliputi :
Standar 1. Organisasi dan Administrasi
Standar 2: Sumber Daya Manusia
Standar 3: Peserta pelatihan
Standar 4: Rancangan Program Pendidikan
Standar 5: Sumber Materi/bahan dan Fasilitas
Standar 6: Catatan dan Laporan
Standar 7: Evaluasi
4. Akreditasi program pelatihan
Akreditasi program pelatihan dilakukan dengan mengevaluasi
kurikulum dan Garis Besar Program Pelatihan (GBPP) / Rancang
Bangun Program Pelatihan (RBPP).
BAB 3
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
PERAWAT INDONESIA

A. Pengertian
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Perawat adalah proses
pengembangan keprofesian yang meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam kapasitasnya sebagai perawat praktisi, guna
mempertahankan dan meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang
perawat sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Kegiatan dapat berupa
pengalaman memberikan asuhan keperawatan, mengikuti pendidikan/
pelatihan, menulis artikel, melakukan penelitian ataupun publikasi karya
ilmiah. Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi perawat ini sesuai UU
no 36 th. 2009 tentang Kesehatan pasal 27 yang menyatakan : Tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
B. Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Perawat
Indonesia
Secara umum tujuan PKB perawat Indonesia adalah meningkatkan
kompetensi profesional setiap perawat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekonologi di bidang kesehatan khususnya keperawatan,
dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan.
Tujuan khusus pendidikan keprofesian berkelanjutan bagi perawat adalah:
a. Memelihara dan meningkatkan kemampuan profesional perawat sesuai
standar kompetensi nasional dan global
b. Terjaminnya mutu pelayanan keperawatan melalui upaya pengembangan
kompetensi profesional secara terus menerus.
C. Bentuk PKB Perawat Indonesia
Kegiatan PKB perawat Indonesia mencakup beberapa bentuk:
1. Kegiatan praktik profesional : memberikan pelayanan keperawatan, baik
berupa praktek di institusi pelayanan kesehatan maupun praktek mandiri
diluar institusi, serta membimbing praktek mahasiswa di klinik maupun di
masyarakat
2. Pendidikan berkelanjutan : mengikuti temu ilmiah,seminar, workshop,
pelatihan.
3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan: Meneliti, Publikasi hasil Penelitian di
jurnal, Menulis artikel di jurnal, Menulis buku dipublikasikan.
4. Pengabdian masyarakat: Berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat
melalui bentuk- bentuk kegiatan sosial, memberikan penyuluhan,
penanggulangan bencana, terlibat aktif dalam pengembangan profesi,
anggota pokja kegiatan keprofesian.

D. Prinsip PKB Perawat Indonesia


Prinsip PKB perawat Indonesia adalah:
1. Setiap perawat harus mempunyai rencana pengembangan dirinya sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu keprofesiannya. Rencana pengembangan
diri dilakukan dengan mengisi form C (terlampir)
2. PKB Perawat merupakan kegiatan mandiri dengan ciri "self directed” dan
"practice based”
3. PKB perawat merupakan syarat untuk mendapatkan rekomendasi dari
PPNI dalam rangka perpanjangan sertifikat guna registrasi ulang (STR)
atau lisensi (SIPP)
4. PKB perawat harus didasarkan pada motivasi dasar :
a. Keinginan memberikan pelayanan terbaik bagi klien
b. Memenuhi Kewajiban sesuai standar profesi
c. Mencegah kejenuhan, dan mendapatkan kepuasan diri dengan
berkembangnya kemampuan sesuai dengan jenjang karier profesi.
E. Ketentuan Umum
Ketentuan umum PKB perawat Indonesia adalah:
1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan syarat untuk
mendapatkan rekomendasi PPNI dalam rangka registrasi ulang, lisensi,
2. Bukti seseorang melakukan kegiatan Pengembangan Keprofesian bagi
Perawat dinyatakan dalam bentuk Satuan Kredit Profesi (SKP) oleh
organisasi profesi
3. Kredit prasyarat yang diperlukan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan,
yaitu sekurang kurangnya 25 SKP dalam 5 tahun, terdiri dari :
a. Kegiatan praktik profesional 10-20 %
b. Pendidikan berkelanjutan 40 - 80 %
c. Pengembangan Ilmu Pengetahuan0-20 %
d. Pengabdian masyarakat 0 - 20 %
BAB 4
SATUAN KREDIT PROFESI

