Anda di halaman 1dari 21

SURAT PERJANJIAN

NO. 0007/SP3H/MKM/TPJ-KCDP/II/2019

TENTANG PEKERJAAN PEMBANGUNAN PURI KAYON VILLA HOTEL


antara
PT. GARUDA MAJAKARA SEMESTA
dengan
PT. TIGA PILAR JAYA - PT. KALIWANGI CHASASI DHARMA PUTRA (KSO).

SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya selanjutnya disebut dengan Kontrak Kerja
Pembangunan ……. dibuat dan ditandatangani di ………… Pada hari ini ………., Tanggal … (………) Bulan
………. Tahun 2019 (Dua Ribu Sembilan Belas), yang bertanda tangan dibawah ini antara :

1. Nama :
NIK :
Jabatan : President Director PT. …………………………………
Alamat : Jl. ……………………………….

Berdasarkan Akte Notaris Pendirian Perusahaan No. …… Tanggal ……, ………….., ……… yang dikeluarkan
oleh Notaris ……………………………, SH. Di Yogyakarta dan akte perubahannya no. …. tanggal …., ….., ……..
dikeluarkan oleh Notaris …………………….. , SH dan perubahan no. …. tanggal ……, ….., ……. dikeluarkan
oleh Notaris ……………………, SH. Untuk selanjutnya disebut Pihak Pertamasebagai Applicant.

1. Nama : Eko Purwanto


NIK : 3175041707690008
Jabatan : President Director PT. TIGA PILAR JAYA (TPJ)
Alamat : Gedung Rabithah Alawiyah lt.3 Jl. TB Simatupang no.7A, Tanjung Barat,
Jakarta Selatan.

Berdasarkan Akte Notaris Pendirian PerusahaanNo. 01 Tanggal 2 Desember 2010 yang dikeluarkan oleh
NotarisNy. Sumardilah Oriana Roosdilan, SH. Di Jakarta dan Akte Perubahannya No. 2 tanggal 12
Maret 2018 yang dikeluarkan oleh Notaris Bagus Nugraha Kusuma Wardhana,SH.

dan

2. Nama : Moh. Gamal Sugiarto


NIK : 3275080108650028
Jabatan : Direktur Utama PT. KALIWANGI CHASASI DHARMA PUTRA (KCDP)
Alamat : Jl. Casablanca No.19 Jakarta Selatan- 12870.

Berdasarkan Akte Notaris Pendirian Perusahaan No. 187 Tanggal 27 Oktober 1999 yang dikeluarkan oleh
Notaris Drs. Atrino Leswara, SH. Di Jakarta Pusat dan Akte Perubahannya akte No. 16 Tanggal 30 Juni
2014 yang dikeluarkan oleh Notaris Ny Hj Nurmiati, SH.Untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Kerjasama Operasi (KSO) sebagai Beneficiary.

1
Dalam kerjasama ini, PIHAK PERTAMA sebagai APPLICANT dan PIHAK KEDUA sebagai BENEFICIARY
secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut "PARA PIHAK". Berdasarkan itikad baik dan kemauan
bebas PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa PIHAK PERTAMA sebagai Applicant adalah Pemilik yang akan membiayai penyelesaian
pembangunan Villatel yang beralamat di Jl. …………. no. ….., Kel. …………., Kec. ……... Kota ……….

• Bahwa PIHAK KEDUA sebagai Beneficiary adalah perusahaan Kerjasama Operasi (KSO) PT. TPJ dan
PT. KCDP adalah perusahaan jasa konstruksi profesional yang bergerak di bidang jasa dan
pengawasan konstruksi Struktur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing dan Finishing.

• Bahwa PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut di atas menunjuk PIHAK KEDUA dan
PIHAK KEDUA menerima dan menyanggupi penunjukan tersebut untuk melaksanakan "Pemborongan
Paket Pekerjaan Konstruksi, Struktur, Mekanikal, Elektrikal Plumbing Dan Finishing" (untuk
selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut "PEKERJAAN"),

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka PARA PIHAK dengan ini setuju dan sepakat secara hokum untuk
saling mengikatkan hak dan kewajiban masing-masing yang akan dituangkan dalam "Perjanjian
Kerjasama Pemborongan Paket Pekerjaan Pembangunan Villatel Mutiara (untuk selanjutnya disebut
"PERJANJIAN"), yang terletak atau berlokasi di Jl. ……………….. no. …, Kel. ………………, Kec. …………….. Kota
………….., dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat di bawah Ini :

PASAL 1
DEFINISI, ISTILAH DAN PENGERTIAN

Bahwa seluruh defisini, istilah dan pengertian dalam perjanjian ini diartikan secara Iuas untuk
mempermudah PARA PIHAK dapat memahami seluruh persyaratan administrasi, kecuali ditentukan lain.
Sehingga kesemuanya harus diartikan sebagai berikut :

1. a. Peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia (PUBI) tahun 1982;


b. Peraturan umum untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan (PUBB) pada penyelenggaraan
bangunan di Indonesia tahu 1956 dan 1983;
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1972 (NI.2);
d. Peraturan Umum Instalsi Listrik di Indonesia (PUIL) NI.6;
e. Peraturan Semen Portland Indonesia tahun 1972 (NI.8);
f. Peraturan Plumbing Indonesia;
g. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) NI.5;
h. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI 1983);
i. Peraturan Umum Instalasi Air Leideng (AVWI);
j. Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970) NI.18;
k. Standard Nasional Indonesia.

2. Proyek adalah Pekerjaan yang dikehendaki oleh PIHAK PERTAMA untuk direncanakan dan
dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA atau wakilnya yang ditunjuk.

2
3. Manajemen Konstruksi adalah Pihak/Wakil yang diangkat oIeh PIHAK PERTAMA untuk
bertindak sepenuhnya membantu atau mewakili PIHAK PERTAMA dalam memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada batasan-batasan yang
telah ditentukan, baik teknis maupun administratif.

4. Staf Manajemen Konstruksi adalah seorang yang merupakan Wakil dari Manajemen Konstruksi
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan seluruh tugas Manajemen Konstruksi. Dalam
menjalankan tugasnya tersebut, Manajemen Konstruksi dibantu oleh beberapa orang yang
masing-masing mempunyai keahlian dalam bidang disiplin ilmu.

5. Wakil adalah seseorang yang diangkat untuk melaksanakan tugas sesuai bidang dan lingkup
tanggung jawabnya, yang semuanya bertujuan agar seluruh pelaksanaan dapat berjalan lancar,
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan spesifikasi dan biaya yang telah ditetapkan.

6. Pekerjaan adalah Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing, termasuk seluruh Pekerjaan
Sementara/Persiapan dan Pekerjaan Pembersihan Terakhir/Finishing yang harus dilaksanakan
sesuai dengan perjanjian ini.

7. Bills of Quantities (BQ) adalah Daftar Uraian Pekerjaan, Volume dan Harga Satuan yang terdapat
dalam Dokumen PERJANJIAN. Harga Satuan dalam BQ dan perjanjian adalah dasar, harga yang
dipakai untuk menghitung biaya Pekerjaan Tambah dan Kurang.

8. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pelaksanaan/RKS adalah Dokumen yang menjelaskan mengenai
Ketentuan dan Syarat-Syarat Administrasi PeIaksanaan, Syarat-Syarat Perjanjian PIHAK KEDUA,
Syarat-Syarat Teknis Pelaksanaan dan Bill of Quantities.

