Anda di halaman 1dari 9

IATMI 2006-TS-20

PROSIDING, Simposium Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2006
Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 15-17 November 2006

STUDI LABORATORIUM PENGARUH INJEKSI POLIMER DENGAN BERBAGAI


KONSENTRASI TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK PADA
RESERVOIR KARBONAT
Agus Widyarso, Boni Swadesi, Wisnu Aji Wibowo, Sudarmoyo
UPN “Veteran” Yogyakarta

SARI air (waterflooding). Injeksi air terbukti dapat


Akibat rasio mobilitas air-minyak yang mempertahankan penurunan tekanan reservoir dan
tinggi dalam reservoir, sebagian besar minyak juga dapat mendorong minyak hingga saturasi
tidak bisa dikeluarkan. Salah satu metode minyak residual (Sor).
Enhanced Oil Recovery (EOR) yang dapat Penambahan polimer dalam air injeksi
diterapkan, yaitu injeksi kimia yang diantaranya dimaksudkan untuk:
adalah polimer flooding. Injeksi polimer 1. memperbaiki sifat fluida pendesak, yaitu
(Polymer Flooding) pada dasarnya merupakan viskositasnya sehingga diharapkan dapat
injeksi air (Water Flooding) yang meningkatkan perolehan minyak yang lebih
disempurnakan. Penambahan polimer dalam air besar.
injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat 2. Mengurangi mobilitas ratio antara air dengan
fluida pendesak, yaitu viskositasnya sehingga minyak sehingga dapat meningkatkan efisiensi
diharapkan dapat meningkatkan perolehan penyapuan.
minyak yang lebih besar. Pada paper kali ini akan dibahas seberapa
Ada dua tahap yang dilakukan dalam besar pengaruh dari beberapa harga konsentrasi
penelitian ini, yaitu analisa polimer secara statis polimer terhadap peningkatan perolehan minyak
yang dilakukan untuk memilih dua polimer yang yang dilakukan dengan uji laboratorium.
paling baik sebagai fluida injeksi dari beberapa
polimer yang akan diuji dan analisa polimer DASAR TEORI
secara dinamis yang dilakukan untuk menguji Enhanced Oil Recovery, pada umumnya
kembali dua polimer yang telah dipilih, sehingga dilaksanakan dengan cara menginjeksi suatu fluida
didapat polimer yang paling optimal sebagai (air atau gas) ke dalam sumur produksi dengan
fluida injeksi lapangan X. tujuan untuk meningkatkan laju produksi dari suatu
Dari hasil pengujian laboratorium, sumur tanpa merusak formasi dari reservoir
polimer B dengan konsentrasi 2000 ppm tersebut.
diputuskan sebagai polimer yang paling baik Injeksi zat kimia adalah salah satu metode
untuk digunakan sebagai fluida injeksi pada EOR (Enhanced Oil Recovery) dengan meng-
lapangan X. injeksikan zat kimia ke dalam reservoir, dengan
tujuan utama untuk mengubah sifat fisik fluida dan
PENDAHULUAN batuan reservoir yang berpengaruh terhadap
Peningkatan produksi yang dilakukan di peningkatan efisiensi pendesakan dan penyapuan.
berbagai lapangan, menyebabkan penurunan Salah satu injeksi kimia yang sering digunakan
tekanan reservoir yang pada akhirnya mengurangi adalah injeksi polimer.
produktivitas sumur. Untuk mempertahankan
penurunan tekanan tersebut, maka dilakukan Tinjauan Umum Polimer
secondary recovery sehingga dapat pula Polimer atau sering disebut makromolekul
meningkatkan perolehan minyak. Salah satu upaya adalah rangkaian molekul sederhana berukuran
secondary recovery ialah dengan melakukan injeksi sangat panjang yang terbentuk dari perulangan unit-