Berdasarkan Permenkes 1796 th 2011, untuk perpanjangan STR, setiap perawat


harus memiliki 25 SKP (100%). Rincian perhitungan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan praktik professional : 10 - 20 % ( 2 , 5 - 5 SKP / 5 tahun)

a) Pengalaman kerja mengelola pasien secara langsung selama 1 tahun =


1 SKP Dibuktikan dengan : Surat Keterangan atasan yang berwenang
bahwa yang bersangkutan masih aktif sebagai perawat yang
memberikan pelayanan langsung ke pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan
b) Pengalaman sebagai dosen pembimbing klinik : 1 tahun = 0,5 SKP
(Rasional : pembimbing dari institusi pendidikan tidak melakukan
total patient care Dibuktikan dengan surat keterangan sebagai
pembimbing klinik dari pimpinan institusi pelayanan tempat
bimbingan klinik dilakukan
c) Pengalaman sebagai pengelola pelayanan keperawatan: 1
tahun = 0,5 SKP (Rasional: pengelola tidak melakukan asuhan
keperawatan langsung) Dibuktikan dengan : SK atasan yang
berwenang bahwa yang bersangkutan masih aktif sebagai pengelola
pelayanan keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan terkait.
2. Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan perlu dicapai sebesar 40-80 % atau diihargai 10-20
SKP dalam 5 th.
a. Satuan Kredit Profesi dalam kegiatan pendidikan berkrelanjutan
ditentukan berdasarkan:
a) materi dalam kegiatan tersebut (harus ada materi keperawatan)
b) penyaji materi/narasumber (minimal 50 % narasumber / fasilitator
adalah perawat yang memiliki kepakaran di bidang yang
diampunya
c) tingkat kegiatan dapat bersifat lokal/nasional/internasional
d) jumlah jam efektif yang digunakan selama kegiatan peran
kepesertaan dapat berperan sebagai peserta/moderator/nara
sumber/fasilitator dan panitia.
b. Kriteria lingkup Lokal, Nasional dan internasional Kegiatan dihargai
pada tingkat Lokal apabila:
a) .Peserta berasal dari 1 (satu) atau 2 (dua) propinsi
b) .Kegiatan membahas isu kesehatan dan atau keperawatan
yang terjadi di propinsi terkait, dan hubungannya dengan masalah
nasional. Untuk lingkup lokal, SKP dapat diberikan oleh PPNI
Propinsi maupun PPNI Pusat.
Kegiatan dihargai pada tingkat Nasional, apabila:
a) Peserta berasal dari lebih dari (dua) propinsi
b) Kegiatan mengangkat masalah kesehatan dan atau keperawatan di
beberapa propinsi atau masalah nasional
c) Pembicara diakui oleh PPNI kompeten sesuai bidangnya ( sesuai
ketentuan terlampir)
d) Bila kegiatan merupakan pelatihan yang menyangkut standar
kompetensi yang bersifat nasional.
Untuk lingkup nasional, SKP diberikan oleh PPNI Pusat
Internasional :
a) Bila seminar / temu ilmiah mengangkat masalah yang ada
b) keterkaitan dengan masalah / isue internasional atau Pelatihan
c) mengikuti standar internasional
d) Ada pembicara yang merupakan pakar dari negara lain
e) Bahasa pengantar : disamping bahasa Indonesia, juga bahasa asing
lainnya.
f) Pelatihan diikuti di luar negeri.
Untuk lingkup internasional, SKP diberikan oleh PPNI Pusat
e) Ketentuan pemberian Satuan Kredit Profesi
1) Satuan Kredit Profesi untuk Peserta

Jumlah Jam SKP Deserta

Lokal / Nasional Internasional

< 10 jam 1 2
>10 - 30 jam 2 3
> 30-60 3 4
> 60-90 4 5
> 90- 120 5 6
> 120- 150 6 7
> 150-210 7 8
> 210-270 8 9
>270 - 330 9 10
> 330 - 390 10 11
> 390 - 450 11 12
> 450 12 13

