Anda di halaman 1dari 14

140

BAB IV
PEMBAHASAN
Cadangan minyak tersisa merupakan cadangan minyak yang belum dapat
terproduksi pada tahap primary recovery, karena cadangan minyak tersisa terjebak
dalam matrik batuan. Hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh tegangan
antar muka, tekanan kapiler dan sifat kebasahan batuan yang kuat, distribusi fluida
yang tidak merata, pengaruh viskositas minyak yang tinggi, porositas dan
permeabilitas batuan yang kecil. Cadangan minyak tersisa dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Urrrecovered mobile oil, yaitu cadangan minyak tersisa karena berkurangnya
kemampuan reservoir untuk mengangkatnya keatas, berkaitan dengan
penurunan tekanan dan temperatur reservoir. Cadangan ini dapat diproduksi
dengan konvensional, yaitu dengan memperbaiki ataupun menambah kinerja
tekanan reservoir.
2. Immobile oil, merupakan cadangan minyak tersisa dari tahap primary
recovery dan secondary recovery. Minyak tersebut hanya dapat diproduksi
dengan metode produksi tahap lanjut. Tahap primary recovery hanya dapat
memproduksi 1/3 dari OOIP, dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat diproduksi
dengan teknologi konvensional secara keseluruhan.
Dalam hal ini akan dibahas bagaimana faktor yang menyebabkan adanya
cadangan minyak tersisa dapat diatasi dengan metode pengurasan tahap lanjut
(Enhanced Oil Recovery) yang sesuai atau di kenal dengan tahap tertiery
recovery. Pengurasan tahap lanjut (EOR) merupakan pengurasan minyak dengan
cara menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau beberapa metode
pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir dan memproduksikannya
melalui sumur injeksi dengan menggunakan pola tertentu. Adapun jenis jenis
injeksi tersebut (tertiery recovery) meliputi injeksi tercampur, injeksi tak
tercampur, injeksi kirniawi, injeksi thermal dan injeksi mikroba (MEOR).

141

4.1. Metode EOR untuk mengatasi tekanan kapiler dan sifat kebasahan
batuan
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya tekanan kapiler dan sifat
kebasahan batuan yang kuat diantaranya adalah injeksi CO 2, injeksi alkaline,
injeksi surfactant dan injeksi mikroba (MEOR).
4.1.1. Injeksi CO2
lnjeksi CO2 yang merupakan salah satu injeksi tercampur, dapat mengatasi
adanya pengaruh tekanan kapiler yang kuat pada batuan. Hal tersebut ditandai
dengan mengecilnya tegangan permukaan. Agar terjadi penurunan tegangan
permukaan, maka harus terjadi pencampuran (miscibility) antara CO2 dengan
minyak dan tercapainya miscibility antara CO2 dan minyak ditandai dengan
mengecilnya tegangan permukaan sampai mendekati nol. Untuk mencapai
miscibility maka kondisi tekanan, temperatur serta komposisi minyak yang
berpengaruh terhadap tekanan pendorongan miscible harus memenuhi syarat
tertentu. Dengan mengecilnya tegangan pennukaan, maka akan menurunkan harga
tekanan kapiler.
Penerapan metode-metode EOR ini harus mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya adalah pemilihan metode EOR yang sesuai untuk suatu reservoir
minyak yang disebut Kriteria Pemilihan (Screening Criteria) dengan tujuan agar
hasil yang dicapai sesuai dengan yang dikehendaki baik ditinjau dari faktor teknis
maupun ekonomis. Adapun screening criteria untuk injeksi CO2 adalah
permeabilitas rata-rata 0,2 md; viskositas minyak 0,15 - 1,188 cp; saturasi minyak
28 - 54 %; Kedalaman formasi > 10800 ft,; ketebalan formasi 8 - 600 ft; berat
jenis minyak 25 - 30 0API; kadar H2S 29 %; temperatur dasar sumur > 248 F;
jarak tiap sumur 5l acre sumur; jenis batuannya yaitu pasir, karbonat, dolomit dan
chert.
4.1.2. Injeksi Alkaline
Injeksi alkaline dapat menyebabkan adanya perubahan kimia fisika pada

