Anda di halaman 1dari 97

PEMERAHAN TEBU

Imbibisi % Sabut 200%

GILINGAN
Pol Ampas <2%
ZK >50%

AMPAS

NIRA TERPERAH

HPG = 95-97%
HPB 1 = 65-70%
STASIUN GILINGAN

PEMBONG PENGERJAAN PENGGILINGAN /


KARAN PENDAHULUAN PEMERAHAN

Rotary
screen Air Imbibisi
Carding
CC. 2 Drum
CC. 1
Ampas Ke. Boiler
Meja tebu
a1 a2 a3 a4 a5
I II III IV V
Tebu

HDHS

NPP NPL 2 NPL 3 NPL 4 NPL 5

Nira Mentah Timb. NM / St. Pemurnian


ALAT PEMBONGKARAN TEBU (CANE UNLOADING)
DAN ALAT PENGANGKUT
CRANE TEBU/GANTRY/CANE UNLOADING CRANE

 Digunakan untuk mengangkat


tebu/memindahkan tebu dari Lori atau
Truk ke atas Meja tebu
 Pada truk/lori diberikan rantai/kabel yang
dikaitkan pada Crane
 Ada dua macam gantry crane :
- fixed gantry crane
- traveling gantry crane.
 Penggerak: elektro motor
o kecepatan angkat (vertikal ):
8 - 12 m/menit
o Kecepatan horizontal :
10 – 14 m/menit.
o Tinggi angkat crane disesuaikan
dengan tinggi meja tebu
o Kekuatan angkat crane :
8 – 15 ton.
Kran
(derek)

Lori tebu

Meja tebu
Krepy ak
tebu
TRUCK TIPPER

 Memindahkan muatan tebu dari lori maupun truk langsung ke cane carrier.
 Terdiri dari meja landasan yang digerakkan oleh alat hidrolik sehingga
membentuk kemiringan dengan sudut  60.
 Truck tipper seringkali dilengkapi dengan timbangan lengkap dengan
indicator dan printer.
 Keuntungan tipper:
1. waktu lebih singkat
2. tanpa kabel sling
3. tenaga kerja yang dibutuhkan
lebih sedikit
4. tebu yang tercecer / tertinggal
lebih sedikit
PENGANGKAT TEBU/CANE LIFTER/HILO

 Truk atau trailer


dilengkapi rantai atau
jaring sebagai lapisan
dasar truk.
 Rantai diikat pada salah
satu sisi truk, dan
diangkat pada sisi yang
lain
 Seluruh muatan tebu
dapat terangkat dan
ditumpahkan ke meja
tebu atau carrier tebu
dengan sekali gerakan
ke atas.
MEJA TEBU STATIS

 Meja tebu benar-benar seperti meja dengan konstruksi besi


 Rata-rata menampung 8-12 ton tebu
 Untuk menumpahkan ke carier (krepyak) dengan alat penggaruk
(cane rake)
 Kapasitas Meja Tebu Stasis berkisar 40-50 TCD/m2
MEJA TEBU GERAK

 Meja tebu berbentuk


landasan persegi dipasang
pada satu sisi main carrier.
 Memiliki rantai dan cakar
pendorong tebu yang
digerakkan oleh elektro
motor untuk mengatur
masukan dan tinggi tebu di
main cerrier
 Kecepatan cakar pendorong :
3–6 m/menit.
 Jarak carrier utama dengan
meja tebu diukur tegak lurus
pada sisi carrier  2 meter.
t = 6" penggaruk
MEJA TEBU
 Luas meja tebu biasanya dirancang
dengan rumus:
S = 2A , dimana
3

S = luas meja tebu ( m2 ) dan


A = kapasitas giling (TCH)

 Spesifikasi:
o Perbandingan panjang dan lebar
meja tebu = 5 : 7
o Power motor : T = 0,25.S HP,
o Sudut kemiringan meja tebu  =
5 kedepan, atau 8-15
kebelakang
o Untuk Kapasitas giling > 70 TCH
disarankan menggunakan 2 bh
meja tebu.
CANE TUMBLER
 Cane Tumbler berupa batang bergigi (cakar) yang dipasang pada Meja
Tebu
 Tujuan cane tumbler adalah perata tebu yang masuk ke main carrier
sehingga umpan memiliki ketebalan yang konstan
 Kecepatan putaran n = 80 – 100 rpm.
ALAT PENGANGKUT (CARRIER)
CANE CARRIER