Peran kepesertaan lain Nasional Internasional


1) Nara sumber / 3 SKP 5 SKP
Instruktur
2) Moderator 2 SKP 3 SKP
3) Panitia / fasilitator 2 SKP 3 SKP
Catatan : Dalam komponen ini, maksimal 5 SKP dimungkinkan diperoleh
dari SKP yang diberikan oleh PPNI Propinsi
3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan : 0 - 20 % ( 0-5 SKP )

Kegiatan Peran SKP


a) Meneliti 1) Peneliti utama 3 SKP / penelitian 1
2) Anggota SKP / penelitian
b) Publikasi hasil penelitian: - Penulis utama 1 SKP 0,5 SKP
- Jurnal Nasional - Penulis anggota

- Jurnal Internasional - Penulis utama 2 SKP 1 SKP


- Penulis anggota
c) Menulis artikel di Jurnal - - Penulis utama 1 SKP 0,5 SKP
Jurnal Nasional - Penulis anggota

- Jurnal Internasional - Penulis utama 2 SKP

- Penulis anggota 1 SKP

4. Pengabdian masyarakat (0 - 20 %)
a. Berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat melalui bentuk-bentuk
kegiatan sosial, penanggulangan bencana, anggota pokja kegiatan
keprofesian.
1) Ketua = 1 SKP per kegiatan
2) Anggota = 0.5 SKP per kegiatan Dibuktikan dengan :
a) Surat Keputusan atau Surat tugas dari atasan yang berwenang
b) Laporan kegiatan yang disahkan oleh penanggung jawab kegiatan
c) Menjadi pengurus aktif di PPNI : Pengurus harian : 1 SKP / th
Pengurus Pleno : 0,5 SKP / th
Apabila ada Kelebihan SKP dari satu periode (5 tahun), tidak dapat
ditabung untuk periode berikutnya.
BAB 5
PROGRAM PELATIHAN

A. Penyelengaraan Pelatihan, Workshop, Seminar :


Penilaian kelayakan penyelenggaraan
1. Paling lambat satu bulan sebelum kegiatan dimulai, penyelenggara
mengajukan proposal kepada PPNI Pusat untuk seminar, workshop
tingkat nasional dan internasional serta pelatihan serta kepada PPNI
Propinsi untuk seminar dan work shop tingkat lokal / propinsi.
2. Proposal dikirim dengan melampirkan:
a. Kurikulum pelatihan
b. Daftar Riwayat Hidup pembicara dan atau fasilitator
3. PPNI bersama ikatan / himpunan akan mengkaji proposal dan menilai
kelayakan penyelenggaraan. Untu proposal yang masuk ke PPNI
propinsi, apabila Ikatan / Himpunan belum terbentuk di propinsi tsb,
maka proposal dikaji oleh tim penilai yang terdiri dari minimal 3 orang
perawat yang memiliki kepakaran dalam bidang terkait.
4. Dalam waktu paling lambat satu minggu setelah proposal diterima,
PPNI harus sudah memberikan jawaban atas permohonan tersebut.
5. Selambat-lambatnya 1 minggu sebelum kegiatan, penyelenggara harus
sudah mengirimkan daftar nama peserta, berikut Nomor Induk
Registrasi Anggota (NIRA) PPNI sebagai persyaratan untuk
diprosesnya SKP
6. Bagi peserta yang on site (mendaftar di hari H), dalam waktu 3 hari,
penyelenggara harus sudah melaporkan ke PPNI, untuk dimasukkan ke
dalam on line system
7. Untuk SKP yang diberikan oleh propinsi, maka dalam waktu paling
lambat 5 hari setelah kegiatan selesai, pengurus propinsi harus
melaporkan kegiatan dan daftar peserta ke PPNI Pusat.Rekomendasi
dan mekanismenya
B. Pembiayaan

No Jumlah Jam Biaya (dalam ribuan)

Nasional Internasional
1 <10 jam 750 1.500
2 >10-30 1.250 1.750
3 > 30-60 1.750 2.500
4 > 60-90 2.500 3.000
5 > 90-120 2.750 4.000
6 > 120-150 3.250 5.000
7 > 150-210 4.000 6.000
8 > 210-270 5.000 7.000
9 >270 - 330 5.750 8.000
10 > 330 - 390 6.500 9.000
11 > 390 - 450 7.250 10.000
12 > 450 8.000 15.000

Institutional fee penyelenggaraan:


1. Pelatihan oleh badan kelengkapan diatur dalam aturan organisasi,
2. Institusi di luar PPNI yang bekerjasama dengan PPNI :
3. Seminar/ workshop/Pelatihan : sesuai MOU yang disepakati
C. Pelaporan Perolehan SKP
a. Individu perawat membuat laporan evaluasi diri pelaksanaan kegiatan
PKB PERAWAT INDONESIA sesuai dengan yang diikutinya, dengan
menggunakan form D (terlampir), mencakup
1) Kegiatan praktik profesional
2) Pendidikan berkelanjutan
3) Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
4) Pengabdian masyarakat
b. Proses pelaporan selanjutnya lihat pada penjelasan tentang Registrasi.
c. Batasan nilai kredit minimal 5 SKP/ tahun
Program kegiatan PKB PERAWAT INDONESIA dapat diselenggarakan
baik oleh PPNI, ikatan / himpunan perawat yang sudah disahkan oleh PP
PPNI maupun lembaga lain di luar PPNI yang telah mendapat pengesahan/
akreditasi dari Pengurus Pusat PPNI. Para perawat dapat memilih kegiatan
yang sesuai dengan bidang pekerjaannya dengan catatan bahwa minimal 80
% dari total SKP yang dipersyaratkan harus diperoleh dari program PKB
PERAWAT INDONESIA yang diselenggarakan / diakui oleh PPNI PP
PPNI
BAB 5
TATA LAKSANA KREDENSIAL