142

fluida yang didesak dalarn suatu reservoir, dan dalam hal ini minyak. Perubahan
kimia fisika tersebut diantaranya menurunkan tegangan antar muka, merubah sifat
kebasahan dari oil-wet ke water-wet dan sebaliknya.
Tekanan kapiler sangat dipengaruhi oleh tegangan antar muka pada
fluidanya (minyak-air). Dengan menurunnya tegangan antar muka minyak-air
akibat adanya injeksi alkaline, maka akan menurunkan tekanan kapiler. Injeksi
alkaline juga dapat merubah sifat kebasahan batuan dari oil-wet ke water-wet dan
sebaliknya. Sifat kebasahan batuan yang lebih menguntungkan adalah water-wet
karena minyak tidak langsung menempel pada permukaan batuan, sehingga akan
mudah disapu oleh fluida injeksi. Dalam hal ini maka injeksi alkaline dapat
berperan untuk merubahnya ke sistem water-wet.
Sebelum dilakukan injeksi alkaline, beberapa screening criteria yang perlu
dipertimbangkan antara lain : reservoir harus sesuai untuk injeksi air; tidak ada
rekahan; reservoir tidak memiliki tudung gas (gas cap); injektivitas harus cukup;
temperatur reservoir harus kurang dari 200 F; permeabilitas antara 50 - 250 md;
lebih sesuai untuk reservoir sandstone; viskositas minyak kurang dari 200 cp;
saturasi minyak 40%; bilangan asam minyak mentah lebih besar dari 0,2 mg
KOH/gr minyak mentah; tegangan antar muka minyak mentah dengan larutan
alkaline kurang dari 0,01 dyne,cm.
4.1.3. Injeksi surfactant
Fungsi dari adanya injeksi surfactant adalah menurunkan tegangan
permukaan antara minyak dan air. Dengan turunnya tegangan permukaan maka
akan menurunkan tekanan kapiler. Larutan surfactant yang merupakan
mikroemulsion yang diinjeksikan ke dalam reservoir, akan bersinggungan dengan
permukaan gelembung-gelembung minyak melalui film air yang tipis, yang
merupakan pembatas antara batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak.
Surfactant memulai perannya sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan
tegangan permukaan minyak-air. Pertama sekali molekul-molekul surfactant yang
mempunyai rumus kimia RS03H akan terurai dalam air menjadi ion-ion RS0 3- dan

143

H+. Ion-ion RS03- akan bersinggungan dengan gelembung-gelembung minyak, ia


akan

mempengaruhi

ikatan

antara

molekul-molekul

minyak

dan

juga

mempengaruhi adhesion tension sehingga gelembung-gelembung minyak akan


semakin besar dan adhesion tension semakin kecil sehingga terbentuk oil bank
didesak dan diproduksikan.
Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam pemilihan metode
pendesakan surfactant yaitu gravity minyak > 25 API; viskositas minyak < 30
cp; komposisi di utamakan minyak menengah ringan; saturasi minyak > 30 % PV;
tipe formasi yang diutamakan sandstone; ketebalan formasi > 10 ft; permeabilitas
> 20 md; kedalaman < 8000 ft; temperatur reservoir < 175 F; salinitas < 20000
ppm dan kandungan ion divalent (Ca dan Mg) < dari 500 ppm.
4.1.4. Injeksi Mikroba (MEOR)
Terdapat beberapa mikroorganisme yang telah diketahui sebagai penghasil
surfactant untuk menurunkan tegangan antar muka minyak-air, yaitu Nocorida,
Athrobacter, Corynebacterzum, Pseudomonas. Mikroorganisme-mikroorganisme
tersebut dapat menghasilkan surfactant yang dapat dimanfaatkan. Apalagi
mikroorganisme dalam reservoir pada umumnya melakukan aktivitas hidupnya
pada batas minyak-air, sehingga surfactant yang dihasilkan dari proses
metabolisme secara maksimum dapat menurunkan tegangan antar muka minyak
dan air.
Disamping itu injeksi rnikroba juga dapat merubah sifat kebasahan batuan
dari oil-wet menuju ke water-wet atau sebaliknya. Perubahan sifat kebasahan
batuan ini disebabkan karena adsorpsi senyawa polar dan pengendapan material
organik pada permukaan batuan. Dalam hal ini sifat kebasahan batuan water-wet
lebih menguntungkan dibandingkan oil-wet karena pada sistem water-wet minyak
tidak menempel langsung dengan permukaan batuan, sehingga minyak akan
mudah disapu dengan fluida pendesak.
Dalam hal ini juga harus diperhatikan screening criteria untuk penginjeksian
mikroba (MEOR), yaitu berat jenis minyak 15 'API; kedalaman _< 8000 ft;

