BAB IV
PEMBAHASAN
Cadangan minyak tersisa merupakan cadangan minyak yang belum dapat
terproduksi pada tahap primary recovery, karena cadangan minyak tersisa terjebak
dalam matrik batuan. Hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh tegangan
antar muka, tekanan kapiler dan sifat kebasahan batuan yang kuat, distribusi fluida
yang tidak merata, pengaruh viskositas minyak yang tinggi, porositas dan
permeabilitas batuan yang kecil. Cadangan minyak tersisa dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Urrrecovered mobile oil, yaitu cadangan minyak tersisa karena berkurangnya
kemampuan reservoir untuk mengangkatnya keatas, berkaitan dengan
penurunan tekanan dan temperatur reservoir. Cadangan ini dapat diproduksi
dengan konvensional, yaitu dengan memperbaiki ataupun menambah kinerja
tekanan reservoir.
2. Immobile oil, merupakan cadangan minyak tersisa dari tahap primary
recovery dan secondary recovery. Minyak tersebut hanya dapat diproduksi
dengan metode produksi tahap lanjut. Tahap primary recovery hanya dapat
memproduksi 1/3 dari OOIP, dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat diproduksi
dengan teknologi konvensional secara keseluruhan.
Dalam hal ini akan dibahas bagaimana faktor yang menyebabkan adanya
cadangan minyak tersisa dapat diatasi dengan metode pengurasan tahap lanjut
(Enhanced Oil Recovery) yang sesuai atau di kenal dengan tahap tertiery
recovery. Pengurasan tahap lanjut (EOR) merupakan pengurasan minyak dengan
cara menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau beberapa metode
pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir dan memproduksikannya
melalui sumur injeksi dengan menggunakan pola tertentu. Adapun jenis jenis
injeksi tersebut (tertiery recovery) meliputi injeksi tercampur, injeksi tak
tercampur, injeksi kirniawi, injeksi thermal dan injeksi mikroba (MEOR).
141
4.1. Metode EOR untuk mengatasi tekanan kapiler dan sifat kebasahan
batuan
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya tekanan kapiler dan sifat
kebasahan batuan yang kuat diantaranya adalah injeksi CO 2, injeksi alkaline,
injeksi surfactant dan injeksi mikroba (MEOR).
4.1.1. Injeksi CO2
lnjeksi CO2 yang merupakan salah satu injeksi tercampur, dapat mengatasi
adanya pengaruh tekanan kapiler yang kuat pada batuan. Hal tersebut ditandai
dengan mengecilnya tegangan permukaan. Agar terjadi penurunan tegangan
permukaan, maka harus terjadi pencampuran (miscibility) antara CO2 dengan
minyak dan tercapainya miscibility antara CO2 dan minyak ditandai dengan
mengecilnya tegangan permukaan sampai mendekati nol. Untuk mencapai
miscibility maka kondisi tekanan, temperatur serta komposisi minyak yang
berpengaruh terhadap tekanan pendorongan miscible harus memenuhi syarat
tertentu. Dengan mengecilnya tegangan pennukaan, maka akan menurunkan harga
tekanan kapiler.
Penerapan metode-metode EOR ini harus mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya adalah pemilihan metode EOR yang sesuai untuk suatu reservoir
minyak yang disebut Kriteria Pemilihan (Screening Criteria) dengan tujuan agar
hasil yang dicapai sesuai dengan yang dikehendaki baik ditinjau dari faktor teknis
maupun ekonomis. Adapun screening criteria untuk injeksi CO2 adalah
permeabilitas rata-rata 0,2 md; viskositas minyak 0,15 - 1,188 cp; saturasi minyak
28 - 54 %; Kedalaman formasi > 10800 ft,; ketebalan formasi 8 - 600 ft; berat
jenis minyak 25 - 30 0API; kadar H2S 29 %; temperatur dasar sumur > 248 F;
jarak tiap sumur 5l acre sumur; jenis batuannya yaitu pasir, karbonat, dolomit dan
chert.