9. Perjanjian adalah persetujuan dan kesepakatan di antara PARA PIHAK untuk secara hukum
saling mengikatkan hak dan kewajiban masing-masing yang dituangkan dalam pasal-pasal dalam
perjanjian ini yang termasuk dan tidak terkecuali segala dokumen lampiran, addendum dan atau
Amandmen serta termasuk segala sesuatu kelengkapannya.

10. Harga Kontrak adalah Jumlah harga borongan seluruhan dari pekerjaan yang disebut dalam
Surat Penawaran dan telah disetujui serta ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA dalam Surat
Perintah Kerja (SPK) yang disahkan dalam perjanjian.

11. Retensi adalah sebagian uang dari NILAI PEKERJAAN yang ditahan oleh PIHAK PERTAMA sebagai
jaminan PIHAK KEDUA akan PEKERJAAN PIHAK KEDUA dan akan dibayarkan kembali kepada
PIHAK KEDUA pada saat masa pemeliharaan selesai.

12. Perjanjian Unit Priced adalah Harga Satuan Pekerjaan yang bersifat tetap sesuai dengan
perjanjian dan segala pekerjaan mengacu kepada Gambar Kerja. Sehingga, jika terdapat
perbedaan antara Gambar Kerja dan Bill of Quantities dalam hal Ini tetap dimenangkan adalah
Gambar Kerja.

3
13. Pekerjaan Tambah Kurang adalah :
a. Suatu pekerjaan Tambahan adalah :
1. Apabila tidak termuat dalam Gambar kerja dan Bills of Quantities/BQ ;
2. Dengan ketentuan Pekerjaan Tambah sebagaimana dimaksud dalam poin
harus dan atau wajib dinstruksikan oleh PIHAK PERTAMA atau Manajemen Konstruksi
dalam bentuk Site Instruction (SI).
b. Sesuatu dapat berkurang apabila :
1. Terdapat perubahan PEKERJAAN dari Gambar Perencanaan yang sifatnya mengurangi
dari sisi dimensi maupun volume;
2. Terdapatnya perubahan PEKERJAAN dari Gambar Perencanaan yang mengurangi dan
atau menghilangkan item-item PEKERJAAN.
14. Gambar-Gambar:
a. Gambar-Gambar yang menjadi bagian dari dokumen perjanjian, yaitu Gambar Kerja yang
disepakati bersama oleh PARA PIHAK, yang tertuang dalam RAB yang akan dIkerjakan
dimana menjadi satu kesatuan dengan perjanjian ini;
b. Gambar Pelaksanaan adalah Gambar-Gambar yang diterima PIHAK KEDUA dari PIHAK
PERTAMA/Manajemen Konstruksi yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA mengenai
perubahan atau penambahan atau pengurangan Pekerjaan (bila ada);
c. Shop Drawing (Gambar Kerja) adalah Gambar yang dibuat PIHAK KEDUA lengkap dengan
perinciannya berdasarkan Gambar Pelaksanaan yang diminta oleh Manajemen Konstruksi
untuk memudahkan pelaksanaan Pekerjaan;
d. As Built Drawing (Gambar Terlaksana) adalah Gambar yang dibuat oleh PIHAK KEDUA
berdasarkan kenyataan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

15. Kontraktor adalah pihak yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan Pemborongan
Paket Pekerjaan Konstruksi Struktur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing Dan Finishing.

16. Areal Pekerjaan adalah wilayah-wilayah dimana berdirinya proyek Pembangunan Villatel
………….. dan fasilitas-fasilitas pendukung Pembangunan dan Renovasi Hotel Mutiara
sebagaimana ditunjuk oleh Manajemen Konstruksi untuk maksud-rnaksud sesuai dengan
perjanjian ini.

17. Persetujuan, Disetujui Penolakan, Ditolak, Perintah, dan sebagainya adalah segala persetujuan,
penolakan atau perintah yang diberikan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA/Manajemen
Konstruksi kepada PIHAK KEDUA selama waktu pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana diatur
dalam perjanjian ini.

18. Hari adalah seluruh hari dalam kalender, tanpa mengurangi hari minggu, hari-hari besar,
ataupunhari-hari libur lainnya.

19. Hari Libur adalah hari Minggu dari hari libur lainnya yang ditetapkan dan diumumkan secara
resmi oleh Pemerintah Republik lndonesia.

20. Jam Kerja:


a. Jam kerja normal adalah setiap hari mulai pukui 08.00 WIB sampai dengan pukul 22.00
WIB;

4
b. Dalam hal terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik sebagian maupun
seluruhnya sebagai akibat dari pembatasan jam kerja tersebut, maka PIHAK PERTAMA
berhak mengajukan tuntutan (klaim) atau denda kepada PIHAK KEDUA.

21. Metodelogi Kerja adalah petunjuk teknis dalam suatu pekerjaan berupa gambar dan cara kerja
agar pekerjaan tersebut efisien dan memenuhi standard kerja sesuai Peraturan yang berlaku di
Republik Indonesia.

PASAL 2
TUGAS DAN LINGKUP PEKERJAAN

1. PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut di atas memberi tugas kepada PIHAK
KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima tugas tersebut untuk melaksanakan Pekerjaan dari PIHAK
PERTAMA sesuaI ketentuan perjanjian ini.

2. PIHAK KEDUA menyatakan bahwa dalam melaksanakan Pekerjaan menurut perjanjian ini adalah
sesuai dengan yang tertuang dalam RAB yang telah disepakati PARA PIHAK dan dikerjakan oleh
PIHAK KEDUA.

PASAL 3
HARGA BORONGAN PEKERJAAN

1. Harga Borongan Pekerjaan sebesar Rp. 165.100.000.000 (seratus enam puluh lima milyar
seratus juta rupiah)termaksud pajak dan bunga bank dan dengan rincian sebagai berikut :

No Keterangan Satuan Total


1 Pembangunan Puri Kayon Rp 100,000,000,000
2 Renovasi Puri Sunia Rp 20,000,000,000
Sub total pokok Rp 120,000,000,000 Rp 120,000,000,000
3 Pajak PPN 10% Rp 12,000,000,000 Rp 12,000,000,000
4 Overhead Kontraktor 10% Rp 12,000,000,000 Rp 12,000,000,000
5 Bunga Bank 1 Tahun Bank Garansi 10% Rp 12,000,000,000 Rp 12,000,000,000
Sub Total 2 Rp 36,000,000,000
Total Rp 156,000,000,000

2. Perjanjian ini berlaku setelah ada kepastian dan ketepatan pencairan Bank Garansi (BG), dan jika
apabila tidak terjadi pencairan dana dalam waktu yang disepakati satu bulan atau lebih, maka
perjanjian ini batal demi hukum.

3. Sifat Harga Kontrak adalah Unit Price, terpasang dan berfungsi, dimana mengikat harga satuan
sesuai dengan RAB dan Gambar Pelaksanaan serta item Pekerjaan yang ada di dalamnya sesuai
dengan urutan keberlakukan dokumen. Sehingga Harga Satuan tersebut berdasarkan dokumen

5
yang telah disepakati tidak akan berubah; kecuali untuk adanya Instruksi perubahan terhadap
Pekerjaan Tambahan dari Project Manager PIHAK PERTAMA dan atau Manajemen Kontruksi
yang menimbulkan Perubahan Harga Pekerjaan.

4. Berdasarkan atas nilai pekerjaan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini, PIHAK KEDUA akan dikenakan
PPh (Pajak Penghasilan) oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku di Republik Indonesia.