144

ketebalan
tidak kritis; temperatur reservoir 140 F; permeabilitas 150 md; tekanan
reservoir < 3000; sifat kebasahan batuan water wet/oil wet; salinitas air formasi <
100.000 ppm; jenis batupasir atau batukarbonat (gamping).
Disamping itu, syarat mikroba yang layak digunakan untuk MEOR juga
harus diperhatikan diantaranya adalah mempunyai ukuran kecil supaya mudah
bergerak diantara pori-pori batuan; tahan terhadap tekanan dan temperatur yang
tinggi; tidak banyak membutuhkan nutrien; dapat melakukan metabolisme secara
anaerobik (karena kadar oksigen dalam reservoir minim); hasil metabolismenya
dapat membantu memobilisasi minyak dalam reservoir; tidak menimbulkan
akibat-akibat yang berpengaruh buruk terhadap sifat-sifat minyak dan reservoir.
4.2. Metode EOR untuk mengatasi adanya distribusi fluida yang tidak
merata.
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya distribusi fluida yang
tidak merata supaya cadangan minyak tersisa dapat dikuras adalah injeksi
polymer dan injeksi mikroba (MEOR).
4.2.1. Injeksi polymer
Penyebaran fluida reservoir yang tidak merata, menyebabkan injeksi air
yang mendorong minyak tidak merata atau tidak sempuma. Hal tersebut
disebabkan mobilisasi air yang besar sehingga dengan penyebaran fluida reservoir
yang tidak merata, tidak seluruhnya fluida tersapu secara sempuma, dan akan
menyebabkan cadangan minyak tersisa. Untuk memperbaiki mobilisasi perlu
diinjeksikan polymer. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan perbandingan
mobilitas air terhadap minyak. Polimer membuat perbandingan mobilitas menjadi
rendah karena meningkatnya viskositas efektif air sehingga akan mendorong
fluida dengan efisiensi penyapuan yang lebih baik.
Beberapa panduan yang digunakan untuk memilih reservoir yang akan
dilakukan injeksi polymer antara lain perbandingan mobilitas air-minyak antara 2