 Cane Carrier menghantar tebu dari


meja tebu ke gilingan.
 Lebar carrier sama dengan panjang
rol gilingan.
 Jenis carrier tebu adalah slat carrier
(conveyor).
 Penggerak adalah motor listrik
(inverter), VS-motor atau motor
hidrolik
 Jika terdapat carrier yang miring,
maksimal sudut kemiringan 22, agar
tebu tidak selip
 Kecepatan carrier (u) tergantung
kecepatan (v) dan kemampuan
gilingan, biasannya:
u = 0,3 – 0,5 v (m/menit)
CANE CARRIER

 Tinggi muatan tebu di atas carrier :


h = 1000 A (m)
60 uld
A = Kapasitas giling (TCH)
u = kecepatan carrier (m/menit)
l = lebar carrier (m)
d = bulk density /
kerapatan tebu (kg/m3)
d = 150 kg/m3 tebu tidak teratur
d = 175 kg/m3 tebu teratur paralel
d = 300 kg/m3 tebu tercacah
 Power motor:
Pi = 3 Zt + A HP
10
Zt = panjang Carrier (m )
A = Kapasitas Gilingan ( TCH )
CANE ELEVATOR

 Merupakan pembawa tebu/baggase ke


posisi yang lebih tinggi (chute)
 Terbuat dari batangan besi atau pipa
memanjang dan setiap 15-20 cm
dipasang cakar dari pelat baja dengan
panjang  25 cm yang berfungsi
membawa baggase
 Batangan-batangan besi diletakkan atau
dihubungkan dengan rantai penghantar
dengan penguat baut
 Penggerak adalah motor listrik (inverter),
VS motor, atau motor hidrolik
 Sebagai dasar elevator adalah plat,
biasanya dari baja yang dipasang secara
permanen.
 Kemiringan = 35 - 40
INTERMEDIATE CARRIER

 Pembawa baggase antar gilingan


 Spesifikasi sama denga elevator
 Kemiringan maksimum 60 
 Kecepatannya harus > daripada kecepatan keliling rol.
ALAT PENGERJA PENDAHULUAN
(CANE PREPARATOR)
ALAT PENGERJA PENDAHULUAN
(CANE PREPARATOR)

 Merupakan peralatan yang digunakan untuk memotong, mencacah


tebu menjadi sayatan – sayatan kecil, agar lebih mudah diperah oleh
unit gilingan.
 Indikator Keberhasilan pengerja pendahuluan adalah Preparation
Index (PI):
Pol Ekstraksi Dingin
PI  100%
Pol Ekstraksi setelah dihancurka n
 Ada beberapa peralatan pengerja pendahuluan yang sering
digunakan.
o Crusher
o Pisau tebu (Cane Knives/Cane Cutter)
o Unigrator
o Heavy Duty Hammer Shredder
YANG MEMPENGARUHI HASIL
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Daya / power yang digunakan


2. Jenis peralatan yang digunakan
3. Repair / penyetelan dalam
pemasan
4. Maintenance dalam operasional
5. Pengawasan / kontrol
DAYA ALAT PENGERJAAN
PENDAHULUAN
0,09
PI = 63,7 x W

 W = daya dalam Kw / TFH


 PI = Preparation Index dalam %
 Untuk mendapatkan PI yg baik
menggunakan daya 50–80 Kw/TFH
W ( KW/ TFH ) PI