5. Harga tersebut mengacu pada RAB dan Gambar Pelaksanaan yang telah disepakati oleh PARA
PIHAK.

PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

1. PIHAK PERTAMA wajib memenuhi segala bentuk perijinan, baik dari perijinan Pemerintah dan
lingkungan yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan.

2. PIHAK PERTAMA wajib menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang terjadi diakibatkan
adanya permasalahan berkaitan dengan perijinan, baik dengan Pemerintahan maupun
lingkungan sekitar proyek.

3. PIHAK PERTAMA bertanggung jawab menjaga ketertiban lingkungan sampai dengan batas Iokasi
kepemilikan lahan.

4. PIHAK PERTAMA wajib elaksanaan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sebagaimana diatur dalam
perjanjian ini.

5. PIHAK PERTAMA berhak untuk memberikan perintah dan atau instruksi, serta Teguran dan atau
sanksi kepada PIHAK KEDUA sesuai ketentuan perjanjian ini.

PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

1. PIHAK KEDUA wajib dengan kesungguhan dan keahliannya untuk melaksanakan, menyelesaikan
dan memelihara pekerjaan serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada sesuai ketentuan
yang tertuang dalam perjanjian selama dalam masa pemeliharaan.

2. PIHAK KEDUA wajib menyediakan pelaksana, tenaga kerja, material, perlengkapan dan atau
peralatan pendukung Pekerjaan yang dibutuhkan untuk peiaksanaan, penyelesaian, pemelihaan
dan perbaikan setiap kerusakan sesuai ketentuan yang tertuang dalam perjanjian.

3. PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya terhadap :


a. Ketepatan cara pelaksanaan dan atau metode pelaksanaan Pekerjaan harus sesuai
dengan Rencana Kerja dan syarat-syarat serta spesifikasi teknis;
b. Stabilitas cara pelaksanaan dan atau rnetode pelaksanaan Pekerjaan;
c. Keselamatan cara pelaksanaan dan atau metode pelaksanaan Pekerjaan;

6
d. Pembuatan dokumen As Build Drawing.

6. PIHAK KEDUA wajib menjamin keamanan dan ketertiban lokasi proyek sampai dengan batas
pagar proyek.

7. PIHAK KEDUA berhak atas pembayaran dan atau nilai biaya Pekerjaan yang telah disepakati
daiam perjanjian ini.

PASAL 6
MANAJEMEN KONSTRUKSI

1. Manajemen Konstruksi adalah suatu perusahaan yang ditunjuk PIHAK PERTAMA termasuk
didalamnya seorang Manajer Konstruksi beserta staf yang ditunjuk oleh Manajemen Konstruksi
untuk bertugas di lapangan selaku Wakil PIHAK PERTAMA.

2. PARA PIHAK wajib mangikuti tata cara pengelolaan proyek yang telah ditetapkan bersama
antara PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dan Manajemen Konstruksi.

3. Manajemen Konstruksi berhak mengeluarkan instruksi tertulis, namun jika instruksi dari
Manajemen Konstruksi berdampak atau mengakibatkan Pekerjaan Tambah dan atau Pekerjaan
Kurang, maka instruksi tersebut harus mendapat persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

4. Instruksi dari Manajemen Konstruksi wajib dibuat secara tertulis.

5. Manajemen Kontruksidengan persetujuan PIHAK PERTAMA dapat mengeluarkan instruksi


pernberhentian pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, yaitu dalam hal :
a) Pemberhentian yang diatur oleh Pasal 23 perjanjian ini;
b) Pemberhentian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu mutu kerja yang baik seperti
disyaratkan dalam spesifikasi dokumen teknis PIHAK PERTAMA;
c) Pemberhentian yang disebabkan oleh perubahan Peraturan Pemerintah yang berdampak
kepada Pembangunan Proyek.

6. Manajemen Konstruksi dapat menolak material yang tidak sesuai spesifikasi danberhak
menghentikan Pekerjaan yang dilaksanakan PIHAK KEDUA di luar Standard Operating Procedure
(SOP) yang ditetapkan atau tidak sesuai spesifikasi yang ditetapkan.

7. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan permohonan ijin kerja kepada Manajemen Konstruksi
sebelum melaksanakan suatu Pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh PIHAK
PERTAMA atau Manajemen Konstruksi.

8. PIHAK KEDUA tidak diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan lanjutan yang rnenyebabkan suatu
bagian pekerjaan pendahulunya tertutup sebelum diperiksa oleh Manajemen Konstruksi dan
bila diabaikan, maka Manajemen Konstruksi berhak meminta membongkar Pekerjaan tersebut
atas beban biaya PIHAK KEDUA.

7
9. Pengabaian atas instruksi dan teguran yang disampaikan oleh PIHAK PERTAMA maupun
Manajemen Konstruksi akan dikenakan denda sesuai ketentuan Pasal 25 ayat (7) perjanjian ini.

10. Untuk setiap instruksi yang harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, Manajemen Konstruksi akan
mendelegasikan wewenang yang ada secara tertulis kepada Staf Manajemen Konstruksi yang
ditunjuk dan memberikan salinannya kepada PARA PIHAK.

11. Tugas dan wewenang Staf Manajemen Konstruksi adalah mewakili Manajemen Konstruksi dalam
pekerjaannya sehari-hari memberikan pengarahan dan pengawasan pelaksanaan Pekerjaan,
pengujian-pengujian dan pemeriksaan atas semua bahan dan kecakapan pekerja yang digunakan
dalam pelaksanaan Pekerjaan PIHAK KEDUA.

12. Apabila PIHAK KEDUA merasa tidak puas dengan instruksi yang dikeluarkan oleh staf
Manajemen Konstruksi, maka PIHAK KEDUA harus segera meminta konfirmasI instruksi tersebut
dari Manajemen Konstruksi secara tertulis dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya
Instruksi tersebut.

13. Apabiia terjadi perbedaan pendapat dalam pelaksanaan pekerjaan di Lapangan antara PIHAK
KEDUA dengan Pihak Ketiga yang secara bersama-sama dltunjuk oleh PIHAK PERTAMA untuk
PEKERJAAN yang berbeda, maka PIHAK PERTAMA menetapkan bahwa Manajemen Konstruksi
adalah Pihak yang berwenang memutuskan perbedaan pendapat tersebut melalui forum rapat
koordinasi mingguan yang dihadiri oleh perwakilan PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA yang hasil
kesepakatannya disampaikan secara tertulis oleh Manajemen Konstruksi kepada PIHAK
PERTAMA.

PASAL 7
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. PARA PIHAK telah sepakat dan menyetujui bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak boleh
menyimpang dari ketentuan-ketentuan perjanjian ini. Seluruh dokumen yang ada di dalam
perjanjian adalah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan apabila di dalam
Dokumen tersebut terdapat ketidak-cocokan, perbedaan atau ketidak-jelasan, maka yang
berlaku adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 9 perjanjian ini.

2. Perubahan dari Pekerjaan, baik berupa penambahan maupun pengurangan harus berdasarkan
Instruksi Kerja Tambah atau Kurang yang dikeluarkan oleh Manajemen Konstruksi dan terlebih
dahulu disetujui oleh PARA PIHAK.

3. Pengajuan surat-menyurat (korespondensi), approval material, shop drowing, as build drawing


maupun pengajuan progress PEKERJAAN, harus dengari persetujuan dari Manajemen
Konstruksi.