145

- 20; memiliki permeabilitas yang tinggi dan viskositas minyak < 200 cp;
temperatur reservoir < 250 300 F; saturasi minyak bergerak harus > 10% PV;
heterogenitas batuan sedang;: kedalaman reservoir sedang, jenis batuan pasir.
4.2.2. Injeksi Mikroba
Dalam hubungannya dengan penyebaran fluida yang tidak merata injeksi
mikroba dapat menghasilkan bioproduct untuk mengatasi hal tersebut yaitu
biopolymer untuk menurunkan mobilitas air terhadap minyak dan bioproduct
asam untuk rnelarutkan matrik batuan dan menaikkan porositas dan permeabilitas
batuan.
4.3 Metode EOR untuk mengatasi pengaruh viskositas minyak yang tinggi
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya viskositas minyak yang
tinggi diantaranya adalah injeksi C02, injeksi thermal dan injeksi mikroba
(MEOR).
4.3.1. lnjeksi CO2
Adanya CO, yang terlarut dalam minyak akan mengakibatkan penurunan
viskositas. Simon dan Graue menyatakan bahwa besarnya penurunan viskositas
tersebut dipengaruhi oleh tekanan dan viskositas minyak awal (sebelum dijenuhi
CO2). Harga perbandingan viskositas campuran CO2 dan minyak dengan
viskositas awal (m/o) akan lebih kecil dari pada viskositas minyak awal (o)
yang lebih besar pada tekanan saturasi tertentu. Artinya pengaruh CO 2 terhadap
penurunan viskositas minyak akan lebih besar untuk minyak kental (viscous).
4.3.2. Injelisi Thermal
Tujuan utama dilakukan injeksi thermal adalah untuk menurunkan viskositas
minyak di reservoir, dengan turunnya harga viskositas minyak, maka diharapkan
perbandingan mobilitas fluida pendesak dengan fluida yang didesak akan semakin
kecil. Dengan semakin kecilnya harga perbandingan mobilitas maka efisiensi

146

penyapuan semakin baik.Injeksi thermal yang terdiri dari injeksi air panas, injeksi
uap dan pembakaran ditempat biasa dilakukan pada reservoir yang mengandung
minyak yang mempunyai viskositas yang tinggi, hanya daiam pelaksanaan
dilapangan yang agak berbeda mengingat adanya suatu perbedaan screening
criteria reservoir yang akan diinjeksi, dan juga faktor ekonomis.
Injeksi air panas biasanya dilakukan pada reservoir yang dangkal (kurang
dari 1000m) yang mempunyai range viskositas 100 - 1000 cp; ketebalan lapisan >
10 m; saturasi minyak > 50%.
lnjeksi

uap

bertujuan

menaikkan

temperatur

reservoir,

sehingga

mengakibatkan turunnya viskositas minyak. Panas yang diinjeksikan melalui


media uap air akan mempengaruhi sifat-sifat fisik fluida (minyak) dan batuan
reservoir. Adapun screening criteria reservoir untuk injeksi uap adalah kedalarnan
reservoir 300 - 400 ft; ketebalan formasi 15- 400 ft; porositas 18 - 20%;
permeabilitas 250 - 1000 md; saturasi minyak sisa 40 - 50%; densitas minyak < 36
'API; viskositas minyak tinggi (2000 - 3000 cp). Dalam kaitannya dengan
recovery yang akan diperoleh, bila viskositas minyak semakin rendah maka
efisiensi penyapuannya akan bertambah besar, sehingga efisiensi recovery-nya
akan naik.
Untuk penerapan untuk injeksi pembakaran ditempat (in-situ combustion),
screening criteria-nya adalah kedalarnan > 300 ft; temperatur reservoir tinggi;
ketebalan reservoir > 10 ft; porositas 16 - 18%; permeabilitas 30 - 100 md;
viskositas minyak < 5000 cp; saturasi minyak sisa 25 - 30%; tipe formasi
sandstone.
4.3.3. Injeksi Mikroba (MEOR)
Penurunan viskositas minyak dengan adanya injeksi mikroba kemungkinan
besar disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang mendegradasi minyak
mentah, dirnana rnikroorganisrne memotong-motong rantai hidrokarbon yang
panjang menjadi beberapa rantai karbon yang lebih pendek Akibatnya terjadi
pengurangan kadar rantai karbon yang panjang dan penambahan rantai karbon

147

yang pendek. Dengan penambahan rantai pendek, maka akan menyebabkan


terjadinya penurunan densitas minyak, sehingga akibatnya viskositas turun.
Kernungkinan lain yang menyebabkan viskositas minyak turun adalah
adanya produksi gas CO2. Hal tersebut terdeteksi dari terbentuknya dari
gelembung-gelembung pada batas muka minyak-air. Dengan turunnya viskositas
minyak, maka akan meningkatkan mobilitas minyak sehingga terjadi penurunan
pada perbandingan mobilitas antara air-minyak dan recovery yang diperoleh
semakin besar.
4.4. Metode EOR untuk memberikan tambahan energi kedalam reservoir.
4.4.1. Injeksi Air (Waterflooding)
Dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan
tambahan perolehan minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur
produksi setelah reservoir tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui
perolehan

tahap

pertama.