-1-
unit kimia kecil dan sederhana. Molekul–molekul diinginkan sifat polimer yang ionik. Polyacrylamide
yang bergabung membentuk polimer disebut dapat menjadi polimer ionik dengan penambahan
monomer. Pengulangan dari monomer–monomer gugus–gugus bermuatan. Hal ini dilakukan dengan
ini bisa berbentuk linier yang membentuk rantai mereaksikan polyacrylamide dengan basa kuat
panjang atau bisa juga rantai bercabang atau (NaOH dan KOH). Reaksi ini dikenal dengan istilah
interkoneksi yang akan membentuk jaringan tiga hidrolisa.
dimensi. Polyacrilamide dapat mengalami
Menurut pembentukannya, polimer degradasi mekanis dan kimia. Degradasi mekanis
digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu polimer PHPAM yang ionik dipengaruhi kegaraman
alam dan polimer sintetik. Polimer alam terbentuk (salinitas). Semakin tinggi kegaraman, semakain
dari suatu kegiatan organik, seperti fermentasi, banyak jumlah gugus bermuatan PHPAM yang
contoh : xanthan gum. Sedangkan polimer sintetik ternetralisir dan menyebabkan ukuran molekul
dibentuk dari sintesa senyawa–senyawa kimia mengecil.
sederhana, seperti polyacrilamide. Selain itu,
polimer dibedakan atas ada tidaknya muatan ion Pendesakan Polimer
pada rantai molekulnya : (polimer ionik) atau sering Di saat proses injeksi air terbukti kurang
disebut polyelectrolytes dan polimer tak bermuatan efisien, akibat terproduksinya air secara besar–
(polimer non–ionik). besaran dan rendahnya perolehan minyak saat
breakthrough, maka injeksi polimer menjadi salah
satu solusi yang feasible untuk memperbaiki proses
Jenis Polimer Yang Digunakan EOR tersebut. Tetapi, aplikasi operasi injeksi
Jenis polimer yang umum digunakan untuk polimer di lapangan dan bagaimana desain polimer
injeksi guna meningkatkan perolehan minyak yang tepat bergantung pada karakteristik reservoir
adalah Xanthan Gum dan Polyacrilamide. termasuk mekanisme pendorong alaminya.
Keduanya merupakan polimer yang dapat larut Injeksi polimer dapat meningkatkan
dalam air. perolehan minyak cukup tinggi dibandingkan
- Xanthan Gum dengan injeksi air konvensional. Akan tetapi
Xanthan Gum sering juga disebut mekanisme pendesakannya sangat kompleks karena
biopolimer atau polysaccharide yang merupakan menyangkut sifat fisik reservoir, konsentrasi
polimer alam dan bersifat ionik serta larut dalam teradsorpsi dan lain–lain.
air. Xanthan Gum dihasilkan dari mikroorganisme Pada umumnya reservoir minyak terdiri
Xanthomonas campestris, melalui proses fermentasi atas banyak lapisan dengan sifatnya yang beragam.
pada media karbohidrat yang mendapatkan supply Efisiensi penyapuan volumetrik merupakan ukuran
protein dan energi gas nitrogen (N2). pengaruh tiga dimensi dari heterogenitas reservoir
Xanthan gum dapat meningkatkan tersebut. Hal tersebut merupakan hasil dari pola
viskositas. Sifat ini adalah rheologi dari xanthan penyapuan vertikal dan horizontal. Effisiensi
gum karena asosiasi rantai polimer. Larutan encer penyapuan volumetrik didefinisikan sebagai volume
xanthan gum sangat pseudoplastik. Dibawah pori reservoir yang terkena kontak dengan fluida
kondisi shear yang besar seperti pemompaan, injeksi dibagi dengan volume pori total. Dapat
larutan xanthan gum mempunyai viskositas yang dikatakan bahwa efisiensi penyapuan vertikal
sangat kecil. Adanya sedikit Sodium Chloride merupakan fungsi dari karakteristik reservoir
(NaCl) akan menurunkan viskositas larutan xanthan tersebut, sementara efisiensi penyapuan horizontal
gum yang berkonsentrasi rendah. Polimer ini merupakan fungsi dari karakteristik reservoir dan
bersifat ionik dan bersifat polar, lebih tahan lokasi sumur. Polimer dapat mengurangi pengaruh
terhadap degradasi mekanis daripada yang merugikan dari variasi permeabilitas dan
polyacrilamide rekahan sehingga dapat memperbaiki efisiensi
- Polyacrylamide penyapuan vertikal dan horizontal.
Polyacrilamide merupakan polimer sintetis Injeksi polimer digolongkan ke dalam
yang bersifat non–ionik yang disintesis dari injeksi tak bercampur (immiscible flooding) dan
monomer acrylamide. Umumnya polyacrylamide dari fungsinya berarti injeksi polimer dapat
dibuat berdasarkan mekanisme radikal bebas. meningkatkan efisiensi pendorongan minyak secara
Molekul polyacrylamide adalah molekul makro. Sedangkan struktur mikroskopik dari
yang sangat fleksibel, dimana rantai yang panjang reservoir tidak berubah (tegangan permukaan antara
dan diameter molekul yang relatif kecil membuat minyak dan air).
polimer ini sensitif terhadap kerusakan mekanis dan Meski tidak terdapat heterogenitas
degradasi. Untuk menambah keefektifannya dalam reservoir, efisiensi penyapuan dapat menjadi rendah
peningkatan perolehan minyak, sering kali karena adanya perbandingan mobilitas yang tidak