4. Apabila terjadi Force Majeure, sehingga memerlukan tambahan waktu untuk penyelesaian
PEKERJAAN, maka PIHAK KEDUA dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu kerja dan
pengajuannya wajib disampaikan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA secara tertulis

8
selambat¬lambatnya 14 (empatbelas) hari kalender dengan memberikan penjelasan tentang
sebab-sebab dari perpanjangan waktu yang dimohon oleh PIHAK KEDUA.

5. Keterlambatan dimulainya perkerjaan maupun terhambatnya progress pekerjaan PIHAK KEDUA


yang diakibatkan oleh permasalahan perijinan PIHAK PERTAMA sehingga tetap menjadi
tanggung jawab PIHAK PERTAMA dan tidak berhak mengajukan sanksi atau klaim apapun
kepada PIHAK KEDUA.
6. PIHAK PERTAMA berhak menghentikan pelaksanakan Pekerjaan dengan cara memberikan
peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan jarak waktu antara setiap
Surat Peringatan, dan penghentian tersebut baru dapat dilaksanakan dengan jangka waktu
maksimal selama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak Surat Peringatan Ketiga diterima oleh PIHAK
KEDUA. PIHAK PERTAMA harus mengemukakan alasan yang dapat diterima oleh PIHAK KEDUA
sebelum melaksanakan penghentian tersebut.

7. Apabila pelaksanaan Pekerjaan dihentikan, maka pembayaran dilakukan berdasarkan progress


Pekerjaan terakhir dan mengacu pada material yang ada di lapangan (material on site), serta
material yang telah dipesan untuk keperluan proyek pada bulan penghentian tersebut
berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.

PASAL 8
TATA CARA PEMBAYARAN

Tata cara pembayaran Pekerjaan borongan yaitu :

6. PARA PIHAK dengan ini sepakat dan setuju untuk pembayaran harga pekerjaan sebagaimana
dimaksud Pasal 3 (tiga) Perjanjian ini akan dilakukan dengan cara menerbitkan Bank Garansi
(BG)Usance Acceptance Unconditional oleh PIHAK PERTAMA.

7. Bahwa penurunan dana dilakukan dalam satu tahap, besaran angka dan nilai akan disesuaikan
dengan kesiapan dan kesanggupan bank pelaksana yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

8. Setiap akhir bulan akan dilakukan pemeriksaan hasil Pekerjaan bersama antara PARA PIHAK
yang hasilnya di approval oleh Owner dalam hal ini PIHAK PERTAMA sebagai persyaratan
lampiran pencairan keuangan di Bank.

9. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah diterbitkannya invoice, PIHAK


KEDUA harus telah meyampaikan perhitungan nilai akhir perjanjian kepada PIHAK PERTAMA.

10. PIHAK KEDUA akan menjaminkan sebagian uang (RETENSI) dari NILAI PEKERJAAN sebesar 5%
(lima persen) kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA akan membayarkan kembali Retensi
tersebut kepada PIHAK KEDUA setelah masa pemeliharaan selesai dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA.

9
PASAL 9
URUTAN KEBERLAKUAN DOKUMEN

Seluruh Dokumen yang ada dalam Dokumen PERJANJIAN ini bersifat saling melengkapi dan
apabila di dalamnya terdapat ketidak-cocokan, perbedaan atau ketidak-jelasan, maka Manajemen
Konstruksi akan memberikan penjelasan kepada PIHAK KEDUA dengan tidak merubah dokumen
perjanjian dan sesuai urutan prioritas (Order of Priority) sebagai berikut :

1. Surat perjanjian kerjasama pemborongan;


2. Surat Perintah Kerja (SPK);
3. Gambar Pelaksanaan;
4. Daftar Uraian Pekerjaan, Volume dan Harga Satuan (Bills Of Quantities/BQ).

PASAL 10
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN MASA PEMELIHARAAN

1. Jangka Waktu Pelaksanaan:


a) Jangka waktu pelaksanaan pembangunan dan renovasiselama 14(empat belas) bulan dimulai
sejak ditandatangani kontrak ini;
b) Jangka waktu telah memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk persiapan, mobilisasi dan
demobilisasi, proses pembuatan di pabrik, pengiriman sampai di lokasi proyek, semua test dan
hari-hari libur resmi/libur nasional dan efek dari libur pekerja pada hari—hari raya.
2. Masa Pemeliharaan:
a) Masa Pemeliharaan untuk Pekerjaan ini adalah 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
Berita Acara Serah Terimapekerjaan oleh PIHAK KEDUA ke PIHAK PERTAMA;
b) Segala kekurangan, kerusakan atau kesalahan lain yang timbul dalam Masa Pemeliharaan yang
disebabkan oleh bahan-bahan/peralatan dan cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan perjanjian, akan diperinci oleh Manajemen Konstruksi dalam sebuah daftar kerusakan
(defect list);
c) PIHAK KEDUA dalam waktu 3 (tiga) hari kalender setelah menerima defect list tersebut harus
memperbaiki segala kekurangan dan kerusakan atas biaya PIHAK KEDUA;
d) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak melakukan perbaikan sebagai mana dimaksud dalam ayat (2)
huruf (c), maka PIHAK PERTAMA dapat menunjuk Pihak Ketiga untuk melakukan perbaikan
dengan biaya dibebankan kepada PIHAK KEDUA;
e) Semua biaya perbaikan yang dikeluarkan dalam Masa Pemeliharaan ditanggung PIHAK KEDUA,
kecuali perbaikan atas kerusakan yang ditimbulkan oleh pihak lain dan bukan kesalahan yang
disebabkan oleh PIHAK KEDUA.

PASAL 11
PENGADAAN GAMBAR

1. 1 (satu) set Gambar Pelaksanaan yang dikeluarkan atau disetujui oleh Perencana atau
Manajemen Konstruksi harus tetap berada di lapangan dan setiap saat dapat diperiksa oleh
Manajemen Konstruksi.

10
2. Manajemen Konstruksi berhak mengadakan perubahan gambar pelaksanaan atau Spesifikasi
selama masa pelaksanaan apabila hal ini dipandang perlu oleh Manajemen Konstruksi untuk
memperlancar Pekerjaan dan mempermudah perawatan pekerjaan setelah mendapat
persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

3. PIHAK KEDUA sebelum melaksanakan Pekerjaan di lapangan, harus membuat Shop Drowing dan
Metodelogi Kerja yang diserahkan kepada Manajemen Konstruksi untuk pekerjaan yang
rnemerlukan persetujuan Manajemen Konstruksi dan setelah Pekerjaan dilaksanakan PIHAK
KEDUA harus membuat As-Built Drawing sebanyak 3 (tiga) set ukuran A3 dalam keadaan dijilid
rapih termasuk soft copy dalam bentuk CD untuk diserahkan kepada PIHAK PERTAMA pada saat
Serah Terima Pertama.

PASAL 12
PENGADAAN MATERIAL DAN PERALATAN

Pengadaan Material oleh PIHAK KEDUA, antara lain:


a) Pengadaan material di lapangan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknis dan harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi;
b)Manajemen Konstruksi berhak menolak material yang tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

PASAL 13
RENCANA KERJA

Dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah ditandatanganinya PERJANJIAN ini, maka
PIHAK KEDUA harus menyerahkan rencana kerja secara terperinci diantaranya :
a) Time Schedule (Kurva S);
b) Schedule Pengadaaan Material;
c) Schedule Pengadaaan Peralatan; dan
d) Schedule Penempatan Personil dan Struktur Organisasi.