10 --------------------- 78,40
20 --------------------- 83,40
30 --------------------- 86,50
40 --------------------- 88,80
50 --------------------- 90,60
60 --------------------- 92,10
70 --------------------- 93,40
80 --------------------- 94,50
DAYA ALAT PENGERJAAN
PENDAHULUAN
CRUSHER : 10 - 26 KW / TFH
SHREDER : 10 - 12 KW / TFH
CANE CUTER : 10 - 12 KW / TFH
UNIGRATOR : 15 - 25 KW / TFH
CHOPER SHREDDER : 15 - 25 KW / TFH
SEMI HUMER SHREDDER : 22 - 25 KW / TFH
HEAVY DUTY SHREDDER : 40 - 50 KW / TFH
CRUSHER
 Digunakan untuk memotong tebu dengan tekanan ringan
 Sedikit yang masih menggunakan crusher karena PI rendah
 Mirip rol gilingan dengan alur berbentuk V mengelilingi diameternya
 Sudut alur sekitar 35–55, seringkali 45.
 Jarak antara puncak alur (Pitch) bervariasi antara 38 – 100 mm.
Kebanyakan menggunakan harga 50 – 75 mm.
 Tenaga yang dibutuhkan sekitar 2/3 dari tenaga untuk gilingan
putaran 2,5-3,5 rpm.
PISAU TEBU/CANE CUTTER/CANE KNIVES

 Pisau tebu terdiri dari as dengan banyak kepingan-kepingan (disk)


yang dipasangi pisau-pisau. Tiap-tiap disk dapat dipasang 4 pisau.
 Besarnya PI tergantung dari:
o Jenis pisau,
o Jumlah pisau,
o Kecepatan putaran pisau tebu dan
o Jarak ujung pisau tebu dengan cane carrier.
PISAU TEBU/CANE CUTTER/CANE KNIVES
PISAU TEBU/CANE CUTTER/CANE KNIVES

 Jarak ujung pisau I dengan carrier umumnya antara


150 s.d. 250 mm sedangkan pisau II lebih kurang
25 - 50 mm.
 Kecepatan putaran antara 600-800 rpm
 PI yang dihasilkan oleh Pisau Tebu sekitar 60-70 %.
 Penggerak Pisau Tebu adalah motor listrik atau
turbin uap
PISAU TEBU/CANE CUTTER/CANE KNIVES

 Power yang dibutuhkan :


P = (0,0025 K x C x f x n x R)/p Hp
C = banyaknya tebu yang diolah (TCH)
f = sabut % tebu
K = perbandingan tebu terpotong dan tidak
= (100-i)/100
n = kecepatan putar, (400-720 rpm)
R = Radius dari ujung mata pisau (inch)
p = pitch pisau (inch), CC I = 2” ; CC II = 1”
i = tebu belum terpotong
= (r/h) x 100
r = jarak pisau dengan cane carrier (m)
h = tebal tebu di cane carrier (m)

 Secara empiris power cane cutter :


• CC I = 20 – 28 HP tiap ton sabut / jam
• CC II = 40 – 48 HP tiap ton sabut / jam
PISAU TEBU/CANE CUTTER/CANE KNIVES

 Kapasitas pisau tebu:


Q=0,8 x D x L x U x d x 60/1000
Q = Kapasitas pisau tebu TCH
D = Diameter pisau tebu m
L = Lebar pisau tebu m
U = kecepatan pisau tebu m/menit
d = bulk density tebu kg/cm3
UNIGRATOR

 Unigrator merupakan kombinasi pisau tebu dengan hammer


shredder.
 Peralatan ini merupakan sebuah rotor yang sama dengan cane
cutter, namun pada pisau dipasangi dengan hammer sesuai
dudukannya.
 Cara kerja : Tebu masuk unigrator akan terpukul/terlempar ke atas
oleh hammer yang berputar berlawanan arah cane carrier, kemudian
masuk melewati diantara ujung hammer dan anvil, pada saat itulah
tebu akan terpukul dan terserut sehingga tebu berubah bentuk
menjadi serutan ampas yang siap untuk diperah di unit gilingan.
 Jarak antara Anvil dengan ujung hammer ± 20 mm.
 PI yang dihasilkan oleh unigrator : 80-85%
 Kebutuhan tenaga unigrator 15 – 17,5 Hp/TCH
UNIGRATOR
UNIGRATOR
HEAVY DUTY HAMMER SHREDDER

 Heavy Duty Hammer Shredder


mempunyai pemukul/hammer
yang diikat dengan batang pen
sehingga dapat bergerak
bebas.
 Sesuai dengan pemukulnya
yang besar, Heavy Duty
Hammer Shredder mempunyai
landasan pemukul yang lebih
kuat dan disebut Gridbar.
 Kombinasi 2 unit Pisau Tebu
dan 1 unit Heavy duty hammer
shredder merupakan paduan
yang sangat baik dan mampu
menghasilkan PI yang sangat
tinggi yaitu 94 %.
ALAT PENGUMPAN
DONNELLY CHUTE