-2-
menguntungkan. Mobilitas fluida didefinisikan kelenturan pada polimer, kelihatan seperti gel.
sebagai perbandingan permeabilitas media dengan Dengan penambahan molekul polimer, polimer-
viskositas fluida. Polymer dapat memperbaiki polimer terikat secara maksimum. Sehingga
perbandingan mobilitas (mobility ratio) sehingga menaikkan viskositas nyata dari polimer (Mangan
dapat meningkatkan efisiensi penyapuan dan juga et al., 1966).
efisiensi pendesakan dalam reservoir. Dalam solvent yang buruk, polimer yang
kontak dengan solvent hanya sedikit. Dari
mikrografik electron dapat diketahui pengurangan
Mekanisme Pendesakan Polimer
ikatan dan struktur polimer yang lebih kaku (rigid)
Mekanisme yang sudah lama dikenal
(Herr dan Routson, 1976).
adalah penurunan perbandingan mobilitas air
Air suling adalah solvent yang baik untuk
terhadap minyak. Polimer menjadikan
kebanyakan polimer. Penambahan garam, elektrolit
perbandingan mobilitas menjadi rendah karena
akan menetralkan muatan molekul polimer. Dengan
meningkatnya viskositas efektif air sehingga
terurainya muatan, gaya yang ada membantu
mendorong fluida. Beberapa panduan yang
memberikan turunnya molekul polimer (Mangan et
digunakan untuk memilih reservoir yang akan
al., 1966). Jadi selama kosentrasi garam bertambah,
dilakukan injeksi polimer antara lain :
molekul polimer akan berkerut, menurunkan
1. Perbandingan mobilitas antara 5 sampai 40
viskositas larutan seperti terlihat pada Gambar 3.
dan/atau terdapat variasi distribusi
Untuk kelakuan pseudoplastik, terdapat beberapa
permeabilitas yang cukup besar.
faktor lain yang mempengaruhi viskositas nyata
2. Memiliki permeabilitas dan viskositas minyak
larutan polimer.
tinggi.
3. Temperatur reservoir kurang dari 100 – 200
- Berat Molekul
°F.
Jika molekul polimer sangat padat, tidak
4. Saturasi minyak bergerak harus cukup tinggi.
ada bidang yang berinteraksi, berat molekul akan
5. Reservoir dengan daya dorong air yang
sedikit mempengaruhi viskositas larutan. Namun,
produksi awalnya kecil atau tidak ada sama
serat alam dari polimer yang memungkinkan untuk
sekali.
meluas dan meningkat, membuat berat molekul
menjadi faktor yang penting (Mangan et al., 1966).
- Rheology
Berat molekul polimer yang besar menunjukkan
Larutan polimer adalah larutan non-
viskositas nyata yang lebih besar daripada berat
Newtonian untuk semua range konsentrasi, yaitu
molekul yang rendah pada kondisi yang sama.
kira-kira 50-2000 ppm. Polimer digolongkan
Pengujian laboratorium terhadap sebagian 500 ppm
sebagai fluida non-Newtonian karena kelakuan
polimer acrylamide terhidrolisis dengan berat
alirannya yang sangat kompleks.
Fluida non-Newtonian tidak dapat molekul dari 3×106 menunjukkan bahwa penurunan
mobilitas, faktor resistensi dan permeabilitas
dicirikan dengan viskositas karena perbandingan
meningkat dengan bertambahnya berat molekul.
shear stress terhadap shear rate tidak konstan.
Larutan polimer umumnya digolongkan sebagai
fluida pseudoplastik pada semua kondisi. Material - Hidrolisis
pseudoplastik adalah salah satu yang menunjukkan Perluasan hidrolisis mempengaruhi
daya tahan yang rendah selama bertambahnya rheology polimer dan kelakuannya didalam
shearing rate. Secara matematis, rumus tersebut reservoir. Martin dan Sherwood (1975) mempelajari
dikenal sebagai Power Law : dengan memakai polyacrylamide dan acrylamide
=K n
; n < 1.0 untuk fluida pseudoplastik ...(1) terpolimer dalam tingkat range hidrolisis dari 0-
35%. Mereka menemukan bahwa viskositas nyata
dimana K dan n adalah dua parameter yang
dari sebagian polimer yang terhidrolisa lebih besar
digunakan untuk mendefinisikan kelakuan aliran
daripada viskositas nyata polyacrylamide yang tak
fluida. Jika n = 1, penurunan persamaan untuk
terhidrolisa.
fluida non-Newtonian dengan K sebanding dengan
viskositas.
- Konsentrasi Polimer
- Solvent Bertambahnya kosentrasi polimer akan
Molekul primer dapat dibayangkan sebagai menaikkan viskositas larutan yang merupakan
sebuah kumpalan serat (fibrous aggregate). Dalam pengaruh massa selama molekul polimer banyak
solvent yang baik, molekul polimer kontak dengan terlarut. Bagaimanapun juga, kenaikkan viskositas
solvent secara maksimum. Hal ini memberi tidak sebanding dengan kenaikkan konsentrasi pada