PASAL 14
PELAKSANA DARI PIHAK KEDUA

b. PIHAK KEDUA harus menyediakan sumber daya manusia, baik dari pimpinan proyek sampai
dengan pelaksana di lapangan yang berpengalaman dan mempunyai kompetensi dalam
melaksanakan pekerjaan, serta dapat berkomunikasi secara baik dengan Manajemen Konstruksi.

c. PIHAK KEDUA wajib untuk melakukan evaluasi terhadap sumber daya manusia yang disediakan
apabila ada permintaan dari PIHAK PERTAMA secara tertulis disertai dengan alasan atas
permintaan yang diajukan.

PASAL 15
TANGGUNG JAWAB LAPANGAN

11
1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas keadaan lapangan sesuai ruang lingkup Pekerjaan
sejak dikeluarkannya berita acara penyerahan lapangan sampai dengan diterbitkannya berita
acara serah terima pertama.
2. Apabila terjadi kerusakan atau kecelakaan dalam masa pelaksanaan pekerjaan, maka seluruh
biaya yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA, kecuali kerusakan yang
diakibatkan oleh Force Majeure dan atau kerusakan yang bukan disebabkan oleh PIHAK KEDUA
sendiri.

PASAL 16
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

1. Peristiwa yang dapat diterima sebagai Keadaan Kahar (Force Majeure) adalah kebakaran,
bencana alam, gempa bumi, banjir luar biasa, perang, huru-hara, revolusi, pemogokan, unjuk
rasa (demonstrasi), perubahan kebijakan pemerintah yang bukan disebabkan oleh kesalahan
PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA yang kejadiannya langsung mempengaruhi jalannya
pekerjaan proyek ini.

2. Oleh karenanya, PARA PIHAK harus menginformasikan adanya Keadaan Kahar (Force Majeure)
secara tertulis paling lambat terhitung 7 (tujuh) hari kalender setelah peristiwa dan
membuktikan kondisi tersebut. Kondisi Keadaan Kahar (Force Majeure) yang akan
mengakibatkan tidak adanya kewajiban untuk melakukan ganti rugi dari dan untuk PARA PIHAK
dan seolah-olah perjanjian tidak pernah dilakukan.

3. Ruang lingkup dan kriteria Keadaan Kahar (Force Majeure) adalah kondisi-kondisi yang tidak
terlindungi oleh Asuransi.

PASAL 17
RESIKO

1. Jika hasil Pekerjaan PIHAK KEDUA tidak berfungsi dengan baik atau tidak sesuai dengan
perencanaan atau jika ada kerusakan yang bersifat permanen danatau sementara yang
diakibatkan oleh kesalahan spesifikasi dalam pelaksanaan Pekerjaan, maka PIHAK KEDUA
bertanggung jawab sepenuhnya selama masih dalam masa pemeliharaan dan tanggung jawab
tersebut berakhir apabila sudah ada berita acara serah terima pekerjaan tahap akhir dari PIHAK
KEDUA dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA, atau masa pemeliharaan selama 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak berita serah terima pekerjaan kedua telah lewat.

2. Jika pada waktu pelaksanaan Pekerjaan terjadi keterlambatan yang diakibatkan tidak
tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA, maka
segala resiko akibat keterlambatan Pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

3. Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja maupun Sub-Kontraktor (jika ada) yang dilibatkan
oleh PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan pekerjaan ini sepenuhnya menjadi beban dan tanggung
jawab PIHAK KEDUA.

12
4. Ketentuan pada ayat (3) di atas tidak berlaku apabila tuntutan timbul dari Sub-Kontraktor dan
pihak-pihak lain yang berhubungan langsung dengan PIHAK PERTAMA dan tidak terikat
hubungan hukum dengan PIHAK KEDUA.

PASAL 18
ASURANSI

1. Asuransi Pekerjaan Contractor's All Risk (CAR) merupakan tanggung jawab PIHAK PERTAMA yang
deductible-nya dengan anggaran sesual Bill of Quantity (BQ).

2. Lingkup pertanggungan Asuransi Pekerjaan ini akan disesuaikan dengan anggaran sesuai ayat
(1).

3. PIHAK KEDUA menanggung Asuransi Tenaga Kerja Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
kecelakaan atau kerugian yang menimpa para Pekerja/workman compensation.

4. Tanpa rnengurangi tanggung jawab dan tanggung gugat PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA akan
melindungi PIHAK PERTAMA dari segala resiko bersifat tuntutan dan atau gugatan yang timbul
sebagai akibat pelaksanaan pekerjaan oleh pemborong paket pekerjaan ini, di luar dari yang
telah diasuransikan, sesuai dengan ketentuan perjanjian.

PASAL 19
GANGGUAN LALU LINTAS DAN LINGKUNGAN

1. Semua perijinan lingkungan menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
bertanggung jawab melaksanakan aturan-aturan guna memperlancar lalu lintas dan tidak
menimbulkan gangguan lingkungan.

2. Gangguan lingkungan yang diakibatkan pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan lingkup Pekerjaan
PIHAK KEDUA menjadi tanggung Jawab PIHAK KEDUA dan penyelesaiannya dibantu oleh PIHAK
PERTAMA.

PASAL 20
PENGAMANAN TEMPAT KERJA, LINGKUNGAN,
FASILITAS UMUM DAN KEWAJIBAN KEBERSIHAN LAPANGAN

1. PIHAK KEDUA harus selalu mengamankan pekerjaannya terhadap kerusakan atau kehilangan
selama pelaksanaan pekerjaan dan akan memperbaiki kerusakan atau mengganti kehilangan
tersebut yang merupakan lingkup pekerjaan PIHAK KEDUA atas beban biaya PIHAK KEDUA
sendiri.

2. PIHAK KEDUA wajib mencegah dan bertanggung jawab atas terjadinya segala sesuatu kerusakan
terhadap fasilitas umum dan lingkungan yang terdapat di sekitar dan di tempat pelaksanaan
pekerjaan yang disebabkan kesalahan PIHAK KEDUA.

13
3. PIHAK KEDUA wajib melengkapi pekerjaannya dengan peralatan keamanan dan pemadam
kebakaran demi keselamatan sesuai peraturan guna mencegah terjadinya kecelakaan atau
mengakibatkan cedera terhadap orang yang terlibat dengan Pekerjaan atau yang berada di
tempat dan di sekitar lingkungan pekerjaan dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, khususnya K3 (Keamanan, Keselamatan, Ketertiban).

4. Bersamaan dengan perkembangan pelaksanaan pekerjaan, PIHAK KEDUA dengan seksama harus
menjaga agar bangunan dan bahan-bahan material diamankan terhadap cuaca, pencurian,
kerusakan, tindakan -tindakan yang merugikan dan pengerusakan, selama dan sampai pada saat
pekerjaan dinyatakan selesai dan diserah terimakan. Kerusakan, pencurian atau segala gangguan
yang disebabkan oleh ketidaksiapan pengamanan lingkungan sekitar proyek oleh PIHAK
PERTAMA, menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA.

5. PIHAK KEDUA bertanggung jawab terhadap biaya-biaya yang timbul atau klaim dari pihak lain
yang dIakibatkan oleh kelalaian PIHAK KEDUA sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan.

6. PIHAK KEDUA harus menjaga keadaan lapangan agar selalu bersih dengan membuat rencana
pembersihan secara berkala, membuang keluar semua sampah dan sisa material yang tidak
terpakai secara berkala dan membawa keluar semua peralatan yang sudah tidak diperlukan lagi
sesuai petunjuk Manajemen Konstruksi.