 Merupakan Corong masukan ke


Gilingan.
 Dipasang bersama-sama dengan
under feed roller atau dengan
pressure feeder.
 Tekanan ampas pada dasar corong
yaitu pada titik ampas akan masuk
gilingan menyebabkan ampas
terdorong masuk gilingan.
 Tinggi ampas dalam corong diatur
disesuaikan dengan kemampuan
gilingan, sekitar 2,5 – 3 meter
FEEDING ROLL

 Feeding Roll merupakan rol


pengumpan yang berada di bawah
lapisan ampas sehingga disebut
juga under feed roller.
 Diameter dari feeding roll ini sekitar
1/3 sampai 2/3 dari diameter rol
gilingan
 Kecepatan keliling (rpm) sekitar 1,3
– 1,5 kecepatan keliling rol gilingan
 Feeding roll ini digerakkan oleh rol
muka lewat transmisi sprocket dan
rantai
 Kemampuan pengumpanan dpt
ditingkatkan dngn memberikan alur
pada rol, misalnya 10 – 13 mm
pitch.
CONTINOUS PRESSURE FEEDER
 Continous Pressure Feeder berupa
sepasang rol pengumpan yang
dipasang di depan bukaan gilingan.
 Masukan ampas menjadi lebih baik
(terjamin) sehingga kapasitas
gilingan dapat meningkat
 Diameter rol bervariasi antara 60 –
100 % dari diameter rol gilingan.
Umumnya sekitar 80 %.
 Kecepatan keliling rol pressure
feeder 1,3 kecepatan keliling rol
gilingan.
 Banyak digunakan di Australia dan
Afrika Selatan.
 Gilingan yang dilengkapi dengan
pressure feeder disebut Gilingan 5
rol.
SIX ROLL MILL
GILINGAN
GILINGAN
 Gilingan merupakan alat pemerah nira dari sel-sel dalam sabut
tebu tebu yang telah dicacah oleh alat pengerjaan
pendahuluan.
 Pabrik gula di Indonesia umumnya terdiri dari 4 perangkat
gilingan atau 5 perangkat gilingan (Tandem)
GILINGAN
 Pada umumnya, gilingan menggunakan 3 rol.
 Elemen2 gilingan 3 rol terdiri dari satu standar (penyangga)
yang terbuat dari baja tuang yang menumpu 3 rol horizontal
(rol muka, rol belakang, rol atas)
SKEMA GILINGAN

np3

np4

tebu air

a4
Gil.I a1 Gil.II a2 Gil.III a3 Gil.IV

np4

np1 np2 np3

nm
ROL GILINGAN
 Rol gilingan terdiri atas selubung (shell) yang terbuat dari besi
cor dipasang pada poros yang terbuat dari baja khusus, yang
disatukan dengan proses pemanasan (shrink fit )
 Ukuran rol yang banyak dipakai pabrik gula di Indonesia:
Diameter Panjang

30” 60”

32” 60”

34” 72”

34” 78”

36” 78”

42” 84”
SELUBUNG (SHELL)
 Untuk memperoleh hasil yang baik, rol-rol unit gilingan harus
dapat memerah dengan efektif (tidak selip).
 Hal ini dapat terlaksana bila bahan rol (selubung roll) cukup
kasar. Bahan yang biasa digunakan sebagai Selubung adalah
Besi Cor butir kasar dan Besi Cor butir halus.
 Besi cor butir kasar akan menghasilkan selubung dengan
permukaan kasar yang cukup baik, namun kurang kuat dan
mudah pecah.
 Besi cor butir halus memiliki kekuatan yang lebih baik, namun
permukaan yang dihasilkan halus, sehingga dalam operasional
perlu diberi pengasaran
ALUR
 Pada rol gilingan terdapat alur yang
cukup dalam antara 40 s.d. 60 mm
dengan sudut alur antara 35° – 60°
 Dibuat alur tambahan di antara alur-
alur tersebut, yang lebih dalam sedalam
20 s.d. 25 mm yang dinamakan
messchaerts, dengan tujuan
mempercepat aliran nira keluar rol.
ALUR
 Pada rol gilingan terdapat alur yang
cukup dalam antara 40 s.d. 60 mm
dengan sudut alur antara 35° – 60°
 Dibuat alur tambahan di antara alur-
alur tersebut, yang lebih dalam sedalam
20 s.d. 25 mm yang dinamakan
messchaerts, dengan tujuan
mempercepat aliran nira keluar rol.
Diamond Bestrol Caterpillar