Keuntungan

dari

pelaksanaan

Waterflooding

dibandingkan dengan metode perolehan tahap kedua yang lainnya (gas flooding),
antara lain adalah :

tersedia dalam jumlah yang melimpah,

relatif mudah diinjeksikan dan mampu menyebar melalui formasi bearing


minyak, dan

lebih efisien dalam mendesak minyak.


Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam

reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalurjalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur
produksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, yang menunjukkan
kedudukan partikel air yang membentuk batas air-minyak sebelum breakthrough
(a) dan sesudah breakthrough (b) pada sumur produksi.
Pressure maintenance adalah salah satu cara untuk meningkatkan perolehan
minyak kumulatif atau laju produksi minyak dengan jalan menginjeksikan fluida ke

148

dalam reservoir pada saat tenaga pendorong reservoir masih mampu untuk
memproduksikan minyak ke permukaan. Injeksi fluida ini dimaksudkan untuk
mengendalikan tekanan reservoir agar tidak mengalami penurunan yang tajam
selama berlangsungnya produksi. Fluida yang diinjeksikan dapat berupa air atau
gas tergantung dari kondisi reservoirnya. Dipilihnya air sebagai fluida untuk
operasi injeksi dikarenakan air mempunyai sifat keefektifan yang baik dalam proses
pendesakan minyak untuk berbagai kondisi dan karakteristik reservoir, jenis-jenis
batuan dan sifat-sifat fluidanya.
Maka dari itu, tujuan utama dari pressure maintenance adalah untuk menjaga
tekanan agar tetap tinggi, sehingga dengan tingginya tekanan diharapkan gas yang
ada akan tetap terlarut pada minyak sehingga viskositas minyak akan turun dan ini
berarti minyak tersebut makin ringan, dengan kata lain mobilitas minyak makin
besar.

s u m u r p ro d u k s i

C
D
E

(a )

s u m u r in je k s i

(b )

Gambar 4.1.
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus
(a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 2)
Perencanaan Waterflood
Sebelum membuat perencanaan operasi waterflooding diperlukan studi
pendahuluan. Data-data yang dibutuhkan dalam studi pendahuluan antara lain
adalah sebagai berikut :

149

Sifat fisik batuan reservoir.

Permeabilitas rata-rata dalam berbagai luasan reservoir.

Data porositas dalam berbagai luasan reservoir.

Heterogenitas reservoir.

Sifat fluida reservoir. Distribusi saturasi air, baik sebelum injeksi maupun
sesudah injeksi.

Model geologi, yang meliputi stratigrafi dan struktur.

Sejarah produksi dan tekanan.


Data tersebut diatas, digunakan dalam studi pendahuluan mengenai

pelaksanaan waterflood, yang meliputi :


Perencanaan Air Injeksi.

Air untuk injeksi harus mempunyai syarat-syarat :


o

Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang masa injeksi

Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut.

Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan elemenelemen yang terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.

Simulasi Reservoir.
Sebelum waterflooding diterapkan terlebih dahulu dibuat simulasinya
berdasarkan data-data diatas. Simulasi dapat dibuat dalam sistem 1 dimensi, 2
dimensi, dan 2 dimensi dengan teknik numerik.

Studi Laboratorium.
Penelitian laboratorium dimaksudkan untuk mencari kecocokan antara proses
waterflooding dengan sifat batuan dan fluidanya.

Pelaksanaan Pilot Project.