7. Pada saat serah terima pertama, PIHAK KEDUA harus mengadakan pembersihan sesuai lingkup
pekerjaan PIHAK KEDUA, membuang semua sampah dan sisa material dan membawa keluar
semua peralatan sampai dapat diterima oleh Manajemen Konstruksi.

8. Apabila perintah pembersihan dari Manajemen Konstruksi sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
tidak diindahkan oleh PIHAK KEDUA dalam batas waktu yang diberikan (30 hari kalender sejak
Peringatan Pertama diberikan), maka Manajemen Konstruksi secara sepihak akan menunjuk
perusahaan lain untuk mengadakan pembersihan tersebut, semua akibat dan biaya yang timbul
menjadi tanggungan sepenuhnya dari PIHAK KEDUA.

PASAL 21
PEMERIKSAAN PADA SAAT PELAKSANAAN

Manajemen Konstruksi setiap saat berhak untuk mengadakan pemeriksaaan ke lapangan dan ke lokasi
lain dimana suatu material atau bagian Pekerjaan sedang difabrikasi.

PASAL 22
PEMERIKSAAN PEKERJAAN SEBELUM TERTUTUP

1. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan permohonan ijin kerja kepada Manajemen Konstruksi sebelum
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai prosedur yang ditetapkan.

2. PIHAK KEDUA tidak diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan lanjutan yang rnenyebabkan suatu
bagian pekerjaan pendahulunya tertutup sebelum diperiksa oleh Manajemen Konstruksi.

14
PASAL 23
PEMBERHENTIAN PEKERJAAN

1. Manajemen Konstruksidengan persetujuan PIHAK PERTAMA dapat mengeluarkan instruksi


pemberhentian pekerjaan kepada PIHAK KEDUA, yaitu dalam hal :
a) Pemberhentian yang diatur oleh perjanjian ini.
b) Pemberhentian yang dianggap perlu karena ada bagian Pekerjaan PIHAK KEDUA yang tidak
memenuhi syarat dalam dokumen yang diatur dalam ketentuan Pasal 24 perjanjian ini.
c) Pemberhentian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu mutu kerja yang baik seperti
disyaratkan dalam spesifikasi.
d) Pemberhentian yang dikarenakan perubahan Peraturan Pemerintah dimana bukan kesalahan
darl PIHAK PERTAMA.

2. Pemberhentian yang di luar dari beberapa sub tersebut di atas, maka dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender setelah tanggal instruksi tersebut, maka PIHAK KEDUA harus telah menyampaikan
kepada Manajemen Konstruksi penawaran biaya yang timbul akibat pemberhentian tersebut,
apabila setelah batas waktu tersebut dilampaui maka dianggap tidak ada biaya yang perlu dibayar
oleh PIHAK PERTAMA.

3. Untuk pemberhentian seperti yang dijelaskan dalam ayat (1) dan (2) tersebut di atas dilaksanakan,
maka PIHAK KEDUA berhak mengajukan Tambahan Biaya atau Perubahan Jadwal pelaksanaan
pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA berhak untuk tidak melakukan Pekerjaan
lanjutan setelahnya apabila belum ada kesepakatan PARA PIHAK mengenai klaim perubahan biaya
maupun perubahan jadwal pekerjaan.

4. Pemberhentian Pekerjaan yang bukan termasuk satu dari beberapa sub bab sub ayat (1) Pasal ini
dan telah mencapai 60 (enam puluh) hari kalender, maka PIHAK KEDUA dapat mengajukan Surat
Pemohonan untuk melanjutkan Pekerjaan. Apabila surat tersebut tidak ditanggapi oleh Manajemen
Konstruksi dan PIHAK PERTAMA selama 14 (empat belas) hari kalender, sehingga PIHAK KEDUA
dapat menganggap bahwa PIHAK PERTAMA telah membatalkan secara sepihak perjanjian ini dan
PIHAK PERTAMA harus membayar nilai prestasi yang telah diselesaikan oleh PIHAK KEDUA dan
kerugian PIHAK KEDUA selama masa tunggu, termasuk perhitungan terhadap Material Onsite.

5. Setelah melalui tahapan administrasi mengenai ketidaksanggupan PIHAK KEDUA dalam


melaksanakan pekerjaan yang diatur dalam perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk
menunjuk PIHAK KETIGA untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

PASAL 24
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN EVALUASI

Terhadap Pekerjaan Konstruksi, Mekanika Elektrikal Plumbing dan Finishing

1. Apabila kemajuan Pekerjaan PIHAK KEDUA dalam suatu periode dinilai terlampau lambat sehingga
tidak memungkinkan untuk mencapai target tanggaI Penyerahan Pertama dengan hasil baik, maka
Manajemen Konstruksi akan memberikan teguran secara tertulis dan PIHAK KEDUA harus segera

15
mengadakan langkah-Iangkah perbaikan untuk mengejar ketertinggalan PEKERJAAN tersebut sesuai
dengan Kurva S.

2. Apabila ternyata kemajuan pekerjaan yang dicapai tidak mencapai target kemajuan sesuai dengan
Kurva S yang telah disepakati oleh PARA PIHAK yang disebabkan oleh Instruksi Pemberhentian
Pekerjaan oleh PIHAK PERTAMA/ Manajemen Konstruksi dikarenakan keamanan lingkungan sekitar
proyek, perijinan, desain, kondisi lapangan maupun keterlambatan pembayaran yang disebabkan
oleh kesalahan PIHAK PERTAMA sendiri, maka Revisi Schedule berhak diajukan oleh PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA/Manajemen Konstruksi dan harus mendapatkan Persetujuan dari
Manajemen Konstruksi.

3. Penyampaian Revisi Schedule seperti tersebut dalam ayat (2) Pasal ini tidak mengurangi tanggung
jawab PIHAK KEDUA mengenai batas waktu pelaksanaan yang tercantum dalam peranjian.

4. Dalam jangka waktu maksimum 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya surat pemberitahuan
kemajuan pekerjaan dari PIHAK KEDUA. Maka selanjutnya PARA PIHAK akan melaksanakan
pengecekan bersama atas penyelesaian Pekerjaan.

5. Hasil pengecekan kemajuan Pekerjaan akan dituangkan dalam berita acara kemajuan pekerjaan
yang dibuat dan ditandatanganl oleh PARA PIHAK.

PASAL 25
SANKSI DAN DENDA KETERLAMBATAN

1. Apabila PIHAK KEDUA gagal menyerahkan Pekerjaan secara keseluruhan (100%) kepada PIHAK
PERTAMA pada saat yang telah disepakati bersama, karena kesalahan atau kelalaian PIHAK KEDUA
maka PIHAK KEDUA akan dikenakan denda keterlambatan :
- 1% (satu persen) atas kekurangan PEKERJAAN dl bawah 10%;
- 5% (lima persen) atas kekurangan PEKERJAAN diatas 10%;
Denda tersebut akan dipotong oleh PIHAK PERTAMA dari nilai pekerjaan dalam perjanjian ini dan
akan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST I).

2. Bahwa yang dimaksud keterlambatan adalah keterlambatan serah terima pekerjaan pertama dari
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, sebagai bentuk yang dapat dikategorikan sebagai
wanprestasi. Dasar perhitungan keteriambatan dihubungkan dengan masa konstruksi (construction
period) dalam perjanjian terhadap aktual masa konstruksi yang terlaksana. Bilamana dapat
dinyatakan dan dibuktikan oleh Manajemen Konstruksi telah melampaui Masa Konstruksi yang
telah disepakati. Pengertian "terlambat" tersebut harus disampaikan dalam penjelasan pada waktu
awal pelaksanaan "Kick of Meeting" oleh Manajemen Konstruksi, sehingga PARA PIHAK memiliki
pemahaman yang sama atas mekanisme dan prosedur yang ditempuh dan dilalui.