Van Raalte Halle-Lestari Industri

Gb-21 Beberapa macam bentuk alur


ALUR
 Tambahan alur lain yang sudah lazim dipakai adalah alur
chevrons, yaitu alur tambahan yang memotong hamparan alur
yang ada membentuk huruf V. kedalaman alur chevrons hampir
sama dengan alur melintang. Jarak antar alur 20 – 25 cm.
 Tujuan alur chevrons adalah memperbaiki feeding, biasanya
dipakai pada rol atas dan rol muka
PERFORATED ROLL
 Cara lain untuk memperbaiki aliran nira adalah dengan
perforated roll, yaitu pembuatan lubang-lubang aliran nira
dalam selubung rol
STANDARD GILINGAN
 Rol gilingan berputar dalam
metal-metal Gilingan yang
dipasang pada Standard
Gilingan atau Mill Cheeks.
 Standard dibuat dari baja cor
atau dari pelat baja
konstruksi las.
 Disamping menahan bobot
rol, standar juga menahan
gaya-gaya yang bekerja
pada waktu rol-rol gilingan
memerah nira.
DBB GAYA-GAYA PADA STANDARD GILINGAN
STANDARD GILINGAN TIPE HIDROLIK MIRING
METAL GILINGAN
 Metal gilingan dibuat dari
brons atau baja dengan
lapisan babit dengan
ruangan untuk sirkulasi air
pendingin.
 Karena metal menerima
beban sangat berat dengan
putaran poros rendah,
permukaan metal harus luas
dan pemasukan minyak
pelumas harus dengan
pompa (forced feed
librication system).
HIDROLIK GILINGAN
 Gilingan dilengkapi dengan system hidrolik yang menekan rol
atas, sehingga dapat bergerak naik turun menurut tebal
tipisnya umpan dengan tekanan yang konstan sehingga
dapat meningkatkan ekstraksi gilingan.
 Makin besar tekanan, makin besar ektraksi. Namun besarnya
tekanan hidrolik harus diperhitungkan dengan pemakaian
power dan kekuatan peralatan.

Tekanan Ektraksi
Kg/cm2 %
150 94,6

200 95,1

250 95,4

300 96,3
PUTARAN ROLL GILINGAN
 Putaran rol gilingan dibuat sekecil mungkin agar memberi
kesempatan pada nira melepaskan diri dari rol, sehingga
pada waktu ampas masuk, rol sudah kering,
 Kalau putarannya terlalu cepat, nira tidak ada kesempatan
melepaskan diri dari rol, rol menjadi basah, nira terhisap
kembali oleh ampas.
 Dalam menentukan putaran rol gilingan, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan antara lain:
o Kapasitas giling
o Daya mesin Penggerak gilingan
o Jenis mesin penggerak
o Kekasaran permukaan rol
o Faktor slip
o Faktor reabsorbsi

Putaran rol untuk - Mesin uap = 1,5 – 2,5 put/menit


- Turbin Uap = 3 – 5,4 put/menit
PROSES EKSTRAKSI GILINGAN
 Rol atas menggerakkan rol
muka dan rol belakang, lewat
RA
roda gigi (pinion).
 Tebu diperah 2 kali, pertama
UMPAN

Tumpahan
Nira
antara rol atas dan rol muka
dan kedua antara rol atas dan
RB
Sal
RM rol belakang.
Tump Nira  Jarak rol atas dengan rol
belakang lebih kecil dibanding
jarak rol atas dengan rol
muka.
Roll Air Pemadatan sabut
 Nira akan mengalir melalui alur
sisi depan rol muka dan
Tipis Tebal Tipis
melalui alur sisi depan rol
belakang serta jatuh pada plat
Nira Nira Nira penampung nira, kemudian
dialirkan ke bak nira mentah.
kecil deras kecil