-3-
shear rate yang rendah. Selama kosentrasi polimer padatan (Sherwood, 1975). Konsentrasi cairan yang
bertambah, reaksi ikatan intermolekul muncul lebih tinggi sebelum mengalir dalam pori padatan
secara tajam. Terjadinya ikatan ini menaikkan shear akan menyebabkan adsorpsi yang lebih tinggi pada
stress dan lebih merupakan kelakuan pseudoplastik. permukaan padatan. Bahan yang biasa dipakai
Sebaliknya, pada konsentrasi polimer rendah (< 50 sebagai adsorben adalah bahan-bahan yang sangat
ppm) kesempatan berikatan banyak berkurang. berpori, dan adsorpsi berlangsung pada dinding-
Tidak hanya viskositas nyata turun, tetapi larutan dinding pori atau pada letak-letak tertentu dalam
mendekati kelakuan aliran Newtonian (Mangan et partikel (MC. Cabe and Smith, 1989). Proses
al., 1966). Lihat Gambar 5. adsorpsi, pada umumnya, berlangsung pada suhu
- Penurunan Permeabilitas tetap (isotermal). Adsorpsi isotermal merupakan
Persamaan Darcy digunakan untuk hubungan fungsional variasi adsorpsi dengan
menggambarkan aliran fluida Newtonian di dalam konsentrasi adsorbat dalam badan larutan pada
media berpori, untuk larutan polimer dan fluida suhu tetap. Biasanya, bahan terserap persatuan
non-Newtonian yang lain, persamaan ini harus berat adsorben bertambah dengan meningkatnya
dimodifikasi karena viskositas tidak konstan. Lebih konsentrasi adsorbat, tetapi tidak proporsional.
dari itu merupakan fungsi dari parameter aliran “q”. Adsorpsi polimer tergantung pada jenis
Namun, untuk memberikan kondisi aliran, polimer, komposisi batuan, salinitas, kekerasan,
viskositas nyata dapat dihitung menggunakan temperatur dan konsentrasi polimer. Jenis adsorpsi
model Power Law dan diaplikasikan dengan yang terjadi pada mineral yang berbeda dipakai
persamaan Darcy. dalam pengujian. Kalsium karbonat tampak
Ukuran penurunan mobilitas disebut mempunyai afinitas yang lebih besar daripada silika
sebagai faktor resistensi. Secara matematis dapat pada larutan polimer.
ditulis : Salinitas solvent juga menjadi faktor
k penting, walaupun terdapat ketidaksesuaian
w
µ M .......(2)
R = w
= w
= w o pendapat diantara peneliti. Mungan (1969)
P
k P M p o melaporkan bahwa adsorpsi berkurang dengan
µ P
adanya garam pada larutan polimer. Namun Smith
dimana :
(1970) dan Szabo (1975) menyatakan bahwa
p = mobilitas polimer yang terlarut, mD/cp adsorpsi polimer bertambah sesuai kenaikkan
krw, krp = permeabilitas untuk air dan untuk kosentrasi garam. Namun Smith menyatakan bahwa
polimer, mD sensitivitas adsorpsi terhadap konsentrasi garam
µp = viskositas larutan polimer, cp sebesar 10%, sedang Szabo menunjukkan tidak ada
Mw-o, Mp-o = perbandingan mobilitas air-minyak kenaikkan adsorpsi untuk konsentrasi garam diatas
dan polimer-minyak 2%. Perbedaan tersebut ada disebabkan ketelitian
dan kondisi pengujian yang berbeda dari kasus ke
- Polymer Retention kasus, serta parameter-parameter lain yang tidak
Selama larutan polimer mengalir didalam dapat terkontrol. Tetapi kesatuan pendapat dari
batuan porous, sejumlah molekul polimer tertahan semua peneliti tersebut adalah bahwa naiknya
dari larutannya karena absorpsi dan terjebak adsorpsi dikarenakan kenaikkan konsentrasi garam.
(trapping). Hal ini menjadi perhatian jika
berpengaruh terhadap penurunan viskositas. - Volume Pori Yang Tidak Dapat Dimasuki
Larutan polimer dapat lebih banyak kehilangan Alasan utama berkurangnya adsorpsi
efektivitasnya karena proses retention. Disisi lain, didalam media berpori adalah adanya volume pori
tertahannya molekul-molekul polimer mengurangi yang tidak dapat dimasuki. Apakah media kompak
permeabilitas air dan bisa dapat membentuk plug atau tidak, terdapat pori-pori yang yang mempunyai
channel reservoir dimana mereka tertahan. Hal ini tingkat pembukan (opening) yang sangat kecil.
dapat diinginkan dalam pengaruh heterogenitas Pembukaan pori ini dapat dimasuki air asin tapi
reservoir dan untuk mengontrol profil injeksi. tidak dapat dilalui oleh molekul polimer yang lebih
besar.
- Adsorpsi Adanya volume pori yang tidak dapat
Adsorpsi adalah suatu proses dimana dimasuki telah dikemukakan oleh Dawson dan Lanz
terjadi kontak antara fluida baik berupa gas maupun (1972) dan yang lainnya.
cairan, dengan padatan, dimana zat-zat dalam fluida
tersebut diserap oleh permukaan padatan, sehingga - Penjebakan (Entrapment)
terjadi perubahan komposisi dalam fluida yang Sebab lain yang penting untuk
tidak teradsorpsi. Proses adsorpsi biasanya ditandai menurunkan permeabilitas dengan larutan polimer
dengan adanya perpindahan massa dari cairan ke adalah penjebakan. Mungan et al. (1966)