5.1 Proses pengumpulan kredensial staf keperawatan


Proses kredensial staf perawatan mencakup Daftar Riwayat Hidup, Ijazah,
Surat Izin dan Sertfikasi. Staf keperawatan akan dilakukan kredensial
sebelum pengangkatan. Berkas kredensial staf keperawatan akan dipelihara
dan dimasukkan dalam setiap data file perawat.
5.1.1 Pengumpulan data riwayat hidup yang mencakup :
1. Nama lengkap
2. Tempat tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. Al;amat
5. Riwayat pendidikan
a. Nama pendidikan
b. Tahun lulus
c. Nomor Ijazah
6. Riawayat pekerjaan
a. Nama tempat bekerja
b. Jabatan dalam pekerjaan
c. Tahun bekerja (terhitung mulai tahun bekerja sampai
selesai tahun bekerja)
5.2.1 Pengumpulan ijazah :
1. Ijazah sekolah dasar dengan mengumpulkan foto copy dan
diverifikasi dengan ijazah asli
2. Ijazah sekolah lanjutan pertama dengan mengumpulkan foto copy
dan diverifikasi dengan ijazah asli
3. Ijazah sekolah menengah umum dengan mengumpulkan foto
copy dan diverifikasi dengan ijazah asli
4. Ijazah Diploma/ S1/ S2/ S3 / dengan mengumpulkan foto copy
dan diverifikasi dengan ijazah asli
5.3.1 Pengumpulkan sertifikasi pelatihan (pelatihan, workshop,
seminar dll)
1. Mengumpulkan foto copy sertifikat pelatihan, workshop, seminar
2. Verifikasi sertifikat meliputi :
a. Foto copy sertifikat diverifikasi dengan sertifikat asli
b. Sertifikat pelatihan/ workshop dilegalisasi oleh organisasi
penyelenggara resmi
c. Sertifikat seminar dilegalisasi oleh organisasi PPNI
5.4.1 Pengumpulkan Izin menacakup
1. Foto copy SIP/ SIB dari P2T
2. Foto copy SIK dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
3. Verifikasi foto copy SIP/ SIB dan SIK dengan menunjukkan SIP
dan SIK asli
5.5.1 Pengesahan Kredensial
1. Pengumpulan foto copy berkas staf keperawatan meliputi ijazah,
SIP, SIK, dan sertifikat pelatihan/ seminar
2. Pengumpulan berkas foto copy ijazah, SIP, SIK, dan sertifikat
diverifikasi dengan berkas asli
3. Berkas yang lengkap dan telah sesuai dengan aslinya disahkan
dengan tanda dokumen terkendali
4. Komite keperawatan mengajukan surat kepada bagian SDM untuk
mengirim surat verifikasi kepada instansi pendidikan sesuai
dengan ijazah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas atau
jabatan
5. Bagian SDM memberikan hasil verifikasi staf keperawatan yang
telah diverifikasi dari instansi pendidikan yang bersangkutan
6. Komite keperawatan membuat rekomendasi kepada kepala UPT
untuk pengesahan kredensial perawat
5.2 Proses Kredensial Staf Keperawatan Bukan Pegawai Rumah Sakit
Proses kredensial staf perawatan yang bukan pegawai rumah sakit
mencakup Daftar Riwayat Hidup, Ijazah, Surat Izin dan Sertfikasi. Staf
keperawatan akan dilakukan kredensial sebelum melakukan pekerjaan /;
pelayanan dirumah sakit.
5.2.1 Pengumpulan data riwayat hidup yang mencakup :
1. Nama lengkap
2. Tempat tanggal lahir
3. Jenis kelamin
4. Al;amat
5. Riwayat pendidikan
a. Nama pendidikan
b. Tahun lulus
c. Nomor Ijazah
6. Riawayat pekerjaan
a. Nama tempat bekerja
b. Jabatan dalam pekerjaan
c. Tahun bekerja (terhitung mulai tahun bekerja sampai
selesai tahun bekerja)
5.6.1 Pengumpulan ijazah :
5. Ijazah sekolah dasar dengan mengumpulkan foto copy dan
diverifikasi dengan ijazah asli
6. Ijazah sekolah lanjutan pertama dengan mengumpulkan foto copy
dan diverifikasi dengan ijazah asli
7. Ijazah sekolah menengah umum dengan mengumpulkan foto
copy dan diverifikasi dengan ijazah asli
8. Ijazah Diploma/ S1/ S2/ S3 / dengan mengumpulkan foto copy
dan diverifikasi dengan ijazah asli
5.7.1 Pengumpulkan sertifikasi pelatihan (pelatihan, workshop,
seminar dll)
3. Mengumpulkan foto copy sertifikat pelatihan, workshop, seminar
4. Verifikasi sertifikat meliputi :
d. Foto copy sertifikat diverifikasi dengan sertifikat asli
e. Sertifikat pelatihan/ workshop dilegalisasi oleh organisasi
penyelenggara resmi
f. Sertifikat seminar dilegalisasi oleh organisasi PPNI
5.8.1 Pengumpulkan Izin menacakup
1. Foto copy SIP/ SIB dari P2T
2. Foto copy SIK dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
3. Verifikasi foto copy SIP/ SIB dan SIK dengan menunjukkan SIP
dan SIK asli
5.9.1 Pengesahan Kredensial
1. Pengumpulan foto copy berkas staf keperawatan meliputi ijazah,
SIP, SIK, dan sertifikat pelatihan/ seminar
2. Pengumpulan berkas foto copy ijazah, SIP, SIK, dan sertifikat
diverifikasi dengan berkas asli
3. Berkas yang lengkap dan telah sesuai dengan aslinya disahkan
dengan tanda dokumen terkendali
4. Komite keperawatan menghubungi langsung via telpon atau email
atau datang langsung
5. Komite keperawatan merekomendasikan kepada kepala UPT untuk
memberikan surat penugasan kepada staf keperawatan.
BAB 6
TATA LAKSANA PENUGASAN