Mencoba mengaplikasikan ke dalam permasalahan di lapangan. Ada dua jenis
pola injeksi yang umum digunakan, yaitu pola five-spot dan single-injection.
Kedua pola ini dapat memaksimalkan jumlah migrasi minyak.

Monitoring Pelaksanaan Pilot Project.

150

Memonitor dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot


project.

Resimulasi.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot project dibandingkan dengan
simulasi reservoir yang dibuat, lalu diadakan penyesuaian antara kondisi
lapangan dengan simulasi reservoirnya.

Evalusi Ekonomi.
Meliputi: Perkiraan biaya yang dibutuhkan, perhitungan-perhitungan dan
presentasi.
Hasil dari studi pendahuluan untuk selanjutnya digunakan dan dijadikan

acuan dalam perencanaan operasi waterflood. Perencanaan tersebut meliputi


penentuan lokasi sumur injeksi dan sumur produksi,

penentuan pola sumur

(pattern) serta penentuan debit dan tekanan injeksi.


4.3. Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi
Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang sudah ada
sebelum injeksi dipergunakan secara maksimal pada waktu berlangsungnya
injeksi nanti. Jika masih diperlukan sumur-sumur baru maka perlu ditentukan
lokasinya. Untuk memilih lokasi sebaiknya digunakan peta distribusi cadangan
minyak tersisa. Di daerah yang sisa minyaknya masih besar mungkin diperlukan
lebih banyak sumur produksi daripada daerah yang minyaknya tinggal sedikit.
Peta isopermeabilitas juga membantu dalam memilih arah aliran supaya
penembusan fluida injeksi (breakthrough) tidak terjadi terlalu dini.
Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi
Salah satu cara untuk meningkatkan faktor perolehan minyak adalah
dengan membuat pola sumur injeksi-produksi, yang bertujuan untuk mendapatkan
pola penyapuan yang seefisien mungkin. Tetapi kita harus tetap memegang prinsip
bahwa sumur yang sudah ada sebelum injeksi harus dapat digunakan semaksimal
mungkin pada waktu berlangsungnya injeksi nanti.

151

Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi produksi


tergantung pada:

Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral


maupun ke arah vertikal.

Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.

Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).

Topografi.

Ekonomi.
Pada operasi waterflooding sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya

dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola tiga titik,lima
titik, tujuh titik, dan sebagainya. Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi
oleh sumur-sumur injeksi disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya
yaitu sumur-sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola
inverted. Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana
memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan
yang berbeda-beda. Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :

Direct line drive : sumur injeksi dan produksi membentuk garis tertentu
dan saling berlawanan. Dua hal penting untuk diperhatikan dalam sistem ini
adalah jarak antara sumur-sumur sejenis (a) dan jarak antara sumur-sumur tak
sejenis (b)

Staggered line drive : sumur-sumur yang membentuk garis tertentu dimana


sumur injeksi dan produksinya saling berlawanan dengan jarak yang sama
panjang, umumnya adalah a/2 yang ditarik secara lateral dengan ukuran
tertentu.

Four spot : terdiri dari tiga jenis sumur injeksi yang membentuk segitiga
dan sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.

152

Five spot : Pola yang paling dikenal dalam waterflooding dimana sumur
injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak ditengahtengahnya.

Seven spot : sumur-sumur injeksi ditempatkan pada sudut-sudut dari


bentuk hexagonal dan sumur produksinya terletak ditengah-tengahnya.

153

d ire c t lin e d riv e

s t a g g e r e d lin e d riv e

re g u la r
f o u r s p o t p a tte rn

sk e w e d
f o u r s p o t p a tte rn

fi v e s p o t p a t te r n

s e v e n s p o t p a tte rn

in v e r t e d
s e v e n s p o t p a tte rn

n in e s p o t p a tte r n

in v e r t e d
n in e s p o t p a tte r n

in je c tio n w e ll

p r o d u c t io n w e ll

Gambar 4.2
Pola-pola Sumur Injeksi-Produksi 2)

Anda mungkin juga menyukai