-4-
menunjukkan pengaruh penjebakan polimer Berea menunjukkan sekitar 16% diameter volume
didalam core batupasir dan alundum. Szabo (1975) pori menjadi lebih kecil dari 1 mikron, seperti
mempelajari hal yang sama dan menyimpulkan ditunjukkan pada Gambar 8.
bahwa adsorpsi adalah mekanisme yang dominan Gray dan Rex meneliti perpindahan clay
didalam permeabilitas core, tapi penjebakan lebih pada batupasir Berea. Ditentukan bahwa ukuran-
penting pada permeabilitas batuan yang rendah. ukuran partikel clay maksimum yang keluar sebesar
Penjebakan harus dibedakan dari 0.3 mikron. Untuk menggantikannya diperlukan
penyumbatan, karena polimer terjebak masih mika dengan lebar 0.3 mikron dengan panjang 1-5
mempunyai cukup kebebasan untuk menglirkan mikron. Penelitian yang sama dilakukan oleh
minyak atau fluida non-aqueous yang lain pada saat Rhudy (1966). Suspensi clay yang lolos dari filter
cairan tidak mengalir. Penyumbatan fisik adalah millipori 1.2 mikron, menurunkan permeabilitas
kerusakan dari lintasan yang tidak dapat diubah core batupasir Berea. Penurunan permeabilitas
untuk semua aliran. Untuk lebih mengetahui peran terbesar terjadi di dekat permukaan injeksi yang
adsorpsi dengan baik, volume pori yang tidak dapat menunjukkan penyumbatan progresif.
dimasuki dan penjebakan, pemahaman ukuran Data-data tersebut membantu
polimer dan ukuran penting dilakukan. penggambaran mekanisme volume pori yang tidak
dapat dimasuki dan penjebakan. Walaupun media
- Ukuran Polimer berpori biasanya mempunyai distribusi diameter
Penentuan ukuran polimer dapat dilakukan pori yang sangat besar (>103), umumnya adalah
dengan dua cara, secara matematik dan percobaan. fraksi penting yang dekat dengan ukuran molekul
Terdapat kesesuaian antara kedua pendekatan polimer. Jika dimeter berpori mempunyai diameter
tersebut. Hubungan matematik memakai dua yang sangat kecil dalam range 1 mikron, efektifitas
parameter, yaitu “r” berarti jarak ujung ke ujung polimer sebagai penurun permeabilitas berkurang
dan “s” berarti jarak (radius) putaran atau jarak dari secara tajam
elemen-elemen rantai ke pusat gaya beratnya. Flory
mengembangkan persamaan untuk polimer-polimer - Pengaruh Viskoelastik
non-ionik : Larutan polimer dicirikan sebagai fluida
1 pseudoplastik yang memperlihatkan penurunan
r 2
= 8 (W ) 3
…………………………(3) viskositas dengan naiknya shear rate. Model ini
hampir menunjukkan kelakuan aliran polimer pada
Untuk polimer linear : semua shear rate kecuali laju shear yang sangat
tinggi di dekat sumur injeksi. Pada laju shear yang
tinggi ini, larutan polimer kehilangan pseudoplastik
r 2
=6 s 2
……………………………(4)
alamiahnya dan memperlihatkan kenaikan
dimana : viskositas dengan bertambahnya shear rate. Fluida
r = jarak dari ujung ke ujung molekul polimer, seperti ini biasanya digolongkan sebagai “dilatant”.
mikron Kenyataannya, larutan polimer tidak
W = berat molekul polimer benar-benar merupakan fluida dilatant. Ia hanya
L = viskositas sebenarnya, cp kelihatan mempunyai sifat aliran dilatant pada
s = radius putaran molekul polimer, mikron shear rate yang sangat tinggi didalam media
berpori, karena sifat-sifat viskoelastiknya. Fluida
Pendekatan untuk percobaan dimanfaatkan viskoelastik berkelakuan seperti cairan kental pada
Gorgaty (1966) dengan menyaring berbagai larutan shear rate rendah dan seperti padatan elastik pada
polacrylamide dengan filter millipore dengan shear rate yang tinggi (Maeker, 1976).
ukuran lubang yang berbeda-beda. Terdapat sangat
sedikit retention polimer untuk filter dengan - Resistensi Residual
diameter lubang 1 mikron atau lebih. Gogarty Karena adsorpsi polimer dan penjebakan
menyimpulkan bahwa ukuran efektif kelompok hanya proses yang sebagian dapat dibalik, banyak
polimer antara 0.65-0.8 mikron. Ukuran-ukuran polimer didalam reservoir akan lama tertinggal
tersebut kemungkinan lebuh besar daripada ukuran setelah injeksi polimer terhenti. Pengaruh polimer
polimer umtuk air yang diakibatkan oleh hidrasi. sebagian masih ada setelah sejumlah besar air asin
diinjeksikan mengikuti polimer.
- Ukuran Pori Ukuran penurunan permeabilitas untuk air
Penelitian untuk menentukan ukuran pori setelah dialiri polimer disebut dengan faktor
media reservoir menunjukkan jarak yang sama resistensi residual, RR.
seperti molekul polimer. Pengujian dengan mercury
porosimeter oleh Thomas (1975) terhadap batupasir