3. PIHAK KEDUA diberikan waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari untuk menyeiesaikan PEKERJAAN
secara keseluruhan dari kekurangan PEKERJAAN sebelum berita acara serah terima pertama (BAST
I) di keluarkan oleh PIHAK PERTAMA, seluruh biaya yang timbul akibat penyelesaian PEKERJAAN
tersebut menjadl tanggung jawab PIHAK KEDUA.

16
4. Apabila waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Pasal ini dan PIHAK
KEDUA masih belum dapat menyerah terimakan pekerjaan, maka PIHAK PERTAMA berhak secara
sepihak menunjuk Pihak Ketiga untuk rnenyelesaikan Pekerjaan tersebut dengan ketentuan seluruh
biaya yang timbul akibat pengalihan Pekerjaan tersebut menjadi tetap menjadi tanggungan PIHAK
KEDUA.

5. Denda yang disebutkan dalam ayat (1) Pasal ini akan dipotong Iangsung dari pembayaran
berikutnya, potongan tersebut tidak menyebabkan berkurang tanggung jawab PIHAK KEDUA untuk
menyelesaikan Pekerjaan sesuai perjanjian.

6. Apabila PIHAK PERTAMA terlambat melakukan pembayaran sesuai dengan progress yang diajukan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterimanya kwitansi oleh PIHAK PERTAMA, maka PIHAK
KEDUA berhak menghentikan Pekerjaan untuk sementara waktu hingga pembayaran tersebut
diselesaikan oleh PIHAK PERTAMA.

7. Bilamana PIHAK KEDUA dalam melaksanakan Pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan RKS
(Rencana Kerja Satuan), Spesifikasi, Shop Drawing, Metode Kerja yang telah di sepakati For
Construction Drawing, maupun standart kualitas dan telah diinstruksikan PIHAK PERTAMA atau
Wakilnya untuk memperbaiki atau membongkar tetapi tidak diindahkan oleh PIHAK KEDUA sampai
dengan 3 (tiga) kali Surat Peringatan berturut-turut masing-masing dalam jangka 5 (lima) hari
kalender, maka PIHAK KEDUA wajib untuk melakukan pembongkaran dan atau perbaikan sesuai
dengan RKS (Rencana Kerja Satuan), Spesifikasi, Shop Drawing, Metode Kerja dan segala biaya yang
timbul akibat pembongkaran dan atau perbaikan tersebut ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK
KEDUA.

PASAL 26
SERAH TERIMA PEKERJAAN

1. PARA PIHAK akan melakukan pemeriksaan bersama terhadap seluruh Pekerjaan.

2. Apabila terjadi kekurangan atau ketidaksempurnaan pada pekerjaan maka PIHAK KEDUA
bertanggung jawab memperbaiki kekurangan atau ketidak-sempurnaan pekerjaan yang ada
sebelum diserah terimakan kepada PIHAK PERTAMA, sehingga pada saat serah terima Pekerjaan
tidak terjadi kekurangan atau ketidak-sempurnaan hasil Pekerjaan.

3. Segala bentuk serah terima Pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dianggap sah dan
tidak dapat diganggu gugat apabila telah dituangkan dalam berita acara serah terima yang telah
disetujui PARA PIHAK sesuai ketentuan PERJANJIAN ini.

4. Apabila PIHAK KEDUA telah menyelesaikan pekerjaan serta telah memperbaiki seluruh Pekerjaan
sesuai dengan check list yang dibuat oleh Manajemen, maka Manajemen Konstruksi akan membuat
Berita Acara Serah Terima Pertama yang akan ditandatangani PARA PIHAK.

5. PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA melalui Manajemen
Konstruksi untuk, melakukan pemeriksaan pekerjaan untuk serah terima pertama.

17
6. Berita Acara Serah Terima Kedua atau tahap akhir wajib dilaksanakan PARA PIHAK yaitu 90
(sembilan puluh) hari setelah Berita Acara Serah Terima Pertama.

7. Pemeriksaan pekerjaan sesuai perjanjian ini meliputi :


a) Pemeriksaan fisik dan atau visual terhadap Material yang terpasang dan berfungsi dengan baik
sesuai perencanaan PEKERJAAN PIHAK KEDUA (tidak terdapat kebocoran pada sistem pemipaan,
dan tidak ada gangguan pada sistem kelistrikan serta kerapihan PEKERJAAN);
b) Pemeriksaan teknis Pekerjaan sesuai Persyaratan Teknis yang harus dilaksanakan PIHAK KEDUA.

8. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender menjelang berakhirnya masa pemeliharaan, maka


PIHAK KEDUA memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA atas diselesaikannya masa
pemeliharaan tersebut dan PIHAK PERTAMA mengeluarkan berita acara masa pemeliharaan dan
ditandatangani oleh PARA PIHAK.

PASAL 27
PEMBATALAN PERJANJIAN

1. PIHAK PERTAMA berhak membatalkan perjanjian secara sepihak dengan terlebih dahulu
memberikan pemberitahuan secara tertulis 30 (tiga puluh) hari sebelumnya kepada PIHAK KEDUA
dan didahului dengan Surat Peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut dalam rentang waktu 7 (tujuh)
hari kalender untuk setiap peringatan dengan tembusan kepada Manajemen Konstruksi, apabila :
a) PIHAK KEDUA berhenti bekerja lebih dari 14 (empat belas) hari kalender tanpa alasan yang
dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA atau Manajemen Konstruksi.
b) PIHAK KEDUA telah dinyatakan bangkrut (likuidasi) berdasarkan Putusan Pengadilan sehingga
tidak mungkin untuk melaksanakan tanggung Jawab Pekerjaan dari PIHAK PERTAMA
sebagaimana diatur dalam perjanjian lni.
c) PIHAK KEDUA memberikan data atau keterangan yang tidak benar sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan, sehingga menyebabkan kerugian bagi PIHAK PERTAMA.
d) PIHAK KEDUA melanggar ketentuan Pasal 6 mengenai Syarat-Syarat Pelaksanaan.
e) PIHAK KEDUA telah mengalihkan sebagian atau keseluruhan Pekerjaan kepada Pihak Ketiga
tanpa persetujuan PIHAK PERTAMA.
f) Keterlambatan PIHAK KEDUA dalam mencapai target kemajuan Pekerjaan walaupun telah
diupayakan langkah-langkah untuk mengejar ketertinggalan sehingga sampai dengan diterbitkan
Surat Peringatan Ketiga.

2. Jika terjadi pembatalan perjanjian secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat (1) Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menunjuk Pihak Ketiga untuk
mengalihkan Pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada Pihak Ketiga tersebut untuk melanjutkan
pekerjaan PIHAK KEDUA. Sehingga PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA
segala arsip, gambar-gambar, perhitungan-perhitungan dan keterangan-keterangan lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan PEKERJAAN dalam perjanjian Ini.

3. Dengan adanya pembatalan sepihak dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini, maka PIHAK KEDUA wajib
untuk menyelesaikan pekerjaan perbaikan terhadap item pekerjaan fisik yang diberhentikan dan
dituangkan dalam berita acara serah terima kedua.