Roll Muka / Belakang


PROSES EKSTRAKSI GILINGAN
 Ampas yang diperah dalam
unit gilingan akan keluar
melalui plat luncur ke
intermediate carrier menuju
unit gilingan berikutnya.
 Ampas yang akan menuju unit
gilingan terakhir diberi imbibisi
air yang dimaksudkan sebagai
bahan pengencer nira yang
tersisa dalam ampas.
IMBIBISI
 Jumlah imbibisi akan berpengaruh terhadap ekstraksi gilingan.
 Makin besar jumlah air imbibisi, akan didapatkan ekstraksi yang
makin meningkat.
 Suhu dan derajat pencampuran juga sangat mempengaruhi hasil
ekstraksi.
 Menurut Hugot, tabel variasi ekstraksi pada berbagai imbibisi,
seperti di bawah ini.

Imbibisi Ektraksi
% tebu %
10 92,1
20 93,7
30 94,8
40 95,6
POWER
 Daya diperlukan pada gilingan tergantung kepada :
o Kapasitas giling
o Kecepatan putaran
o Konfigurasi gilingan (tandem, jumlah roll, ukuran rol, dll)
o Transmisi yang digunakan
o Setelan gilingan
o Daya hidrolik
 Daya rata2 diperlukan : 8-12 kW/TFH
 Konfigurasi : Gilingan 1 dan trakhir : 10-14 kW/TFH, gilingan
tengah 8-11 kW/TFH
 Penggerak:
o Mesin Uap
o Turbine
o Motor Listrik
o Motor Hidrolik
MESIN UAP

 Ditemukan pada 1820, masuk di PG Indonesia sekitar tahun 1825-


1830
 Sampai sekarang masih banyak (dominan) di PG-PG di Indonesia
TURBIN UAP

 Turbin uap merupakan penggerak gilingan yang populer


di PG khususnya untuk pabrik berkapasitas besar.
 Jenis turbin untuk penggerak gilingan adalah single
stage, dengan kecepatan putaran 4.500-5.600 rpm.
 Uap yang digunakan adalah superheated steam dengan
temperatur 300-350oC pada tekanan 17-20 kg/cm2.
 Power yang dibutuhkan 14,5 HP/ton sabut/jam
MOTOR LISTRIK

 Beberapa keuntungan penggunaan motor listrik, diantara yang


penting adalah
o pemakaian uap dalam pabrik lebih hemat,
o pemeliharaan motor-motor listrik lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan pemeliharaan yang diperlukan pada
pemakaian mesin uap atau turbin uap
o tidak menggunakan pipa-pipa uap, baik untuk uap baru
maupun uap bekas, sehingga selain mengurangi adanya
kerugian karena radiasi panas, juga lokasi Setasiun Gilingan
kelihatan lebih bersih dan teratur (neces).
o pada penggunaan motor listrik, sekalipun terjadi 2 kali
konversi dari tenaga uap kearus listrik pada generator dan
konversi arus listrik ketenaga gerak pada motornya, namun
efisiensinya masih jauh lebih baik dari pada penggunaan mesin
uap maupun turbin uap.
o mengurangi biaya operasi karena tidak memerlukan banyak
operator dan nimyak pelumas.
MESIN HIDROLIK
 Merupakan penggerak yang cukup modern, dengan memanfaatkan
hukum pascal (hidrolik).
 Dapat menghasilkan putaran yang rendah dengan torsi yang
tinggi, sehingga tidak memerlukan transmisi reduksi dan biaya
investasi dapat ditekan.
 Daya motor hidrolik dihasilkan oleh pompa hidrolik yang diputar
oleh motor listrik, sehingga dibutuhkan daya untuk penggerak
pompa hidrolik tersebut.
 Dapat dipasang individual pada masing-masing rol gilingan
MESIN HIDROLIK
 Dapat juga dipasang konvensional, pada rol atas saja
EFISIENSI PENGGERAK
 Berikut ini daftar nilai rendemen mekanik (mechanical
efficiency), disingkat dengan simbol  yang diutarakan oleh EEC
(Edwards Engineering Company of America)

Reciprocating Steam Engine (mesin uap torak)  = 0,82

Steam Turbine (single stage) (turbin uap)  = 0,65

Steam Turbine (multi stage) (turbin uap)  = 0,82

DC Motor (motor listrik arus searah)  = 0,90


AC Motor & Freq. Converter (motor listrik AC +
 = 0,88
FC)
Hydro Motor (hydraulik moror)  = 0,86