6.1 Kewenangan Klinis


6.1.1 Proses Kewenangan Klinis
Proses utama kredensial ditujukan untuk mengendalikan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan yang terinci bagi setiap perawat/
bidan yang bertumpu pada 3 tahap
1. Tahap 1 :
Praktisi perawat melakukan permohonan untuk memperoleh
kewenangan klinis dengan metode self assesment
1. Tenaga perawat/ Bidan mengajukan permohonan kepada Kepala
UPT Rumah Sakit Sumberglagah untuk melakukan tindakan
keperawatan
2. Tenaga Perawat/ Bidan mengisi daftar tindakan keperawatan
yang ingin dilakukanya sesuai dengan bidang keahlianya
3. Tenaga Perawat/ Bidan memilih tindakan keperawatan yang
tertera dalam formulir daftar tindakan keperawatan dengan cara
mencontreng
4. Tenaga Perewat/ Bidan melampirkan Surat Keterangan Sehat
yang dikeluarkan oleh Dokter
5. Berkas tenaga Perawat dikirim ke Komite Keperawatan untuk
ditindak lanjuti
2. Tahap 2
Mitra bestari mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan
keperawatan yang diajukan oleh pemohon
1. Komite Keperawatan menugaskan Sub Komite Kredensial
untum memproses berkas Perawat/ Bidan yang mengajukan
permohonan
2. Sub Komite Kredensial menyiapkan mitra bestari yng berjumlah
4 orang
3. Mitra Bestari mengkaji setiap tindakan yang diajukan oleh
pemohon
4. Mitra Bestari melakukan pengkajian melakukan pengkajian
secara obyektif setiap tindakan keperawatan sesuai yang
diajukan oleh pemohon
5. Mitra Bestari dapat dapat merekomendasikan atau menolak
permohonan tindakan keperawatan yang diajukan
3. Tahap 3
Kepala Rumah Sakit menerbitkan siraut penugasan berdasarkan
rekomendasi dari mitra bestariyang berlaku untuk periode tertentu
1. Kepala UPT menerbitkan Surat Penugasan Klinis kepada tenaga
keparawatan berdasarkan rekomendasi Mitra Bestari
2. Kepala UPT dapat meminta Komite Keperawatan untuk
mengkaji ulang rekomendasi bersama pihak manajemen Rumah
Sakit bila dianggap perlu
3. Kepala UPT mengeluarkan Surat Penugasan Klinis yang
memuat daftar sejumlah kewenangan Klinis untuk melakukan
tindakan Keperawatanbagi perawat/Bidan pemohon dan masa
berlakunya

6.2.1 Penambahan Kewenangan Klinis


Daftar kewenangan klinis seorang perawat dapat dimodifikasikan setiap
saat dengan mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak
dimiliki sebelumnya karena peningkatan kemampuan tenaga Perawat/
Bidan atau penambahan sertifikasi keahlian tertentu . Proses penambahan
kewenangan klinis Perawat/ Bidan adalah :
1. Tenaga Perawat/ Bidan mengajukan permohonan kepada Kepla
UPT
2. Komite Keperawatan melakukan melakukan proses kredensial
khusus untuk tindkan khusus yang diajukan
3. Komite Keperawatan memberikan rekomendasi kepada Kepala
UPT
4. Kepala UPT menerbitkan penambahan kewenangan klinis yang
diajukan.
6.3.1 Berakhirnya Kewenangan Klinis
Surat Penugasan Klinis untuk setiap tenaga Perawat/ Bidan berakhir
bila :
1. Masa berlaku habis
2. Terganngu kesehatanya baik fisik maupun mental
3. Dicabut karena ketidakmampuan
4. Dikurangi untuk sementara atau seterusnya karena
ketidakmampuan
Pencabutan atau pengurangan kewenangan klinis Perawat atau Bidan
dapat dilakukan oleh Kepala UPT sebagai berikut :
1. Komite Keperawatan menilai kinerja dan kompetensi Perawat/
Bidan
2. Komite Keperawatan mengajukan usulan kepada Kepala UPT.
3. Kepala UPT menerbitkan Surat Pengurangan atau pencabutan
kewenangan klinis Perawat/ Bidan
4. Kepala UPT memberikan Surat kepada Sub Komite peningkatan
mutu profesi Komite Keperawatan untuk melakukan pembinaan.

6.2 Penugasan Klinis


Penugasan klinis adalah surat yang diterbitkan oleh Rumah Sakit kepada
seseorang Perawat/ Bidan untuk melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang ditetapkan. Penugasan klinis
diberikan kepada Perawat atau Bidan sebelum melaksanakan tugas atau
jabatan di Rumah Sakit. Proses pemberian penugasan klinis adalah sbb:
1. Komite Keperawatan melakukan kredensial
2. Komite Keperawatan mengusulkan kepeda Kepala UPT unutuk
memberikan Surat Penugasan Klinis kepada Perawat atau Bidan
3. Surat Penugasan Klinis diuraikan dengan Rincian Kewenangan Klinis
4. Perawat atau Bidan menerima Surat Penugasan Klinis
5. Komite Kperawatan menerima tembusan Surat Penugasan Klinis
Perawat atau Bidan
6. Bagian Kepegawaaian melakukan Arsp Surat Penugasan Klinis yang
telah diterima perawat atai Bidan dalam berkas pegawai masing-masing

Anda mungkin juga menyukai