-5-
(k rw / µ w )sebelum injeksi po lim er ................(5) penangas air sampai dicapai temperatur yang
RR =
(k rw / µ w )setelah injeksi po lim er
diinginkan. Biarkan beberapa saat sampai
diperkirakan pH batuan sama dengan pH larutan.
Setelah dianggap cukup, larutan KOH dibuang dan
- Shear Degradation digantikan dengan larutan polimer yang telah
Rantai panjang polimer yang fleksibel,
dipersiapkan dengan konsentrasi dan salinitas
terutama poliacrilamide, rentan terhadap penurunan
tertentu. Campuran dimasukkan kembali kedalam
shear. Penurunan ini mengakibatkan kerusakan
penangas air sampai dicapai kondisi yang
rantai polimer di dalam beberapa rantai molekul
diinginkan. Pada saat-saat tertentu dilakukan
yang lebih pendek. Penurunan ini meningkatkan
pengadukan seperlunya untuk memberi kesempatan
selama naiknya shear rate. Bentuk shear
larutan polimer masuk dalam pori-pori batuan dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam sejumlah
sekaligus mengukur suhunya. Setelah waktu kontak
degradasi. Maerker (1973) menemukan bahwa jika
tertentu, percobaan dihentikan dan dilakukan
shear berubah kental, shear rate menjadi 100 kali
analisa terhadap konsentrasi polimernya sehingga
lebih besar daripada perubahan viskoelastik untuk
jumlah polimer yang terserap dapat ditentukan.
menghasilkan penurunan yang sama. Perubahan
Demikian selanjutnya dengan cara yang sama
kekentalan adalah jenis shear yang terjadi di dalam
percobaan dilakukan pada berbagai pH batuan,
larutan polimer dan di ukur dengan viskometer
salinitas larutan polimer, dan temperatur operasi.
rotasional dan viskometer tabung. Sedangkan
perubahan viskoelastik adalah jenis shear yang
Pengujian Polimer Secara Dinamis
terjadi di dalam media berpori.
Tahapan ini dilakukan untuk mencari
polimer yang paling optimal yang dapat
METODOLOGI meningkatkan efisiensi pendesakan yang paling
Pengujian Polimer Secara Statis maksimum. Polimer akan diuji dengan
Pada penelitian ini, ada lima jenis
menginjeksikannya ke dalam core yang telah
polimer yang akan diuji dan dua polimer yang
dibuat dan dicatat efek yang terjadi sebelum dan
terbaik akan dipilih sebagai fluida injeksi.
sesudah injeksi.
- Bahan
- Bahan
Bahan yang dimaksudkan adalah bahan
Bahan yang dimaksudkan adalah :
baku berupa batuan reservoar jenis batuan
Minyak mentah, berasal dari lapangan X dengan
karbonat Lapangan X, air formasi, dan polimer.
reservoir karbonat Lapangan X. Sifat-sifat fisis
Disamping itu, juga terdapat bahan pembantu
yang diuji meliputi specific gravity, pour point,
berupa garam NaCl untuk mengatur salinitas dan
water content, dan viskositas kinematik.
basa lemah untuk mengatur pH.
Selanjutnya dimampatkan dalam core holder
menggunakan alat pres sampai diperoleh bahan
- Alat Percobaan
uji reservoar yang mempunyai karakteristik mirip
Alat percobaan yang diperlukan hanya
dengan reservoar batuan karbonat asli. Air
berupa tabung reaksi dengan diameter sekitar 1-2
formasi, dari lapangan X sebagai fluida pendesak
cm dan panjang sekitar 15 cm yang selanjutnya
pada water flooding dan sebagai pelarut polimer.
digunakan sebagai alat adsorpsi. Untuk mengatur
temperatur adsorpsi maka tabung reaksi
- Alat Percobaan
dimasukkan kedalam penangas air yang telah di set
Pada pengujian polimer secara dinamis
pada temperatur tertentu (Gambar 9).
peralatan yang digunakan berupa serangkaian alat
percobaan seperti pada Gambar 10.
- Prosedur Penelitian Adsorpsi Polimer Secara
Statis
Persiapkan semua bahan yang diperlukan
seperti batuan dikeringkan sampai bebas air. - Prosedur Penelitian Injeksi Polimer
Penangas air diaktifkan dan di set pada temperatur Percobaan yang akan dilakukan meliputi
yang diinginkan. Timbang batuan karbonat dengan beberapa tahapan:
jumlah tertentu selanjutnya dimasukkan kedalam a. Penjenuhan air formasi
tabung reaksi. Buat larutan KOH dengan Tahapan ini dimaksudkan untuk
konsentraasi tertentu selanjutnya dimasukkan mengkondisikan reservoar pada salinitas yang
kedalam tabung reaksi yang telah berisi batuan diinginkan. Mula-mula reservoar divakumkan
dengan jumlah tertentu (5 gr) untuk menaikkan pH sampai tidak ada lagi air yang keluar, dilanjutkan
batuan tertentu. Masukkan tabung reaksi ke dalam dengan menginjeksikan air garam konsentrasi

-6-
tertentu melalui bagian pemasukan. Berselang maka pendesakan dengan air dihentikan. Pada
beberapa saat pompa vakum dihentikan dan air keadaan ini minyak yang tersisa dalam reservoar
garam tetap diinjeksikan dengan bantuan nitrogen disebut sebagai saturasi minyak sisa (sor.w).
tekan. Kecepatan pemasukan larutan garam diatur Minyak inilah yang merupakan target dari
sedemikian rupa mendekati kecepatan pendesakan minyak dengan larutan polimer.
pendesakan minyak, dengan harapan tidak
merusak struktur pori yang ada. Volume air pada d. Pendesakan minyak dengan larutan polimer
tahapan ini juga berfungsi untuk mengetahui atau Pada tahapan ini larutan polimer dengan
menghitung OOIP dan saturasi air mula-mula konsentrasi tertentu, yang telah disiapkan pada
dalam core. tabung (3), dialirkan dengan bantuan gas nitrogen
seperti pada pendesakan dengan air, dan
b. Migrasi minyak diusahakan pendesakan berlangsung pada
Tahapan ini dimaksudkan untuk kecepatan tetap. Waktu awal percobaan dihitung
menjenuhkan reservoar dengan minyak. Sebelum sejak larutan polimer mulai diinjeksikan. Seperti
proses migrasi minyak dilaksanakan terlebih dulu halnya pada pendesakan dengan air, setiap
reservoar dikondisikan dengan mengaktifkan periode waktu tertentu dilakukan pencatatan
pemanas (6) dan di set pada suhu percobaan. terhadap volum total dan volum minyak yang
Setelah kondisi tercapai minyak yang telah dihasilkan. Jika pada beberapa periode terakhir
tersedia dalam tabung (4) mulai dialirkan ke tidak ada lagi minyak yang diproduksi, maka
reservoar (5) dengan bantuan nitrogen tekan (1) proses pendesakan dengan polimer dihentikan.
dan diusahakan kecepatan aliran fluida sekitar
4.0E-04 cm/s (sekitar 1 ft/day) atau sekitar 9 mL HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam waktu 30 menit untuk diameter media Penelitian terhadap mekanisme
berpori 1,5 inci (= 3,81 cm). Mula-mula air pendesakan polimer ini menggunakan data sampel
dalam reservoar akan terdesak keluar dan core Lapangan X. Jenis polimer yang digunakan
berselang beberapa jam kemudian yang keluar dalam penelitian ini ialah polyacrilamide.
adalah campuran minyak-air, dan beberapa hari Beberapa asumsi untuk menyelesaikan proses
kemudian yang keluar hanya minyak saja. perhitungan, yaitu :
Migrasi minyak dilanjutkan lagi sampai beberapa Aliran fluida mantap (steady state).
hari sampai benar-benar air tidak keluar lagi. Aliran fluida di dalam reservoir memenuhi
Volume air total yang tertampung, setelah hukum Darcy.
dikoreksi dengan volume air dalam pemipaan, Sumur injeksi membentuk pola direct line
dianggap sama dengan volum minyak yang drive terhadap sumur produksi
tertahan/tertinggal dalam reservoar dan disebut Distribusi saturasi secara melebar dianggap
sebagai cadangan minyak mula-mula atau seragam.
original oil in place (OOIP). Sedangkan air yang Penyimpangan dari arah aliran diabaikan.
tersisa dalam reservoar merupakan saturasi air Pengaruh gravitasi diabaikan.
mula-mula dalam reservoar, atau merupakan Pengaruh kapilaritas diabaikan.
saturasi air kritis (s wc.w), dimana air tidak mampu Proses aliran isothermal.
lagi mengalir keluar dari reservoar. Harga shear rate seluruh sistem sama.
Viskositas merupakan fungsi dari konsentrasi.
c. Pendesakan minyak dengan air
Pada tahapan ini air garam dengan Perhitungan Adsorpsi Polimer Secara Statis
konsentrasi tertentu yang telah disiapkan dalam Untuk menghitung banyaknya polimer
tabung (2) dialirkan dengan bantuan gas nitrogen yang teradsorpsi digunakan dengan metoda
pada tekanan tertentu, sehingga diperoleh gravimetri. Dari Gambar 11, polimer A dan
kecepatan aliran fluida yang direncanakan. polimer B memiliki tingkat adsorpsi yang rendah,
Minyak yang terdorong keluar reservoar, di sehingga dipakai sebagai fluida injeksi yang
tampung dalam kolektor (7), selanjutnya pada kemudian akan diuji kembali.
waktu-waktu tertentu di catat volumnya, kecuali Untuk polimer E tidak diuji lebih lanjut, karena
tampungan pada periode pertama volum minyak membentuk endapan pada salinitas 0 dan
yang tertampung di koreksi dengan volum membentuk gumpalan (mengalami agitasi pada
pemipaan (volum koreksi). Waktu pendesakan salinitas 1000 ppm.
awal di hitung setelah volum koreksi tercapai. Kriteria polimer yang baik menurut Sorbie
Jika minyak sudah tidak mampu lagi terdorong sebagai fluida injeksi, yaitu memiliki tingkat
keluar, ditandai dengan beberapa periode adsorpsi yang rendah, tahan pada salinitas yang
pengamatan terakhir tidak menghasilkan minyak, tinggi, tahan terhadap suhu tinggi, memiliki