Tail bar & Coupling (koppel as & mof)  = 0,98

3 mill pinions (3 roda gigi gilingan)  = 0,90


RODA GIGI GILINGAN (PINION)
 Pada suatu perangkat gilingan, rol yang digerakkan adalah rol
atas. Kemudian rol atas ini menggerakkan rol depan dan rol
belakang melalui roda-roda gigi gilingan yang lazim disebut
rondsel (bahasa Belanda) atau pinion (bahasa Inggris).
 Rondsel atau pinion ini dipasang pada poros-poros gilingan dengan
spi (pasak) agar tidak bergeser kedudukannya.
 Bentuk giginya adalah sesuai dengan konstruksi evolvente.
 Bekerjanya rol atas naik turun, tergantung dari tebal tipisnya
umpan yang masuk kegilingan, maka selain gigi-giginya harus
kuat, juga harus dapat mengakomodasi naik-turunnya rol
atas tersebut.
 selain lingkaran “stik” (bahasa Belanda steek cirkel atau bahasa
Inggris pitch circle) juga diperlukan adanya lingkaran dasar
yang berbeda dengan yang lazim pada konstruksi evolvente.
 Sudut konstruksi evolvente dapat 16° hingga 20°, namun
yang banyak digunakan adalah dengan sudut 17° dan 18°.
 bahwa naik turunnya rol atas harus dibatasi max. sesuai dengan
besarnya jarak C
KOPELING GILINGAN (KOPPEL MOF)
 Kopeling penghubung antara rol atas dengan rangkaian
penggeraknya ini dipabrik gula biasa disebut koppel mof (bahasa
Belanda) atau mill coupling (bahasa Inggris).
 Karena Rol Atas bergerak naik turun, maka koppel mof juga harus
dapat mengatasi kondisi tersebut.
 Konstruksi kopel mof terdiri dari dua buah mof dan sebuah poros
antara.
 Naik trurunnya rol atas tidak maksimal 12-15 mm, atau sesuai
perbandingan:
x : y = h : l → x = (y x h) : l
RODA GIGI TRANSMISI
 Penggerak gilingan PG pada umumnya adalah mesin uap, turbin,
motor listrik AC maupun DC dengan kecepatan putaran yang tinggi
(50-80 rpm utk mesin uap, 4500-5600 rpm utk turbin uap)
sementara putraran rol gilingan sangat pelan (1,5-3 rpm utk mesin
uap, 3-5 rpm utk turbin uap).
 Untuk mendapatkan putaran yang diinginkan pada rol gilingan,
maka digunakan Roda Gigi Reduksi.
 Transmisi Mesin Uap
o Rasio 22-30
o 2 tahap
RODA GIGI TRANSMISI
 Transmisi Turbin Uap
o Rasio besar
o 3 tahap (HSRG, MSRG, LSRG)
PLANETARY GEARBOX
 LEBIH EFISIEN
 LEBIH PRESISI
 LEBIH SIMPEL
 LEBIH KECIL
EFISIENSI TRANSMISI
 Berikut ini daftar nilai rendemen mekanik (mechanical
efficiency), disingkat dengan simbol  yang diutarakan oleh EEC
(Edwards Engineering Company of America)

High Speed Gear Reduction (HSGR)  = 0,98

Medium Speed Gear Reduction MSGR)  = 0,97

Low Speed Gear Reduction (closed) (LSGR)  = 0,95

Low Speed Gear Reduction (open) (LSGR)  = 0,93

Double Speed Gear Reduction (closed) (DSGR)  = 0,94

Double Speed Gear Reduction (open) (DSGR)  = 0,91

Triple Speed Gear Reduction (closed) (TSGR)  = 0,92

Planetary Gear Reduction (PGR)  = 0,95


PENYETELAN GILINGAN
‘JAVA METHOD’
METODE JAWA
 Metode Jawa adalah cara menyetel gilingan
pabrik gula yang ditemukan dan dianjurkan
oleh peneliti-peneliti “Proefstation Oost Java”
(POJ, sekarang P3GI Pasuruan), seperti
Muller von Czernicky dan Gogelijn sejak
sebelum tahun 1900.
 POJ pada saat itu merupakan rujukan utama
bagi industri gula didunia, sehingga Metode
Jawa ini banyak dianut oleh industri-industri
gula dinegara lain, seperti Australia,
Mauritius, Afrika Selatan, Philipina, Hawaii,
India, Pakistan dan negara-negara lainnya.
PHILOSOPHY