4.1.2. Injeksi Alkaline
Injeksi alkaline dapat menyebabkan adanya perubahan kimia fisika pada
142
fluida yang didesak dalarn suatu reservoir, dan dalam hal ini minyak. Perubahan
kimia fisika tersebut diantaranya menurunkan tegangan antar muka, merubah sifat
kebasahan dari oil-wet ke water-wet dan sebaliknya.
Tekanan kapiler sangat dipengaruhi oleh tegangan antar muka pada
fluidanya (minyak-air). Dengan menurunnya tegangan antar muka minyak-air
akibat adanya injeksi alkaline, maka akan menurunkan tekanan kapiler. Injeksi
alkaline juga dapat merubah sifat kebasahan batuan dari oil-wet ke water-wet dan
sebaliknya. Sifat kebasahan batuan yang lebih menguntungkan adalah water-wet
karena minyak tidak langsung menempel pada permukaan batuan, sehingga akan
mudah disapu oleh fluida injeksi. Dalam hal ini maka injeksi alkaline dapat
berperan untuk merubahnya ke sistem water-wet.
Sebelum dilakukan injeksi alkaline, beberapa screening criteria yang perlu
dipertimbangkan antara lain : reservoir harus sesuai untuk injeksi air; tidak ada
rekahan; reservoir tidak memiliki tudung gas (gas cap); injektivitas harus cukup;
temperatur reservoir harus kurang dari 200 F; permeabilitas antara 50 - 250 md;
lebih sesuai untuk reservoir sandstone; viskositas minyak kurang dari 200 cp;
saturasi minyak 40%; bilangan asam minyak mentah lebih besar dari 0,2 mg
KOH/gr minyak mentah; tegangan antar muka minyak mentah dengan larutan
alkaline kurang dari 0,01 dyne,cm.
4.1.3. Injeksi surfactant
Fungsi dari adanya injeksi surfactant adalah menurunkan tegangan
permukaan antara minyak dan air. Dengan turunnya tegangan permukaan maka
akan menurunkan tekanan kapiler. Larutan surfactant yang merupakan
mikroemulsion yang diinjeksikan ke dalam reservoir, akan bersinggungan dengan
permukaan gelembung-gelembung minyak melalui film air yang tipis, yang
merupakan pembatas antara batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak.
Surfactant memulai perannya sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan
tegangan permukaan minyak-air. Pertama sekali molekul-molekul surfactant yang
mempunyai rumus kimia RS03H akan terurai dalam air menjadi ion-ion RS0 3- dan
143
mempengaruhi
ikatan
antara
molekul-molekul
minyak
dan
juga
144
ketebalan
tidak kritis; temperatur reservoir 140 F; permeabilitas 150 md; tekanan
reservoir < 3000; sifat kebasahan batuan water wet/oil wet; salinitas air formasi <
100.000 ppm; jenis batupasir atau batukarbonat (gamping).
Disamping itu, syarat mikroba yang layak digunakan untuk MEOR juga
harus diperhatikan diantaranya adalah mempunyai ukuran kecil supaya mudah
bergerak diantara pori-pori batuan; tahan terhadap tekanan dan temperatur yang
tinggi; tidak banyak membutuhkan nutrien; dapat melakukan metabolisme secara
anaerobik (karena kadar oksigen dalam reservoir minim); hasil metabolismenya
dapat membantu memobilisasi minyak dalam reservoir; tidak menimbulkan
akibat-akibat yang berpengaruh buruk terhadap sifat-sifat minyak dan reservoir.
4.2. Metode EOR untuk mengatasi adanya distribusi fluida yang tidak
merata.
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya distribusi fluida yang
tidak merata supaya cadangan minyak tersisa dapat dikuras adalah injeksi
polymer dan injeksi mikroba (MEOR).