-7-
stabilitas yang baik,dan dapat larut dengan baik. mendahului minyak (bypass) yang menyebabkan
Polimer A dan polimer B dipilih karena memiliki minyak tidak dapat mengalir ke permukaan.
tingkat adsorpsi yang lebih rendah dari beberapa Akibat retensi polimer yang terjadi selama
polimer yang telah diuji (Gambar 11). proses injeksi, banyak polimer yang tertinggal di
dalam reservoir injeksi poimer terhenti. Pengaruh
Perhitungan Adsorpsi Polimer Secara Dinamik polimer sebagian masih ada setelah sejumlah besar
Pada perhitungan Permeabilitas Core dapat air asin diinjeksikan mengikuti polimer. Pengaruh
dilihat dari gambar 12, adsorpsi semakin berkurang akhir ini menyebabkan terjadinya perubahan
dengan meningkatnya permeabilitas batuan. Hal ini permeabilitas relatif seperti yang ditunjukkan pada
disebabkan berkurangnya interaksi antara batuan Gambar 15. Perubahan permeabilitas relatif,
dan polimer, sehingga retensi polimer yang terjadi viskositas fluida pendesak dan fluida yang didesak
juga semakin kecil. perlu diketahui untuk menghitung rasio mobiltas.
Adsorpsi polimer akan semakin berkurang Untuk mengetahuinya pada penelitian ini digunakan
dengan semakin tingginya permeabilitas batuan korelasi Sorbie. Permeabilitas relatif yang
(Gambar 12). Peristiwa tersebut terjadi akibat diperlukan untuk menghitung rasio mobilitas
berkurangnya kontak (interaksi) antara polimer merupakan permeabilitas relatif air pada saat
dengan batuan yang dapat menyebabkan saturasi minyak sisa dan permeabilitas relatif
terjadinya rentensi polimer, sehingga penurunan minyak pada saat saturasi air awal. Perubahan
viskositas dari polimer akan berkurang. permeabilitas relatif terbesar akibat dari injeksi
Gambar 13 menunjukkan adsorpsi polimer berkonsentrasi 2000 ppm.
polimer berkurang dengan naiknya porositas Viskositas merupakan faktor penting
batuan. Hal ini terjadi karena retensi polimer dan dalam proses pengurasan minyak, karena mobilitas
inaccessible pore volume (molekul polimer tidak merupakan fungsi permeabilitas dan viskositas. Bila
dapat melewati batuan karena kecilnya porositas mobilitas fluida pendesak lebih besar dari mobilitas
batuan dibandingkan dengan ukuran molekul fluida yang didesak, maka fluida pendesak (air)
polimer) juga semakin berkurang. dapat lebih mudah mengalir daripada fluida yang
Polimer yang teradsorpsi akan meningkat didesak (minyak). Bila itu terjadi, maka air akan
dengan bertambahnya konsentrasi polimer. Dengan mendahului minyak (bypass) yang menyebabkan
bertambahnya konsentrasi, massa polimer akan minyak tidak dapat mengalir ke permukaan.
semakin banyak sehingga interkasi antara polimer Gambar 16 memperlihatkan mobilitas
dengan batuan akan semakin besar (Gambar 14). rasio fluida pendesak semakin kecil bila
Permeabilitas relatif dihitung dengan ditambahkan polimer dan akan semakin kecil
menggunakan korelasi Sorbie. Perhitungan dengan meningkatnya konsentrasi polimer. Hal ini
perubahan permeabilitas relatif untuk core-1 dapat disebabkan viskositas fluida pendesak akan
dilihat pada Tabel 10. semakin besar dengan adanya polimer, sehingga
Aliran air dalam media berpori akan mobilitasnya menjadi kecil.
mempunyai permeabilitas efektif yang lebih besar Semakin tinggi konsentrasi polimer yang
daripada permeabilitas efektif aliran polimer. Bila diinjeksikan, semakin rendah rasio mobilitas antara
air dialirkan di dalam media berpori yang telah fluida pendesak dengan fluida yang didesak. Hal ini
terlebih dahulu dialiri larutan polimer ternyata terjadi karena peningkatan viskositas dari fluida
harga permeabilitas efektif lebih kecil dibandingkan pendesak (polimer) dengan semakin tingginya
sebelum media berpori dialiri larutan polimer. Ini konsentrasi. Gambar 16 memperlihatkan
menunjukkan bahwa aliran polimer mengubah perubahan rasio mobilitas akibat injeksi polimer.
karakteristik media berpori. Dapat dilihat, perubahan rasio mobilitas yang
Perubahan ini disebabkan adanya retensi paling tinggi terjadi pada polimer dengan
polimer di dalam media berpori, yaitu melekatnya konsentrasi 2000 ppm, yaitu dari 1,82 menjadi
molekul polimer (adsorpsi), terperangkapnya 0,103.
molekul polimer secara mekanis dan interaksi Gambar 17 memperlihatkan perubahan
matriks polimer dan antarmolekul polimer. efisiensi pendesakan sebelum dan sesudah
Viskositas merupakan faktor penting dilakukannya injeksi polimer. Peningkatan efisiensi
dalam proses pengurasan minyak, karena mobilitas rata-rata menggunakan injeksi polimer dari
merupakan fungsi permeabilitas dan viskositas. Bila beberapa percobaan yang telah dilakukan adalah
mobilitas fluida pendesak lebih besar dari mobilitas sebesar 12% dengan peningkatan terbesar 20%
fluida yang didesak, maka fluida pendesak (air) menggunakan polimer B berkonsentrasi 2000 ppm.
dapat lebih mudah mengalir daripada fluida yang Dari data percobaan, dapat disimpulkan polimer B
didesak (minyak). Bila itu terjadi, maka air akan dengan konsentrasi 2000 ppm merupakan polimer
yang paling cocok untuk injeksi pada lapangan X.