 Pada "Metode Jawa" ('Jawa method'), nira


yang terkandung dalam tebu diusahakan
untuk dapat terperah semuanya.
 Oleh karena itu pada perhitungan setelan
gilingannya dianggap bahwa yang digiling
hanya sabut.
 Caranya adalah menggiling tebu pada
putaran rendah, agar pemerahan dapat
terlaksana secara baik (Jawa = ‘apuh’).

85
Anggapan:
Yang digiling sabut
n

Dk
Dk = diameter koreksi rol
h L = panjang rol
H H = tebal tak berongga (no void) tebu masuk
h = tebal tak berongga (no void) ampas keluar
n = putaran rol/jam
Dk

86
PERHITUNGAN
I. DIAMETER KOREKSI (Dk)

DIAMETER KOREKSI ADALAH DIAMETER


YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN
SETELAN GILINGAN.

KOREKSI DIBERIKAN AKIBAT ADANYA ALUR


PADA GILINGAN
D = diameter luar rol
2
Dm = diameter rata-rata rol Dm  D  e
3
Dk= diameter terkoreksi
Dk  Dm  k
(a  b).e.G.Dm
k
G = jumlah alur 2.L.D
L = Panjang Rol
II. KADAR SABUT TEBU (f)

KADAR SABUT ADALAH PROSEN SABUT


TERHADAP TEBU

S A B U T. B I A S A N YA D I A M B I L S A B U T P R O S E N T E B U
R ATA - R ATA 3 TA H U N T E R A K H I R D A R I M A S A
G I L I N G P G YA N G B E R S A N G K U TA N

3 f 2010  2 f 2009  1 f 2008


f 2011 
6
III. FIBRE INDEX ()

MENUNJUKKAN DENSITAS (MASSA JENIS)


S A B U T , D A L A M S A T U A N ( K g / d m 3)

NILAI  MENUNJUKKAN KEMAMPUAN


GILINGAN YANG BERSANGKUTAN
MEMADATKAN SABUT

NILAI  UNTUK MASING-MASING PERANGKAT


GILINGAN BERBEDA DAN TERGANTUNG PADA
SUSUNAN BATERAI GILINGANNYA
MENENTUKAN FIBRE INDEX MENURUT HUGOT

 Hugot memberikan standar harga Fiber Index untuk


gilingan dengar ukuran diameter rol standar :
762 x 1524 mm (30 x 60 in)

 Pada rol dg diameter berbeda, harga fiber index


sebanding dg perbangdingan diameter  ' D'

 762
IV. VOLUME SABUT MASUK

kg (sabut)/jam  Qx1000 xf /(22 jam) (kg/jam)

Q = kapasitas giling direncanakan (TCD)

V Sabut Masuk  (Kg (sabut)/jam) / 


(dm3/jam)
V. Luas Permukaan Ampas/Jam

Luas Ampas/jam  (  Dk ( A)  L)  n (dm2/jam)


VI. Bukaan Kerja Belakang

Volume Sabut Masuk/jam


abelakang 
Luas Ampas/jam

abelakang = bukaan kerja belakang


VIII. Bukaan Kerja Muka
amuka  i  abelakang
i= perbandingan bukaan kerja, ditentukan oleh PG
contoh:
Gilingan No. 1 2 3 4 5

i 2,0 2,2 2,3 2,4 2,5

Penetapan besar (i) harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Makin besar P.B.K.,
makin berat kerja gilingan dan ada kemungkinan gilingan gilingan selip (keseretan).
P.B.K. yang terlalu rendah akan mengurangi pemadatan ampas atau kerja gilingan
ringan (kurang efektif).
Contoh Kasus

CASE
PELAT AMPAS

 O-W = (OR+RM)/25
 b = /6
 RN = (0,015-0,020) x Dk (b)) 40o 38o

78o<<82o

Anda mungkin juga menyukai