4.2.1. Injeksi polymer
Penyebaran fluida reservoir yang tidak merata, menyebabkan injeksi air
yang mendorong minyak tidak merata atau tidak sempuma. Hal tersebut
disebabkan mobilisasi air yang besar sehingga dengan penyebaran fluida reservoir
yang tidak merata, tidak seluruhnya fluida tersapu secara sempuma, dan akan
menyebabkan cadangan minyak tersisa. Untuk memperbaiki mobilisasi perlu
diinjeksikan polymer. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan perbandingan
mobilitas air terhadap minyak. Polimer membuat perbandingan mobilitas menjadi
rendah karena meningkatnya viskositas efektif air sehingga akan mendorong
fluida dengan efisiensi penyapuan yang lebih baik.
Beberapa panduan yang digunakan untuk memilih reservoir yang akan
dilakukan injeksi polymer antara lain perbandingan mobilitas air-minyak antara 2
145
- 20; memiliki permeabilitas yang tinggi dan viskositas minyak < 200 cp;
temperatur reservoir < 250 300 F; saturasi minyak bergerak harus > 10% PV;
heterogenitas batuan sedang;: kedalaman reservoir sedang, jenis batuan pasir.
4.2.2. Injeksi Mikroba
Dalam hubungannya dengan penyebaran fluida yang tidak merata injeksi
mikroba dapat menghasilkan bioproduct untuk mengatasi hal tersebut yaitu
biopolymer untuk menurunkan mobilitas air terhadap minyak dan bioproduct
asam untuk rnelarutkan matrik batuan dan menaikkan porositas dan permeabilitas
batuan.
4.3 Metode EOR untuk mengatasi pengaruh viskositas minyak yang tinggi
Metode EOR yang sesuai untuk mengatasi adanya viskositas minyak yang
tinggi diantaranya adalah injeksi C02, injeksi thermal dan injeksi mikroba
(MEOR).
4.3.1. lnjeksi CO2
Adanya CO, yang terlarut dalam minyak akan mengakibatkan penurunan
viskositas. Simon dan Graue menyatakan bahwa besarnya penurunan viskositas
tersebut dipengaruhi oleh tekanan dan viskositas minyak awal (sebelum dijenuhi
CO2). Harga perbandingan viskositas campuran CO2 dan minyak dengan
viskositas awal (m/o) akan lebih kecil dari pada viskositas minyak awal (o)
yang lebih besar pada tekanan saturasi tertentu. Artinya pengaruh CO 2 terhadap
penurunan viskositas minyak akan lebih besar untuk minyak kental (viscous).
4.3.2. Injelisi Thermal
Tujuan utama dilakukan injeksi thermal adalah untuk menurunkan viskositas
minyak di reservoir, dengan turunnya harga viskositas minyak, maka diharapkan
perbandingan mobilitas fluida pendesak dengan fluida yang didesak akan semakin
kecil. Dengan semakin kecilnya harga perbandingan mobilitas maka efisiensi
146
penyapuan semakin baik.Injeksi thermal yang terdiri dari injeksi air panas, injeksi
uap dan pembakaran ditempat biasa dilakukan pada reservoir yang mengandung
minyak yang mempunyai viskositas yang tinggi, hanya daiam pelaksanaan
dilapangan yang agak berbeda mengingat adanya suatu perbedaan screening
criteria reservoir yang akan diinjeksi, dan juga faktor ekonomis.
Injeksi air panas biasanya dilakukan pada reservoir yang dangkal (kurang
dari 1000m) yang mempunyai range viskositas 100 - 1000 cp; ketebalan lapisan >
10 m; saturasi minyak > 50%.
lnjeksi
uap
bertujuan
menaikkan
temperatur
reservoir,
sehingga
147
tahap
pertama.
Keuntungan
dari
pelaksanaan
Waterflooding
dibandingkan dengan metode perolehan tahap kedua yang lainnya (gas flooding),
antara lain adalah :
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalurjalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur
produksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, yang menunjukkan
kedudukan partikel air yang membentuk batas air-minyak sebelum breakthrough
(a) dan sesudah breakthrough (b) pada sumur produksi.