-8-
KESIMPULAN
Dari hasil data penelitian adsorpsi polimer
secara statis dan dinamis, polimer B dengan
konsentrasi 2000 ppm merupakan polimer yang
paling optimal untuk diinjeksikan pada reservoir
karbonat Lapangan X karena memiliki tingkat
adsorpsi yang rendah dan meningkatkan efisiensi
pendesakan yang paling besar ±20% dari efisiensi
pendesakan mula-mula.

REFERENSI
1. Baijal, S.K.: Flow Behavior of Polymers in
Porous Media, Penn Well Publishing Co.,
Tulsa, Oklahoma, 1982.
2. Cenkowski, S., Dexter, J. E., Scanlon, M. G. :
The Effect of Storage Temperature On Dough
Rheological Properties, University of
Manitoba, Winnipeg, Canada, 2000.
3. Dake, L. P.: Fundamentals of Reservoir
Engineering, Elsevier, Amsterdam, 1978.
4. Departement of Chemical & Biomolecular
Engineering, : Flow Behaviour of Non-
Newtonian Fluid, National University of
Singapore.
5. Latil, M., Bardon, C., Burger, J., and Sourieau,
P.: Enhanced Oil Recovery, Institut Francais du
Petrole, Editions Technip, Paris, 1980.
6. Norton, C. J., Falk, D.O., Luetzelschwab,
W.E., : “Xanthan Biopolymer Semiplot
Fermentation,” SPEJ (April 1981) 205-217.
7. Pope, Gary A.: “The Application of Fractional
Flow Theory to Enhanced Oil Recovery,” SPEJ
(June 1980) 191-205.
8. Pratama, E.: “Pengaruh Kosentrasi Polymer
Terhadap Efisiensi Pendesakkan Pada Sisitem
Linear 1-D”, Tugas Akhir, ITB 2002.
9. P.T. Pertamina (persero),” Dokumen Pedoman
Kerja”.
10. P.T. Pertamina (persero) DOH Sumbagteng,
”Re-Evaluasi Cadangan dan Studi Simulasi
Reservoir Lapangan Ketaling Barat”.
11. Siregar, S. & Kristanto, D.: “Pengurasan
Minyak Tahap Lanjut (Enhance Oil
Recovery)”, Jurusan Teknik Perminyakan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Yogyakarta, 1999.
12. Sorbie, K. S.: Polymers in Improved Oil
Recovery, Blackie and Sons, Glasgow, 1991.
13. Willhite, G. P.: Waterflooding, SPE Textbook
Series, Texas, 1986.

-9-

Anda mungkin juga menyukai