18
4. PIHAK KEDUA berhak untuk membatalkan PERJANJIAN secara sepihak setelah mengirimkan
pemberitahuan secara tertulis 30 (tiga puluh) hari kalender sebelumnya kepada PIHAK PERTAMA
dan tembusannya kepada Manajemen Konstruksi, apabila :
a) PIHAK PERTAMA tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran setelah
melampaui 60 (enam puluh) hari kalender setelah jatuh tempo;
b) PIHAK PERTAMA telah dinyatakan bangkrut (likuidasi) berdasarkan Putusan Pengadilan;
c) PIHAK PERTAMA secara tertulis memberitahukan kepada PIHAK KEDUA atas ketidak
mampuannya melaksanakan Syarat-Syarat perjanjian karena mengalami kesulitan keuangan;
d) Pekerjaan diberhentikan oleh Manajemen Konstruksi dengan persetujuan PIHAK PERTAMA lebih
dari 60 (enam puluh) hari kalender tanpa alasan yang dapat diterima.

5. Dengan adanya pembatalan perjanjian secara sepihak dalam ayat (4) Pasal Ini, maka PIHAK
PERTAMA harus membayar kepada PIHAK KEDUA,sebesar nilai prestasi yang telah diselesaikan
PIHAK KEDUA dan diakui oleh Manajemen Kontruksi.

6. PARA PIHAK sepakat dan setuju dalam hal terjadi pembatalan perjanjian, maka akan mengabaikan
ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

7. Pembatalan perjanjian secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA tidak menghapuskan kewajiban PIHAK
PERTAMA yang belum terselesaikan kepada PIHAK KEDUA termasuk di dalamnya kewajiban
pembayaran progress dan perhitungan Material Onsite.

PASAL 28
LARANGAN MENGALIHKAN PEKERJAAN

1. PIHAK KEDUA tidak boleh mengalihkan sebagian atau seluruh Pekerjaan kepada Pihak Ketiga, tanpa
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis darl PIHAK PERTAMA.

2. Apabila suatu bagian Pekerjaan diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada Pihak Ketiga atas ijin tertulis
dari PIHAK PERTAMA, maka penyerahan Pekerjaan tersebut dengan segala resikonya akan tetap
menjadi tanggung jawab penuh PIHAK KEDUA.

PASAL 29
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. PEKERJAAN TAMBAH :
1. Apabila tidak termuat dalam Gambar kerja dan Bills of Quantities/BQ;
2. Dengan ketentuan Pekerjaan Tambah sebagaimana dimaksud dalam poin 1 (satu) harus atau
wajib diinstruksikan oleh PIHAK PERTAMA atau Manajemen Konstruksi dalam bentuk Site
lnstruction (SI);
3. PIHAK PERTAMA dalam memberikan Site Instruction (SI) kepada PIHAK KEDUA sebelumnya
PIHAK KEDUA diwajibkan untuk segera memberitahukan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pekerjaan Tambah yang diperintahkan kepadanya. Apabila. PIHAK KEDUA tidak
mengajukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, maka PIHAK PERTAMA berhak
menugaskan Pihak Ketiga;

19
4. Apabila dalam negosiasi harga satuan untuk pekerjaan tambah (khusus untuk item baru) tidak
menghasilkan suatu kompromi, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk mencari penawaran dari
Pihak Ketiga untuk mengerjakan item Pekerjaan tersebut.

2. PEKERJAAN KURANG :
1. Terdapatnya perubahan pekerjaan dari Gambar Perencanaan atau Gambar Kerja yang sifatnya
mengurangi dari sisi dimensi maupun volume;
2. Terdapatnya perubahan pekerjaan dari Gambar Perencanaan yang mengurangi danatau
menghilangkan item-item pekerjaan;
3. Apabila ayat 2.1. dan ayat 2.2 Pasal ini terjadi maka PIHAK KEDUA wajib meiakukan Pekerjaan
tersebut berdasarkan;
4. Shop Drawing milik PIHAK KEDUA yang telah di Approval oleh PIHAK PERTAMA atau Manajemen
Konstruksi;
5. PIHAK PERTAMA mengeluarkan Hasil Pemeriksaan Lapangan yang dituangkan dalam bentuk
Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
6. Dimana proses administrasi pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini adalah telah disusun lengkap
untuk dapat dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA. Dalam hal Ini proses pengakuan akan biaya
tambah kurang akan diselesaikan dalam waktu minimum 14 (empat belas) hari dan maksimum
30 hari sejak diterimanya Berita Acara Perubahan Pekerjaan tersebut oleh PIHAK PERTAMA;
7. Manajemen Konstruksi dengan persetujuan PIHAK PERTAMA berhak untuk mengeluarkan
instruksi untuk mengadakan perubahan atas jenis dan volume pekerjaan serta menambah atau
mengurangi atas suatu Pekerjaan tertentif;
8. Pelaksanaan pekerjaan tambah kurang baru dapat dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA setelah
diberikan ijin tertulis dari Manajemen Konstruksi dan PIHAK PERTAMA;
9. Perhitungan pekerjaan tambah kurang didasarkan atas dasar harga satuan, daftar upah dan
material sesuai dengan Bill of Quantity (BQ);
10.Tidak ada perhitungan kembali atas jumlah satuan yang dihitung PIHAK KEDUA selama Gambar
yang disepakati tidak berubah, dengan demikian perhitungan Pekerjaan Tambah Kurang hanya
bagian pekerjaan yang laln dari rencana kerja dan syarat-syarat, serta gambar-gambar.

PASAL 30
KEKUATAN HUKUM LAMPIRAN-LAMPIRAN YANG ADA

Seluruh lampiran-lampiran yang merupakan bagian dari perjanjian ini, adalah satu kesatuan dan tidak
dapat dipisahkan dari perjanjian ini. Adapun Lampiran-lampiran yang dimaksud terdiri dari:
a) Daftar uraian pekerjaan, volume dan harga satuan (Bills of Quantities/BQ);
b) Spesifikasi/syarat-syarat teknis;
c) Gambar Kontrak (Gambar Tender);
d) Time Schedule (Kurva S); dan
e) Struktur Organisasi Proyek PIHAK KEDUA.

PASAL 31
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

20
1. Segala masalah yang timbul dikemudian hari berkaitan dengan pelaksanaan dan penafsiran isi
perjanjian ini, maka PARA PIHAK sepakat dan setuju akan menyelesaikan dengan itikad baik melalui
jalan musyawarah untuk mencapai mufakat.

2. Namun apabila musyawarah antara PARA PIHAK untuk menyelesaikan masalah tidak mencapai kata
mufakat, maka dengan segala akibatnya PARA PIHAK memilih domisili hukum tetap di Kantor
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar Bali.

PASAL 32
PENUTUP

1. Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam rangkap (dua) asli dan bermaterai
cukup, ditandatangani oleh PARA PIHAK dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang
sama dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

2. Segala sesuatu yang belum diatur di dalam perjanjian ini akan diatur kemudian di dalam perjanjian
addendum tersendiri yang disepakati oleh PARA PIHAK.

Demikian perjanjian ini dibuat, disetujui dan disepakati guna menjadi acuan, pedoman serta dipatuhi
sepenuhnya dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan itikad serta jiwa kerjasama sebaik-baiknya.

Untuk dan atas nama Untuk dan atas nama (KSO)

PT. ……………………. PT. TIGA PILAR JAYA dan PT. KALIWANGI CHASASI DHARMA PUTRA

………………………………. Eko Purwanto dan Moh. Gamal Sugiarto

21

Anda mungkin juga menyukai