Pressure maintenance adalah salah satu cara untuk meningkatkan perolehan
minyak kumulatif atau laju produksi minyak dengan jalan menginjeksikan fluida ke
148
dalam reservoir pada saat tenaga pendorong reservoir masih mampu untuk
memproduksikan minyak ke permukaan. Injeksi fluida ini dimaksudkan untuk
mengendalikan tekanan reservoir agar tidak mengalami penurunan yang tajam
selama berlangsungnya produksi. Fluida yang diinjeksikan dapat berupa air atau
gas tergantung dari kondisi reservoirnya. Dipilihnya air sebagai fluida untuk
operasi injeksi dikarenakan air mempunyai sifat keefektifan yang baik dalam proses
pendesakan minyak untuk berbagai kondisi dan karakteristik reservoir, jenis-jenis
batuan dan sifat-sifat fluidanya.
Maka dari itu, tujuan utama dari pressure maintenance adalah untuk menjaga
tekanan agar tetap tinggi, sehingga dengan tingginya tekanan diharapkan gas yang
ada akan tetap terlarut pada minyak sehingga viskositas minyak akan turun dan ini
berarti minyak tersebut makin ringan, dengan kata lain mobilitas minyak makin
besar.
s u m u r p ro d u k s i
C
D
E
(a )
s u m u r in je k s i
(b )
Gambar 4.1.
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus
(a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 2)
Perencanaan Waterflood
Sebelum membuat perencanaan operasi waterflooding diperlukan studi
pendahuluan. Data-data yang dibutuhkan dalam studi pendahuluan antara lain
adalah sebagai berikut :
149
Heterogenitas reservoir.
Sifat fluida reservoir. Distribusi saturasi air, baik sebelum injeksi maupun
sesudah injeksi.
Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan elemenelemen yang terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.
Simulasi Reservoir.
Sebelum waterflooding diterapkan terlebih dahulu dibuat simulasinya
berdasarkan data-data diatas. Simulasi dapat dibuat dalam sistem 1 dimensi, 2
dimensi, dan 2 dimensi dengan teknik numerik.
Studi Laboratorium.
Penelitian laboratorium dimaksudkan untuk mencari kecocokan antara proses
waterflooding dengan sifat batuan dan fluidanya.
150
Resimulasi.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot project dibandingkan dengan
simulasi reservoir yang dibuat, lalu diadakan penyesuaian antara kondisi
lapangan dengan simulasi reservoirnya.
Evalusi Ekonomi.
Meliputi: Perkiraan biaya yang dibutuhkan, perhitungan-perhitungan dan
presentasi.
Hasil dari studi pendahuluan untuk selanjutnya digunakan dan dijadikan
151
Topografi.
Ekonomi.
Pada operasi waterflooding sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya
dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola tiga titik,lima
titik, tujuh titik, dan sebagainya. Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi
oleh sumur-sumur injeksi disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya
yaitu sumur-sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola
inverted. Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana
memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan
yang berbeda-beda. Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :
Direct line drive : sumur injeksi dan produksi membentuk garis tertentu
dan saling berlawanan. Dua hal penting untuk diperhatikan dalam sistem ini
adalah jarak antara sumur-sumur sejenis (a) dan jarak antara sumur-sumur tak
sejenis (b)
Four spot : terdiri dari tiga jenis sumur injeksi yang membentuk segitiga
dan sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.
152
Five spot : Pola yang paling dikenal dalam waterflooding dimana sumur
injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak ditengahtengahnya.
153
s t a g g e r e d lin e d riv e
re g u la r
f o u r s p o t p a tte rn
sk e w e d
f o u r s p o t p a tte rn
fi v e s p o t p a t te r n
s e v e n s p o t p a tte rn
in v e r t e d
s e v e n s p o t p a tte rn
n in e s p o t p a tte r n
in v e r t e d
n in e s p o t p a tte r n
in je c tio n w e ll
p r o d u c t io n w e ll
Gambar 4.2
Pola-pola Sumur Injeksi-Produksi 2)